Rabu, 16 Juli 2014

SILABUS STUDI PENGANTAR EKONOMI MIKRO



                                                 TUGAS AKHIR
                     SILABUS STUDI PENGANTAR EKONOMI MIKRO

                                                       



                                                    oleh :
                                                   JANUARI CHRISTI
                                                  BAMBANG RAHINO
                                                            F A R I D



                                  PROGRAM STUDI MANAJEMEN
                                          FAKULTAS EKONOMI
                              UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
                                                        2013

PERTEMUAN
POKOK BAHASAN
SUB POKOK BAHASAN
1

2
Pendahuluan
  • Latar Belakang Masalah
  • Mekanisme Pasar
  • Pengertian Permintaan dan Penawaran
  • Harga Keseimbangan
  • Perubahan Keseimbangan Pasar Dan Surplus Ekonomi
  • Kegagalan Pasar Dan Intervensi Pemerintah
3



4

Elastisitas Permintaan Dan Penawaran

  • Elastisitas Permintaan
  • Jenis-jenis Elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisiaen Elastisitas Permintaan
  • Faktor-Faktor Penentu Elastisitas Permintaan 
  • Elastisitas Penawaran
  • Jenis-jenis elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisien Penawaran
  • Faktor-Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
5
 Nilai Dan Harga
  • Nilai dan Harga
  • Penetapan Harga Dan Tujuan Penetapan Harga
  • Cara / Tehnik Penetapan Harga
6
Tugas:  kelompok dan individu
  • Makalah, dan tugas
  • individu tentang materi yang sudah dipelajar
UJIAN
TENGAH
  • SEMESTER
7

8
Teori Perilaku Konsumen
  • Teori Perilaku konsumen
  • Konsumen Dan Manfaat Barang (UTILITY)
  • Keseimbangan Konsumen
  • Pendekatan Baru: INDIFERENSI
9

10


Teori Perilaku Produsen
  • Teori Produsen dan Produksi
  • Hubungan Produk dan Faktor Produksi
  • Produksi Optimal
  • Least cost combination
11
  Bentuk-Bentuk Pasar
  • Pengertian Pasar
  • Macam – macam Pasar
  • Pengaruh Pasar di dalam kehidupan
12,


13
  Pasar Faktor Produksi (Pasar Input)
  •  Pengertian Pasar input
  • Macam-macam pasar faktor produksi
  • Tugas kelompok presentasi kedepan perkelompok
14
Tugas:  kelompok dan individu
  • Makalah, dan tugas
  • individu tentang materi yang sudah dipelajar
UJIAN 
AKHIR 
SEMESTER 



DAFTAR PUSTAKA :

SELALU BERSEMANGAT DEMI KEMAJUAN DIRI SENDIRI, KELUARGA,DAN NEGARA

BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang Masalah
Persoalan rendahnya daya beli masyarakat, tidak sekedar dipengaruhi oleh peningkatan harga barang dan jasa, melainkan dipengaruhi oleh faktor rendahnya tingkat  pendapatan konsumen. Untuk meningkatkan pendapatan individu (personal income), diperlukan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki produktivitas yang tinggi yang tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.
umlah total dari suatu komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga dinamakan jumlah yang diminta dari komoditi tersebut. Sehubungan dengan konsep ini, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, jumlah yang diinginkan adalah suatu jumlah yang diinginkan pada tingkat harga komoditi tersebut dan pada harga komoditilain, Pendapatan konsumen dan sebagainya yang sudah tertentu. Jumlah ini kemungkinan tidak sama dengan jumlah yang benar-benar dibeli oleh konsumen. Ini dapat terjadi bila jumlah yang tersedia di pasar tidak cukup, sehingga jumlah yang ingin dibeli melebihi jumlah yang benar-benar dibeli.
lebih jelasnya, istilah jumlah yang diminta digunakan untuk menerangkan jumlah yang ingin dibeli, dan jumlah yang benar-benar dibeli untuk menerangkan jumlah yang sebenarnya dibeli. Kedua, kata “diinginkan” mengandung makna bahwa jumlah tersebut dalam batas jangkauan daya beli rumah tangga. Ketiga, jumlah yang diminta menunjukkan pada arus pembelian yang terus menerus, atau sering disebut konsep flow, artinya, jumlah yang diminta berhubungan dengan suatu dimensi waktu atau jangka waktu tertentu.

1.2       Mekanisme Pasar
Mekanisme pasar adalah kecenderungan dalam pasar bebas untuk terjadinya perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang(jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta). Teori ekonomi standar mengatakan bahwa meskipun pengaruh kelembagaan selain free market bisa saja menghasilkan alokasi yang efisien dan optimal. Dengan kata lain, jika pasar tidak eksis, alokasi sumber daya tidak akan terjadi secara efisien dan optimal. Dalam beberapa hal, mekanisme pasar tidak bisa bekerja secara optimal pada beberapa sumber daya alam.
Pada dasarnya, alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilakukan paling tidak melalui 2 jenis mekanisme. Yaitu melalui mekanisme pasar dan mekanisme birokrasi. Dengan sejumlah kondisi yang disyaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai mekanisme yang dapat mendorong pemakaian sumber daya yang efisien. Namun kegagalan pasar juga bisa terjadi dalam pengalokasian sejumlah barang dan jasa. Ini bisa disebabkan karena adanya public goods beserta eksternalitasnya. Jenis barang dan jasa inilah (beserta mixed goods) yang akan didistribusikan melalui mekanisme birokrasi.
            Karena mekanisme pasar yang berbeda, harga pasar yang tercapai pun menjadi berbeda - beda. Kadang - kadang harga yang terbentuk di pasar bisa menyebabkan kerugian bagi konsumen atau bahkan kerugian bagi produsen juga. Oleh karena itu, pemerintah dalam batas-batas tertentu terkadang perlu melakukan intervensi dalam pembentukan harga dengan tujuan harga yang terbentuk tidak akan merugikan konsumen maupun produsen. Hal yang biasanya dilakukan pemerintah antara lain adalah: penentuan harga eceran tertinggi, penentuan harga eceran terendah, penetapan pajak, serta pemberian subsidi.
Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak bisa menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi, peran dan fungsi negara mutlak diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme pasar. Walaupun dalam sistem ekonomi pasar, masalah ekonomi utama diserahkan kepada mekanisme pasar, namun  pada beberapa kasus tertentu pemerintah tetap harus campur tangan untuk menghindari kekacauan dalam bidang ekonomi.  

1.3       Pengertian Permintaan dan Penawaran
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi permintaan suatu barang, yaitu
1.         Harga barang itu sendiri [Px]
2.          Harga barang lain yang terkait (substitusi atau komplemen) [Py]
3.         Tingkat pendapatan per kapita [Y/cap]
4.          Selera atau kebiasaan [sel]
5.         Jumlah penduduk [pen]
6.         Perkiraan harga di masa mendatang [Pp]
7.         Distribusi pendapatan [Ydist]
8.         Usaha-usaha perodusen meningkatkan penjualan (promosi)[prom]
Akibat dari adanya hukum permintaan tersebut kurva permintaan menjadi miring dari kiri atas ke kanan bawah, sehingga kurva permintaan dikatakan mempunyai kemiringan negatif, karena variable – variable yang bekerja dalam pemintaan bekerjanya berlawanan arah. Kurva permintaan tidak mungkin menyentuh sumbu P karena berapapun harganya pasti ada konsumen yang bersedia untuk membeli barang yang dihasilkan.
Sedangkan pengertian Ekonomi Mikro juga dapat dibedakan menjadi penawaran perorangan dan penawaran pasar.
1.         Penawaran Perorangan
Penawaran perorangan terhadap suatu barang atau jasa ialah kesediaan dari seorang penjual untuk menawarkan berbagai jumlah barang pada berbagai tingkat harga.
2.         Penawaran Pasar
Penawaran pasar adalah keseluruhan penjumlahan dari penawaran perorangan suatu barang atau jasa pada berbagai tingkat harga.
Hukum penawaran menjelaskan tentang adanya korelasi positif antara perubahan harga terhadap perubahan jumlah barang yang ditawarkan.
Hukum tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Makin rendah tingkat harga makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan dan sebaliknya makin tinggi tingkat harga makin banyak jumlah barang yang ditawarkan.”
Hukum penawaran tersebut juga berlaku dengan asumsi bahwa beberapa faktor dianggap tidak mengalami perubahan. Faktor-faktor tersebut ialah:
1.       Harga barang itu sendiri [Px]
2.       Harga barang lain yang terkait [Py]
3.       Harga faktor produksi (input) [Pi]
4.       Biaya produksi [C]
5.       Teknologi produksi, [tek]
6.       Jumlah pedagang/penjual, [ped]
7.       tujuan dari perusahaan, [tuj]
8.       kebijakan pemerintah. [kebij]
 fungsi : +   +/-   -   -    +     +     +/-    +
Sx = f(Px, Py, Pi, C, tek, ped, tuj, kebij)

KURVA PENAWARAN
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan, yang dimana apabila jumlah sesuatu barang yang sanggup ditawarkan oleh pada suatu tingkat harga dan tempo masa tertentu.
Pada tabel berikut merupakan salah satu kurva penawaran mengenai daftar penjualan “Toko Beras Untung Jaya” . Kurva penawaran yang dibuat berdasarkan tabel tersebut.



Penjualan Toko Beras Untung Jaya
Harga Beras (Rp/Liter)    Penjualan (Liter)
4500                                    35
5000                                    40
5500                                    45
6000                                    50
9000                                    55
11000                                  60
Gambaran data  bila disajikan didalam kurva

1.4       Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan adalah harga dimana baik konsumen maupun produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah yang akan dikonsumsi dan dijual. Permintaan sama dengan penawaran. Jika harga di bawah harga keseimbangan, terjadi kelebihan permintaan. Sebab permintaan akan meningkat, dan penawaran menjadi berkurang. Sebaliknya jika harga melebihi harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran. Jumlah penawaran meningkat, jumlah permintaan menurun.
Contoh :
Permintaan : Qd    = 200 – 10P
Penawaran :  Qs    = -40 + 5P
Dimana :     Qd, Qs = ribu unit pertahun   P = puluh juta rupiah per unit
Keseimbangan pasar: Qd        =    Qs
200 – 10P    =    -40 + 5P
240        =    15P
P        =    16
Jadi:
Qd        = 20 – 10(16) = 40
Qs        = -40 + 5(16) = 40
Keseimbangan terjadi pada saat harga mobil Rp. 160 juta per unit. Saat itu jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran, yaitu 40.000 unit mobil per tahun. Jika harga mobil ditetapkan Rp. 150 juta per unit (dibawah harga keseimbangan) maka akan mengakibatkan kelebihan permintaan sebanyak 15.000 unit mobil per tahun. Sedangkan jika harga ditetapkan Rp.170 juta per unit (diatar harga keseimbangan) makan akan mengakibatkan kelebihan penawaran sebanyak 15.000 unit mobil pertahun.

1.5       Perubahan Keseimbangan Pasar Dan Surplus Ekonomi
Perubahan keseimbangan pasar terjadi bila ada perubahan di sisi permintaan atau penawaran. Jika faktor yang menyebabkan perubahan adalah harga keseimbangan akan kembali ketitik awal. Tetapi jika yang berubah adalah faktor-faktor ceteri paribus seperti teknologi untuk sisi penawaran, atau pendapatan unutk sisi permintaan, keseimbanagn tidak kembali ketitik awal.
Surplus konsumen = selisih antara jumlah yang konsumen sanggup membayar dengan yang harus dibayar.
Surplus produsen = selisih antara jumlah yang diterima dengan mereka yang harus diterima.
Dasar pendekatan yang digunakan untuk analisis pasar adalah marjinalis (marginalisrn approach), yarrg mengatakan bahwa keputusan dalam memproduksi atau mengonsumsi ditentukan oleh berapa besar tambahan pendapatan atau manfaat dari unit terakhir barang yang diproduksi atau dikonsumsi. Konsekuensi dari pemikiran ini, bagi produsen adalah dia tidak menetapkan harga yang sama untuk setiap jumlah penjualan.
 Jika kasus pasar mobil di atas digunakan kembali sebagai contoh, satu unit mobil pertama dijual dengan harga Rp 82 juta, sedangkan unit kedua baru akan dijual jika harganya Rp 84 juta dan seterusnya. Sebaliknya bagi konsumen untuk 1 unit pertama bersedia membeli dengan harga Rp199 juta. Tetapi untuk unit selanjutnya, sebut saja unit kedua, konsumen hanya mau membeli dengan harga di bawah Rp199 juta, yaitu Rp 198 juta. Alasannya tambahan manfaat dari tambahan- pemakaian mobil telah menurun.
Pada saat keseimbangan, konsumen memtravar motril vang dibeli jauh lebih sedikit dibanding kesediaan membayar. Sebaliknra produsen menerima uang lebih banyak daripada yang sebenamva mereka harapkan.
Apa yang dialami oleh konsumen disebut  surplus konsumen (consumer surplus), yaitu selisih antara jumlah yang konsumen sedia bayarkan dengan yang harus dibayar. Untuk produsen disebut surplus produsen (producer surplus), yaitu selisih antara jumlah yang diterima dengan yang mereka harapkan untuk dibayar.




1.6       Kegagalan Pasar Dan Intervensi Pemerintah
Penyebab terjadinya kegagalan pasar
a.       Informasi tidak sempurna Tidak tahu persis kualitas barang
b.       Daya monopoli
c.       Eksternalitas
d.       Barang publik
e.        altruism : barang yang ketersediaannya secara sukarela karena rasa kemanusiaan
INTERVENSI PEMERINTAH
1.         Kontrol harga untuk melindungi konsumen atau produsen, dengan penetapan harga dasar dan harga maksimum
a.   Harga Dasar (Floor Price) Adalah harga minimum yang diberlakukan Pemerintah dalam rangka melindungi produsen/penjual produk tertentu.
b.   Harga Maksimum (seiling price)Adalah batas harga jual tertinggi yang boleh dicapai oleh produsen. [untuk melindungi konsumen]
c.    Kuota, Selain dengan cara membeli, Pemerintah juga dapat melakukan pembatasan jumlah produksi (kuota).
2.         Pajak dan subsidi
Pajak akan meningkatkan harga menjadi mahal tetapi diperlukan sebagai sumber penerimaan negara. Subsidi merupakan kebalikan dari pajak karena subsidi menambah pendapatan nyata baik kepada konsumen maupun produsen
3.         Tarif dan kuota (pembatasan produksi)



BAB II

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN



2.1    Elastisita Permintaan
Salah satu pokok bahasan yang palin penting dari aplikasi ekonomi adalah konsep elastisitas. Pemahaman dari elastisitas harga dari permitaan Dan penawaran membantu para ahli ekonomi untuk menjawab suatu pertanyaan, yakni apa yang akan terjadi terhadap permintaan Dan penawaran,  jika ada perubahan harga? Apa yang terjadi pada “keseimbangan harga” bila faktor-faktor yang mempengaruhi kurva demand Dan kurva supply beubah? Dan berapa besar pengaruhnya? Untuk menjawab ini pakailah konsep elastisitas.
Secara umum, elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan/respon dari julah barang yang diminta/ ditawarkan akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.
Elastisitas harga permintaan adalah suatu alat/konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan/ respon perubahan jumlah/ kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi. Dalam hal ini pada dasarnya ada tiga variabel utama yang mempengaruhi, maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu :
1.         elastisitas harga permintaan
2.         elastisitas silang
3.         elastisitas pendapatan

2.1.1  Elastisitas Harga Permintaan (the price elasticity of demand)
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.
Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :
1.            Tidak elastisitas (in elastic)
2.            Unitari (unity) dan
3.            Elastis (elastic)
Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :
Dimana :
Eh = adalah elastisitas harga permintaan
Q = adalah Jumlah barang yang diminta
P =  adalah harga barang tersebut
Δ = adalah delta atau tanda perubahan.
Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :
1.         Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.
2.         Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.
Menurut beberapa ahli elastisitas permintaan harga sebagai berikut :
1)      Menurut Mankiw, The price elasticity of demand measures how much the quantity demanded responds to a change in price.
2)      Menurut Faried Wijaya, respon yang dinyatakan dalam perubahan jumlah yang diminta terhadap perubahan harga disebut sebagai elastisitas permintaan terhadap harga.
3)      Menurut  McEachern, elastisitas harga dari permintaan adalah ukuran kepekaan kuantitas yang diminta terhadap perubahan harga.
4)      Menurut Sadono Sukirno, suatu pengukuran kwantitatif yang menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga ke atas perubaha permintaan
5)      Menurut Salvatore, elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen akibat adanya perubahan harga barang. Dengan kata lain, elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga (Budi S, 2009).
Jadi menurut para ahli ekonom elastisitas harga adalah perubahan atau berapa banyak jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga barang tersebut. Permintaan suatu barang bisa dikatakan elastis jika konsumen merespon perubahan harga barang tersebut dengan berubahnya jumlah permintaan barang yang besar. Sedangkan perubahan jumlah permintaan barang yang sedikit atau sama sekali tidak berubah terhadap perubahan harga barang tersebut dikatakan inelastis atau kurang elastis.

2.1.2  Elastisitas Silang
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan. Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand). Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y. Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya  kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena. Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.
        ΔQx       Py
Es = ——- x ——-  > 0                     Substitusi
Δ Px      Qx
Δ Qy       Px
Es = ——- x ——-  < 0                     Komplementer
Δ Py       Qy
Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah :
            dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain.
Menurut para ahli ekonom elastisitas silang adalah :
1.         Menurut Mankiw, The cross-price elasticity of demand is a measure of how much the quantity demanded of one good responds to a change in the price of another good, computed as the percentage change in quantity demanded of the first good divided by the percentage change in the price of the second good.
2.         Menurut McEachern, Elastisitas Silang adalah persentase perubahan permintaan satu barang akibat persentase perubahan harga barang lain.
3.         Menurut Maurice & Thomas, elastisitas silang adalah pengukuran derajat kepekaan relatif dari suatu barang yang diminta sebagai akibat perubahan pada tingkat harga barang yang diminta sebagai akibat perubahan pada tingkat harga barang yang lain. Dengan perkataan lain, elastisitas silang adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang x yang diminta konsumen dibagi dengan perubahan proporsional dari harga barang y (Budi S, 2009).
4.         Menurut Anthony, cross elasticity of demand measures the response in the quantity demanded of one good to a change in the price of a different good.
Jadi, menurut para ekonom elastisitas silang adalah pengukuran perubahan jumlah permintaan satu barang terhadap perubahan harga barang lain.

2.1.3  Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) 
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus.


           Δ Q                Δ Y                                        Δ Q                Y
Em  =  ——-      :    ——–             atau      Em  = ——–   x     ——–
Q                   Y                                          ΔY                 Q
Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang. Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik.
Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen.

2.2     Jenis-jenis Elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisiaen Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan menghitung perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang memengaruhinya. Elastisitas permintaan yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand).
Adapun elastisitas permintaan yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity) dan jika dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity).

2.2.1    Koefisien Elastisitas Harga Permintaan (Ep)
Jenis-jenis Elastisitas Permintaan dan Kurva Elastisitas Permintaan Berdasarkan Nilai Koefisien Elastisitas Harga permintaan dapat dibagi menjadi lima Jenis, yaitu:
1.            Elastis uniter
Suatu permintaan dikatakan elastis uniter  jika elastisitasnya sama dengan satu, artinya apabila terjadi perubahan harga maka persentase perubahan permintaan sama dengan persentase perubahan harga
2.         Elastis
Suatu permintaan bisa dikatakan elastis jika elastisitasnya lebih dari satu dan kurang dari tak terhingga, artinya persentase atau besarnya perubahan permintaan lebih persentase perubahan harga
3.         Elastis Sempurna
Elastisitas permintaan adalah tak terhingga, artinya jika terjadi perubahan harga maka perubahan permintaan nol atau tidak ada permintaan. Permintaan akan terus ada pada harga tertentu.
Secara grafik tingkat elastisitas harga permintaan terlihat dari slope (kemiringan) kurva permintaan. Jika kurva permintaan tegak lurus, permintaan inelastik sempurna (perfect inelastic); perubahan harga, tidak memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika kurva sejajar sumbu datar, permintaan elastik sempurna (perfect elastic); perubahan harga sedikit saja, menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta tak terhingga besarnya. Permintaan dikatakan elastik uniter (unitary elastic), jika slope kurvanyanegatif satu (kurvanya membentuk sudut 45°). Dapat disimpulkan, semakin datar kurva permintaan, makin elastik permintaan suatu barang.
1.            Inelastis
Suatu permintaan dapat dikatakan inelastis jika elastisitasnya kurang dari satu dan lebih dari nol, artinya persentase perubahan permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga.
2.         Inelastis Sempurna
Elastisitas permintaan adalah nol, artinya jika harga mengalami perubahan baik naik maupun menurun jumlah permintaan sama.
Contoh :
Harga sebuah donat Rp500,00 jumlah yang diminta 500 buah, jika harganya naik menjadi Rp600,00 per buah, jumlah yang diminta turun menjadi 300 buah. Hitung koefisien elastisitasnya.
Penyelesaian
Diketahui:
P =  Rp 500,00 ;   ΔQ = 500–300 = 200
Q =  500;              ΔP = Rp500,00–Rp600,00
=  |Rp100.00|
maka  Ep =
Berarti koefisien elastisitas permintaan donat adalah elastik karena Ep = 2 > 1
            Kurva Elastisitas Permintaan
Elastisitas akan besar bilamana :
1.            Terdapat banyak barang subsitusi yang baik
2.            harga relatif tinggi
3.            ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain
Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :
1.            Benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
2.         barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
3.         Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, dan benda tersebut sangat dibutuhkan.

2.2.2    Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur
Elastisitas titik (point elasticity) mengukur tingkat elastisitas pada titik tertentu. Konsep elastisitas titik digunakan jika peruhahan harga yang terjadi sedemikian kecilnya sehingga mendekati 0, tetapi konsep ini kurang akurat jika perubahan harga yang terjadi relatif besar. Dalam kasus tersebut, lebih tepat jika diukur dengan elastisitas busur (arch elasticity), yang mengukur elastisitas permintaan antara dua titik.
Rumus Elastisitas Busur :
Atau
Rumus Elastisitas Titik :
Persamaan elastisitas busur dan persamaan elastisitas titik jika digambar kan ke dalam kurva akan tampak seperti Kurva di bawah ini :
Hasil dan penghitungan rumus elastisitas titik di atas, akan sama dengan CB/BA atau sama dengan CQ atau sama dengan OP sebagaimana tergambar pada (Kurva (a)). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa elastisitas pada tengah garis AC adalah sebesar 1 sebagaimana tergambar pada Kurva berikut (Kurva (b)) :
Dengan demikian, dalam suatu kurva permintaan yang berbentuk garis lurus, koefisien elastisitasnya berbeda-beda pada berbagai tingkat harga.

2.3       Faktor-Faktor Penentu Elastisitas Permintaan 
Permintaan suatu barang bisa dikatakan elastis atau inelastis didasari atau ditentukan oleh berbagai faktor yaitu :
1.         Barang Mewah dan Barang Kebutuhan
Permintaan barang-barang kebutuhan umumnya inelastis, sedangkan permintaan barang-barang mewah umumnya elastis. Karena walaupun harga-harga barang kebutuhan mengalami peningkatan atau penurunan jumlah yang diminta akan tetap sama atau hanya mengalami penurunan sedikit. Mengapa barang mewah bisa elastis? karena apabila harga barang mewah mengalami peningkatan harga jumlah yang diminta hampir tidak ada. Tapi jika barang mewah mengalami penurunan harga jumlah yang diminta akan meningkat, mungkin bisa meningkat secara signifikan.
2.         Ketersediaan Barang Substitusi
Suatu barang yang memiliki barang subtitusi atau barang pengganti akan memiliki elastisitas yang elastis, sedangkan barang yang tidak memiliki barang substitusi cenderung memiliki elastisitas yang inelastis. Sebab apabila barang tersebut mengalami peningkatan harga dan terdapat banyak barang substitusi yang harganya dibawah harga barang tersebut, maka permintaan barang tersebut akan mengalami penurunan permintaan yang tajam. Berbeda dengan barang yang tidak memiliki barang substitusi, hanya mengalami penurunan permintaan yang sedikit karena orang hanya menurunkan permintaan barang tersebut.
3.         Definisi Pasar
Semakin luas ruang lingkupnya maka semakin inelastis barang tersebut karena tidak ada barang subtitusinya. Sebaliknya , semakin sempit atau kecil ruang lingkupnya maka semakin elastis barang tersebut. Sebagai contoh, pasar makanan memiliki permintaan yang inelastis karena makanan dalam pengertian umum tidak memiliki substitutan. Sedangkan pasar es krim vanila (dalam pengertian sempit sebagai sajian pencuci mulut) yang pasarnya sempit atau terfokus, akan elastis permintaannya. Seandainya harga es krim vanila melonjak, kuantitas permintaannya segera susut karena konsumen akan mencari sajian lain untuk cuci mulut (Mankiw,).
4.         Rentang Waktu
Apabila rentang waktu perubahan harga suatu barang lebih lama atau jangka panjang, permintaan barang tersebut akan elastis. Karena orang-orang (konsumen) mampu untuk mencari dan mensubtitusi barang tersebut dan biasa tidak menggunakan barang tersebut lagi. Namun, untuk jangka waktu yang pendek akan mengalami inelastis karena tidak adanya kesempatan bagi konsumen untuk mensubtitusi barang tersebut.
Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.
 Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :
1.            Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
2.            Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3.            Jenis barang dan pola preferensi konsumen
4.         Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
5.            Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang

2.4       Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan berapa persen jumlah barang yang ditawarkan berubah, jika harga barang berubah satu persen. Elastisitas penawaran juga dapat dihubungkan dengan faktor-faktor atau variabel lain yang dianggap memengaruhinya, seperti tingkatbunga, tingkat upah, harga bahan baku, dan harga bahan antara.
Secara grafik tingkat elastisitas penawaran terlihat dari slope kurva penawaran, semakin datar, semakin elastik penawaran suatu barang
Elastisitas penawaran hanya ada satu jenis yaitu elastisitas harga atau elastisitas penawaran terhadap harga. Menurut para ekonom elastisitas penawaran adalah:
1.         Menurut Mankiw, price elasticity of supply a measure of how much the quantity supplied of a good responds to a change in the price of that good, computed as the percentage change in quantity supplied divided by the percentage change in price.
2.         Menurut McEachern, elastisitas harga dari penawaran adalah ukuran kepekaan kuantitas yang ditawarkan terhadap perubahan harga, persentase perubahan kuantitas yang ditawarkan dibagi dengan persentase perubahan harga.
3.         Menurut Sadono Sukirno, elastisitas penawaran mengukur responsif penawaran sebagai akibat perubahan harga.
4.         Menurut Faried Wijaya, respon yang dinyatakan dalam perubahan jumlah yang ditawarkan terhadap perubahan harga disebut sebagai elastisitas.

Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu
Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut.
Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran. Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan. Adapun tiga waktu tersebut adalah :
(1)     tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna.
(2)   The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity.
(3)   The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis.

2.5      Jenis-jenis elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisien Penawaran
Jenis-jenis elastisitas penawaran sama dengan elastisitas harga dibagi menjadi lima jenis yaitu :
1.       Elastis sempurna
Elastisitas sempurna merupakan gambaran bahwa para penjual hanya mau menjual semua barang pada harga tertentu saja dan tidak akan menjual barang tersebut pada harga lain.


2.         Elastis
Elastisitas penawaran bisa dikatakan elastis jika persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan lebih dari persentase perubahan harga barang.
3.         Elastis uniter
Elastisitas penawaran dimana persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan sama  dengan persentase perubahan harga barang.
4.         Inelastis
Elastisitas penawaran dapat dikatakan inelastis jika persentase perubahan  barang yang ditawarkan lebih kecil dari persentase perubahan harga barang.
5.         Inelastis sempurna
Inelastis sempurna adalah elastis yang bernilai nol, artinya berapa pun harga yang ditawarkan, jumlah yang ditawarkan hanya tertentu.

2.6      Faktor-Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi elastisitas penawaran adalah waktu yang diperlukan untuk menyesuaikan produksi dengan perubahan permintaan masyarakat, dan biaya produksi kalau produksi diperbesar atau diperkecil. Misalnya, seorang petni yang membawa basil kebunnya ke pasar untuk dijual (sayuran, buah-buahan, bunga). Penawarannya akan inelastis. Mengapa? Kalau harga di pasar lebih tinggi daripada yang diharapkannya, ia tidak segera akan dapat menawarkan lebih banyak karna harus menunggu musim berikut. Dan kalau harga lebih rendah daripada yang diharapkan, ia tetap akan menjual seluruh persediaannya karna barang-barang ini tidak dapat disimpan lama. Umumnya penawaran hasil-hasil pertanian bersifat inelastis.
Waktu yang diperlukan untuk menyesuaikan jumlah yang ditawarkan (Qs) dengan perubahan harga dapat dibedakan:
a.         Jangka waktu sangat pendek
Dalam waktu satu/beberapa hari saja semua input tetap: oleh karena itu, para produsen/penjual tidak dapat segera menambah jumlah yang ditawarkan, meskipun konsumen bersedia membayar harga yang tinggi. Jumlah barang yang ditawarkan tergantung dari banyaknya persediaan yang ada pada saat itu. Maka, dalam jangka waktu sangat pendek penawaran bersifat inelastis.
b.       Jangka pendek
Diartikan jangka waktu yang cukup untuk memungkinkan para produsen menambah jumlah produksinya dengan jalan menambah input variabel (dengan bekerja lebih keras/lama, mempergunakan lebih banyak bahan, dsb.), tetapi tidak cukup lama untuk memperbesar kapasitas produksi yang ada (areal pertanian, modal tetap seperti bangunan pabrik, mesin-mesin, dll). Dalam keadaan demikian penawaran dapat elastis, dapat juga inelastis, tergantung jenis barang dan proses produksinya. Kalau memperbesar produksi menyebabkan biaya naik dengan cepat, make S akan inelastic. Tetapi kalau biaya produksi hampir tidak naik dengan pertambahan produksi, S akan bersifat elastis. Umumnya, hasil pertanian suplainya inelastic, sedang hasil pabrik lebih elastis.
c.         Jangka panjang
Diartikan jangka waktu yang cukup lama hingga para produsen dapat menambah kapasitas produksi dengan menambah modal tetap (pabrik baru, mesin-mesin, perluasan areal pertanian, dsb) untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan masyarakat. Makin lama jangka waktu, makin elastis penawaran. Dalam jangka panjang, perkembangan teknik produksi di sektor industri dan produksi secara besar-besaran malah dapat menyebabkan harga turun, sehingga barang¬barang yang dulu dipandang barang mewah dan mahal menjadi barang kebutuhan biaya yang terbeli juga oleh orang banyak (misalnya, radio transistor, kalkulator, dsb).
Ada beberapa faktor yang sangat penting dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu :
1           Kemampuan penjual/produsen merubah jumlah produksi.
Ini berkaitan dengan biaya dan kapasitas produksi. Penawaran akan cenderung tidak elastis apabila salah satu dari hal-hal berikut terjadi :
-     Biaya produksi untuk menaikkan jumlah penawaran besar. Misalnya jika produksi saat ini telahmencapai skala ekonomis dan biaya rata-rata minimal, maka penambahan satu unit produksi akan menambah biaya rata-rata dan mengakibatkan produksi berada dalam skala tidak ekonomis.
-     Atau kapasitas produksi telah terpakai penuh, sehingga penambahan kapasitas akanmemerlukan pabrik/mesin baru, misalnya, yang membutuhkan investasi besar.Sementara penawaran akan cenderung elastis jika yang terjadi adalah sebaliknya.
2.         Jangka waktu analisis.
Yaitu Waktu yang diperlukan untuk menambah/mengurangi jumlah barang yangdihasilkan. Pengaruh waktu analisis terhadap elastisitas penawaran dibedakan menjadi tiga :
-     Jangka waktu yang sangat singkat. Pada jangka waktu yang sangat singkat, penjual/produsentidak dapat menambah penawarannya, sehingga penawaran menjadi tidak elastis sempurna.
-     Jangka pendek. Kapasitas produksi tidak dapat ditambah dalam jangka pendek, namun perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia denganmemanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Hasilnya, penawaran dapat dinaikkan dalam prosentase yang relatif kecil, sehingga penawaran tidak elastis.
-     Jangka panjang. Produksi dan jumlah penawaran barang lebih mudah dinaikkan dalam jangka panjang, sehingga penawaran lebih bersifat elastis.
3.         Stok persediaan.
Semakin besar persediaan, semakin elastis persediaan. Ini karena produsen dapat segeramemenuhi kenaikan permintaan dengan persediaan yang ada.
4.         Kemudahan substitusi faktor produksi/input.
Semakin tinggi mobilitas mesin (atau kapital lainnya) dan tenaga kerja, semakin elastis penawaran. Semakin elastis mobilitas kapital dan tenaga kerja, semakin mudah produsen memenuhi perubahan permintaan.


BAB III
NILAI DAN HARGA


3.1       Nilai dan Harga
3.1.1    Pengertian Nilai
            Nilai adalah sesuatu yang berguna dan memiliki arti. Dikatakan sesuatu itu memiliki nilai karena memberikan mamfaat baik secara positif maupun negatif. Nilai dalam ekonomi berarti bahwa sesuatu baik berupa benda ataupun perbuatan memilii arti dan memberikan mamfaat secara langsung maupun tidak langsung.
 Nilai dapat dibagi dalam berbagai aspek,seperti Nilai Guna (Utility),Nilai Jasa dan lain-lain.
 Nilai guna apabila benda tersebut dipakai untuk sesuatu tujuan yang memberikan mamfaat lagsung kepada konsumennya,sedangkan Nilai Jasa yaitu memberikan sesuatu yang berguna melalui jasa yang ditawarkan.

3.1.2    Pengertian Harga
            Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bagian pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.
 Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.
            Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
            Pengertian harga menurut Djaslim Saladin (2003:95) mengemukakan bahwa “harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen”. Sedangkan pengertian harga menurut Wiliam J Stanton (1993:13) adalah “jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya”.
            Menurut Basu Swastha (1998:97) bahwa pengertian harga adalah “ jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dari beberapa pengertian harga di atas, maka harga dapat diartikan sebagai nilai pertukaran yang ditetapkan oleh penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk.
Dalam dunia bisnis harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis akutansi disebut bunga, periklanan, dalam dunia konsultan disebut fee ,dalam dunia asuransi dikenal namanya premi. Terlepas dari macam-macam nama, menurut Dolan and Simon, harga merupakan sejumlah uang atau jasa atau barang yang ditukar pembeli untuk beranekara produk atau jasa yang disediakan oleh penjual. Sedangkan menurut Monroe (1990) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk mempeoleh produk atau jasa. Selain itu harga adalah salah satu produk penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan unutk melakukan transaksi atau tidak (Engel, Blackwell dan Miniard dan Kotler,1996).
            Hal tesebut diperkuat dengan pernyataan dari Raymond Corre “Princing is the moment of truth…all marketing comes to focus in the pricing decision. Dari penjelasan di atas, kelompok kami menyimpulkan bahwa Harga adalah sejumlah uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen dan merupakan salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
            Bila dilihat dari peranan harga menurut Prof.Michael dalam buku Marketing Strtegy ang Management, Michael J. Banker, Emeritus professor of Marketing Strathclyde University, England, bahwa peranan harga akan cenderung meningkat apabila terjadi kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Produk tersebut pertama kali diterjunkan ke pasar
2. Dikaitkan dengan tujuan perusahaan
3. Perusahaan competitor melakukan penurunan harga
4. Adanya produk baru yang dihasilkan melalui teknologi baru yang lebih efesien

3.2       Penetapan Harga Dan Tujuan Penetapan Harga
            Dalam melaksanakan penetapan harga, berdasarkan pendapat Kotler (1996), maka produsen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.         Kondisi pasar
b.         Harga produk saingan
c.         Elastisitas permintaan danm besaran permintaan
Elastisitas disini adalah mengetahui seberapa besar perubahan permintaan yang disebabkan dengan permintaan harga. Disamping itu pula sangat dibutuhkan respon dari para konsumen terhaedap perubahan harga yang dikaitkan dengan penggunaan produk itu sendiri.
            Tujuan Penetapan Harga
1.         Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang
2.         untung yang optimal.
3.         Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk gaji/upah karyawan, untuk bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lain sebagainya.
4.         Menggapai ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi.
5.         Menguasai Pangsa Pasar
6.         Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk
7.         Mempertahankan status quo
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.

3.3       Cara / Tehnik Penetapan Harga
1.       Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal.
3          Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk gaji/upah karyawan, transportasi, dan lain sebagainya.
4          Menggapai ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi.
5          Menguasai Pangsa Pasar
Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di pasaran.
6          Mempertahankan status quo
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.


BAB IV
                         TEORI PERILAKU KONSUMEN       


4.1       Teori Perilaku konsumen
Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Sedangkan Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.
Analisis dalam pokok bahasan ini akan menerangkan dua hal berikut :
a.      Alasan para pembeli atau konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada harga yang lebih rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi,
b.     Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.
Analisis seperti itu dinamakan teori tingkah laku konsumen.
      Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu :
1.      Pendekatan nilai guna (Utility) kardinal
       yaitu kenikmatan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif (dapat diukur menggunakan satuan)
2.      Pendekatan nilai guna (Utility) ordinal
       yaitu kenikmatan konsumen tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif (tidak dapat diukur menggunakan satuan)
4.1.1    Pendekatan Kardinal dan Pendekatan Ordinal
1.      Pendekatan kardinal, asumsi (landasan) dasarnya adalah:
a.  Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b.  Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.
c.  Terjadi hukum Law of Diminishing Marginal Utility (LMDU) pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.
Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward Sloping Marginal Utility Curva (bentuk kurva miring kebawah). Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
§  Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.

Asumsi seorang konsumen :
1.         Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal.
2.         Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa
3.         Terdapat kendala anggaran

2.      Pendekatan Ordinal
Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinal yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indiferensi.Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.
Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah :
1.      Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya.
2.      Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
3.      Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
Konsep dasar perilaku konsumen menyatakan bahwa konsumen selalu berusaha untuk mencapai kegunaan (utility) maksimal dalam pemakaian barang yang dikonsumsinya. Kegunaan (utility) adalah derajat seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan seseorang.
Kegunaan atau nilai guna suatu barang dapat didasarkan dalam hal berikut ini.
a.      Nilai guna total (Total Utility) adalah kepuasan total yang dinikmati oleh konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara keseluruhan.
b.      Nilai guna maksimal (Marginal Utility) adalah tambahan kepuasan yang dinikmati oleh konsumen dari setiap tambahan barang atau jasa yang dikonsumsinya.
c.      Nilai guna yang semakin menurun (Diminishing Return) atau pemenuhan secara vertical yaitu nilai guna yang diperoleh konsumen untuk setiap tambah konsumsi yang dilakukan pada mulanya meningkat, tetapi sampai pada titik tertentu akan mengalami penurunan.
d.      Nilai guna yang sama atau pemenuhan secara horizontal dikenal dengan Hukum Gossen II yang menyatakan bahwa konsumen akan melakukan konsumsi sedemikian rupa sehingga nilai guna marginal setiap barang dan jasa yang dikonsumsi akan sama, artinya unit terakhir dari masing-masing produk yang dikonsumsi memiliki nilai sama.

4.1.2    Perilaku konsumen ada yang bersifat rasional dan irasional.
            Perilaku konsumen rasional adalah konsumen yang dalam melakukan tindakan atau mengonsumsi barang berdasarkan pada akal (nalar) serta prinsip ekonomi. Dasar pertimbangannya sebagai berikut:
1.       Produk barang dapat memberikan kegunaan maksimal.
2.       Barang tersebut betul-betul dibutuhkan.
3.       Kualitas barang terjamin.
4.       Harga terjangkau atau sesuai kemampuan.
Perilaku konsumen yang irasional yaitu konsumen yang dalam bertindak tanpa pertimbangan, misalnya sebagai berikut.
1)         Membeli barang karena merek terkenal.
2)         Membeli barang karena ada bonusnya.

4.2       Konsumen Dan Manfaat Barang (UTILITY)
Seorang konsumen yang bertindak ekonomis akan mempertimbangkan pengorbanan, yaitu harga yang harus dibayar, dan hasil, yaitu manfaat atau kepuasan yang diperoleh dari pengeluaran uang itu. Ternyata ada hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikonsumsi dan manfaat/kepuasan yang diperoleh daripadanya. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku konsumen, khususnya berapa yang akan dibelinya dari barang atau jasa tertentu.
Ada suatu hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikonsumsikan per jangka waktu tertentu dengan manfaat/utility barang itu bagi kita. Jika jumlah suatu barang yang dikonsumsikan (per jangka waktu tertentu) bertambah, kepuasan kita juga akan bertambah, tetapi belum tentu secara proporsional.
Utility atau manfaat suatu barang sebenarnya berarti kemampuan barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia (objektif). Produksi menciptakan kemampuan tersebut tetapi baru dirasakan apabila barang itu dikonsumsi. Oleh karena itu, pengertian utility dalam analisis perilaku konsumen berarti: manfaat yang dirasakan dari konsumsi suatu barang/jasa, atau kepuasan yang diperoleh daripadanya, dan dengan demikian juga penghargaan konsumen terhadapnya. Jadi, utility juga merupakan sesuatu yang subjektif, tergantung orangnya atau melekat pada konsumen, yaitu sejauh mana kebutuhannya terpenuhi dengan konsumsi barang/jasa tertentu.

4.2.1  Kepuasan total dan kepuasan marginal
          Untuk lebih dapat memahami hal itu, kita selidiki apa yang terjadi dengan kepuasan (utility) yang dirasakan konsumen apabila jumlah barang tertentu yang dikonsumsikan (dalam jangka waktu tertentu) setiap kali ditambah dengan satuan.
Sebagai contoh kita ambil: jumlah gelas teh  yang diminum oleh seorang dosen per satu hari kerja. Setelah berdiskusi di depan kelas selama beberapa jam, seorang dosen merasa haus, lalu dia meminum segelas teh yang sudah disediakan. Satu gelas teh dirasakan amat besar manfaat/utility-nya. Kalau disediakan lebih dari satu gelas pasti juga mau. Tetapi minum enam atau tujuh gelas teh tidak perlu karena sudah tidak memenuhi suatu kebutuhan. Dengan minum satu gelas teh per hari kerja, seorang dosen tersebut mendapat kepuasan tertentu. Sebenarnya kepuasan itu hal yang subjektif sekali yang sukar dikuantitatifkan, namun kita gambarkan seakan-akan dapat diukur secara tepat, misalnya 6 satuan utility.
          Dengan minum satu gelas lagi (gelas ke-2), maka kepuasan (total) bertambah: minum dua gelas lebih puas daripada minum satu gelas saja, meskipun mungkin sukar dikatakan berapa lebih puasnya.
Dengan bertambahnya konsumsi gelas teh per hari kerja, kepuasan total (Total Utility) bertambah. Tetapi tidak secara proporsional. Sebab kepuasan marginal (Marginal Utility), yaitu tambahan kepuasan yang diperoleh jika konsumsi ditambah dengan satu satuan semakin kecil. Marginal Utility (MU) adalah kepuasan yang diperoleh dari satuan terakhir yang ditambahkan, dan dapat dihitung dari kenaikan kepuasan total (TU) bila konsumsi ditambah dengan satu satuan. Dalam kenyataannya, setiap gelas berikut memberikan kepuasan lebih sedikit daripada sebelumnya: MARGINAL UTILITY, yaitu tambahan kepuasan yang diperoleh jika konsumsi ditambah dengan satu satuan (yang disumbangkan oleh setiap gelas berikut) itu semakin mengecil dan garis kepuasan total semakin mendatar.

4.2.2 Gossen I atau LDMU
Gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi Jerman yang bernama Hermann Heinrich Gossen (1810-1859), kemudian dikembangkan oleh W.S. Jevons, K. Menger, L. Walras, dan A. Marshall. Sekarang dikenal dengan nama Hukum Gossen I atau Law of Diminishing Marginal Utility (LDMU).

Hukum tersebut dirumuskan sebagai berikut:
            Jika jumlah suatu barang yang dikonsumsikan dalam jangka waktu tertentu ditambah, maka kepuasan total (Total Utility) yang diperoleh memang bertambah, tetapi mulai saat tertentu Marginal Utility (tambahan kepuasan yang diperoleh jika konsumsi ditambah dengan satu satuan) semakin berkurang.
            Dengan kata lain, tambahan kepuasan (yang diperoleh dari tambahan jumlah barang yang dikonsumsikan itu) tidak proporsional dengan tambahan jumlah barang yang dikonsumsikan. Gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional ini sebenarnya merupakan gejala psikologis. Namun, mempunyai akibat yang penting di bidang ekonomi karena berpengaruh terhadap tingkah laku konsumen dan bentuk kurva permintaan, dan demikian juga terhadap harga barang.

4.2.3 Marginal Utility dan Harga Barang
            Menambah konsumsi dengan satu satuan itu umumnya tidak  gratis. Barang yang dikonsumsi itu harus dibeli dan dibayar. Maka, dalam mempertimbangkan apakah konsumsi akan ditambah lagi dengan satu satuan (dalam arti membeli lebih banyak dari barang yang sama dalam jangka waktu tertentu), seorang konsumen yang rasional mesti mempertimbangkan:
HASI    : tambahan kepuasan yang diperoleh              Marginal Utility (MU)
PENGORBANAN : tambahan biaya      harga yang harus dibayar (P) Yang dibandingkan: MARGINAL UTILITY dan HARGA BARANG
                        Selama MU > P           konsumsi dapat ditambah
                        Apabila MU < P          konsumsi tidak ditambah lagi

4.2.4  Paradox of Valu
 Sebelum teori nilai guna dikembangkan, ahli-ahli ekonomi menghadapi kesulitan di dalam menerangkan perbedaan yang menyolok di antara harga air dan harga berlian. Air merupakan barang yang sangat berharga sekali untuk manusia tetapi harganya sangat murah. Sedangkan berlian bukanlah benda yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari tetapi harganya sangat mahal.
Apakah yang menyebabkan keadaan yang aneh tersebut?  Jawaban dari teka-teki tersebut harus dicari dalam perbedaan antara Total Utility dan Marginal Utility. Total Utility dari air sangat besar. Tetapi umumnya air tersedia dalam jumlah yang begitu melimpah sehingga Marginal Utility praktis sama dengan 0. Padahal, penilaian orang terhadap air itu dan harga yang bersedia dibayar untuk memperolehnya ditentukan oleh satuan terakhir (marginal): kalau air melimpah, kehilangan beberapa unit dinilai tidak apa-apa.
            Teori nilai guna memberikan penjelasan yang lebih tepat mengenai sebabnya terdapat perbedaan yang sangat menyolok antara harga air dan berlian. Perbedaan tersebut disebabkan oleh nilai guna marginal mereka yang sangat berbeda. Oleh karena air sangat mudah diperoleh maka orang akan mengkonsumsi air sehingga pada tingkat di mana nilai guna marginal air sangat sangat murah. Nilai guna marginal air adalah begitu rendahnya sehingga orang baru mau menggunakan lebih banyak air apabila harganya sangat rendah sekali. Nilai guna marginallah yang menentukan apakah suatu barang itu mempunyai harga yang tinggi atau rendah.

4.3       Keseimbangan Konsumen
         Sampai sekarang pembicaraan dibatasi pada perilaku konsumen terhadap satu macam barang saja. Kenyataannya konsumen membutuhkan aneka macam barang. Dalam bab ini akan diselidiki perilaku konsumen terhadap berbagai barang: berapa yang akan dibeli dari bermacam-macam barang agar kebutuhannya terpenuhi dengan sebaik-baiknya dan tercapai kepuasan maksimal.
            Konsumen dikatakan dalam keadaan keseimbangan (equilibrium) apabila ia sudah membagi-bagikan pengeluaran uangnya atas berbagai macam barang sedemikian rupa, sehingga ia sudah tidak dapat memperbesar kepuasan totalnya (yang dapat diperoleh dari sejumlah uang tertentu) dengan mengalihkan pengeluaran uangnya dari barang yang satu ke barang yang lain.

4.3.1 Hukum Gossen II atau Keseimbangan Konsumen
            Prinsip dasar dirumuskan dalam Hukum Gossen II, yang pada pokoknya mengatakan: Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa hingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang, artinya sedemikian rupa hingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, entah dikeluarkan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain.
Kenyataannya konsumen memerlukan berbagai macam barang, tidak hanya satu. Untuk masing-masing barang yang dibeli, berlakulah LDMU atau Hukum Gossen I: dengan menambah konsumsi barang yang bersangkutan, maka MU-nya akan semakin berkurang.
            Uang dibelanjakan untuk berbagai barang kira-kira menurut urutan besar manfaat yang diperoleh dari barang yang dibeli, atau menurut mendesaknya kebutuhan akan barang tersebut.
Konsumen yang bertindak rasional akan membeli barang yang memberikan tambahan kepuasan yang paling besar dibandingkan dengan jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membelinya.
4.3.2 Kritik terhadap Teori Utility: Unsur Waktu
         Teori perilaku konsumen yang berdasarkan pengertian utility dapat membantu memahami pertimbangan konsumen dalam membelanjakan uangnya untuk mencapai kepuasan maksimal. Namun, demikian teori tersebut banyak dikritik juga.
            Kritik pertama adalah bahwa utility tidak dapat diukur secara kuantitatif dengan angka-angka, dan ada kesan berputar-putar: utility diukur dengan jumlah uang atau harga yang mau dibayar, sedang harga yang mau dibayar dijelaskan dari utility .
        Kedua, untuk barang-barang tertentu yang besar/mahal, maka konsumsinya tidak dapat dilakukan secara dipilah-pilah, melainkan sekali untuk seterusnya
        Ketiga, unsur waktu kerap kali perlu ikut diperhitungkan supaya realistis.

4.4    Pendekatan Baru: INDIFERENSI
         Para ahli ekonomi yang dipelopori oleh J.R. Hicks dalam bukunya Value and Capital, mengembangkan suatu cara lain untuk menjelaskan perilaku konsumen. Pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
            Kesukaan konsumen tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dapat diurutkan. Seorang konsumen dapat mengatakan apakah ia dengan jumlah atau kombinasi barang tertentu lebih puas atau kurang puas dibandingkan dengan jumlah/kombinasi lain, atau dinilainya sama saja. Urutan kesukaan konsumen ini kemudian digambarkan dengan sejumlah kurva indiferensi yang masing-masing menunjukkan taraf kepuasan tertentu yang diperoleh dari konsumsi kombinasi barang tertentu. Kurva-kurva indiferensi ini kemudian dikonfrontasikan dengan harga barang dan besarnya pendapatan konsumen yang tersedia untuk dibelanjakan.

4.4.1 Kurva Indiferensi
            Kurva Indiferensi berbentuk cembung terhadap titik O. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kita bergerak sepanjang kurva indiferensi dari kiri-atas ke kanan-bawah, konsumsi barang yang satu semakin sedikit.
            Ciri-ciri kurva indiferensi diringkas:
1.      Kurva Indiferensi turun ke kanan-bawah (tak ada yang naik ke kanan atas)
2.      Kurva Indiferensi tidak bisa berpotongan satu sama lain (karena kombinasi yang sama tidak dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda-beda)
3.      Kurva Indiferensi cembung terhadap titik 0
4.      Koefisien arah kurva atau Marginal Rate of Substitution makin lama makin rendah/kecil.
Dua hal yang dibicarakan di atas sekarang dapat dikombinasi dan dilukiskan pada diagram yang sama:
a.         Kurva Indiferensi memperlihatkan apa yang diinginkan konsumen atau kesukaannya
b.         Garis Anggaran menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dengan tingkat pendapatan yang tersedia dan harga-harga yang berlaku

4.4.2 Faktor-faktor yang Ikut Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1.      Faktor individual
Setiap orang mempunyai sifat, bakat, minat, motivasi dan selera sendiri. Pola konsumsi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor emosional.
2.      Faktor ekonomi
Selain harga barang, pendapatan konsumen, dan adanya susbtitusi, ada hal lain yang ikut berpengaruh terhadap permintaan seseorang/keluarga:
·     Lingkungan fisik (panas, dingin, basah, dsb.)
·     Kekayaan yang sudah dimiliki
·     Pandangan atau harapan mengenai penghasilan di masa yang akan      datang
3.      Faktor sosial: Orang hidup dalam masyarakat, dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Sudah disebutkan bahwa gaya hidup orang kaya menjadi contoh yang suka ditiru oleh golonngan masyarakat lainnya


BAB V
TEORI PERILAKU PRODUSEN


5.1       Teori Produsen dan Produksi
Produsen adalah orang atau suatu badan perusahaan yang berperan dalam menaikan nilai guna suatu barang atau jasa sehingga dapat menghasikan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan Produksi adalah kegiatan mengubah suatu bahan baku atau sumber daya alam menjadi suatu barang yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menaikkan nilai jual dan guna barang tersebut, atau sumber daya manusia yang dapat menjadi suatu jasa yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menghasilkan nilai jual dan guna jasa tersebut.
Dalam kegiatan produksi terdapat skema produksi seperti pada gambar diatas. Skema yang pertama adalah bahan input apa yang akan di proses, setelah input selesai maka terjadi proses perubahan bentuk atau perubahan nilai guna barang atau jasa, setelah proses selesai kemudian akan muncul outputnya yaitu suatu barang atau jasa yang bisa dijual atau dipasarkan kepada distributor untuk didistribusikan kepada konsumen atau dari produsen langsung didistribusikan kepada konsumennya.
Seperti dalam produksi Air minum dalam kemasan atau Air mineral yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia yaitu Aqua . Perusahaan tersebut mengambil air dari mata air murni di Babakan Pari, Gunung Salak. Kemudian mereka proses mata air tersebut dengan langkah-langkah yang telah menjadi prosedur perusahaan tersebut agar kualitas air menjadi lebih layak untuk dikonsumsi. Setelah proses selesai lalu keluarlah outputnya atau hasil dari proses tersebut yaitu air mineral dalam kemasan yang siap didistribusikan ke konsumen dan distributor. Namun dalam perilaku produsen, tidak hanya skema diatas yang dijalani tetapi banyak proses lain yang harus dijalani agar tercapai tujuan dari perusahaan tersebut, antara lain menghitung berapa maksimal barang yang dapat dihasilkan atau diproduksi dengan biaya seminimal mungkin sehingga terjadi keuntungan maksimal dalam perusahaan.
Contoh perilaku produsen :
1.         Produsen mencari keuntungan dengan menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimum mungkin.
2.         Produsen memberikan Diskon kepada pembeli atau konsumen yang membeli barang dalam jumlah yang banyak yang telah diakantentukan produsen itu sendiri.
3.         Produsen mematok biaya produksi berdasarkan faktor input produksi tersebut, sehingga ketika harga salah satu faktor input naik, maka harga jual hasil produksi pun akan ikut naik.
4.         Selain produsen menghasilkan barang atau jasa sesuai kebutuhan konsumen, produsen juga menghasilkan barang atau jasa sesuai trend atau sesuatu yang sedang banyak diminati oleh masyarakat.
5.         Produsen juga mengadaptasi isu global atau keadaan sosial yang sedang terkenal saat itu untuk memasarkan barang atau jasa yang mereka jual.
6.         Produsen juga memberikan diskon besar-besaran untuk barang yang sudah lama disimpan di gudang atau biasa disebut cuci gudang.
Biaya minimum yang dikeluarkan jika jumlah produk yang diproduksi 200 unit barang:
1.         Sumber daya alam
Contoh : Air, Tanah, Tanaman, Hewan, Udara, Matahari, Bahan-bahan tambang mineral, dan lain-lain.
2.         Sumber daya manusia.
Sumber daya manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.         Tenaga Kerja Terdidik.
Contoh : Manajer Produksi yang tugasnya bertanggung jawab, mengatur dan mengelola segala kegiatan produksi agar hasilnya maksimal.
2.         Tenaga Kerja Terlatih.
Contoh : Tenaga Produksi atau buruh kerja, Security, Driver, dll.
3.         Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih.
Contoh : Office Boy/Girl ,Buruh Angkut, dll.
3.         Sumber modal.
Modal adalah sesuatu yang dibutuhkan seorang produsen atau perusahaan produsen untuk bisa memulai produksi agar menghasilkan suatu barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, atau untuk menambah dan memperluas produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen.
Dari kegiatan produksi ada beberapa tujuan yang akan tercapai yaitu :
1.            Menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
2.            Mendapatkan keuntungan.
3.            Memaksimalkan sumber daya yang ada.
4.            Meminimalkan biaya produksi.
5.            Mengganti barang yang telah habis atau yang rusak.
6.            Memaksimalkan hasil produksi.
7.            Mencari tambahan modal.
Fungsi Produksi.
Fungsi produksi adalah model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah inputan produksi yang dipakai dengan jumlah output barang atau jasa yang dihasilkan dari proses produksi. Secara matematis dapat dinyatakan :
X = f ( A1, A2, A3,...)
X : output yang dihasilkan
(A1,A2,A3,...) : input yang dipakai
Sifat fungsi produksi terdapat dalam suatu hukum ekonomi yaitu : "The Law of Diminishing Returns" (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa jika salah satu input ditambah dengan input lain yang dianggap tetap maka hasil output dari pertambahan input tadi mula-mula akan bertambah, tetapi lama kelamaan akan menurun menurun setelah sampai pada titik maksimalnya jika input terus menerus ditambah.
Kondisi hukum diatas dapat kita liat ketika suatu produsen Tahu menambahkan jumlah kacang kedelai namun jumlah pekerja, mesin dan faktor inputan produksi lainnya dalam kondisi tetap. Jumlah tahu yang dihasilkan memang akan meningkat karena bahan baku kacang kedelai pun bertambah, tetapi ketika kacang kedelai terus menerus ditambah maka proses produksi akan menjadi semakin tidak efektif karena lama kelamaan para pekerja tidak akan sanggup mengerjakan tugas membuat tahu yang semakin banyak ,dan bahan-bahan pembuat tahu yang lain juga tidak bertambah sehingga kacang kedelai tidak semuanya dapat diproduksi menjadi tahu dan akhirnya hasil produksi akan menurun seiring berjalannya waktu produksi. Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya. Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal yaitu produksi jangka pendek adalah bila sebagian faktor seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
1.            Berapa output yang harus diproduksikan;
2.         Berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam menentukan keputusan tersebut digunakan dua asumsi dasar:
1.         Produsen atau pengusaha selalu berusaha mencapai keuntungan yang maksimum;
2.            Produsen atau pengusaha beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn)
Dimana: Y                       =  tingkat produksi (output) yang dihasilkan
X1, X2, X3,…, Xn         = berbagai faktor produksi (input) yang digunakan.
Fungsi ini masih bersifat umum, hanya biasa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bias memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a)         Y = a + bX ( fungsi linier)
b)         Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c)         Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut “The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang)”.
Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.



5.2       Hubungan Produk dan Faktor Produksi
http://coebanif.files.wordpress.com/2010/05/gambar1-2.jpg?w=468
Hubungan produk dan faktor produksi yang digambarkan di atas mempunyai lima sifat yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.         Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah ( garis OB), di mana produk marginal semakin besar; produk rata-rata naik tetapi di bawah produk marginal.
2.         Pada titik balik (inflection point) B terjadi perubahan dari kenaikan hasil bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana produk marginal mencapai maksimum( titik B’); produk rata-rata masih terus naik.
3.         Setelah titik B, terdapat kenaikan hasil berkurang (garis BM), di mana produk marginal menurun; produk rata-rata masih naik sebentar kemudian mencapai maksimum pada titik C’ , di mana pada titik ini produk rata-rata sama dengan produk marginal. Setelah titik C’
4.         Pada titik M tercapai tingkat produksi maksimum, di mana produk marginal sama dengan nol; produk rata-rata menurun tetapi tetap positif.
5.         Sesudah titik M, mengalami kenaikan hasil negatif, di mana produk marginal juga negatif produk rata-rata tetap positif.
Dari sifat-sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi seperti yang dinyatakan dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
a.         produksi total dengan increasing returns;
b.         produksi total dengan decreasing returns; dan
c.         produksi total yang semakin menurun.
Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis mengenai hubungan antara produk total, produk rata-rata, dan produk marginal dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula digunakan analisis matematis. Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi:
Y = 12X2 – 0,2 X3,
dimana :
Y = produk
X = faktor produksi.

5.3       Produksi Optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X,
di mana:
Y              = jumlah produk;
PY            = harga produk;
X              = faktor produksi;
Px             = harga factor produksi.
Produksi optimal dikaitkan dengan penggunaan factor produksi untuk memproduksi output tertentu, posisi optimal akan tercapai ketika tidak mungkin mengurangi output produksi yang lain untuk meningkatkan output.Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan. Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:1. Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.2. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.3. Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.Penentuan Volume Produksi yang OptimalMenurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variable saja. Biaya variable dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sbb :
8.         Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
9.         Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi.Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
10.      Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
11.      Biaya modal (opportunity cost of capital)
12.      Biaya keusangan
13.      Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
14.      Biaya asuransi persediaan
15.      Biaya pajak persediaan
16.      Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
17.      Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
Apabila salah satu biaya diatas naik, maka biaya produksi pun akan naik seperti pada kondisi Indonesia saat ini yang menghadapi kenaikan BBM, para produsen akan menaikkan harga hasil produksi mengikuti harga BBM yang bertambah kemudian tidak menutup kemungkinan harga bahan baku dan biaya-biaya lain dalam proses produksi pun ikut naik seiring dengan kenaikkan harga BBM sehingga mau tidak mau walaupun produsen sudah menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin tapi harga hasil produksi pun harus naik agar tidak terjadi kerugian bagi produsen.

5.4       Least cost combination
Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka penggantian DX2 oleh DX1 masih menguntungkan
Least cost combination digunakan untuk menentukan kombinasi yang mana memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan. Dalam least cost combination terdapat istilah isoquant dan isocost. Isoquant atau disebut juga isoproduct curve adalah kurva yang menunjukan hubungan antara berbagai kemungkinan kombinasi 2 variabel input dengan tingkat output tertentu. Sebagai contoh dalam hal ini variabel yang digunakan adalah Tenaga Kerja dan Modal.Tabel Kombinasi Tenaga Kerja dan Modal untuk menghasilkan 100, 200, dan 300 unit produk.
Kombinasi
Tenaga Kerja
Modal
A
2
16
B
4
11
C
7
7
D
11
3
E
16
1
Dari tabel diatas dapat dibuat kurva isoquant, contoh :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyHMeK7AKYOeILxM0dgDJ0-mvLpoyKXNcbDcozc1B70C536UwPhIOqxqe0LOaAxS-vHC_hrinxsySQXoIWVc9XI8BbkTkvrrN5Iizg3AmVYVfKK5iYyYVfCMGbQYSeCXiGJVDwBdAWge8/s320/New+Picture.png
Sementara itu Isocost atau disebut juga garis ongkos sama adalah kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan cara mengeluarkan sejumlah biaya tertentu. Untuk dapat menggambar grafik isocost ini harus diketahui uang yang tersedia dan harga masing-masing faktor produksi.Contoh : Modal tersedia $500, harga Tenaga Kerja $15,- per unit dan modal $8,- per unit.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLtYHycStmAAOIZL4XBnPckpzGHSzYGYWr87WE_ad1RaA7U3lc08lCqzZlYU9zudKnoofU7oAN1Cnk_y7bI106-WxIWZ6wV48pi7obWBBrFyPxJ_fCQLFDL6UtsTfox4KAS0_bNTpSrPE/s320/New+Picture+%281%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvyaTTv-5SVx8DKspnUNjNamgSXCnxTHXEwar96x0QPDA91wcy_uY2TvGeKEigfATczw7N-S68-4dlBACe2sg-fe0NZOwHvoLk3_G8ZPDP82bZwldHeYAIlzVxNYIMKDERhGgn_gUK298/s320/New+Picture+%282%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKmKr5woS5AjyFrGhNd4t2mpQxvygpLk4w9hZehQzvsu3XH5rJAvdydLtEq_3AEJXWvKrhh0nqEYd9C273AXT2kssudvxCPLNDK3eE3F4WfKOkln6Wt_CKUTc06K9im8SkgFbmETS57k4/s1600/New+Picture+%283%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPu6LMwo95fEsIjIQwCOq6sTGjarAj9nuG_Eq2J2pst_FiizLQitURFlbR1k2El62UMHBVzspwZcXMxnpCGn0xVAy9N9qsFLf7gQ_ekDd49C6EvePyh87eBs3rezgOnTvJ12IKYKz5FlM/s320/New+Picture+%284%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3niLmsYzJDKWtG_xH3YZAlmCOt3Fl1N_QAJpC5mQOm5c-DXG0N869nuIPwevNC5BOfAnZdwktFVAVc-UcxsTo_tTqMEL_fM4SLdxULFadsoLmIhg0nOu37a2YeIECpSDJq9poEdqp5UI/s1600/New+Picture+%285%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzsEqQsarnrxEyeww3H4E_PT9uFus-KRJPhD8E7RYU5dGupybiUWc3grUMP8P37t-xzxe-V0V1JP5WEeeO0Xl-AjErQ7dbcdtevdwziAuse4IhMbZIWbG-rfO7i2tbmlJWqz5R6EKx-sg/s320/New+Picture+%286%29.png
Untuk dapat mencapai tingkat produksi optimal dengan biaya minimum bisa menggunakan kurva bersinggungan antara isoquant dan isocost dengan syarat :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLQe_zbdwQ8JhvDgOmb0tREc9VggCqPMPLvGN9ageYK881rXTfMaAk5Ar1iTSVhyyMAX_eeefTrvi466UViNmlsOccHJFELaaUjm7lYHrrTpBGVdLHYhaFEqhn1mOZRjO9gQeHwlRG1nE/s1600/New+Picture+%287%29.png
disebut Marginal Rate Of Technical Subsitution (MRTS) yaitu jumlah input (x1) harus ditambah jika input (x2) dikurangi agar output yang dihasilkan tetap. Syarat inilah disebut Least Cost Combination.Contoh dari cara meminimalkan ongkos produksi jika hasil output sudah di ketahui dengan data sebagai berikut : Toko sepatu memiliki modal tersedia $8.000, harga Tenaga Kerja $10,- per unit dan modal $25,- per unit dan jumlah yang diproduksi 200 unit sepatu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Jnj9SpeUyVqeV4FDIdOeanq1kYJM3YjyXERlyZKZx9d2vzIGFeY1bY1BRYCnrYJew4a0TLBCdivrwDKqr_-KiK7rV9OlffzV9g2lNpJTWYeCU46JOg40wike27AFUIlDLj1zbziY1to/s320/New+Picture+%289%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL8pVZZDQBmSKQb_IYTyE2SPrdr6wNKrnBH50lT6mdpWWVcRUhmjwpDZ4aSrFjT57xSUL6xVTQFZQHIWsouzaITCzJHh7APLrWOpFtzE-YbF7IicazjCZWHB7RoifmZlT5MZnWyLz91Fs/s320/New+Picture+%288%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-mSg9GDVMP4wQe7Mr5K2ocEtBfkfedsDGfz857lUMFEIpASUbKMJfOmjTimU_UP5pI8tRYx2PWME7showwnuRK_Z-YsXKIW6T0DshHUwU7aAa2PFPYJHUSnYL4DCP-FfysfdnWk4HxCg/s320/New+Picture+%252810%2529.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh509Kfzzvs-Ct0vxdxR4Q2pInobv7hqmDhWDkHEnLq3YGNvdALnl_jUglfwO13q1MlCict5wnH13vgevjSq5xRG0p2AmrK7ukWLijwRBcJuSqv3JjFyMlk4xZ_Fek9vT-xs2EhIEmo-Fw/s320/New+Picture+%2811%29.pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqycxXIectE0FfubR9PcwpDgr24I9n9qEVDzABPBPOmyA4KYg0CtA_tbMP_PfNoYJTYWblaAUXffRna4RBKF9tAhqSk6zmMv065L3kHwjzcnH1N8XTiGE4CwPNzDhYih4Df42Wan2pcLI/s320/New+Picture+%2812%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW77-JMVuT_OZuHBrwi_ATb38qvV7_FVXTfPmambWYo2G_oaB0xgc0OAGHNWtbdAZudjK0Am1vjhafmV0OrxKtYF-3Rdczd0lOwb8jFKmLNFrfRxyCUwDRKY7HtA3zQZhMh6om5n-yTzA/s320/New+Picture+%2813%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOOkb5dYvo_yLN9oEjgXEZX6MfboNgzfHn2Jm7Yjh7kqBei1GR3Df8SRDu7cnWJkaVi33SA5GxrH4AL2PBe585x1BNQJVdF_mMdet9aoS1P3nK3F-G27LoMSd_O1_10x8nSzmWNoOQT4w/s320/New+Picture+%252814%2529.png













BAB VI
BENTUK BENTUK PASAR


6.1       Pengertian Pasar
Pasar menurut pengertian Istilah ialah suatu tempat dimana pembeli dan penjual berinteraksi dalam menentukan harga dan jumlah barang yang ingin dibeli atau dijual, Dalam pengertian yang sederhana atau sempit pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.
Sedangkan Pasar Menurut Pengertian secara Meluas adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Dan Pengertian Pasar secara Khusus adalah Sebagai sarana distribusi
Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya pada konsumen, Sebagai pembentuk harga Di pasar terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklah harga, dan Sebagai sarana promosi
Dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli barang tersebut.
Definisi pasar secara luas menurut W.J. Stanton adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serta kemauan untuk membelanjakannya.
Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau jasa dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi.
Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal. Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan harga faktor produksi tersebut.

6.2       Macam – macam Pasar
6.2.1 Pasar Persaingan Sempurna
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal karena dianggap sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Perekonomian merupakan pasar persaingan sempuma. Akan tetapi dalam prakteknya tidaklah mudah untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu yang ciri-cirinya sepenuhnya bersamaan dengan dalam teori. Yang ada adalah yang mendekati ciricirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan disektor pertanian. Namun demikian, walaupun pasar persaingan sempurna yang murni tidak wujud di dalam praktek. Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
1.    Ciri-Ciri Pasar Persaingan Sempurna
a.   Setiap perusahaan adalah “pengambil harga”
Artinya suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau merubah harga pasar. Adapun perusahaan di dalam pasar tidak akan
menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli.
b.   Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
Artinya sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri tersebut, langkah ini dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada produsen yang ingin melakukan kegiatan di industri tersebut. Produsen tersebut dapat dengan mudah melakukan kegiatan tersebut.
c. Setiap perusahaan menghasilkan barang yang sama Artinya bahwa             barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Pembeli tidak dapat membedakan yang mana dihasilkan oleh produsen A atau B.
d.  Banyak perusahaan dalam pasar Artinya karena jumlah perusahan sangat banyak dan relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Menyebabkan kenaikan atau penurunan harga, sedikitpun tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar tersebut.
e.  Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan di pasar Artinya bahwa pembeli mengetahui tingkat harga yang berlaku dan perubahanperubahan ke atas harga tersebut. Sehingga produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lain lebih tinggi dan pada yang berlaku di pasar.
2.    Kelebihan Pasar Persaingan Sempurna
 Adapun kelebihan dari Pasar persainag sempurna adalah sebgai berikut:
a.  Karena biaya yang tidak terlalu tinggi, penjual bebas membuka maupun meenutup usahanya.
b.  Barang yang tersedia di pasar banyak.
c.  Penjual dan pembeli mencapai kepuasan maksimum.
3.    Kelemahan Pasar Persaingan Sempurna
a.    Penjual tidak dapat memaksimalkan laba Karena laba di tentukan  oleh pembeli.
b.    Hanya ada dalam kondisi Perekonomian ideal.
c.     Pasar persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
d.     Pasar persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial
e.     Pasar persaingan sempurna membatasi pilihan konsumen
f.     Biaya produksi dalam pasar persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
g.    Distribusi pendapatan tidak selalu merata 
6.2.2 Pasar Monopoli
Pasar Monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar? di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai “Monopolis”.
Pasar Monopoli adalah suatu bentuk pasar  dimana hanya terdapat satu perusahaan saja dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang penganti yang sangat dekat. Biasanya keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan Monopoli adalah keuntungan yang melebih normal dan ini diperoleh karena terhadap hambatan yang sangat tangguh yang di hadapi perusahan – perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut.    
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang Monopoli dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga.
1.          Ciri – ciri Pasar monopoli
Ø      Pasar Monopoli adalah industri satu perusahan
Ø      Tidak mempunyai barang panganti yang mirip
Ø      Tidak terdapat  kemungkinan untuk masuk dalam industri
Ø      Dapat mempengaruhi penentuan harga
Promosi iklan kurang diperlukan
2.         Faktor – faktor yang mempengaruhi Pasar Monopoli
Ø      Perusahaan monopoli mempunyai sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain
Ø      Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.
Ø      Perusahaan monopoli wujud dan berkembang mulalui UU dan peraturan pemerintah.
3.         Pasar Persaingan Monopolistis
Pasar persaingan monopolistis pada dasarnya adalah pasar yang berada diantar dua jenis pasar yang ekstrem yaitu pasar persaingan sempurna dan monopoli. Oleh sebab itu sifat – sifatnya mengandung unsur – unsur pasar monopoli dan pasar persaingan monopolistis dapat didefenisikan sebagai suatu pasar  dimana banyak produsen yang mengahasilkan barang yang berbeda corak  (diferentetiated product).
Kemudian dapat di katagorikan pula dari Pasar persaingan Monopolistis adalah pasar dangan banyak penjual yang menawarkan suatu jenis barang dengan dieffisiensi produk yang berbeda – beda dari segi berkualitas bentuk dan ukuran, contohnya Obat – obatan.
4.         Ciri – ciri Pasar persaingan monopolistis
Ø      Terdapat banyak penjual.
Ø      Produsen dapat mempengaruhi harga.
Ø      Produsen lain mudah memasukkan pasar.
Ø      Promosi penjualan aktif.


6.2.3  Pasar Oligopoli
Pasar Oligopoli hanya terdiri dari sekelompok kecil dari perusahaan. Biasanya struktur dari industri dealam pasar oligopoli adalah :
(i). terdapat beberapa perusahaan raksasa yang       menguasai    sebagian besar pasar  oligopoli
(ii). Terdapat pula beberapa perusahaan kecil.
 Beberapa perusahaan golongan pertama (yang menguasai pasar) sangat mempengaruhi satu sama lain karena keputusan dan tindakan oleh salah satu daripadanya sangat mempengaruhi perusahan lainnya.
1.      Ciri – ciri Pasar Oligopoli
Ø      Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak
Ø      Kekuasaan menetukan hargaa adakalanya lemah dan adakalanya sangat tangguh
Ø      Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan. 
2.      Faktor – faktor yang menyebabkan kesukaran memasuki pasar Oligopoli
Ø     Skala ekonomi;
Ø     Perbedaan biaya produksi;
Ø     Sifat – sifat yang mempunyai keistemewaan yang suka diimbangi dangann perusahaan baru;
 


6.3       Pengaruh Pasar di dalam kehidupan
Pasar terdapat beberapa Pengaruh di dalam menjalankannya di kalangan masyarakat sekeliling kita sehari – hari, adapun kebijakan Pengaruhnya di dalam menjalankan Pasar itu terdapat beberapa Pengaruh pasar  perekonomian yaitu di antaranya :
1.      Kebijakan fiskal dan pengaruhnya terhadap perekonomian
Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara dan pengeluaran negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran (defisit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara.
Di dalam perhitungan defisit atau surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), perlu diperhatikan jenis-jenis penerimaan yang dapat dikategorikan sebagai penerimaan negara, dan jenis-jenis pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai pengeluaran negara. Pada dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah pajak-pajak dan berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari perekonomian dalam negeri, yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian. Dengan demikian hibah dari negara donor serta pinjaman luar negeri tidak termasuk dalam penerimaan negara.
2.       Kebijakan moneter dan pengaruhnya terhadap perekonomian
Pada dasarnya, kebijaksanaan moneter ditujukan agar likuiditas dalam perekonomian berada dalam jumlah yang “tepat” sehingga dapat melancarkan transaksi perdagangan tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelaksanaan pengaturan jumlah likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan oleh bank sentral, melalui berbagai instrumen , khususnya open market operations (OMOs).
Dalam melaksanakan OMO, pada umumnya bank sentral menjual atau membeli obligasi negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam perekonomian dirasakan perlu ditambah, maka bank sentral akan membeli sejumlah obligasi negara di pasar sekunder, sehingga uang beredar bertambah, dan dilain pihak bila bank sentral ingin mengurangi likuiditas dalam perekonomian, bank sentral akan menjual sebagian obligasi negara yang berada dalam portofolio bank sentral. Perlu difahami bahwa portofolio obligasi negara di bank sentral tersebut memberikan pendapatan kepada bank sentral berupa bunga obligasi.













BAB VII
PASAR FAKTOR PRODUKSI (PASAR INPUT)


7.1       Pengertian Pasar input
Pasar input adalah pasar yang menyediakan berbagai faktor produksi yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan skill/keahlian.
Cirri-ciri pasar input :
a.Tidak berwujud fisik tetapi kegiatan
b.Permintaan dan penawaran faktor produksi dilakukan dalam jumlah besar
c.Jenis penawaran danpermintaan faktor produksi sesuai dengan produksi yg dihasilkan
d.Penawaran faktor kadang merupakan monopoli sedangkan permintaan faktor produksi bersifat kolektif.

7.2       Macam-macam pasar faktor produksi
7.2.1    Pasar sumber daya alam/tanah
Faktor produksi tanah meliputi permukaan dan semua yang terkandung di dalamnya. Balas jasa yang diterima dari pengguna adalah sewa tanah.  Harga dan jumlah permintaan tanah berbeda ini tergantung dari perbedaan sifat tanah, letak dan banyaknya tanah yg digunakan untuk produksi.
Proses terbentuknya harga tanah sangat tergantung dari permintaan dtanah tersebut. Semakin tinggi permintaan tanah harga/sewa tanah akan semakin mahal dan sebaliknya.
Ada beberapa teori yang coba menjelaskan penyebab perbedaan sewa tanah :
1)      Teori kesuburan asli tanah : sewa tanah tergantung tingkat kesuburan asli tanah. Jika tanah mempunyai kesuburan asli, hasil produksi akan lebih besar.
2)      Teori perbedaan kesuburan tanah (David Ricardo): jika tanah punya tingkat kesuburan tinggi harga sewa akan tinggi dan sebaliknya.
3)      Teori letak tanah (Von thunen) : jika tanah terletak dekat fasilitas publik dan kegiatan ekonomi, harga sewa akan tinggi karena letak strategis memungkinkan banyak peluang ekonomi untuk mengembangkan usaha                              
4)      Teori harga derivasi tanah : tergantung dari jumlah permintaan terhadap tanah.

7.2.2 Pasar sumber daya manusia/tenaga kerja
Pasar tenaga kerja adalah seluruh kegiatan dari pelaku yang tujuannya mempertemukan para pencari kerja dengan pengguna tenaga kerja.
·   Permintaan tenaga kerja.
Berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Permintaan datang dari rumah tangga produksi, dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah, perubahan permintaan pasar terhadap hasil produksi, harga barang-barang modal.
·   Penawaran tenaga kerja
Dipengaruhi oleh tingkat upah terutama jenis jabatan yang sifatnya khusus. Penawaran datang dari masyarakat.
·   Keseimbangan pasar tenaga kerja
Terjadi apabila pada tingkat upah tertentu pencari kerja menerima pekerjaan yang ditawarkan dan pengusaha bersedia mempekerjakan tenaga kerja tersebut.
         Teori upah tenaga kerja :
1)      Teori upah normal (David Ricardo): upah diberikan sesuai kemampuan perusahaan berdasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan berdasarkan pada biaya hidup pekerja.
2)      Teori upah besi (Ferdinand Lassalle): upah harus ditekan serendah mungkin untuk memperoleh keuntungan maksimal. Akibatnya upah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk mengatasi hal ini maka dibentuklah serikat pekerja.
3)      Teori dana upah (John Stuart Mill):  tergantung kesediaan jumlah modal untuk membayar upah. Jika jumlah penawaran tenaga kerja tiinggi maka tingkat upah akan rendah.
4)      Teori upah etika (kaum Utopis): upah harus dapat mendorong pekerja untuk hidup layak.
System pemberian upah :
1)      Upah menurut waktu: dibayarkan setiap satuan waktu; harian,mingguan,bulanan atau per jam
2)      Upah satuan: dibayarkan berdasarkan jumlah satuan unit yang dapat diselesaikannya
3)      Upah borongan : berdasarkan  satu unit pekerjaan secara keseluruhan, biasanya untuk proyek2 bangunan/jalan.
4)      Upah upah indeks : berdasarkan indeks biaya hidup
5)      Upah skala : berdasarkan skala penjualan perusahaan
6)      Upah dengan premi: upah karyawan ditambah premi (upah ekstra) berdasakan tambahan pekerjaan
7)      Upah partisipasi : membagikan keuntungan perusahaan kepada karyawan
8)      Upah co-partnership: kesempatan karyawan untuk bisa membeli saham perusahaan.
Syarat pengupahan yang baik :
1.       Pekerja harus tau bagaimana proses penentuan gaji nya
2.       Upah harus dibayar tepat waktu
3.       Upah harus adil dan wajar
4.       Jumlah upah harus mencukupi kebutuhan minimum

7.2.3    Pasar Modal
Merupakan pasar tempat dana dan investasi jangka panjang diperjualbeikan. Permintaan dating dari pengusaha dan penawaran dating dari pemilik modal. Balas jasa yang diperoleh pemilik modal disebut bunga. Permintaan modal dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal. Tinggi rendahnya tingkat bunga modal dipengaruhi oleh factor :
1)      Permintaan dan penawaran modal dalam masyarakat
2)      Kemungkinan resiko hilangnya modal yang dipinjamkan
3)      Kondisi perekonomian
4)      Campurtangan pemerintah dalam penetapan tingkat bunga

Teori bunga modal
1)      Teori produktivitas (JS. Mill): modal pinjaman digunakan untuk kegiatan usaha produktif      
2)      Teori abstinence/pengorbanan : diberikan sebagai balas jasa atas investasi yang tidak digunakan oleh perusahaan lain. Dengan demikian pemilik modal mendapat balas jasa ayas pengorbanan menunggu modal kembali.
3)      Teori agio (Von bawerk) : diberikan ats kerugiana perbedaan nilai, alas an kerugian antara lain
-  Alasan ekonomi : nilai uang sekarang lebih tinggi dari nilai uang satu tahun mendatang
-  Alasan psikologi : asumsi bahwa nilai dan alat pemuas kebutuhan pada masa datang lebih rendah
-  Alasan teknik : barang modal dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya.
4)      Teori liquidity preference (JM.Keynes) : bunga modal diberikan sebagai ganti rugi atas pengorbanan karena tidak menggunakan uang liquid akibat dipinjam orang lain.
5)      Teori bunga dinamis (JB.Schumpeter) : barang modal yang digunakan dalam proses produksi akan menghasilka laba. Sebagian laba usaha diberikan kepada pemilik modal sebagai bunga.
           

7.2.4 Pasar faktor produksi kewirausahaan/skill/keahlian
Dalam menjalankan usaha, selain tanah, manusia dan modal ada faktor penting lain yang harus diperhatikan yaitu dibutuhkannya seorang pemimpin yang mampu menjalankan usaha dengan baik. Seorang pengusaha adalah orang yang memiliki kemampuan mengelola, menyatukan faktor produksi dan dapat mengendalikan perusahaand dengan baik, mampu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, memperoleh keuntungan dan berani mengambil resiko.
Teori laba usaha :
1)      Teori inovasi (JB.Schumpeter) : peningkatan laba perusahaan diperoleh jika wirausahawan mengembangkan produk baru atau melakukan inovasi atas produknya.  
2)      Teori nilai lebih (Kael Marx) : laba diperoleh akrena ada pembayaran upah yang rendah dibandingkan jasa pekerja kepada perusahaan. Artinya laba diperoleh dari upah yang tidak dibayarkan perusahaan kepada pekerja.
3)      Teori keuntungan (JB say) : wirausahawan memiliki tugas memimpin dan mengelola perusahaan agar memperoleh laba. Jika wirausaha berinvestasi di perusahaan ia juga akan memperoleh bunga modal.
4)      Teori resiko usaha ( Hawley) : wirausaha akan menanggung resiko kerugian jika usaha yang dikelola gagal. 
5)      Teori residu (David Ricardo) : pengusaha akan memperoleh laba jika ada kelebihan penerimaan perusahaan yang dihasilkan dari selisih pendapatan total dikurangi biaya total. Kelebihan inilah yang akan diberikan kepada wirausaha sebagai bunga modal

DAFTAR PUSTAKA




Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan, (Jakarta: Pradya  Paramita, 1995).

Susanti, Dwi & Gendrowati Ekonomi 2 (Kelas XI), (Jakarta: Erlangga, 2004)

Yayla, Atilla (ed.); Islam, masyarakat sipil, dan ekonomi pasar (Jakarta : Friderich Naumann, 2004,)

Sukirno, Sadono.1994.Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Salvatore, Dominick.1992. Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga

Mankiw, N. Gregory. 2008. Principles of Macroeconomics Fifth Edition. Mason (USA): South-Western Cengage Learning.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

McEachern, William A. 2001. Ekonomi Mikro: Pendekatan Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Wijaya, Faried. 1989. Ekonomikamikro Edisi I. Yogyakarta: BPFE
Dickinson, John R. 2002. A Need to Revamp Textbook Presentations of Price Elasticity.
Journal of Marketing Education Vol. 24 No.2 : 143.

Budi S, Mulyo. 2009. Analisis Permintaan Rumah Sederhana di Kota Semarang. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 16 No.2 :126-139.

Mallios, Seth & Shane Emmett. 2004. Demand, Supply, and Elasticity in The Copper Trade at Early Jamestown. The Journal of The Jamestown Rediscovery Center Vol. 2.
Greco, Anthony J. 2005. Cross Elasticity of Supply: Seldom Heard of and Seldom Taught. Journal for Economic Educators Vol. 5 No. 1.

Wahana, Jaka dan Kirbrandoko, 1995, Pengantar Mikro Ekonomi Jilid I, Terjemahan Cetakan pertama, Binarupa Aksara, Jakarta






1 komentar:

  1. 1. B

    SAYA SEBAGAI RAKYAT KECIL MEMOHON KEPADA PRESIDEN RI (NKRI) TUAN Ir JOKO WIDODO DAN WAKIL PRESIDEN RI (NKRI) TUAN JUSUF KALLA UNTUK MEMBUKA LOWONGAN KERJA PEGAWAI LINMAS SECARA UMUM DALAM SETIAP TAHUN UNTUK WARGA NEGARA ASLI RI (NKRI), SAYA SEBAGAI RAKYAT KECIL MEMOHON PADA PRESIDEN RI (NKRI) TUAN JOKO WIDODO LEBIH SERIUS LAGI DAN LEBIH BERSUNGGUH-SUNGGUH MEMPERHATIKAN NASIB WARGA NEGARA ASLI RI (NKRI) DI PROVINSI PAPUA SAMPAI KE POLOSOK DESA/ KEPOLOSOK PERKAMPUNGAN, DI PROVINSI MALUKU SAMPAI PELOSOK DESA, DI PROVINSI NTT SAMPAI DI PELOSOK DESA.

    SAYA SEBAGAI RAKYAT KECIL MELIHAT DIDAERAH ENREKANG (PROVINSI SULAWESI SELATAN) BELUM ADA RUMAH SAKIT, SAYA SEBAGAI RAKYAT KECIL MELIHAT DI DAERAH ENREKANG (PROVINSI SULAWESI SELATAN) BELUM ADA LAMPU PENERANG JALAN, DI JALAN ENREKANG SANGAT GELAP KEMUDIAN DI DAERAH ENREKANG (PROVINSI SULAWESI SELATAN) BELUM ADA GEDUNG-GEDUNG SEKOLAH DI MULAI DARI SD HINGGA SMU ( BAGAIMANA WARGA MASYARAKAT MAU JADI PINTAR, GEDUNG GEDUNG SEKOLAH AJA BELUM ADA YANG DI BANGUN), BELUM ADA DI DAERAH ENREKANG BESI PEMBATAS PEMBATAS JALAN KARENA SEBELAH KIRI ADALAH JURANG ( DIDAERAH ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN SERING TERJADINYA KECELAKAAN: MOBIL MASUK JURANG) DAN KHUSUSNYA DIDAERAH ENREKANG (PROVINSI SULAWESI SELATAN) SEPERTINYA WARGA MASYARAKAT BELUM SUNGGUH SUNGGUH DIPERHATIKAN DENGAN BAIK OLEH PIHAK PEMERINTAH DAERAH YAITU PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DAN PEMERINTAH PUSAT RI (NKRI).
    MUDAH MUDAHAN SUARA SAYA DI DENGAAR OLEH PRESIDEN RI (NKRI) TUAN Ir. JOKO WIDODO dan WAKIL PRESIDEN RI (NKRI) TUAN JUSUF KALLA.

    SAYA SEBAGAI RAKYAT KECIL MEMOHON KEPADA PRESIDEN RI (NKRI) TUAN Ir JOKO WIDODO DAN WAKIL PRESIDEN RI (NKRI) TUAN JUSUF KALLA MEMBUAT UNDANG UNDANG DASAR YANG ISINYA BAHWA CALON PRESIDEN RI (NKRI) 2019 MERUPAKAN WARGA NEGARA ASLI RI (NKRI) SERTA MEMILIKI GELAR KESARJANAAN MINIMAL STRATA 2 (DUA) YAKNI MAGISTER HUKUM DAN MEMILIKI KOMPETENSI TENTANG ILMU HUKUM.

    SEHARUSNYA PRESIDEN RI (NKRI) TUAN Ir JOKO WIDODO DAN WAKIL PRESIDEN RI (NKRI) TUAN JUSUF KALLA MENCIPTAKAN LAHAN PERSAWAHAN SELUAS-LUASNYA UNTUK WARGA NEGARA ASLI RI (NKRI) DI PROVINSI PROVINSI DI DKI JAKARTA, DI PROVINSI JAWA TENGAH, DI PROVINSI JAWA TIMUR, DI PROVINSI DAERAH ISTEMEWA YOGYAKARTA, DIPROVINSI ACEH, DI PROVINSI SUMATERA UTARA, DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN KHUSUSNYA DI PULAU SULAWESI DAN PULAU PAPUA SERTA PULAU KALIMANTAN. SUPAYA TIDAK ADA LAGI ANAK ANAK BALITA BUSUK LAPAR DAN TIDAK ADA LAGI ANAK ANAK BALITA KE LAPARAN DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
    KENAPA HARGA BERAS NAIK?
    KARENA DISEBABKAN ADANYA LAHAN PERSAWAHAN TINGGAL SEDIKIT DAN LAHAN PERSAWAHAN DIGANTI/ DIUBAH MENJADI GEDUNG-GEDUNG BERTINGKAT YAKNI APARTEMEN BERKANTORAN, DISKOTIK, JALAN TOLL, DLL.
    STOP KATAKAN TIDAK PADA BERAS IMPOR

    STOP KATAKAN TIDAK PADA SAPI IMPOR
    SEHARUSNYA PRESIDEN RI (NKRI) DAN WAKIL PRESIDEN RI (NKRI) MENCIPTAKAN LAHAN PETERNAKAN DAN MENCIPTAKAN SWASEMBADA TERNAK SAPI DAN TERNAK KERBAU SELUAS-LUASNYA KE PROVINSI PROVINSI DI DKI JAKARTA, DI PROVINSI JAWA TENGAH
    MUDAH MUDAHAN SUARA SAYA DI DENGAAR OLEH PRESIDEN RI (NKRI) TUAN Ir. JOKO WIDODO dan WAKIL PRESIDEN RI (NKRI) TUAN JUSUF

    TUHAN JESUS MEMBERKATI

    BalasHapus