TUGAS AKHIR
SILABUS STUDI AUDIT
MANAJEMEN
oleh
:
JANUARI CHRISTI
BAMBANG RAHINO
F A R I D
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MERDEKA SURABAYA
2013
PERTEMUAN
|
POKOK BAHASAN
|
SUB POKOK
BAHASAN
|
1
|
BAB I : Dasar-Dasar Audit
|
|
2
|
BABII: Pengelolaan
Audit Manajemen
|
|
3
|
BAB III: Perilaku Auditor Dalam Pelaksanaan Audit Manajemen
|
|
4,5
|
BAB IV: Audit Manajemen Kinerja Manajerial
|
|
6,7
|
BAB V : Audit
Manajemen Sumber Daya manusia (SDM)
|
|
UJIAN
|
TENGAH
|
SEMESTER
|
9
|
BAB VI : Audit Manajemen Fungsi Keuangan
|
|
10,11
|
BAB VII : Audit Manajemen Fungsi Pemasaran
|
|
12
|
BAB VIII : Audit
Manajemen Fungsi Pembelian
|
|
13
|
BAB IX : Audit Manajemen Fungsi Manufaktur Manufaktur
|
|
14,15
|
BAB X : Audit Manajemen Terhadap Kepastian Mutu
|
|
|
Penyusunan Laporan
Hasil Audit
|
|
UJIAN
|
AKHIR
|
SEMESTER
|
|
DAFTAR PUSTAKA :
|
SELALU
BERSEMANGAT DEMI KEMAJUAN DIRI SENDIRI, KELUARGA, DAN NEGARA
BAB I
DASAR-DASAR AUDIT
1.1
Pengertian Audit Manajemen
Audit manajemen adalah suatu teknik yang meliputi berbagai bidang
yang luas tentang prosedur, metode penilaian, kelayakan dan
pendekatan-pendekatan. Pemeriksaan manajemen dirancang untuk menganalisis,
menilai, meninjau ulang dan menimbang hasil kerja perusahaan dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan atau pedoman yang ditentukan oleh
perusahaan. Tujuan dari pemeriksaan manjemen adalah untuk mengevaluasi
efisiensi dan efektifitas perusahaan (Alexander Hamilton Institute, 1986:1).
Menurut Arens dan Loebbecke (2003:12) Audit manajemen adalah evaluasi terhadap seluruh prosedur dan metode
organisasi perusahaan, dalam tujuan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan
efektivitas perusahaan.
Menurut Carmichael dan John Wilingham (Auditing Concepts and Methods : A Guide to Current Auditing Theory and Practise, 1996:625) manajemen audit adalah suatu penelaahan sistematis terhadap aktivitas suatu organisasi tertentu dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan tertentu dengan maksud untuk menilai kegiatan, mengidentifikasi berbagai kesempatan untuk perbaikan, mengembangkan rekomendasi bagi perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Menurut Carmichael dan John Wilingham (Auditing Concepts and Methods : A Guide to Current Auditing Theory and Practise, 1996:625) manajemen audit adalah suatu penelaahan sistematis terhadap aktivitas suatu organisasi tertentu dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan tertentu dengan maksud untuk menilai kegiatan, mengidentifikasi berbagai kesempatan untuk perbaikan, mengembangkan rekomendasi bagi perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
1.2 Tujuan Audit Manajemen
Tujuan dari audit manajemen adalah:
1. Penilaian atas pengendalian
Berhubungan dengan pengendalian administrasi
(administrative control) pada suatu perusahaan, yang bertujuan untuk menentukan
apakah pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti efektif dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
2. Penilaian atas pelaksanaan
Auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan apakah
kegiatan perusahaan telah berjalan secara efektif dan efisien.
3. Memberikan bantuan kepada manajemen
Dengan jalan memberikan rekomendasi perbaikan yang
diperlukan oleh perusahaan. Dan sebagai seorang auditor untuk membantu
manajemen harus memahami dahulu prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dan
fungsi-fungsi manajemen, yaitu planning, organizing, staffing, leading, dan
controlling.
1.3 Manfaat
Audit Manajemen
Manfaat dari audit manejemen adalah:
1.
Mengevaluasi
tujuan, kebijakan, sasaran, peraturan, prosedur dari struktur organisasi yang
belum ditentukan sebelumnya.
2.
Mengevaluasi
kriteria pengukuran pencapaian tujuan organissasi dan penilaian prestasi
manajemen.
3.
Secara
independen dan objektif menilai prestasi individual dan kegiatan unit
organisasi tertentu.
4.
Menilai
efisiensi, efektivitas, dan kehematan sistem perencanaan dan pengendalian
manajemen.
5.
Menemukan/mengidentifikasi
masalah organisasi yang timbul dan jika mungkin menentukan penyebabnya.
6.
Menilai /
meyakini reliabilitas dan manfaat berbagai laporan pengendalian manajemen.
1.4 Tahapan
dalam Audit Manajemen
Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan audit manajemen
menurut Alexander Hamilton (Management Audit: Maximizing Your Company’s
Efficiency and Effectiveness,1996) :
1. Definisi ruang lingkup
proyek
Merupakan tahap pengenalan dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman mengenai latar belakang serta kegiatan yang diperiksa. Hal
ini membantu auditor mengidentifikasi masalah yang timbul, menemukan
penyebabnya dan kemudian melakukan tindakan-tindakan pembetulan.
2. Rencana, persiapan dan
organisasi
Pemeriksaan manajemen pada tahap ini adalah meneliti
serta menelusuri lingkup setiap sumber dokumentasi, kemudian dianalisa dan
selanjutnya diperbaharui.
3. Pengumpulan fakta dan
pembaharuan dokumen
Meliputi pengumpulan seluruh data pemberitahuan yang
berhubungan dengan ruang lingkup dari proyek termaksud. Data ini diperoleh dari
surat-menyurat dan untuk informasi yang non formal dapat diperoleh secara
langsung dari para karyawan melalui wawancara.
4. Riset dan
analisis
Pada tahap ini pemeriksa mengumpulkan semua bukti dan
data yang sangat penting untuk mendukung suatu kesimpulan pendapat pada
pimpinan teratas. Dan selanjutnya penelitian akan diubah sesuai dengan tujuan
perencanaan dan mengevaluasi keadaan lingkup tertentu. e.
5. Laporan
Dari hasil pengujian dan pemeriksaan yang dijelaskan
dilaksanakan, kemudian dibuat laporan hasil audit secara menyeluruh yang
merupakan kesimpulan atas pemeriksaan yang dilakukan.
BAB II
PENGELOLAAN
AUDIT
2.1 Konsep
Audit Manajemen
Konsep pemeriksaan manajemen
merupakan suatu alat yang akhir-akhir ini sedang dikembangkan, dan hasilnya
sudah dinikmati oleh kebanyakan perusahaan yang sudah maju. Pemeriksaan
manajemen tujuannya berbeda dengan pemeriksaan keuangan, dan dalam hal-hal
tertentu pendekatan pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaaan operasional.
Pemeriksaan manajemen mulai
dikenal di Indonesia pada dasawarsa tujuhpuluhan terutama oleh lembaga
pemeriksa pemerintah seperti Direktorat Jendral Pengawasan Keuangan Negara
(Sekarang Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) dan juga Badan Pemeriksa
Keuangan. Pemeriksaan operasional terutama bertujuan untuk memeriksa kehematan,
efisiensi, dan efektivitas kegiatan dan juga menilai apakah cara-cara
pengelolaan yang diterapkan dalam kegiatan tersebut sudah berjalan dengan baik.
Pemeriksaan ini menilai sampai
sejauh mana manajemen memiliki sumber daya, apakah sudah sfisien, ekonomis dan
efektif. Pemeriksaan manajemen sebagai suatu analisa yang independen dan
sistematis atas aktivitas dari semua tingkat manajemen yang dilakukan oleh
pemeriksa intern dengan tujuan memperbaiki kemampuan pencapaian laba organisasi
melalui perbaikan kinerja fungsi manajemen, pencapaian tujuan program, tujuan
sosial dan pengembangan pegawai.
Pada garis besarnya,
perusahaan akan menilai hasil pemeriksaan manajemen dari 3 segi, yaitu :
1. Pemeriksaan manajemen dalam hubungannya
dengan pengukuran kesesuaian wewenang dan tanggungjawab.
2.
Pemeriksaan manajemen yang mengukura efisiensi penggunaan serta efektivitas
program, fungsi dan aktivitas perusahaan.
3. Pemeriksaan manajemen bertujuan kearah
usaha peningkatan/pengembangan efisiensi
penggunaan sumber daya tadi.Peranan dan fungsi pemeriksaan manajemen merupakan
suatu pelaksanaan dari salah satu fungsi, manajemen yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Dan karena
audit merupakan suatu bagian dari pengawasan yang dilakukan di tempat dimana
suatu obyek diperiksa maka pemeriksaaan manajemen merupakan bagian dari
pengendalian secara keseluruhan.
Ruang lingkup penugasan
pemeriksaan operasional lebih luas dari pemeriksaan keuangan, karena tekanan
pemeriksaan operasional tidak hanya berkisar pada masalah keuangan belaka akan
tetapi juga di luar masalah keuangan. Apabila pada pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan menitikberatkan pada bukti pendukung yang terdiri dari
catatan-catatan ataupun bukti pembukuab saja, maka pada pemeriksaan operasional
pemeriksa dituntut untuk mengamati dan menilai kegiatan yang melatarbelakangi
bukti-bukti pendukung tersebut.
Tujuan dari pemeriksaan
manajemen ini adalah memeriksa tingkat efisiensi dan efektivitas serta prosedur
sistem yang ada dalam perusahaan. Hal ini akan memberikan suatu gambaran
mengenai kondisi perusahaan, baik dari segi kelemahan-kelemahannya maupun
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan perlu dipertahankan. Pemeriksaan
manajemen juga akan memberikan suatu petunjuk-petunjuk tentang bagaimana
memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan demikian akan
memungkinkan bagi manajemen untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas
yang optimal.
Untuk memungkinkan
terlaksananya tujuan diatas, maka perusahaan membutuhkan struktur organisasi
yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas, sistem wewenang dan
prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan,
utang, pendapatan, dan biaya, prkatek yang hebat dalam melaksanakan tugas
dan fungsi tiap bagian organisasi serta karyawan yang mutunya sesuai dengan
tanggungjawabnya.
Proses pemeriksaan manajemen
harus mengevaluasi kualitas dan keberhasilan personil/karyawan dalam organisasi
maupun dalam departemen-departemen. Proses evaluasi tersebut direncanakan untuk
menentukan apakah organisasi atau unit kegiatan mempunyai cukup tenaga serta
apakah mereka mampun menjalankan kewajiban tersebut.
Selain itu, untuk meningkatkan
motivasi dan produktivitas karyawan dalam melaksanakan tanggungjawabnya perlu
pula diperhatikan kesejahteraannya atau imbalan yang diberikan oleh perusahaan
haruslah memadai.
Menurut Alexander Hamilton Institute, peranan bagian keuangan adalah sangat aktif karena pada dasarnya setiap unit kegiatan membutuhkan biaya. Apabila peranan bagian keuangan menjadi pasif, maka setiap unit akan berfungsi untuk mengawasi jalannya kegiatan yang utama. Sewaktu situasi perekonomian cenderung menurun dan keadaan keuangan perusahaan menjadi pasif maka pemeriksaan hanya akan berorientasi pada fungsi keuangan saja.
Menurut Alexander Hamilton Institute, peranan bagian keuangan adalah sangat aktif karena pada dasarnya setiap unit kegiatan membutuhkan biaya. Apabila peranan bagian keuangan menjadi pasif, maka setiap unit akan berfungsi untuk mengawasi jalannya kegiatan yang utama. Sewaktu situasi perekonomian cenderung menurun dan keadaan keuangan perusahaan menjadi pasif maka pemeriksaan hanya akan berorientasi pada fungsi keuangan saja.
2.1 Pengendalian
Intern Audit
Pengendalian Intern merupakan metode yang berguna bagi
manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan fektivitas dan
efisiensi kinerja. Disamping itu, system pengendalian intern dapat mengendalikan
ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi. Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) : “Internal controls are the tools that
managers use ( but are often not taught) to help achieve
their business objective in the
following categories :
• Effectiveness and efficiency of operations
• Reliability of financial reporting
• Complience with external laws and regulations 3”
Definisi ini dapat diartikan Pengendalian Intern
adalah alat yang digunakan oleh para manajer ( tetapi jarang diajarkan) untuk membantu
dalam pencapaian tujuan usaha mereka dalam kategori berikut ini :
• Efektivitas dan efisiensi operasi
• Keandalan dari laporan keuangan
• Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Pengendalian Intern harus memberi keyakinan bahwa seluruh
transaksi telah mendapat otorisasi dan dilaksanakan dengan benar sesuai
kebijakan perusahaan, serta pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Dibawah
ini terdapat 5 tujuan pengendalian Intern atas transaksi, yaitu :
1. Otoritas ( wewenang)
Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan
struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-masalah tertentu
sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus.
2. Pencatatan
Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar.
Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benarbenar terjadi dan lengkap.
3. Perlindungan
Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/
penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern
memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun.
4. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar
pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah
persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang.
5. Penilaian
Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa
seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh
terjadi over maupun undervalved atas harta tersebut.
2.3 Hubungan
Sistem Pengendalian Intern dengan Audit Manajemen
Manajemen perusahaan menerapkan sistem pengendalian
Intern agar mencapai kinerja yang efektif dan efisien. Evaluasi secara periodik
dan kontinu atas Pengendalian Intern adalah alat manajemen untuk meyakinkan
bahwa Pengendalian Intern yang diterapkan efektif dan diperoleh
perbaikan-perbaikan atas kekurangan yang ada. Salah satu alat evaluasi itu
adalah audit manajemen.
Audit manajemen mengevaluasi setiap pengendalian (control) yang mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi perusahaan.Oleh karena itu, Pengendalian Intern
termasuk dalam ruang lingkup audit manajemen. Hasil audit manajemen itu sendiri
berupa rekomendasi perbaikan- perbaikan atas kekurangan atau kelemahan dari
Sistem Pengendalian Intern yang ada. Audit manajemen akan mengevaluasi serta
memberikan rekomendasi perbaikan terhadap sistem pengendalian intern
perusahaan. Selanjutnya menarik kitan membahas aplikasi hubungan antara sistem
pngendalian intern dan pemeriksaan manajemen. Bagian penjualan sebagai ujung
tombak perolehan pendapatan perusahaan harus mendapat perhatian khusus dengan
audit manajemen yang periodik dan kontinu. Audit manajemen yang dilakukan adalah audit terhadap
sistem dan prosedur penjualan, piutang, dan penagihan piutang.
Penting juga dilakukan audit terhadap perlakuan
akuntansi atas transaksi terkait. Audit manajemen atas penjualan diawali dengan
npemeriksaan terhadap sistem dan prosedur penjualan. Tujuannya untuk menilai
apakah sistem dan prosedur tersebut telah berjalan baik. Setelah itu diarahkan
kepada ketaatan akan kebijakan manajemen , misalnya penjualan kredit apakah
telah mendapat otorisasi dari pihak yang berwenang dan telah dilaksanakan.
Selanjutnya yang diaudit adalah prosedur pengiriman barang. Audit manajemen
atas piutang dilihat apakah piutang yang jatuh tempo telah ditagih. Pemeriksaan
selanjutnya adalah kebijakan prosedur pembentukan piutang ragu-ragu dan
dikaitkan dengan kerugian piutang tak tertagih. Oleh karena itu, harus
dilakukan pula audit atas penerimaan kas hasil penagihan piutang. Harus
dilaksanakan pemeriksaan atas pengendalian intern terhadap fungsi penerimaan
penagihan piutang.
Program Manjemen Audit Atas Fungsi Penjualan Terdapat
4 kriteria alat yang pemeriksaan manajemen terhadap penjualan, piutang usaha
serta penagihan yaitu :
1. Tujuan
Tujuan penjualan harus ditetapkan oleh bagian
penjualan yang didukung oleh bagian pemasaran keberhasilan usaha penjualan
dievaluasi dengan membandingkan target penjualan dengan hasisesungguhnya yang
dicapai. Apabila ada perbedaan maka segera dicari penyebab pembeda untuk menjadi
rekomendasi langkah selanjutnya bagi manajemen.
2. Perencanaan
Perencanaan yang memadai harus disusun dengan strategi
tujuan adalah membuat suatu program administrasi yang mendukung keberhasilan
penjualan. Selain itu disusun strategi penjualan berikutnya yaitu menciptakan
dan mempertahankan jaringan distribusi dan terakhir kebijakan penjualan
efektif. Setiap upaya pencapaian strategi harus dibuat rencana yang mendukung.
3. Pengorganisasian
Setiap fungsi penjualan harus terorganisir dengan baik
karena penjualan adalah tingkat pekerjaan terutama. Bagian penjualan harus
memiliki pegawai yang cakap dan komunikatif seta keahlian khusus dalam menjual
produk.
4. Pengawasan
Pengawasan harus menjamin ramalan penjualan dapat
berjalan efektif dan mendukung fungsi bagian lain serta perusahaan secara
keseluruhan. Pengawasan harus memberi keyakinan manajemen mampu mengontrol
hasil penjualan dan memastikan adanya suatu studi pasar untuk memenangkan
persaingan pasar.
BAB III
PERILAKU
AUDITOR DALAM PELAKSANAAN AUDIT MANAJEMEN
3.1 Hubungan antar manusia dalam manajemen audit
Hubungan antar manusia adalah suatu proses interaksi
yang terjadi antara seseorang dengan orang lain untuk mendapatkan saling
pengertian, kesadaran, dan kebutuhan psikologis (O.U Effendi). Pengetahuan
hubungan antar manusia dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang
berhubungan dengan faktor manusia dalam manajemen.
Beberapa prinsip umum dari aspek hubungan antar
manusia berlaku bagi setiap kejadian di mana dua atau lebih orang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi juga dalam kegiatan audit
intern, antara auditor dan auditee. Beberapa prinsip tersebut yang kiranya
berlaku dan berpengaruh dalam kegiatan audit intern. Apabila kita perhatikan,
kegiatan itu menempatkan orang-orang yang saling berhubungan dalam posisi
tertentu dan khusus.
Bila kedua pihak tak mampu membangun hubungannya
secara baik, maka pintu konflik yang berkepanjangan dan berakibat destruktif
bagi organisasi makin terbuka. Karenanya kita perlu menempatkan masalah ini
pada proporsi yang benar, sehingga misi kerja dari para auditor dan auditeenya
dapat tercapai serta memberi kontribusi positif bagi organisasi.
3.2
Hubungan kerjasama antara manajemen dan eksternal audit
Dalam beberapa hal, manajemen dan auditor eksternal memiliki kesamaan. Keduanya merupakan
profesi yang memainkan peran penting dalam tata kelola organisasi serta
memiliki kepentingan bersama dalam hal efektivitas pengendalian internal keuangan.
Keduanya diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang bisnis, industri,
dan risiko strategis yang dihadapi oleh organisasi yang mereka layani. Dari
sisi profesionalitas, keduanya juga memiliki kode etik dan standar profesional
yang ditetapkan oleh institusi profesional masing-masing yang harus dipatuhi,
serta sikap mental objektif dan posisi independen dari kegiatan yang mereka
audit. Namun, selain berbagai kesamaan tersebut,manajemen dan audit eksternal
adalah dua fungsi yang memiliki banyak pula perbedaan.
· Perbedaan
antara Pemeriksaan Management dengan Pemeriksaan Eksternal.
1. Perbedaan
Misi
Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah
memberikan opini atas kewajaran
pelaporan keuangan organisasi, terutama dalam penyajian posisi keuangan
dan hasil operasi dalam suatu periode. Mereka juga menilai apakah laporan
keuangan organisasi disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima secara umum, diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, dan
seterusnya. Opini ini akan digunakan para pengguna laporan keuangan, baik di
dalam organisasi terlebih di luar organisasi, antara lain untuk melihat
seberapa besar tingkat reliabilitas laporan keuangan yang disajikan oleh
organisasi tersebut. Sementara itu, tanggung jawab utama auditor internal tidak
terbatas pada pengendalian internal berkaitan dengan tujuan reliabilitas
pelaporan keuangan saja, namun juga melakukan evaluasi desain dan implementasi pengendalian internal, manajemen risiko,
dan governance dalam pemastian pencapaian tujuan
organisasi. Selain tujuan pelaporan keuangan, auditor internal juga
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta kepatuhan aktivitas organisasi
terhadap ketentuan perundang-undangan dan kontrak, termasuk ketentuan-ketentuan
internal organisasi.
2. Perbedaan organisasional
Auditor Internal merupakan bagian integral dari organisasi di mana klien utama mereka adalah
manajemen dan dewan direksi dan dewan komisaris, termasuk komite-komite yang
ada. Biasanya auditor internal merupakan karyawan organisasi yang berasngkutan.
Meskipun dalam perkembangannya pada saat ini dimungkinkan untuk dilakukan
outsourcing atau co-sourcing internal auditor, namun sekurang-kurangnya
penanggung jawab aktivitas audit internal (CAE) tetaplah bagian integral dari
organisasi. Sebaliknya, auditor eksternal merupakan pihak ketiga alias bukan bagian dari organisasi. Mereka melakukan
penugasan berdasarkan kontrak yang diatur dengan ketentuan perundang-udangan
maupun standar profesional yang berlaku untuk auditor eksternal.
3. Perbedaan pemberlakuan
Secara umum, fungsi audit internal tidak wajib bagi organisasi. Namun
demikian untuk perusahaan yang bergerak di industri tertentu, seperti
perbankan, dan juga perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk memiliki
auditor internal. Perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) juga diwajibkan
untuk memiliki auditor internal. Sementara itu, pemberlakuan kewajiban untuk
dilakukan audit eksternal lebih luas dibandingkan audit internal.
Perusahaan-perusahaan yang listing, badan-badan sosial, hingga partai politik
dalam keadaan-keadaan tertentu diwajibkan oleh ketentuan perundang-undangan
untuk dilakukan audit eksternal.
4. Perbedaan kualifikasi
Kualifikasi yang diperlukan untuk seorang auditor
internal tidak harus seorang akuntan,
namun juga teknisi, personil marketing, insinyur produksi, serta personil yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman lainnya tentang operasi organisasi sehingga
memenuhi syarat untuk melakukan audit internal. Auditor Eksternal harus
memiliki kualifikasi akuntan
yang mampu memahami dan menilai risiko terjadinya errors dan irregularities,
mendesain audit untuk memberikan keyakinan memadai dalam mendeteksi kesalahan
material, serta melaporkan temuan tersebut. Pada kebanyakan negara, termasuk di
Indonesia, auditor perusahaan publik harus menjadi anggota badan profesional
akuntan yang diakui oleh ketentuan perundang-undangan.
5. Perbedaan focus dan
orientasi
Auditor internal lebih berorientasi ke masa depan, yaitu kejaidan-kejadian yang
diperkirakan akan terjadi, baik yang memiliki dampak positif (peluang) maupun
dampak negatif (risiko), serta bagaimana organisasi bersiap terhadap segala
kemungkinan pencapaian tujuannya. Sedangkan auditor eksternal terutama berfokus
pada akurasi dan bisa dipahaminya kejadian-kejadian
historis sebagaimana terefleksikan pada laporan keuangan organisasi.
6. Perbedaan timing
Auditor internal melakukan review terhadap aktivitas
organisasi secara berkelanjutan, sedangkan auditor eksternal biasanya melakukan
secara periodik/tahunan.
3.3 Hubungan
kerjasama antara manajemen auditor dengan auditee
Perlu kita fahami bahwa hubungan yang terjadi antara
internal auditor dengan auditee-nya adalah hubungan kerja biasa. Hubungannya
seperti hubungan kerja antara satu bagian dengan bagian lainnya. Hubungan ini
mempunyai tujuan seperti apa yang diinginkan dalam suatu perusahaan adalah
menciptakan perusahaan yang sehat dan berkembang secara wajar. Walaupun dari
pihak auditee terdapat perbedaan sudut pandang tapi pada hakekatnya tujuannya
adalah sama.
Karena posisi Internal Auditor adalah Staf dari
Pimpinan Puncak (Dirut). Ia tentunya diharapkan memiliki pengetahuan dalam
bidang :
1.
Teknis
operasional.
2.
Teknis
operasional auditing.
3.
Hubungan
antar manusia yang efektif.
Keberhasilan tugasnya secara konsepsional merupakan
penjabaran dari apa yang dimilikinya itu.
Dengan demikian keberhasilan pelaksanaan tugasnya akan
sangat dipengaruhi oleh :
1. Kemampuan
mengolah masukan yang diperolehnya menjadi satu keluaran yang bermakna
2. Cara/metode/prosedur yang
digunakan dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Proses interaksi kerjasama yang terjadi antara dirinya
dengan kelompok.
Jika diperhatikan faktor ke 3 itu, maka hubungan yang
terjadi memang menjadi ikut berperan. Apalagi kalau diperhatikan bahwa selalu
ada kesan bahwa kegiatan audit seringkali disalah artikan sebagai kegiatan
untuk mencari kesalahan. Hal tersebut harus selalu dicoba untuk disingkirkan
dan diganti dengan pengertian yang lebih positif. Ini hanya bisa dibina jika
terdapat kerjasama yang efektif antara kedua pihak atau dapat dihindarkan
timbulnya konflik yang merugikan.
Dengan demikian pembinaan hubungan antar auditor
dengan auditee harus didasarkan pada sasaran kepentingan bersama dalam posisi
mereka sebagai anggota organisasi. Perbedaan yang ada secara fungsional tidak
boleh dijadikan titik tolak mempertentangkan posisi dalam kegiatan mencapai
sasaran tersebut. Hal ini dalam pelaksanaannya memang sulit, karena pemahaman
dari para pihak baik auditor maupun auditee yang sering kali punya persepsi
yang berbeda.
Tugas fungsional sedapat mungkin diusahakan hanya
untuk mencari dan menyediakan informasi secara obyektif. Khusus bagi Auditor,
maka pengolahan dan penilaian hasil harus didasarkan pada standar dan penilaian
yang profesional sifatnya dan hal ini tentunya telah diatur dalam pedoman kerja
para auditor intern. Singkatnya hubungan antara Auditor dengan Auditee-nya
harus dikembangkan dalam bentuk hubungan kerja. Pendekatan yang digunakan
berorientasi pada pemecahan masalah dan pengambilan keputusan atas berbagai
alternatif dengan orentasi peningkatan/perbaikan bagi organisasi bank secara
menyeluruh. Menempatkan hal-hal tersebut dalam bentuk konsep seperti yang
diuraikan diatas bukanlah perkara mudah. Perlu kematangan kedua pihak buat
memahami posisinya masing-masing dalam bentuk yang lebih konkrit.
Peranan internal auditor
1. Peran
sebagai “Problem Solver”
Temuan Audit pada hakekatnya adalah problem. Internal
Auditor harus mampu menggunakan metode problem solving yang rasional sifatnya.
Rangkaian proses berfikir analisis yang standar perlu dikuasai secara mantap.
Hal ini juga sangat membantunya untuk cepat dalam mengambil
kesimpulan/keputusan. Informasi yang dikemukakan harus obyektif dan benar-benar
merupakan fakta. Pengembangan berbagai alternatif perbaikan harus mampu pula
dihasilkannya dan dapat diterapkan sesuai dengan kondisinya.Dalam kaitan ini
maka sang auditor perlu memahami akar permasalahan, serta mampu
menganalisisnya, sehingga solusi yang direkomadasikan menjadi valid. Disini
auditor perlu memahami bagaimana bobot temuan yang menjadi problem tersebut.
Bagaimana intensitasnya. Dia perlu menilai siklusnya, akibatnya,
ramalan-ramalan kejadian sebagai akibat yang akan terjadi dari temuan tersebut.
Jika hal tersebut dilaksanakannya dengan baik, maka pemecahan “konflik”, yang
tidak mungkin dihindarkan akan dapat diselesaikan secara rasional dan memuaskan
bagi semua pihak.
2.
Peran sebagai “Conflict Resolution”
Temuan audit yang ada dari pelaksanaan audit bisa
menjurus pada timbulnya konflik bila seorang auditor kurang mampu untuk
menyelesaikannya dengan auditee. Konflik itu sendiri adalah hubungan antara dua
pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, sasaran-sasaran yang
tidak sejalan. (Christ Mitchell, Thr Structur Of International Conflict,
Macmillan. London,1981, Bab 1).Dalam kaitan ini maka masalah penyelarasan agar
menjadi sejalan antara auditor dan auditee dalam mencapai visi bank menjadi
fokus utama. Penyelarasan ini berpijak pada visi keinginan semua pihak di bank
untuk melahirkan bank yang sehat dan berkembang wajar adalah yang paling pokok.
Dalam praktiknya konflik ini bisa dilalui dengan jalan
:
a. Menghindari
b. Membekukan
c. Dikonfrontasikan
Menghindari konflik, Auditor semacam ini cenderung
menekan reaksi orang lain,
komunikasi dan juga negosiasi perlu dimiliki.
4.
Peran “interviewer”
Komunikasi yang akan dilakukan oleh Auditor, sering
kali dalam bentuk wawancara. Tujuannya adalah mencari fakta dan bukan opini.
Karena itu internal auditor harus faham mengenai ;Konteks dari wawancara yang
dilakukan dan isi dari bahan yang ingin dicarinya
Pola interogasi harus dihindarkan. Hal ini mungkin
terjadi jika keterampilan wawancara kurang dikuasai dan pewawancara kurang
mampu menggali persoalan dengan memotivasi auditee. Wawancara sebaiknya dimulai
dengan menentukan &nb sp; posisi kepercayaan (trust), baru kemudian diikuti
dengan penetapan berbagai &nb sp; aspek yang diperlukan dalam wawancara
(positioning) dan dilanjutkan dengan &nb sp; mengembangkan wawancara
sendiri.
4. Peran “Negosiator” dan
“Komunikator”
Kedua peran ini juga dijumpai pada saat melakukan
auditing. Mungkin peran komunikator akan lebih menonjol dibanding dengan
negosiator. Dalam peran negosiator, seseorang dituntut untuk terus menerus
mampu menjual “posisi auditor”, program sang auditor ataupun ide-ide -nya.
Karena itu kriteria dan materi yang harus disampaikan haruslah masuk akal.
Sebaiknya jangan memandang remeh orang lain, karena keberhasilan seorang
negosiator adalah jika ia berhasil menciptakan kondisi dimana semua fihak dapat
terpenuhi keinginannya. Dalam peran komunikator, posisi auditor agak berbeda.
Ingatlah bahwa sebagian besar konflik dan ketidak setujuan itu datangnya karena
saling kurang fahamnya fihak-fihak yang berkepentingan. Komunikasi bukan barang
baru bagi kita. Tetapi mendapatkan yang efektif bukanlah hal yang mudah.
3.4
komunikasi dalam manajemen audit
Sebagai dasar melakukan koordinasi dan interaksi,
komunikasi tak bisa dianggap remeh dan kecil peranannya dalam sebuah
organisasi. Makin ke depan, komunikasi makin menjadi elemen terpenting dalam
organisasi. Sering kali keberhasilan personal dan program sangat tergantung
dari keberhasilan komunikasi yang dilakukan para anggota dalam organisasi itu.
Selama kumunikasi berlangsung fahamilah lawan bicara.
Tetapkan strategi atas reaksinya. Jangan cepat-cepat sampai pada kesimpulan.
Berpikirlah positif dan sikap yang terkendali merupakan sarana penting yang
harus kita jaga. Kuasailah bahan yang dibicarakan dan berdasarkan pada fakta
atas informasi nyata.
Komunikasi yang efektif antara auditor dan auditee
merupakan suatu hal yang harus dibina oleh auditor dan dipahami oleh auditee.
Kontribusi kedua pihak untuk menjadikan pekerjaannya bermanfaat bagi organisasi
adalah merupakan titik awal bermulanya sukses bagi semua pihak. Segala kendala
yang terjadi bisa ditekan sedemikian rupa bila pemahaman bersama telah terbentuk.
Ini memang perjalanan yang perlu ditempuh para anggota organisasi dalam
mencapai kedewasaan.
BAB IV
AUDIT
MANAJEMEN KERJA MANAJERIAL
4.1 Audit Kinerja Manajerial
Audit kinerja
manajerial
Dari Kemampuan melaksanakan
perannya secara
efektif , dalam
dunia yang penuh dinamika dan perubahan yang berlangsung dengan sangat cepat,
manajemen suatu perusahaan dituntut memiliki suatu kemampuan memainkan peran
yang beraneka ragam, tidak hanya interaksi dengan berbagai komponen dalam
perusahaan melainkan juga interaksi dengan berbagai pihak diluar perusahaan.
Bentuk dan jenis interaksi itu berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain dalam
perusahaan yang sama. Namun meskipun terdapat berbagai perbedaan, kesamaan
dalam pengalaman banyak manajer memungkinkan generalisasi tentang peranan yang
dituntut dan dari biasanya dimainkan oleh para manajer.
Beberapa
peranan itu dapat dikategorikan menjadi :
1.
Peranan yang bersifat interpersonal
2.
Peranan yang bersifat informasional
3.
Peranan sebagai pengambil keputusan
4.
Peranan selaku wirausahawan
5.
Peranan selaku perendam krisis
6.
Peranan selaku pembagi sarana prasarana dan
dana dan daya
7.
Peranan selaku perunding
8.
Peranan yang bersifat informasional
Peranan
yang bersifat informasional menuntut manajemen memiliki kemampuan tinggi untuk
memilih informasi yang diperlukan guna mendukung penyelenggaraan berbagai
kegiatan manajerial. Berkat perkembangan teknologi informasi yang berlangsung
dengan sangat pesat, para manajer dewasa ini dihadapkan pada situasi yang sangat
berbeda dibandingkan dengan masa lalu pada waktu mana teknologi informasi belum
berkembangan seperti sekarang ini, oleh karena itu tidak jarang seorang manajer
lebih mengandalkan pengetahuan, pengalaman dan intuisinya dalam mengambil
berbagai keputusan. Audit manajemen dalam dalam bidang ini dirasakan penting
karena pada manajer diharapkan mampu memainkan paling sedikit tiga peranan
dalam penanganan dan pemanfaatan informasi yaitu :
1.
Sebagai pemantau informasi
2.
Penanggungjawab penyeberluasan informasi dan
3.
Karena dalam tuntutan terhadap kemampuan
sebagai jurubicara organisasi yang semuanya menunjukan bahwa informasi
merupakan salah satu asset milik perusahaan yang sangat berharga
Peranan
selaku pengambil keputusan adalah upaya sadar, sistematik dan rasional guna
menjamin bahwa hal-hal yang terjadi dalam perusahaan bukan karena suatu
kebetulan. Salah satu kriteria keberhasilan para manajer memimpin suatu
perusahaan ialah kemampuan dan kecekatannya mengambil keputusan yang efektif.
Demikian pentingnya kemampuan dan kecekatan itu sampai para pakar sering
menekankan bahwa inti kepemimpinan ialah pengambilan keputusan. Karena itu
perlu pemahaman yang tepat tentang berbagai bentuk peranan yang harus dimainkan
oleh kelompok manajemen selaku pengambil keputusan yang pada dasarnya berkisar
pada peranan selaku wirausahawan, peredam krisis, yang mungkin pada mulanya
timbul dalam bentuk hambatan atau ancaman baik yang datang dari luar maupun
yang bersumber dari dalam perusahaan sendiri, penentu pembagian sarana,prasarana,
dana, dan daya untuk digunakan oleh para bawahan dan perunding atas nama
perusahaan. Selaku wirausahawan para manajer harus mampu antara lain untuk :
1.
Mempertahankan eksistensi perusahaan
2.
Menghadapi persaingan yang sering sangat
tajam
3.
Menciptakan kondisi yang memungkinkan
perusahaan bertumbuh dan berkembang
4.
Menghadapi tantangan eksternal yang sering
menuntut perusahaan memilih strategi yang tepat
5.
Meraih keuntungan untuk sebagian dibagikan
kepada pemodal dan pemilik saham sebagai difiden dan kepada para karyawan dalam
imbalan serta sebagian lagi untuk investasi
6.
Penguasaan pangsa pasar yang lebih besar
berkat adanya produk yang diminati oleh para konsumen
7.
Mempunyai visi tentang masa depan perusahaan
Meskipun
manajemen sudah diakui sebagai salah satu cabang disiplin ilmiah yang bersifat
terapan para pakar belum sepakat tentang klasifikasi fungsi-fungsi yang
diselenggarakan oleh para manajer yang telah disepakati ialah adanya
fungsi-fungsi manajerial.
Dalam
mengembangkan konsep dan teori tertentu, para ilmuan menggunakan kerangka acuan
dan titik tolak berpikir yang berbeda, dan juga dipengaruhi oleh berbagai
factor seperti:
1.
Falsafah hidupnya
2.
Latar belakang sosialnya
3.
Latar belakang pendidikan
4.
Interpretasi tentang perkembangan bidang ilmu
yang ditekuninya
5.
Kondisi lingkungan
Dari
cara berpikir demikian, fungsi-fungsi manajerial yang dibahas dan disoroti
sebagai sasaran audit ialah perencanaan, pengorganisasian, penumbuhan, dan
pemeliharaan motivasi karyawan, pengawasan dan penilaian.
Perencanaan merupakan kegiatan mental intelektual yang dilakukan oleh seseorang dengan sadar dan sadar untuk memutuskan hal-hal yang akan dikerjakan dalam satu kurun waktu tertentu di masa depan.
Perencanaan merupakan kegiatan mental intelektual yang dilakukan oleh seseorang dengan sadar dan sadar untuk memutuskan hal-hal yang akan dikerjakan dalam satu kurun waktu tertentu di masa depan.
Perencanaan memerlukan organisasi. Pandangan
tradisional menekankan bahwa organisasi merupakan wadah yang menampung berbagai
komponen dan aktivitas perusahaan secara melembaga. Jika fungsi organisasi
diselenggarakan berdasarkan pandangan yang tradisional, manajemen puncak sudah
dihadapkan pada tugas memahami cirri-ciri berbagai tipe dan struktur organisasi
yang sudah lama dikenal dan kemudian memilih struktur yang dianggap paling
tepat, yang menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan yang
bersangkutan.
Audit
kinerja manajerial dengan kepemimpinan sebagai objeknya ialah rumus yang
mengatakan bahwa produktivitas suatu organisasi termasuk organisasi bisnis
terwujud karna penggabungan kepemimpinan yang efektif dan pelaksanaan semua
kegiatan operasional dengan efisien, efektivitas kepemimpinan tercermin dalam
berbagai hal seperti:
1.
Kemahiran menetukan tujuan yang layak dan
mungkin dicapai
2.
Kemampuan menentukan berbagai sasaran dengan
tepat
3.
Kemampuan merumuskan dan menentukan strategi
baik dalam arti strategi
induk,
strategi dasar atau strategi fungsional dan strategi operasional.
4.
Memilih dan menetapkan filsafat bisnis yang
dianut
5.
Keterampilan menyelenggarakan berbagai fungsi
manajerial
6.
Ketangguhan menghadapi tantangan termasuk
mengatasi krisis
7.
Kejelian melihat dan memanfaatkan peluang
yang timbul
8.
Kehandalan dalam menumbuhkan dan memelihara
kultur organisasi
9.
Kecekatan menggunakan gaya kepemimpinan yang
situasional
10. Pemilikan
visi tentang masa depan yang diinginkan
Kesemuanya
itu dilakukan secara bertanggung jawab dalam arti moral, etika dan legal.
Sering ditekankan bahwa manajemen berkewajiban untuk melakukan hal-hal yang
benar, sedangkan pada tingkat pelaksanaan karyawan berkewajiban untuk
menyelesaikan tugasnya dengan cara-cara yang tepat.
Kelompok manajer dalam setiap organisasi memainkan peranan yang sangat menetukan. Mereka menjadi pemain utama dan kunci dengan peranan yang sangat strategic. Karena itu, agar audit kinerja manajerial berhasil mengungkap informasi tentang efektif tidaknya kepemimpinan para manajer dalam perusahaan, audit kinerja harus memahami berbagai teori tentang kepemimpinan, karena konsep-konsep yang terdapat dalam teori itulah yang dijadikan sebagai bahan pembanding.
Kelompok manajer dalam setiap organisasi memainkan peranan yang sangat menetukan. Mereka menjadi pemain utama dan kunci dengan peranan yang sangat strategic. Karena itu, agar audit kinerja manajerial berhasil mengungkap informasi tentang efektif tidaknya kepemimpinan para manajer dalam perusahaan, audit kinerja harus memahami berbagai teori tentang kepemimpinan, karena konsep-konsep yang terdapat dalam teori itulah yang dijadikan sebagai bahan pembanding.
Teori
kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1.
Teori kepemimpinan yang menyoroti cirri-ciri
kepemimpinan yang efektif
2.
Teori dengan sorotan perhatian yang
ditunjukkan pada perilaku dan gaya
3.
Manajerial Teori
yang menekankan pentingnya pendekatan situasional dalam menerapkan kepemimpina
4.2 Sistem Pengendalian Manajemen.
Sebelum membahas lebih luas
kami akan menjabarkan apa itu sistem, pegendalian, manajemen. Seperti berikut:
4.2.1
Sistem
Sistem adalah suatu
kegiatan yang telah ditentukan caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang.
Dalam konteks sistem pengendalian manajemen, menurut Suadi (1995) maka sistem
adalah sekelompok komponen yang masing-masing saling menunjang dan saling
berhubungan maupun tidak yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan.
Menurut Marciariello ada dua bentuk sistem
yang berlaku yakni sistem formal dan informal. Sistem formal adalah sistem yang memungkinkan pendelegasian
otoritas dimana sistem formal memperjelas struktur, kebijakan dan prosedur yang
harus diikuti oleh anggota organisasi. Pendokumentasian struktur, kebijakan dan
prosedur secara formal ini membantu anggota organisasi dalam menjalankan
tugas-tugasnya. Sistem struktur, prosedur dan respon yang terpola membantu
manajemen dalam merencanakan dan mengelola strategi dalam memenuhi tujuan
organisasi dengan tetap memperhatikan fator lingkungan yang ada.Sedangkan sistem informal adalah sistem yang
lebih berdimensi hubungan antar pribadi yang tidak ditunjukkan dalam struktur
formal.
Dalam kegiatan suatu
organisasi, banyak tindakan manajemen yang tidak sistematis. Hal ini disebabkan
oleh keadaan yang tidak memungkinkan bagi seorang manajer untuk menggunakan
aturan sistem yang telah ditetapkan, sehingga manajer menggunakan pertimbangan
pibadinya dalam bertindak. Kegiatan seperti ini biasanya berkaitan dengan
interaksi antara manajer yang satu dengan yang lainnya dan manajer dengan
bawahannya. Ketepatan sistem itu sendiri akhirnya bergantung pada kemampuan
manajer mengatur sesesorang, tidak lagi berdasarkan aturan yang ditentukan
sistem tersebut.
4.2.2 Pengendalian
Pengendalian menurut Hansen & Mowen adalah proses
penetapan standar dengan menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan
mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara
signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Suatu organisasi juga harus dikendalikan
jalannya. Hal ini dilakukan untuk menjamin aktivitas yang dilakukan sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan organisasi. Suatu sistem pengendalian memiliki
beberapa elemen yang memungkinkan pengendalian berjalan baik. Elemen-elemen
tersebut adalah :
1.
Sensor/detektor yakni suatu alat untuk
mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam suatu proses.
2.
Assesor yakni suatu alat untuk menentukan ketepatan. Biasanya ukurannya
dengan membandingkan kenyataan dan standar yang telah ditetapkan.
3.
Efektor yakni alat yang digunakan untuk mengubah sesuatu yang diperoleh
dari assessor.
4.
Jaringan Komunikasi yakni alat yang mengirim
informasi antara detektor dan assesor dan antara assesor dan efektor.
4.2.3 Manajemen
Salah satu pengertian
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian pekerjaan anggota organisasi seta pengendalian sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Proses pengendalian manajemen
dalam hal ini adalah proses yang menjamin anggota satu unit usaha melakukan apa
yang telah menjadikan strategi perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan
pada suatu organisasi biasanya meliputi :
1.
Merencanakan apa yang akan dicapai oleh perusahaan.
2.
Mengkoordinasikan kegiatan pada masing-masing bagian.
3.
Mengkomunikasikan informasi yang ada.
4.
Mengevaluasi informasi.
5.
Memutuskan apa yang akan dilakukan..
6.
Mempengaruhi orang dalam organisasi tersebut untuk mengerjakan sesuai
dengan yang digariskan.
Pengendalian manajemen
dalam hal ini tidak berarti bahwa setiap tindakan/kegiatan harus sama dengan
rencana. Pada prosesnya bisa saja berubah karena perbedaan waktu antara rencana
dan kegiatan. Tujuan pengendalian manajemen adalah menjamin bahwa strategi yang
dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi yang akan dituju. Jika apabila seorang
manajer menemukan cara yang lebih baik dalam operasi sehari-harinya,
pengendalian manajemen seharusnya tidak melarang manajer tersebut melakukan
dengan cara yang menurut dia benar.
4.3 Sistem
Pengendalian Manajemen
Marciarello
& Kirby mendefinisikan Sistem Pengendalian Manajemen sebagai perangkat
struktur komunikasi yang saling berhubungan yang memudahkan pemrosesan
informasi dengan maksud membantu manajer mengkoordinasikan bagian-bagian yang
ada dan pencapaian tujuan organisasi secara terus menerus. Sistem pengendalian
manajemen dikategorikan sebagai bagian dari pengetahuan perilaku terapan
(applied behavioral science).
Pada dasarnya, sistem ini
berisi tuntutan kepada kita mengenai cara menjalankan dan mengendalikan
perusahaan / organisasi yang “dianggap baik” berdasarkan asumsi-asumsi
tertentu. Masing-masing perusahaan memiliki kompleksitas berbeda dalam
pengendalian manajemen, makin besar skala perusahaan akan semakin kompleks.
Tujuan dari sistem ini
adalah untuk meningkatkan keputusan-keputusan kolektif dalam organisasi. Untuk
memahami sebuah sistem dibutuhkan suatu pengetahuan tentang lingkungan dimana
sistem itu berada. Dua unsur penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah
lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.
4.4 Hakekat
Pengendalian Manajemen
Organisasi terdiri dari
manajer dan karyawan harus dimotivasi dan dituntun agar melakukan apa yang
diinginkan pimpinannya dan harus dikoreksi jika menyimpang dari arah pencapaian
tujuan organisasi. Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk
mengarahkan suatu variabel, atau sekumpulan variabel, guna mencapai tujuan
tertentu. Variabel dapat berupa manusia, mesin, organisasi.
4.5 Lingkungan Pengendalian
Pengendalian manajemen
merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Berikut ini
diuraikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pengendalian manajemen
yang meliputi perilaku organisasi dan pusat-pusat pertanggungjawaban.
1.
Perilaku Organisasi.
Proses pengendalian manajemen mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Beberapa karakteristik organisasi yang mempengaruhi proses
tersebut, terutama berkaitan dengan perilaku anggota dalam suatu organisasi.
Suatu organisasi mempunyai tujuan dan fungsi pengendalian manajemen adalah
mendorong anggota organisasi mencapai tujuan. Disinilah perlunya faktor
keselarasan tujuan masing-masing anggota organisasi dalam pencapaian tujuan
organisasi. Struktur organisasi mempengaruhi bentuk sistem pengendalian
manajemen yang akan diterapkan. Perilaku organisasi juga berkaitan dengan
motivasi, kemampuan individu itu sendiri dan pemahaman tentang perilaku yang
diperlukan dalam mencapai prestasi yang tinggi.
2.
Pusat Pertanggung jawaban.
Suatu organisasi dibagi menjadi
beberapa pusat pertanggungjawaban. Adanya pusat pertanggungjawaban adalah untuk
memenuhi tujuan yang telah ditetapkan manajemen puncak. Secara garis besar,
pusat pertanggungjawaban dibagi menjadi empat yaitu :
3.
Pusat Biaya.
Pusat biaya dalah pusat pertanggungjawaban dimana biaya diukur dalam
unit moneter namun outputnya tidak diukur dalam unit moneter.
4.
Pusat Pendapatan.
Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban dimana
output-nya diukur dalam unit moneter tetapi tidak dihubungkan dengan inputnya.
5.
Pusat Laba.
Apabila suatu pestasi keuangan pusat pertanggungjawaban diukur dengan
dasar laba, maka pusat pertanggungjawaban tersebut disebut pusat laba.
6.
Pusat investasi.
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur atas dasar perbandingan antara laba dengan investasi yang
digunakan.
4.6 Proses Pengendalian Manajemen
Suatu poses pengendalian
manajemen melibatkan interaksi antarmanajer dan manajer dengan bawahannya.
Proses pengendalian manajemen meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut yaitu
:
1.
Perancanaan Strategi
Perncanaan strategi adalah
proses memutuskan program-program utama yang akan dilakukan suatu organisasi
dalam rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah sumber daya yang akan
dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang akan
datang.
2.
Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran adalah
proses pengoperasian rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam
unit moneter untuk kurun waktu tertentu.
3.
Pelaksanaan
Selama tahun anggaran, manajer melakukan
program atau bagian dari program yang menjadi tanggungjawabnya. Laporan yang
dibuat hendaknya menunjukkan dapat menyediakan informasi tentang anggaran dan
realisasinya baik itu informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun
nonkeuangan, informasi internal maupun eksternal.
4.
Evaluasi Kerja
Pestasi kerja bisa dilihat dari efisien atau
efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban menjalankan tugasnya. Evaluasi
dilakukan dengan membandingkan antara realisasi anggaran dengan anggaran yang
telah ditetapkan sebelumnya.
4.6.1 Pengendalian
Tugas
Pengendalian tugas adalah
proses yang menjamin bahwa tugas yang telah ditentukan dikerjakan secara
efektif dan efisien. Penendalian tugas cenderung ke kegiatan operasional.
Aturan-aturan harus dibuat secara berurutan tetapi tidak semua tugas harus dijelaskan
secara berurutan. Perbedaan antara pengendalian tugas dengan pengendalian
manajemen adalah pengendalian tugas lebih merupakan sesuatu yang scientific,
sedangkan pengendalian manajemen tidak demikian karena manusia merupakan faktor
penting dalam proses pengedalian manajemen dan manusia tidak bisa hanya
diungkapkan atas dasar suatu persamaan.
Dalam pengendalian
manajemen, manajer berinteraksi dengan manajer lainnya, sedangkan dalam
pengendalian tugas interaksi karyawan dengan orang lain relatif kecil. Sistem
pengendalian manajemen pada dasarnya sama untuk seluruh organisasi. Sebaliknya
masing-masing tugas akan berbeda satu organisasi dengan organisasi lain.
Dalam pengendalian manajemen fokusnya adalah pada satu unit organisasi,
sementara dalam pengendalian tugas adalah salah satu tugas daru suatu unit
organisasi.
Pengendalian manajemen
berhubungan dengan seluruh kegiatan perusahaan dan manajer harus memutuskan apa
yang harus dilakukan, sedangkan pengendalian tugas berhubungan dengan satu
tugas tertentu dan hanya sedikit diperlukan pertimbangan atas apa yang
dilakukan.
4.6.1 Hubungan
Pengendalian Manajemen, Perencanaan, pengendalian
Sebagian orang dalam
organisasi melakukan perencanaan dan sebagian lagi dalam bidang pengendalian.
Kedua hal ini saling terkait. Kebanyakan manajer melakukan pengendalian namun
sifat dari pengendalian itu sendiri berbeda dalam penerapannya untuk
penetapan strategi, pengendalian manajemen dan pengendalian tugas. Karena itu,
perencanaan dan pengendalian tidak merupakan kegiatan terpisah tapi saling
terkait satu sama lainnya.
4.6.2 Hubungan
Pengendalian manajemen, internal auditing
Pengendalian manajemen
adalah aktivitas yang dilakukan oleh manajer, selain itu internal auditing
adalah kegiatan staf yang dimaksudkan untuk menjamin keakuratan informasi
sesuai dengan aturan kesalahan yang minimum terhadap pelaporan asset dan
menjamin pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien.
4.7 Batasan Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen
merupakan beberapa bentuk kegiatan perencanaan dan pengendalian kegiatan yang
terjadi pada suatu organisasi. Pengendalian manajemen merupakan kegiatan yang
berada tepat di tengah dua kegiatan lainnya. Dua kegiatan yang dimaksud adalah
perumusan strategik yang dilakukan manajemen puncak dan pengendalian tugas yang
dilakukan manajemen paling bawah.
Beberapa karakteristik dari
masing-masing aktivitas ini adalah :
1.
Perumusan strategik merupakan kegiatan yang paling sedikit sistematik
tetapi pengendalian tugas merupakan yang paling sistematik. Pengendalian
manajemen dalam hal ini berada ditengah-tengahnya.
2.
Perumusan strategi difokuskan untuk jangka panjang, sedangkan
pengendalian tugas difokuskan untuk operasi jangka pendek dan pengendalian
manajemen dalam hal ini berada ditengah-tengahnya.
3.
Perumusan strategi lebih difokuskan pada proses perencanaan sedang
pengendalian tugas lebih difokuskan pada proses pengendalian. Baik itu proses
perencanaan maupun pengendalian sama pentingnya dengan pengendalian manajemen.
BAB V
AUDIT MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
5.1
Pengetian Audit Sumber Daya
Manusia
Audit Sumber Daya Manusia merupakan penilaian dan
analisis yang konfrehensif terhadap program-progam SDM. Audit SDM menekankan
penilaian (evaluasi) terhadap berbagai aktivitas SDM yang terjadi dalam
perusahaan dalam rangka memastikan apakah aktivitas akivitas tersebut telah
berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya dan
memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai kekurangan yang terjadi pada
aktiviatas SDM yang diaudit untuk meningkatkan kinerja dari program/aktvitas
tersebut. Dari hasila audit dapat diketahui apakah kebutuhan potensial SDM
perusahaan telah terpenuhi atau tidak dan berbagai hal dalam aktivitas SDM yan
masih bisa ditingkatkan kinerjanya.
5.2 Kerangka
Kerja Audit SDM
Kerangka
kerja audit SDM menghubungkan pengeolaan SDM dengan tujuan bisnis perusahaan
secara keseluruhan. Dalam hubungan ini audit menilai dukungan SDM terhadap
pencapaian tujuan perusahaan, komitmen perusahaan dalam memberdayakan, dan
melibatkan SDM, serta mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam hubungan
tersebut dan merekomenasikan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Berdasarkan rekomendasi dari hasil audit, peerusahaan melakukan perubahan dan
mengevaluasi perubahan-perubahan dari hasil audit.
4.3 Tujuan
Audit SDM
Ada
beberapa hal yang ingin dicapai melalui audit SDM yang merupakan tujuan
dilakukannya audit tersebut, yaitu:
1. Menilai
efektivitas dari fungsi SDM
2. Menilai
apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis, efektif dan
efisisen.
3. Memastikan
ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan hokum, peraturan dan
kebijakan yang berlaku di perusahaan.
4. Mengidentifikasi berbagai hal yang masih
dapat ditingkatkan terhadap aktivitas SDM dalam menunjang kontribusinya
terhadap perusahaan.
5. Merumuskan
beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan ekonomisasi,
efisiensi, dan efektivitas berbagai program/aktivitas SDM
4.4 Manfaat
Audit SDM
Ada
beberapa manfaat dari audit SDM, antara lain
1. Mengidentifikasi
kontribusi dari departemen SDM terhadap organisasi
2. Meningkatkan
citra profesioanal departemen SDM
3. Mendorong
tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan departemen SDM.
4. Memperjeas
tugas-tugas dan tanggung jawab departemen SDM
5. Mendorong
terjadinya keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM
6. Menemukan
masalah-masalah kritis dalam bidang SDM
7. Memastikan
ketaatan terhadap hokum dan peraturan dalam praktik SDM
8. Menurunkan
biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif
9. Meningkatkan keinginan untuk berubah dalam
departemen SDM
10. Memberikan
evaluasi yang cermat terhadap system informasi SDM
4.5
Pendekatan Audit SDM
1. Menentukan
Ketaatan Kepada Peraturan Dan Hukum yang Berlaku Audit menekankan penlaian
bagaimana perusahaan menetapkan berbagai aturan dan kebijakan yang secara
internal berlaku di perusahaan, apakah telah sesuai dengan aturan dan hokum
yang ditetapkan pemerintah sebagai pemegang otoritas? Dan apakah setiap komponen
dalan oraganisasi menjalankan aktivitasnya sesuai dengan aturan dan kebijakan
tersebut? Manajemen puncak hasus menyadari bahwa manajer di setiap tingkat
berkewajiban untuk mentaati peaturan dan ketentuan hukum yang berlaku.
2. Mengukur
Kesesuaian Program Dengan Tujuan Organisasi Keselarasan tujuan departemen SDM
mulai dari tujuan para karyawannya sampai tujuan berbagai program yang
itetapkan pada departemen ini, dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan
harus menjadi pertimbangan utama dalam menyusun rencana di departemen SDM.
Adanya keselarasan tujuan akan menjadikan aktivitas organisasi berjalan seirama
dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Disamping itu, hal ini
juga dapat menghindari benturan antar bagian yang ada, yang dipicu oleh kebutuhan
jangka pendek masing-masing bagian berdasarkan ego sektoral masing-masing.
3. Mengukur
Kinerja Program Mengukur kinerja program berarti menghubungkan aktivitas actual
program SDM yang diaudit dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan
sebakumnya. Disamping ukuran-ukuran keberhasilan, penilaian kinerja program
juga berhubungan denga strategi dan rencana yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai tujuannya, fungsi SDM menetapkan berbagai program sebagai implementasi
rencana yang telah ditetapkan. Apakah program yang telah ditetapkan tersebut
telah terlaksana secara ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuan?
Audit SDM melakukan evaluasi secara konfrehensif terhadap kinerja program yang
dilaksanakan pada perusahaan. Panilaian ditekankan pada ekonomisasi, efisiensi,
dan efektivitas program dalam mencapai tujuannya. Dari hasil audit akan
diketahui apakah beberapa program masih mungking untuk ditingkatkan kinerjanya
atau memang program tersebut belum berjalan secara maksimal.
4.6
Audit Atas Perolehan SDM
1. Perencanaan
SDM Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tentang
kebutuhan dan ketersediaan SDM untuk menyelesaikan berbagai bidang tugasn dan
tanggung jawab yang harus dikelola perusahaandalam mencapai tujuannya. Rencana
SDM merupakan bagian dari rencana strategis perusahaan, dimana rencana ini
memastikan kebtuhan SDM untuk mengimplementasikan strategi pencapaian tujuan
perusahaan dapat terpenuhi dalam kualitas dan kuantitasnya yang tepat pada saat
diperukan. Oleh karena itu perencanaan SDM harus secara maksimal mengaodopsi
berbagai perubahan lingkungan bisnis dan organisasi yang terjadi, sehingga
dapat memenuhi tuntutan perubahan tersebut, yang tertuang dalam rencana
strategi perusahaan.
2. Rekrutmen Rekrutmen meliputi upaya
pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu
ehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat
untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Pelaksanaan rekrutmen harus mampu
mendapatkan SDM dengan cara yang paling ekonomis, efektif dan efisien. Kegiatan
kunci dalam melaksanakan rekrutmen meliputi:
a. Menentukan
kebutuhan jangka panjang dan jangka pendek pada setiap bidang, jenis pekerjaan dan levelnya dalam
perusahaan.
b. Terus berupaya mendapatkan informasi tentang
perkembangan kondisi pasar tenaga kerja.
c.
Menyusun
bahan-bahan rekrutmen yang efektif.
e. Menyusun program
rekrutmen yang terpadu berhubungan dengan aktivitas SDM yang lain dang dengan
kerjasama antara manajer lini dan karyawan.
f. Mendapat pool
calon karyawan yang berbobot dan memenuhi syarat.
g. Mencatat jumlah
dan kualitas pelamar dari berbagai sumber dan masing-masing metode
rekrutmennya.
h. Melakukan
tindak lanjut terhadap para karyawan baik yang ditolak maupun yang diterima
untuk mengevaluasi efektivitas rekrutmen yang dilkukan.
3. Seleksi Dan
Penempatan Seleksi adalah proses mendapatkan dan menggunakan informasi mengenai
pelamar kerja untuk menentukan siapa seharusnya yang diterima untuk menempati
posisi jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan penempatan berkaitan dengan
pencocokan seseorang dengan jabatan yang akan dipegangnya. Seleksi dan
penempatan bertujuan untuk menempatkan orang yang tepat pada jabatan yang
tepat. Ini berarti mengukur keerampilan, pengetahuan dan kemampuan seseorang
dengan tuntutan pekerjaan dan juga kecocokan antara kepribadian, minat,
kesukaan serta kesempatan dan budaya yang terkait dengan perusahaan secara
keseluruhan.
4.7 Audit
Atas Pengelolaan SDM
1. Pelatihan
Dan Pengembangan Karyawan Pelatihan dan pengembangan karyawan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan SDM dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Pelatihan menekankan pada peningkatan keterampilan dan kemampuan SDM dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya saat ini, sedangkan pengembangan SDM
lebih menekankan pada peningkatan kinerja SDM di masa yang akan datang.
2. Perencanaan
Dan Pengembangan Karier Karier adalah seluruh pekerjaan yang dimiliki atau yang
dilakukan oleh individu selama hidupnya. Pengembangan karier seorang karyawan
menunjukkan semakin meningkatnya kemempuan karyawan tersebut dalam memegang
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar dalam pekerjaannya. Untuk
dapat memegang tanggung jawab yang lebih besar seorang karyawan harus mempunyai
kamampuan yang memedai. Program perencanaan dan pengembangan karier karyawan
harus memperhatikan tiga kepentingan pokok agar program ini dapat berjaan
secara efektif. Ketiga hal tesebut adalah:
1. Perencanaan dan
pengembangan karier harus terintegrasi dengan perencanaan SDM.
2. Perencanaan dan pengembangan karier harus diikuti
dengan evaluasi yang memadai.
3. Kebutuhan karyawan.
3. Penilaian
Kinerja Penilaian kerja karyawan pada dasarnya adalah menghubungkan kinerja
karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan standar
keberhasilan yang telah ditetapkan untuk tugas dan tanggung jawab tersebut.
Hasil penilaian kinerja karyawan dapat mencerminkan sebagian dari kinerja
perusahaan.
4. Konpensasi
Dan Balas Jasa Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai
pengganti (imbalan) atas kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada
perusahaan. Hal ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi manajemen
SDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual atas
jasa, keahlian atau pekerja, dan kesetian karyawan kepadca bisnis perusahaan.
5. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Keselamatan
dan kesehatan kerja mengacu kepada kodisi fisiologis-fisik dan psiologis
karyawan yang di akibatkan oleh linngkungan dan fasilitas kerja yang di
sediakan perusahaan . perusahaan yang melaksanakan dengan baik program
keselamatan dan kesehatan kerja secara signifikan dapat mencegah berbagai
akibat dalam bentuk penyakit, cedera atau meninggal karena pengelolaan
keselamatan kerja yang kurang baik.
6. Kepuasan
Kerja Karyawan Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan system nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin tinggi penilaian
terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka semakin
tinnggi pula kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Jika kepuasan kerja
merupakan gambarab evaluasi seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak
senang, puas atau tidak puas dalam bekerja, beberapa teori mengenai mengenai
kepuasan kerja yang telah cukup dikenal antara lain:
a.
Teori ketidak puasan
b.
Teori keadilan
c.
Teori dua factor.
5.8 Audit Atas Pengurangan SDM
Perubahan
lingkungan bisnis dimana perusahaan harus mampu beroperasi dengan sangat
efisien, juga menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan dalam
organisasinya. Kemungkinan yang sering terjadi adalah kebijakan untuk melakukan
rekstrukturisasi yang memungkinkan hilangnya beberapa jabatan karena jabatab
tersebut sudah tidak efektif lagi untuk dipertahankan dan fungsi-fungsinya bisa
dilaksanakan oleh jabatan yang sangat ini dipertahankan. Sebagai akibat dari
rekstruksisasi ini, pengurangan tenaga kerja merupakan konsikuensi logis yang
harus terjadi. Hal ini dapat menimbulkan kekawatiran dan keresahan karyawan
(terutama yang merasa prestasinya tidak istimewa, tidak memiliki keterampilan
yang menonjol dibandingkan dengan karyawan yang lain, dan berbagai kekurangan
yang lain) akan kehilangan posisi atau pekerjaan karena pengurangan tenaga
kerja dapat berupa pemutusan hubungan kerja.
BAB VI
AUDIT MANAJEMEN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN
6.1 Audit
Laporan Keuangan.
Menurut
Boynton dan Kell (2003:6), Audit laporan keuangan (financial statement audit),
berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang
laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah
laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP). Yusuf (2001:6) menyatakan audit atas laporan keuangan adalah salah satu
bentuk jasa atestasi yang dilakukan auditor.
Dalam
pemberian jasa ini, auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan
pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
yang berlaku umum. Dalam PSA No. 02 (IAI,2001:110.1) dinyatakan bahwa tujuan
audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Laporan
auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau
apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pandapat, ia
harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam
pelaksanaannya, audit atas laporan keuangan melalui beberapa tahapan (Mulyadi
dan Puradiredja,1997:117), yaitu:
1. Penerimaan
Penugasan Audit. Di dalam memutuskan apakah suatu penugasan audit dapat
diterima atau tidak, auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari 6 tahap,
yaitu:
a.
Mengevaluasi integritas manajemen.
b.
Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa.
c.
Menentukan kompensasi untuk melaksanakan audit.
d.
Menilai independensi.
e. Menentukan
kemampuan untuk menggunakan kecermatan dan keseksamaan.
f.
Membuat surat penugasan audit.
2.
Perencanaan Audit. Keberhasilan penyusunan penugasan audit sangat ditentukan
oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Tujuh tahapan yang
harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya, yaitu:
a. Memahami bisnis dan industri klien
a. Memahami bisnis dan industri klien
b.
Melaksanakan prosedur analitik.
c.
Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
d.
Mempertimbangkan risiko bawaan.
e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap saldo awal, jika penugasan klien berupa audit tahun pertama.
f. Mereview informasi yang berhubungan dengan
kewajiban-kewajjiban legal klien.
g. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi
signifikan.
h.
Memahami struktur pengendalian intern klien.
3. Pelaksanaan
Pengujian
Audit
Tahap ini disebut juga tahap ”pekerjaan lapangan”. Tujuannya adalah untuk
memperoleh bukti auditing tentang efektivitas struktur pengendalian intern
klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap ini harus mengacu pada
standar pekerjaan lapangan.
4. Pelaporan
Audit.
Tahap
ini harus mengacu pada standar pelaporan. Dua langkah penting yang dilakukan
adalah menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik
kesimpulan serta menerbitkan laporan audit yang melampiri laporan keuangan yang
diterbitkan klien.
Dalam
setiap tahap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen
harus ditetapkan standar auditing. Standar auditing merupakan suatu kaidah agar
mutu auditing dapat dicapai sebagaimana mestinya. Secara lengkap, seperti yang
tercantum di dalam Standar Profesional Akuntan Publik, PSA No. 01
(IAI,2001:150.1) menyatakan bahwa standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusuna laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat ataas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di
dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang diterpkan dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan.
Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam semua hal yang mana auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya. Tahap akhir dari audit laporan
keuangan adalah tahap pelaporan audit. Pada tahap ini seorang auditor akan
memberikan pendapatnya atas laporan keuangan yang telah diauditnya.
Menurut
Halim (2001:63) dalam Sovie (2005), ada enam jenis pendapat yang dapat
diberikan oleh auditor, yaitu:
1.
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) Pendapat ini dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan
atau diselesaikan dengan standar auditing, panyajian laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau
keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
2.
Pendapat
wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan Pendapat ini dapat
diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan dengan standar
auditing, panyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, tetapi terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan
bahasa penjelasan.
3.
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
opinion) Menurut SA 508
paragraf
20 (IAI, 2001: 508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila:
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b.
Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan
yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
4. Pendapat
tidak wajar (adverse opinion) Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan
tidak menyajikan secar wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan
pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan
pendapat diberikan terhadap laporan keuangan.
5. Pernyataan
tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion) Pernyataan
ini layak diberikan, apabila ada pembatasan lingkup audit yang sangat material
baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu dan auditor tidak independen
terhadap klien.
6. Pendapat
tidak penuh (piecemeal opinion) Pendapat ini sebenarnya bukan merupakan suatu
jeni pendapat tersendiri. Pendapat tidak penuh adalah pendapat atas unsur
tertentu dalam laporan keuangan. Pendapat ini tidak boleh dinyatakan jika
auditor menyatakan tidakmemberikan pendapat atau ia menyatakan pendapat tida
wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Pelaporan
Keuangan Bagi Perusahaan Publik Sebelum tahun 2003, berdasarkan lampiran
keputusan ketua BAPEPAM Nomor Keputusan 80/PM/1996 dalam Widiyanti (2003)
tentang penyampaian laporan keuangan berkala, maka setiap emiten dan perusahaan
publik yang pernyataan pendaftarannya telah efektif wajib menyampaikan laporan
keuangan berkala dan laporan auditor independen kepada BAPEPAM
selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Namun
sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM merevisi peraturan tersebut, dengan
dikeluarkannya lampiran surat keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Keputusan
36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan
laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan
keuangan tahunan (Sovie, 2005).
Setiap
emiten dan perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi
efektif wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada BAPEPAM sebanyak 4
(empat) eksemplar, sekurang-kurangnya 1 (satu) dalam bentuk asli. Laporan
keuangan yang harus disampaikan ke BAPEPAM terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan jenis industrinya.
6.2 Fungsi
Manajemen keuangan
Fungsi keuangan bertujuan untuk mengatur
pencarian sumber – sumber dana yang dibutuhkan bagi perusahaan dan kemudian
mengatur penggunaan dari dana yang telah diperolehnya itu. Sumber dana yang
dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber dana intern yang
berasal dari dalam perusahaan itu sendiri maupun sumber dana ekstern yang
berasal dari luar perusahaan. Dalam buku “Manajemen audit” yang ditulis oleh
Hamilton (1986:40) menyatakan bahwa dalam perusahaan skala besar ataupun kecil,
fungsi keuangan adalah sebagai alat utama dalam proses pembentukan keputusan
dengan alasan :
1.
Bagian keuangan memberikan petunjuk yang
berarti untuk meningkatkan siasat keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang.
2.
Pengarahan dan dukungan dapat diberikan
oleh bagian keuangan dalam menghasilkan pendapatan bersih dan pengambilan modal
selama periode berjalan.
6.3 Kegiatan Fungsi Keuangan
Berdasarkan data setiap hari, fungsi
keuangan memainkan peranan dalam bidang usaha yang utama seperti strategi harga
dan analisis biaya yang dibutuhkan. Strategi harga dalam perusahaan adalah
merupakan suatu unsur kritik dalam perencanaannya. Pemikiran harga yang
ditingkatkan harus menunjukan bukti peningkatan keuangan yang layak seperti
untuk keuntungan jangka pendek, perkembangan dan peningkatan dimasa yang akan
datang.
Fungsi keuangan harus menjamin adanya sistem
yang sama untuk penyusunan kegiatan dan biaya-biaya diluar kegiatan pokok. Hal
ini harus disusun dengan baik untuk melengkapi manajemen dengan peralatan yang
memadai untuk memonitor kegiatan organisasi yang sempurna serta unsur-unsur
pelaksanaan. Audit manajemen terdiri dari dua dasar fungsi yang tetap objektif
tetapi berbeda objeknya, yaitu :
1.
Memeriksa dan mengevaluasi keefektifan bagian
keuangan dalam pemberian pengarahan dan penelitian keuangan yang meliputi
keseluruhan organisasi termasuk pelaksanaan dari berbagai macam unit.
2.
Pemeriksaan ini adalah untuk mengatur
efisiensi di dalam fungsi keuangan yang berhubungan dengan keuangan, akuntansi,
budget dan pedoman kebijaksanaan dan
standar-standar.
6.4 Prosedur Pengendalian Fungsi Keuangan
Prosedur pengendalian dapat ditetapkan
pada suatu jenis transaksi atau diterapkan secara luas dan diintegrasikan dalam
komponen tertentu lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi. Halim (1997)
selanjutnya mengklasifikasikan
prosedur pengendalian sebagai berikut :
1.
Otorisasi yang semestinya dan transaksi
dan kegiatan
2.
Pemisahan tugas dan tanggung jawab yang
memadai
3.
Perancangan dan penggunaan dokumen dan
catatan yang memadai
4.
Perlindungan yang memadai atas akses dan
penggunaan aktiva perusahaan dan catatan.
5.
Pengecekan secara independen atas
pelaksanaan dan penilaian yang semestinya terhadap jumlah yang harus dicatat.
BAB VII
AUDIT MANAJEMEN PEMASARAN
7.1 Audit Manajemen Pemasaran
Audit pemasaran yang merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap
segenap program pemasaran pada suatu perusahaan atau unit bisnis secara
komprehensif, sistematis, independen, dan berkala terbukti ampuh untuk menepis
fenomena tersebut dengan memberikan pendekatan yang terstruktur terhadap
pengumpulan dan analisis data/informasi pada lingkungan bisnis yang kompleks
dan selanjutnya dapat ditindak lanjuti dengan melakukan langkah-langkah
korektif sehingga efektivitas program-program pemasaran dapat tercapai.
Kasus O’Brien Candy Company –perusahaan kembang gula
di Amerika Tengah dapat memberikan gambaran betapa pentingnya pelaksanaan audit
pemasaran. Suatu ketika, perusahaan tersebut pernah menghadapi persoalan berat
berupa penurunan tingkat penjualan dan keuntungan.
Top management berpendapat bahwa penyebabnya terletak
pada tenaga penjual yang dianggap tidak bekerja keras dan kurang terampil.
Untuk itu, mereka memperkenalkan suatu sistem perangsang konpensasi baru dan
mempekerjakan pelatih tenaga penjualan untuk mendidik para pegawai penjualan
dalam bidang perniagaan dan teknik-teknik penjualan moderen.
Ternyata persoalan yang ditangkap top management
O’Brien bahwa tenaga penjual yang dianggap kurang kerja keras tidak lebih dari
sekedar symptom. Akar permasalahan perusahaan baru dapat ditangkap secara utuh
setelah melaksanakan audit pemasaran. Kasus O’Brien secara gamblang menunjukkan
betapa pentingnya audit pemasaran untuk mengetahui permasalahan pemasaran yang
sesungguhnya dihadapi perusahaan. Tanpa melakukan audit pemasaran maka
persoalan perusahaaan O’Brien tak kunjung terpecahkan karena upaya manajemen
untuk membasmi ‘penyakit’ dilakukan dengan ‘obat’ yang tidak tepat.
Audit pemasaran tidak hanya memberikan manfaat yang
besar bagi perusahaan yang sedang dirundung persoalan. Dalam situasi normal,
berbagai industri dapat melaksananakan audit pemasaran dan menindaklanjutinya
dengan baik. Dampaknya adalah perusahaan mampu memperkecil kesenjangan negatif
antara lingkungan bisnis dengan strategi, taktik, dan kapasitas internal
perusahaan sehingga memiliki tingkat return on investment (ROI) yang jauh lebih
baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memperhatikan audit pemasaran
sebagaimana mestinya.
Ini dapat dilihat dari penelitian yang menunjukkan
bahwa perusahaan dengan kesenjangan negatif besar mempunyai ROI lebih kurang
setengah dari perusahaan dengan kesenjangan negatif kecil. Tidak mengherankan
bila sejumlah perusahaan terkemuka di manca negara telah memahami arti penting
dan mengimplementasikan audit pemasaran sehingga kontrol strategi perusahaan
dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan pemasaran yang telah
ditetapkan. Di samping itu, program pemasaran dapat berjalan secara lebih
efektif yang pada gilirannya kinerja pemasaran dapat terus ditingkatkan.
Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
audit pemasaran akan memastikan strategic control mechanism perusahaan dapat
berjalan dengan baik. Selain itu juga memudahkan pencapaian tujuan, siasat, dan
sistem pemasaran yang disesuaikan secara optimal dengan lingkungan pemasaran;
sekarang maupun masa mendatang; sebagai strategic control dan sekaligus
merupakan alat penilai keberhasilan pemasaran (marketing effectiveness rating
instrument) yang akan menggambarkan keberhasilan pemasaran secara menyeluruh.
Pengertian Audit Pemasaran adalah pengumpulan serta
pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan Kriteriakriteria yang telah
ditetapkan (Alvin A.Arens et al., 2003). Sebelum mengetahui pengertian Audit
Pemasaran, terlebih dahulu penulis jelaskan pengertian dari Audit. Pada
dasarnya, Audit merupakan suatu alat perusahaan agar dapat mengerti bagaimana
perusahaan berhubungan dengan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Audit
merupakan alat perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya
sebagaimana mereka berhubungan dengan peluang dan ancaman (Amin Widjaja
Tunggal, 2003).
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2003) Audit Pemasaran
merupakan sejumlah cara titik mulai yang benar untuk proses perencanaan
pemasaran strategist, karena melalui audit, strategist sampai pada suatu tolak
ukur baik dari peluang dan ancaman lingkungan ataupun kemampuan pemasaran
organisasi.
Tujuan dan Manfaat Audit Pemasaran Menurut (IBK
Bayangkara, 2008), tujuan utama dari audit pemasaran adalah untuk
mengidentifikasi ancaman-ancaman pemasaran yang dihadapi perusahaan dan
merencanakan perbaikan yang diperlukan untuk mengeleminasi ancaman tersebut.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari audit ini, hasil audit dapat memberikan
gambaran yang objektif tentang kinerja pemasaran perusahaan dan berbagai
kekurangan yang terjadi dalam pengelolaan upaya pemasaran yang masih memerlukan
perbaikan.
7.2 Tipe
Audit Pemasaran
Ada dua tipe audit pemasaran, pertama audit fungsional
(vertikal) merupakan audit yang dilakukan terhadap beberapa aktivitas dari
departemen pemasaran seperti periklanan atau penjualan dan membuat analisis
terhadap bagian-bagian yang diaudit tersebut. Kedua adalah audit menyeluruh
(horizontal) yang melakukan audit terhadap keseluruhan dari fungsi pemasaran
perusahaan.
Dalam pelaksanaannya, audit pemasaran kebanyakan
merupakan campuran dari kedua tipe audit di atas. Pertama-tama manajemen
menginginkan analisis menyeluruh terhadap fungsi pemasarannya untuk mengetahui
adanya indikasi berbagai permasalahan dan kemudian memilih salah satu
(beberapa) permasalahan untuk diuji secara lebih rinci. Biaya dari audit
menyeluruh yang cukup besar sering menjadi kendala pelaksanaan audit ini.
7.3 Bentuk
Audit Pemasaran
Menurut (Amin Widjaja Tunggal, 2003) :
1. Audit
eksternal berhubungan dengan variabel yang tidak dapat dikendalikan, dimulai
dengan suatu pengujian informasi atas ekonomi umum dan kemudian berpindah pada
pandangan atas kesehatan dan pertumbuhan dari pasar yang dilayani oleh
perusahaan.
2. Audit
internal berkaitan dengan variabel yang dapat dikendalikan yang bertujuan untuk
menilai sumber daya organisasi bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan
dan berhadapan dengan sumber daya dari pesaing.
7.4 Ruang
Lingkup Audit Pemasaran
Menurut (IBK Bayangkara, 2008) Audit pemasaran dapat
mencakup enam wilayah utama dalam pemasaran sebagai berikut :
1. Audit Lingkungan Pemasaran
Audit terhadap lingkungan pemasaran mencakup penilaian
terhadap pelanggan, pesaing, dan berbagai faktor lain yang memiliki pengaruh
terhadap perusahaan. Audit ini meliputi aspek lingkungan makro seperti ekonomi,
teknologi, sosial, dan politik.
2. Audit Strategi Pemasaran
Audit ini bertujuan untuk menentukan bahwa perusahaan
telah menetapkan strategi yang selaras dengan tujuannya, sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi. Sering terjadi bahwa tujuan dan strategi perusahaan
tidak secara jelas dinyatakan dan kemudian Auditor harus menentukan pernyataan
tujuan untuk kepentingan pengevaluasiannya.
3. Audit Organisasi Pemasaran
Audit ini menilai kemampuan organisasi pemasaran dalam
mencapai tujuan perusahaan. Audit ini menentukan kemampuan tim pemasaran untuk
secara efektif berinteraksi dengan bagian-bagian lain seperti litbang,
keuangan, pembelian, dan sebagainya.
4. Audit Sistem Pemasaran
Audit ini menganalisis prosedur yang digunakan
perusahaan untuk memperoleh informasi perencanaan dan pengendalian operasi
pemasaran. Hal ini berhubungan dengan penilaian apakah perusahaan telah
memiliki metode yang memadai atau tidak, untuk digunakan mengerjakan
tugas-tugas rutin di bidang pemasaran.
5. Audit Produktivitas
Pemasaran
Audit ini menganalisis produktivitas dan
profitabilitas produk, kelompok pelanggan, atau unit analisis yang lain di
dalam pemasaran. Analisis biaya pemasaran adalah salah satu metode untuk
menganalisis profitabilitas dan produktivitas pemasaran.
6. Audit Fungsi Pemasaran
Audit ini merupakan audit vertikal atau analisis
secara mendalam terhadap setiap elemen bauran pemasaran seperti produk, harga,
distribusi, tenaga penjual, periklanan, promosi, dan lain-lain.
7.5 Tahapan-tahapan
Audit Pemasaran
Pada dasarnya pelaksanaan audit pemasaran bisa
mengikuti tahapan audit secara umum, yaitu:
1.
Audit pendahuluan
2.
Review dan pengujian atas pengendalian manajemen perusahaan
3.
Audit lanjutan
4.
Pelaporan
7.6 Proses
Manajemen Pemasaran
Proses manajemen pemasaran merupakan proses
menganalisis peluang-peluang pasar, memilih pasar sasaran, mengembangkan bauran
pemasaran, dan mengelola usaha-usaha pemasaran. Prosers ini mengoordinasikan
seluruh aktivitas pemasaran dalam suatu strategi pemasaran yang ditetapkan
perusahaan dan sumber daya yang terlibat di dalamnya untuk mencapai tujuan
perusahaan.
7.6.1 Menentukan Konsumen Sasaran
Perusahaan menyadari bahwa tidak mampu untuk memenuhi
(memuaskan) kebutuhan seluruh konsumen yang ada di pasar. Ada terlalu banyak
perbedaan konsumen dengan beraneka ragam kebutuhan dan perilakunya. Beberapa
perusahaan berada dalam posisi yang lebih baik untuk melayani segmen pasar
tertentu. Proses ini meliputi tiga tahapan penting yaitu:
1.
Segmentasi pasar merupakan proses pengelompokan pelanggan ke dalam
kelompok-kelompok tertentu dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang
sama. Segmen pasar bisa dibedakan berdasrkan faktor geografis, demografis,
fisikkografis, dan perilaku.
2.
Penetapan pasar sasaran merupakan proses untuk mengevaluasi setiap daya tarik
segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Dengan
sumber daya yang terbatas, tidak mungkin bagi perusahaan untuk melayani
(memuaskan) semua segmen pasar yang ada.
3.
Penentuan posisi pasar, mengatur suatu produk untuk menempati tempat yang
jelas, berbeda, dan diinginkan relatif terhadap produk-produk saingannya di
dalam pikiran konsumen sasaran. Identifikasi terhadap keunggulan bersaing
adalah hal pertama yang harus dilakukan perusahaan untuk memutuskan posisi
produknya. Keunggulan bersaing ini dapat tercipta apabila perusahaan dapat
memaksimalkan nilai dari pelanggan, yaitu dengan cara meningkatkan manfaat yang
dapat dinikmati pelanggan atau dengan menurunkan pengorbanan pelanggan dalam
mendapatkan dan memanfaatkan produk tersebut relatif terhadap produk pesaing
atau dengan cara kedua-duanya sekaligus.
7.6.2 Mengenbangkan Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah seperangkat variabel penasaran
yang dapat dikendalikan dan dapat dapat dipadukan untuk menghasilkan tanggapan
yang diinginkan di dalam pasar sasaran. Keputusan bauran pemasaran meliputi
keputusan terhadap empat variabel penting dalam pemasaran, yang dikenal sebagai
4P: 1) produk (product), 2) harga (price), 3) tempat atau saluran distribusi
(place), dan 4) promosi (promotion).
7.7 Audit
Lingkungan Pemasaran
Lingkungan pemasaran (marketing environment) terdiri
atas para pelaku dan kekuatan-kekuatan di luar pemasaran yang mempengaruhi
kemampuan pemasaran perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi
yang berhasil dengan konsumen sasarannya. Untuk mampu bertahan dan berhasil
dalam kondisi persaingan yang sangat ketat ini, perusahaan harus menyesuaikan
bauran pemasarannya untuk mengikuti tren dan perkembangan di dalam lingkungan
ini. Lingkungan pemasaran terdiri atas dua kelompok besar yaitu:
1.
Lingkungan mikro, terdiri atas kekuatan-kekuatan di sekitar perusahaan yang
mempengaruhi kemampuannya dalam melayani pelanggannya. Berikut adalah para
pelaku utama dalam lingkungan mikro, yaitu perusahaan, pemasok, perantara
pemasaran, pelanggan, bisnis/komersial, dan terdapat pesaing utama yaitu
konstruksi BUMN. Perusahaan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan
melakukan analisa pasar dan telah menetapkan saluran distribusi yang tepat
untuk menyalurkan produk/jasa kepada pelanggan, sehingga memiliki tingkat
efisiensi dan potensi pertumbuhan yang baik dalam masing-masing saluran
distribusi.
2.
Lingkungan makro, merupakan kekuatan-kekuatan kemasyarakatan yang lebih luas
yang mempengaruhi segenap ligkungan mikro perusahaan dan
keputusan-keputusan strategis pemasaran. Lingkungan ini meliputi lingkungan
alam, demografi, ekonomi, teknologi, politik, dan budaya.
Dalam lingkungan makro, perkembangan dan kecenderungan
demografis utama tidak memberikan peluang ataupun ancaman bagi perusahaan
karena perusahaan dapat memanfaatkan kecenderungan tersebut dengan adanya
kantor cabang dan perwakilan untuk kemajuan perusahaan. Untuk menanggapi
perkembangan dan kecenderungan tersebut, perusahaan menambah atau memperluas
wilayah. Perusahaan memiliki ketersediaan sumber daya alam serta energi yang
cukup baik, dan dapat mengantisipasi perkembangan utama dalam pendapatan,
harga, penghematan, kredit yang dapat mempengaruhi perusahaan dengan
meningkatkan kinerja sumber daya keuangan.
Perusahaan mendapat tanggapan baik dari masyarakat
mengenai bisnis dan produk/jasa yang ditawarkan perusahaan, disamping itu
perusahaan melakukan peningkatan kinerja Direktorat Teknik & Pengembangan
dalam upaya meningkatkan upaya pemasaran terhadap gaya hidup dan nilai-nilai
pelanggan.
7.8 Audit
Strategi Pemasaran
Dalam strategi pemasaran terdapat tujuan dan sasaran
pemasaran perusahaan yang telah dinyatakan dengan jelas untuk dapat membimbing
perencanaan pemasaran dan pengukuran kinerja juga terdapat misi bisnis
perusahaan yang telah dinyatakan dengan jelas dan berorientasi pasar, tujuan
pemasaran yang tepat dan mempertimbangkan sumber daya, posisi persaingan dan
peluang.
Manajemen strategi didefinisikan sebagai sekumpulan
keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi berbagai
rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Manajemen
memiliki tanggung jawab untuk merencanakan, mengarahkan, mengorganisasikan, dan
mengendalikan keputusan dan tindakan-tindakan perusahaan yang berkaitan dengan
strategi yang dipilih. Strategi adalah rencana yang berskala besar dan
berorientasi ke masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan
dalam mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
BAB VIII
AUDIT MANAJEMEN FUNGSI PEMBELIAN
8.1 Funsi
Pembelian
Fungsi pembelian sering dianggap fungsi yang paling
penting dan berpengaruh pada unit-unit operasi yang ada di perusahaan. Pada
banyak perusahaan, fungsi pembelian merupakan awal dari sebuah proses bisnis.
Dengan tujuan memenuhi permintaan pelanggan, perusahaan harus membeli
barang-barang kebutuhan dan bahan baku yang diminta, untuk mengumpulkan atau
memproduksi produkproduk perusahaan. Ini adalah proses dalam mendapatkan
barang-barang, bahan baku, komponen dan layanan yang merupakan tugas utana dn
tanggung jawab departemen pembelian. Dalam sebuah perusahaan dimana terdapat
sistem pembelian yang efektif pembelian material dapat menghemat biaya bagi
perusahaan.
8.2 Tujuan Pembelian
Tujuan utama dalam audit manajemen fungsi pembelian
adalah untuk menentukan efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam
membelanjakan sumber daya keuangan mereka. Pada beberapa perusahaan sedang,
pembelian utama dilakukan oleh masing-masing departemen. Sebagai contohnya,
fungsi kontrol persediaan membeli bahan-bahan kebutuhan dan bahan baku untuk
memenuhi permintaan pelanggan langsung dari pemasok Sebuah audit manajemen
dilakukan karena terdapat tanda-tanda bahaya yang ditemukan di perusahaan.
Sebagai contoh, manajemen tingkat atas seharusnya menyadari adanya peningkatan
biaya dalam proses bisnis, meskipun tak satupun kompetitor mengalami
pengurangan yang sama pada marjin laba. Tanda-tanda bahaya tersebut mungkin
mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami “ketidakefisienan biaya” dalam
aktivitas pembeliannya sehari-hari Proses audit manajemen menggambarkan bahwa
fungsi pembelian dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yang benar-benar memiliki
fungsi pembelian (departemen pembelian). Asumsinya, bahwa semua peerusahaan,
tidak peduli sebesar apa, seharusnya memiliki departemen pembelian (atau
seseorang) yang terpusat dan independen untuk mengontrol pengeluaran perusahaan
8.3 Ruang Lingkup Audit Manajemen Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian memiliki nilai dan arti penting bagi
perusahaan karena sangat menunjang operasional perusahaan.Audit manajemen
fungsi pembelian harus dilakukan dengan optimal untuk memastikan agar kegiatan
operasional perusahaan tidak sampai terhenti yang akan berakibat negatif bagi
perusahaan secara keseluruhan. Sasaran strategik fungsi pembelian merupakan
ukuran atau patokan yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi
pembelian pada perusahaan. Tujuh sasaran strategik fungsi pembelian yang harus
dipahami meliputi hal-hal berikut.
1. Terjaminnya
kesinambungan pasokan bahan mentah, bahan baku, dan bahan penolong lainnya yang
diperlukan dalam proses produksi.
2. Mengupayakan
terjaminnya persediaan bahan mentah dan suku cadang agar berada pada tingkat
yang aman
3. Tersedianya
peralatan dan bahan pendukung produksi lainnya yang diperlukan agar standar
mutu dan ketepatan penggunaan dapat tercapai
4. Pengadaan
bahan mentah, bahan baku, suku cadang, bahan lainnya, dan aneka jasa yang
diperlukan harus dilaksanakan dengan biaya yang serendah mungkin
5. Pelaksanaan
sistem pengawasan yang digunakan untuk memastikan bahwa nilai dan biaya
pengadaan telah sesuai, dengan terus-menerus melakukan pengurangan biaya
pembelian.
6. Komunikasi
yang baik dengan pihak manajemen puncak dalam bentuk informasi yang paling
akurat mengenai bahan dan aneka jasa yang dibutuhkan perusahaan.
7. Terwujudnya
kerja sama dari unit kerja atau unit fungsional lain dalam perusahaan untuk
menjalankan fungsi pembelian dengan baik.
Siklus normal fungsi pembelian meliputi berikut ini
1. Penentuan
kebutuhan, melalui Skedul Produksi Manufaktur, Penentuan Penggantian Persediaan
(Inventory Replenishment Requirement), Penentuan Pembelian secara Khusus
(Specialized Purchase Requirements), dan Kebutuhan Operasional Sehari-hari
2. Otorisasi
pembelian, yang dimulai dengan penerbitan Permintaan Barang (Purchase
Requisition) atau Perintah Kerja (Work Order) sampai penerbitan Pesanan
Pembelian (Purchase Order).
3. Prosedur tindak lanjut
pemesanan.
4. Penyelesaian proses
pengiriman.
5. Penyelesaian keuangan.
Terdapat 4 sasaran audit manajemen pada fungsi pembelian, yaitu berikut :
1. Sasaran strategik fungsi pembelian.
1. Sasaran strategik fungsi pembelian.
2. Perencanaan
operasional/induk
3. Tipe dan struktur
organisasi pembelian.
4. Mekanisme pengendalian
pembelian
8.5 Hasil audit manajemen fungsi pembelian
Hasil audit manajemen fungsi pembelian adalah laporan
yang berisi temuan-temuan berupa ketidaksesuaian dengan prosedur,
penyalahgunaan wewenang, penyimpangan sistem, dan sebagainya yang perlu
diperbaiki oleh perusahaan dan juga rekomendasi yang perlu dilaksanakan
manajemen untuk memperbaiki temuan-temuan tersebut sehingga di masa depan dapat
diminimalkan atau dihilangkan .
Melalui audit manajemen fungsi pembelian, tanggung
jawab fungsi pembelian dapat diwujudkan dengan baik, efektif, dan efisien.
Tanggung jawab itu setidaknya meliputi 2 hal sebagai berikut.
1.
Penanganan
informasi oleh fungsi pembelian telah dilakukan dengan benar. Berbagai catatan
yang akurat, seperti catatan mengenai proses pembelian yang pernah dilakukan
sebelumnya, daftar pemasok ataupun proses pengiriman disimpan dan dimanfaatkan
dengan baik.
2.
Proses
pengadaan barang dan jasa telah dilakukan dengan baik, seperti melalui
pengawasan terhadap permintaan barang/jasa, diupayakan lebih dari satu
penawaran yang diterima oleh perusahaan , penerimaan barang, dan penyelesaian
pembayaran faktur.
BAB IX
AUDIT MANAJEMEN FUNGSI MANUFAKTUR
9.1 Pengertian Audit Manufaktur
Peranan fungsi manufakturing dalam perusahaan adalah
untuk meningkatkan kegunaan dari masukan yang berupa tenaga dan keterampilan,
bahan dan peralatan, dana serta informasi, menjadi barang atau jasa yang siap
dipasarkan oleh perusahaan tersebut kepada konsumen atau pemakainya. Penentuan
maksud dan Tujuan dilaksanakannya audit didasarkan pada pertimbangan
pelaksanaan kegiatan dalam fungsi manufacturing, terutama untuk memperoleh
keyakinan:
1.
Ditaatinya
atau tidak, ketetapan atau ketentuan dari prosedur yang telah diberlakukan
dalam perusahaan untuk fungsi manufacturing
2.
Dicapainya
efektifitas dalam pengelolaan kegiatan fungsi manufacturing.
3.
Dicapainya
efisiensi dalam pengelolaan kegiatan fungsi manufacturing.
Berdasarkan maksud – maksud dan tujuan dari pelaksanaan audit manufacturing maka kemudian ditentukan lingkup audit manajemen yang dilakukan yang dapat berupa:
Berdasarkan maksud – maksud dan tujuan dari pelaksanaan audit manufacturing maka kemudian ditentukan lingkup audit manajemen yang dilakukan yang dapat berupa:
a. Audit mengenai tujuan, sasaran, strategi, dan
kebijakan manufacturing perusahaan yang ditetapkan.
b. Audit mengenai disain system manufacturing yang
dijalankan, yang mencakup pemilihan lokasi, pengaturan tata letak, keadaan
bangunan sarana penunjang, teknologi yang digunakan, proses manufacturing yang
dijalankan, keadaan mesin dan peralatan.
c. Audit mengenai penerapan Sistem manufacturing, yang
mencakup perencanaan dan program operasi / produksi, pembelian dan pengadaan
bahan , pelaksanaan manufacturing, persediaan dan pengiriman barang jadi serta
pergudangannya, biaya, serta pemeliharaan peralatan.
9.2 Pelaksanaan
audit manufacturing
Pelaksanaan audit manufacturing mencakup seluruh
lingkup fungsi manufacturing dan lingkup fungsi manajemen. Lingkup fungsi
operasional dalam suatu perusahaan mencakup bidang, bagian atau fungsi yang
terdapat dalam organisasi perusahaan, jadi dalam lingkup manufacturing tercakup
semua kegiatan yang terkai dalam usaha untuk mentransformasikan masukan berupa
tenaga dan keahlian, bahan dan peralatan, dana serta informasi, menjadi
keluaran berupa barang atau jasa. Semua masukan diubah menjadi barang dan /
atau jasa melalui teknologi proses, yaitu metode tertentu yang digunakan untuk
melakukan transformasi tersebut. Jenis masukan yang digunakan antara satu
industri dengan industri lainnya berbeda .
9.3 Lingkup
kegiatan audit manufacturing
Lingkup audit manufacturing mencakup 3 sisi, yang
digambarkan berbentuk kubus. Seperti dapat terlihat pada Gambar dihalaman
berikut. Pada sisi pertama cakupan audit manufacturing tersebut adalah system
transformasi dari fungsi manufacturing, yang meliputi: masukan, proses dan
keluaran. Pada siss ke dua dari cakupan audit manufacturing adalah meliputi
fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Sedangkan
pada sisis ke tiga atau terakhir daricakupan audit manufacturing ini adalah
meliputi standar criteria yang digunakan, yaitu jumlah, mutu atau spesifikasi,
waktu dan biaya serta data yang tersedia.
BAB X
AUDIT MANAJEMEN TERHADAP KEPASTIAN MUTU
10.1 Pengertian Audit Mutu
Pengertian
audit mutu dapat dijumpai dalam Panduan Audit Sitem Manajemen Mutu SNI
19-19011-2002. Dalam panduan tersebut, audit mutu didefinisikan sebagai proses
sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauhmana kriteria
audit dipenuhi (BSN, 2002). Audit Sistem Mutu biasanya dilakukan untuk
menentukan tingkat kesesuaian aktivitas organisasi terhadap standar Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang telah ditentukan serta efektivitas dari
penerapan system tersebut.
10.2 Tujuan Audit Mutu
Dari
pengertian audit mutu yang diuraiakan di atas, bahwa tujuan audit mutu adalah
untuk mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan sebagai dasar
pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau perubahan.
Temuan hasil audit selanjutnya dianalisis, dinilai kecukupan dan kesesuaiannya
terhadap standar ISO 9001:2000. Hasil temuan auditor tersebut akan digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau
perubahan.
Secara
rinci tujuan umum dari audit mutu yaitu (Willy Susilo,2000) :
1.
Untuk
memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi organisasi
2.
Untuk
merencanakan pengembangan usaha Untuk memenuhi persyaratan suatu sistem
manajemen yang digunakan sebagai acuan
3.
Untuk
memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan kontrak dengan (misalnya)
pelanggan
4. Untuk
mengevaluasi terhadap pemasok
5. Untuk menemukan adanya potensi resiko
kegiatan organisasi
Sedangkan
tujuan audit mutu secara khusus adalah untuk memberikan umpan balik tentang
kinerja organisasi yang diuraikan sebagai berikut (Iskandar Indranata,2006):
1. Mengarahkan pencapaian sasaran memberikan sense of urgency
2. Menemukan peluang perbaikan
1. Mengarahkan pencapaian sasaran memberikan sense of urgency
2. Menemukan peluang perbaikan
3. Memastikan apakah sistem diterapkan
secara efektif
4. Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan
terthadap kebijakan mutu sedini
mungkin
10.3 Prinsip Audit Mutu
10.3 Prinsip Audit Mutu
Audit mutu didasarkan pada sejumlah
prinsip. Ketaatan dan kepatuhan terhadap prinsip tersebut merupakan prasyarat
untuk memberikan kesimpulan audit yang sesuai dan cukup serta memungkinkan
auditor bekerja secara independen untuk mencapai kesamaan kesimpulan pada
situasi serupa. Prinsip Audit Mutu, secara garis besar terdiri dari dua prinsip
yaitu prinsip-prinsip yang terkait dengan auditor dan prinsip-prinsip yang
terkait dengan kegiatan audit.
1.
Prinsip-prinsip yang terkait
dengan auditor, yaitu :
a. Kode Etik sebagai Dasar
Profesionalisme.
b. Menyajikan hasil yang obyektif dan
akurat,
c. Profesional, memiliki kompetensi
sebagai auditor.
2.
Prinsip Audit yang relevan dengan
kegiatan audit, yaitu :
a. Independen-auditor (mandiri
dan tidak berpihak) tidak melakukan audit pada area yang bukan
tanggungjawabnya.
b. Bukti Obyektif sebagai dasar membuat kesimpulan audit, dapat
diverifikasi dan sample audit yang diambil cukup mewakili
c. Terencana, audit harus
terencana secara sistematik sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.
d. Auditor harus berkualifikasi dan
independen
e. Maksud dan tujuan dari audit harus
diklarifikasi dan disetujui
f. Audit harus direncanakan dan
dipersiapkan secara memadai
g. Orang yang bertanggung
jawab atas aktifitas yang akan diaudit harus secara baik dan diberitahukan
sebelum dan sesudah audit
h. Rencana audit dan laporan akhir
harus tertulis
i. Auditor harus menindaklanjuti
tindakan perbaikan
j. Penilaian terhadap standar harus obyektif, faktual dan
apabila mungkin kuantitatif
k. Audit tidak mengganggu kegiatan operasional yang berjalan
k. Audit tidak mengganggu kegiatan operasional yang berjalan
l. Frekuensi, intensitas dan luas audit bervariasi dengan
kebutuhan aktual
m. Kertas kerja dan dokumen audit harus disimpan dengan baik dan teratur
n. Uji petik untuk mengumpulkan bukti harus tidak memihak dan dapat dipercaya
m. Kertas kerja dan dokumen audit harus disimpan dengan baik dan teratur
n. Uji petik untuk mengumpulkan bukti harus tidak memihak dan dapat dipercaya
10.4 Alasan Melakukan Audit
Mutu
Sistem Manajemen Mutu (SMM) ada
beberapa alasan melakukan audit berkesinambungan yaitu untuk melihat
efektivitas system berdasar sampling dan lokasi/bagian, walaupun alasan yang pokok
memberi jaminan dan mencegah timbulnya masalah-masalah dan meningkatkan
efektivitas SMM alasan melakukan Audit antara lain (Iskandar Indranata, 2006) :
1. Mengembangkan sistem pada organisasi.
2. Meyakinkan organisasi akan efektivitas dan kesesuaian akan
system itu sendiri.
3. Meyakinkan organisasi dalam memilih pemasok baru, bahwa SMM
pemasok sesuai dengan apa yang diinginkan organisasi.
4. Meyakinkan organisasi bahwa pemasok yang ada masih memenuhi
persyaratan yang ditetapkan organisasi.
5. Memenuhi kesesuaian standar/undang-undang, bahwa organisasi
harus terus menerus mengimplementasikan dan memelihara SMM secara konsisten.
10.5 Manfaat Audit manajemen
Mutu
1. Menilai ketaatan terhadap prosedur pengendalian mutu dan
standar program mutu
2.
Menilai proses pengembalian
keputusan untuk keabsahan
3. Menilai karakteristik mutu suatu produkserta proses yang
berkaitan dengan spesifikasi dari pelanggan atau pendesainmelalui pengendalian
dari inspkesi reguler
4. Memperbaiki efektivitas dari program manajemen mutu
5. Mengeksplorasi penyebab kerusakan,
keluhan pelanggan dan masalah lain
6. Memperoleh sertifikasi normal dari program manajemen mutu
6. Memperoleh sertifikasi normal dari program manajemen mutu
7. Mengarahkan dan memotivasi staff dan manajemen untuk menciptakan
kesadaran mutu
8. Menunjukkan perhatian manajemen mutu terhadap pemasok untuk
memperoleh perlindungan atas tuntutan liabilitas produk
9.
Memperkenalkan formalitas dan
konsistensi dalam program mutu
10.
Melakukan pelatihan dan memberikan
pengetahun teknis
Hasil audit dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperuam . salah satu manfaat audit yang paling sentral adalah sebagai
dasar untuk mengambil keputusan, melakukan perbaikan, meningkatkan eisiensi dan
efektivitas fungsi organisasi. Dengan informasi hasil penilaian auditor dan
rekomendasi yang disampaikan, akan memungkinkan pimpinan unit operasi melakukan
tindakan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi, efektivita maupun
produktivitas usaha secara lebih terarah.
BAB
XI
PENYUSUNAN
LAPORAN HASIL AUDIT
11.1 Laporan Hasil Audit
Hasil akhir dari audit manajemen adalah
laporan hasil audit. Laporan audit manajemen perlu disusun secara cermat,
jelas, ringkas dan objektif. Laporan hasil audit manajemen pada umumnya berisi penjelasan
mengenai tujuan dan ruang lingkup penugasan, prosedur dan pendekatan yang
digunakan oleh pemeriksa, temuan-temuan dan hasil pemeriksaan serta rekomendasi
untuk perbaikan. Laporan hasil pemeriksaan hendaknya meliputi dan disusun
secara berurutan sebagai berikut :
1. Informasi
latar belakang
Informasi latar belakang yang disajikan
oleh pemeriksa harus dapat
memberikan gambaran latar belakang
permasalahan yang sama diantara
pemeriksa dan pengguna laporan.
Informasi tersebut antara lain :
a. Kapan organisasi itu didirikan.
b. Apa tujuan pendirian organisasi,
pelaksanaan kegiatan atau tujuan
program.
c. Apa karakteristik kegiatan dan
seberapa luas ruang lingkup aktivitasnya.
d. Siapa yang mengepalai organisasi dan
siapa saja yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan atau
program.
d.
Alasan apa yang mendasari dilakukannya
audit manajemen.
2. Kesimpulan
audit yang disertai dengan bukti-bukti yang mendukung tujuan
audit.
3. Rumusan
saran yang berhasil diformulasikan.
Saran-saran yang diajukan oleh pemeriksa
pada umumnya berupa anjuran yang berisikan hal-hal apa saja yang seharusnya
dilakukan untuk mendorong organisasi melakukan perbaikan atas kinerja yang akan
datang. Rumusan saran harus singkat karena ditujukan untuk memberikan dasar
perbaikan prestasi manajemen di masa yang akan datang, dirumuskan dengan
mengingat prinsip biaya efektifitas serta sifat praktis. Wewenang untuk
melakukan tindak lanjut dan upaya perbaikan tetaplah pada manajemen organisasi.
4. Lingkup
pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan menunjukkan berbagai
aspek kegiatan pihak kedua dan periode waktu kegiatan yang ditinjau kembali
oleh pemeriksa. Lingkup pemeriksaaan harus juga mengidentifikasi secara jelas
seberapa mendalam peninjauan kembali yang dilakukan untuk masing-masing aspek
kegiatan pihak kedua. Laporan tersebut hendaknya dapat memberikan motivasi
kepada unit manajemen yang diperiksa untuk melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi-rekomendasi
yang disajikan dalam laporan tersebut.

Aeker, D.,
Kumar, V., & Day, G., 2001, Marketing Reaserch. 7th Edition, John Willey
and Sons Inc., New York, NY. Alvin A.Arens et al., 2003, Auditing dan Pelayanan
Verifikasi : Pendekatan Terpadu, Edisi 9, Jilid 1, Jakarta : PT. INDEKS
Kelompok Gramedia.
Amin Widjaja
Tunggal, 2003, Audit Manajemen Kontemporer, Edisi revisi, Jakarta : Penerbit
Harvarindo.
David, F.R.,
2002, Manajemen Strategis. Edisi Bahasa Indonesia, PT Perhallindo, Jakarta.
Erita Dwi
Cahyani, 2005, “Audit Pemasaran Berdasarkan Strategic Marketing Plus 2000 CV.
Morinda House Bogor”, SINERGI Kajian Bisnis dan Manajemen, Hal : 1-29
IBK
Bayangkara, 2008, Audit Manajemen : Prosedur dan Implementasi, Penerbit Salemba
empat.
Kotler, P.,
2000, Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium, PT. Perhalindo, Jakarta.
McDonald, M.,
2002, How Come Your Marketing Plans Aren’t Working : Kunci Sukses Perencanaan
Pemasaran. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Philip
Kotler et al, 2004, Manajemen Pemasaran : Perspektif Asia, Edisi 3, Jilid 1,
Penerbit PT. INDEKS Kelompok Gramedia.
Trisno
Musanto, 2004, “Faktor-faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan :
Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya”, Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2:123-136.
Wilson
Arafat, 2005, The Real Power of Marketing Audit, Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.
Agoes,
Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan
Akuntan) oleh Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Audit Finansial, Audit Manajemen, Dan Sistem Pengendalian Intern

Hamilton,
Alexander. (1986). Management Audit : Maximizing Your Company Efficiency and Effectiveness.
Alexander Hamilton Institute.
Willingham,
John. J, Carmichael, Douglas.R, and Schaller, Carol.A. (1996). Auditing Concepts
and Methods: a guide to current theory and practice
http://ngeblogwebid.blogspot.com/2009/12/konsep-dasar-dan-lingkup-audit.html
masodah.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../audit+manajemen.ppt
Bayangkara,
IBK. Manajemen Audit Prosedur dan Implementasi. Salemba Empat. 2010
Hamilton,
Alexander,Ph.D.”Manajemen Auditing, meningkatkan efektivitas dan efisiensi,
penerbit Modern Business New York,1986.”
B.Sawyer, Lawrence.”Audit Internal Sawyer, penerbit
Salemba Empat,2003.”
http://audit-proses-pembelian-dan-pengeluaran.html
2006-2-00796-AK-Abstrak
http://AUDIT MANAJEMEN FUNGSI PEMBELIAN _ Thi's
Blog.html
http://www.kajianpustaka.com/2013/03/audit-manajemen.html#ixzz2U09eipnn
Follow us: @kajianpustaka on Twitter | KajianPustaka on Facebook
Follow us: @kajianpustaka on Twitter | KajianPustaka on Facebook
.
http://endovus.blogspot.com/2011/12/makalah-audit-manajemen-keuangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar