TUGAS AKHIR
SILABUS
STUDI BISNIS INTERNASIONAL
oleh
:
JANUARI
CHRISTI
BAMBANG
RAHINO
F
A R I D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2013
NO.
|
PERTEMUAN
|
POKOK BAHASAN
|
SUB POKOK BAHASAN
|
1.
|
1
|
Pendahuluan
|
·
Sejarah Bisnis Internasional
·
Pengertian Bisnis Internasional
·
Ruang Lingkup Bisnis Internasional
·
Hakikat Bisnis Internasional
·
Tingkatan Bisnis Internasional
·
Alasan Melaksanakan Bisnis Internasional
|
2.
|
2
|
Tahapan dalam Memasuki Bisnis Internasional
|
·
Ekspor Insidentil (Incident
At Export)
·
Ekspor Aktif (Active Export)
·
Penjualan Lisensi
(Licensing)
·
Franchising
·
Pemasaran Di Luar Negeri
·
Produksi Dan Pemasaran Di
Luar Negeri (Total International Business)
|
3.
|
3
|
Sumber Daya Manusia dalam Bisnis Internasional
|
·
Pertumbuhan Bisnis Internasional
·
Memperbaiki
Penugasan Internasional Melalui Seleksi
·
Pengorientasian
dan Pelatihan Karyawan untuk Penugasan Internasional
|
4.
|
4
|
Sistem Ekonomi, Politik, dan Hukum dalam Bisnis
Internasional
|
·
Sistem Ekonomi dalam Bisnis Internasional
·
Sistem Politik dalam Bisnis Internasional
·
Sistem Hukum dalam Bisnis Internasional
·
Standar dan Peraturan Internasional
·
Standar Internasional
·
Hak Kekayaan Intelektual
|
5.
|
5
|
Budaya dalam Bisnis Internasional
|
·
Pengertian
Budaya dalam Lingkup Bisnis Internasional
·
Karakteristik
Kebudayaan
·
Unsur-
unsur kebudayaan
·
Komponen-Komponen
Sosiokultural
·
Pentingnya
Pengaruh Agama Bagi Para Pelaku Bisnis
·
Aspek-Aspek
Budaya dari Teknologi
·
Pengaruh
budaya terhadap manajemen internasional
|
6.
|
6
|
Moral dan Etika dalam Bisnis Internasional
|
§ Norma-norma
Moral yang umum pada taraf Internasional
§ Masalah
“Dumping” dalam Bisnis Internasional
§ Aspek
etis dari Korporasi Multinasional
§ Masalah
Korupsi dalam taraf Internasional
|
7.
|
7
|
Dasar Kegiatan Ekspor
|
·
Pengertian Ekspor
·
Tujuan Kegiatan Ekspor
·
Pihak-pihak yang Berperan
dalam Kegiatan Ekspor
· Syarat Menjadi Eksportir
·
Empat Tahapan Utama Dalam
Ekspor (Menggunakan L/C)
·
Metode Pembayaran
|
8.
|
UJIAN TENGAH
SEMESTER
|
||
9.
|
8
|
Penggolongan Barang
|
·
Definisi dan Manfaat
·
Cara Penggunaan HS Code
·
Langkah-langkah Interpretasi HS Code
·
Incoterms
|
10.
|
9
|
Pembiayaan Ekspor
|
·
Jenis Pembiayaan Ekspor
·
Tips dan Trik dalam Pembiayaan Ekspor
·
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
|
11.
|
10
|
Perizinan dan Bea Cukai Ekspor
|
·
Larangan Ekspor
·
Bea dan Cukai
·
Pemeriksaan
|
12.
|
11
|
Transaksi dengan Letter Of Credit (L/C)
|
·
Istilah dan Definisi L/C
·
Tujuan dan Fungsi L/C
·
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan L/C Bank
·
Pihak-Pihak yang Terlibat dalam L/C
·
MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN L/C
·
Jenis-Jenis L/C yang Umum
·
Jenis-Jenis L/C yang Khusus
·
Jangka waktu dan valuta L/C
·
Dokumen-Dokumen dalam L/C
|
13.
|
12
|
Strategi dalam Bisnis Intenasional
|
·
Masuk dan Kompetisi Pasar Internasional
·
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Cara Masuk
·
Faktor-faktor Lainnya
|
14.
|
13
|
Peran Karantina dalam Bisnis Internasional
|
·
Sejarah Karantina di Indonesia
·
Tujuan Karantina Hewan dan Tumbuhan
·
Peran Karantina Pertanian dalam Sistim Perlindungan
·
Peran Karantina dalam Bisnis Internasional
·
Peran Karantina dalam Mewujudkan Pertanian Menjadi
Basis Perekonomian Nasional (sesuai amanat perioritas
RPJM II 2010-2014)
|
15.
|
14
|
Hambatan dalam Bisnis Internasional
|
·
PERBEDAAN
BAHASA, SOSIAL BUDAYA / KULTURAL
·
HAMBATAN
POLITIK, HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN
·
HAMBATAN
OPERASIONAL
|
16.
|
UJIAN AKHIR SEMESTER
|
||
17.
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Bisnis Internasional
Sebelum masehi pedagang Venezia dan
Yunani mengirim wakil-wakil ke luar negeri untuk menjual barang-barang mereka.
Tahun 1600 British East India Company, sebuah perusahaan dagang yang baru
dibentuk, mendirikan cabang-cabang di luar negeri di seluruh Asia. Pada saat
yang sama sejumlah perusahaan Belanda yang di bentuk pada tahun 1590 membuka
rute-rute perjalanan ke timur bergabung untuk membentuk Dutch East India
Company dan juga membuka kantor-kantor cabang di Asia. Para pedagang colonial
Amerika mulai beroprasi dengan model yang sama pada tahun 1700an. Contoh-contoh investasi
langsung luar negeri Amerika yang mula-mula adalah perkebunan-perkebunan
Inggris yang dibentuk oleh Colt Fire Arms and Ford yang didirikan sebelum
perang saudara. Namun kedua operasi itu gagal hanya setelah beberapa tahun
kemudian.
Perusahaan Amerika pertama yang
berhasil memasuki produksi luar negeri adalah pabrik yang didirikan di
Skotlandia oleh Singer Sewling Machine pada tahun 1868. Pada tahun 1880, Singer
telah menjadi organisasi dunia dengan organisasi penjualan luar negeri yang
luar biasa dan beberapa pabrik pemanufakturan di luar negeri.
Perusahaan-perusahaan lainnya segera menyusul, dan pada tahun 1914 paling
sedikit 37 perusahaan amerika memiliki fasilitas produksi di dua atau tiga
lokasi di luar negeri. Tahun
1919, General Electric mulaimenanamkan modal di luar negeri.Tahun 1920, General
Motor and Chryslermelakukan operasi luar negeri.
1.2 Pengertian Bisnis Internasional
Bisnis internasional merupakan
kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan negara yang
lain. Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dan, sebagai akibatnya, bisnis
dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda. Kalsifikasi bisnis berdasarkan
aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan adalah sebagai
berikut:
1.
Manufaktur adalah bisnis yang
memproduksi produk yang berasal dari barang
mentah atau
komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contohnya
perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.
2.
Bisnis
jasa adalah
bisnis yang menghasilkan barang intangible (tak berwujud), dan mendapatkan
keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contohnya
adalah konsultan dan psikolog.
3.
Pengecer dan distributor adalah pihak yang
berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan
toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau
pengecer.
4.
Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang
memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.
6.
Bisnis
informasi adalah
bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari penjualan-kembali properti
intelektual (intelellectual property).
7.
Utilitas adalah bisnis yang
mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air yang biasanya didanai
oleh pemerintah.
8.
Bisnis real estate adalah bisnis yang
menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan
properti, rumah, dan bangunan.
9.
Bisnis transportasi adalah bisnis yang
mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari
sebuah lokasi ke lokasi yang lain
Menurut Rugman dan Hodgetss
”International business is the study of transactions taking place across
national borders for the purpose of satisfying the needs of individuals and
organizations”.
Menurut Griffin dan Pustay
“Internatioal business transactions between parties from more than one country
is part of international business”.
Ball dan Wendell “Bisnis internasional
merupakan bisnis yang kegiatan-kegiatannya melewati batas-batas Negara.
Definisi ini tidak hanya termasuk perdagangan internasional dan pemanufakturan
di luar negeri, tetapi juga industri jasa yang berkembang d bidang-bidang
seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi,
perdagangan eceran, perdagangan besar dan komunikasi masa”.
Bisnis internasional adalah bisnis
yang melibatkan penyeberangan batas-batas Negara.
1.3 Ruang Lingkup Bisnis Internasional
Beberapa Pengertian Bisnis Berdasarkan
Ruang Lingkup
1.
Bisnis
Domestik yaitu bisnis yang secara nyata ditujukan pada aktivitas bisnis dalam
negeri.
2.
Bisnis
Internasional yaitu bisnis yang bertindak lebih jauh lagi dari bisnis domestik
dan bikan sekedar pemasaran ekspor akan tetapi jauh terlibat dalam lingkingan
pemasaran dalam negara tempat perusahaan tadi melakukan usaha.
3.
Bisnis
Multinasional yaitu bisnis yang dimulai dengan memfokuskan pada pemanfaatan
pengalaman dan produk perusahaan lalu perusahaan menyadari perbedaan dan
keuikan lingkungan dalam negara tadi dan menentukan peranan baru untuk hal itu
sendiri, melakukan adaptasi pemasaran perusahaan pada kebutuhan dan keinginan
yang unik dari pelanggan negara itu.
4.
Bisnis
Global atau Transnasional yaitu bisnis yang memfokuskan pada pemanfaatan aset,
pengalaman, dan produk perusahaan secara global dan melakukan penyesuaian pada
apa yang benar-benar unik berbeda dalam setiap negara.
1.4 Hakikat Bisnis Internasional
Seperti tersebut diatas bahwa Bisnis
internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas – batas
suatu Negara. Transaksi bisnis seperti ini merupakan transaksi bisnis
internasional. Adapun transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu Negara dengan
Negara lain yang sering disebut sebagai Bisnis Internasional (International
Trade). Dilain pihak transaksi bisnis itu dilakukan oleh suatu perusahaan dalam
sutu Negara dengan perusahaan lain atau individu di Negara lain disebut
Pemasaran Internasional atau International Marketing. Pemasaran internasional
inilah yang biasanya diartikan sebagai Bisnis Internasional, meskipun pada
dasarnya ada dua pengertian. Jadi kita dapat membedakan adanya dua buah
transaksi Bisnis Internasional yaitu :
1.
Perdagangan
Internasional (International Trade)
Dalam
hal perdagangan internasional yang merupakan transaksi antar Negara itu
biasanya dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor.
Dengan adanya transaksi ekspor dan impor tersebut maka akan timbul “NERACA
PERDAGANGAN ANTAR NEGARA” atau “BALANCE OF TRADE”. Suatu Negara dapat memiliki
Surplus Neraca Perdagangan atau Devisit Neraca Perdagangannya. Neraca
perdagangan yang surplus menunjukan keadaan dimana Negara tersebut memiliki
nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan
dari Negara partner dagangnya. Dengan neraca perdagangan yang mengalami surplus
ini maka apabila keadaan yang lain konstan maka aliran kas masuk ke Negara itu
akan lebih besar dengan aliran kas keluarnya ke Negara partner dagangnya
tersebut. Besar kecilnya aliran uang kas masuk dan keluar antar Negara tersebut
sering disebut sebagai “NERACA PEMBAYARAN” atau “BALANCE OF PAYMENTS”. Dalam
hal ini neraca pembayaran yang mengalami surplus ini sering juga dikatakan
bahwa Negara ini mengalami PERTAMBAHAN DEVISA NEGARA. Sebaliknya apabila Negara
itu mengalami devisit neraca perdagangannya maka berarti nilai impornya
melebihi nilai ekspor yang dapat dilakukannya dengan Negara lain tersebut.
Dengan demikian maka Negara tersebut akan mengalami devisit neraca
pembayarannya dan akan menghadapi PENGURANGAN DEVISA NEGARA.
2.
Pemasaran
International (International Marketing)
Pemasaran internasional yang sering
disebut sebagai Bisnis Internasional (International Busines) merupakan keadaan
dimana suatu perusahaan dapat terlibat dalam suatu transaksi bisnis dengan
Negara lain, perusahaan lain ataupun masyarakat umum di luar negeri. Transaksi
bisnis internasional ini pada umumnya merupakan upaya untuk memasarkan hasil
produksi di luar negeri. Dalam hal semacam ini maka pengusaha tersebut akan
terbebas dari hambatan perdagangan dan tarif bea masuk karena tidak ada
transaksi ekspor impor. Dengan masuknya langsung dan melaksanakan kegiatan
produksi dan pemasaran di negeri asing maka tidak terjadi kegiatan ekspor
impor. Produk yang dipasarkan itu tidak saja berupa barang akan tetapi dapat
pula berupa jasa. Transaksi bisnis internasional semacam ini dapat ditempuh
dengan berbagai cara antara lain :
a.
Licencing
b.
Franchising
c.
Management
Contracting
d.
Marketing
in Home Country by Host Country
e.
Joint
Venturing
f.
Multinational
Coporation (MNC)
Semua bentuk transaksi internasional
tersebut diatas akan memerlukan transaksi pembayaran yang sering disebut
sebagai Fee. Dalam hal itu Negara atau Home Country harus membayar sedangkan
pengirim atau Host Country akan memperoleh pembayaran fee tersebut.
Pengertian perdagangan internasional
dengan perusahaan internasional sering dikacaukan atau sering dianggap sama
saja, akan tetapi seperti kita lihat dalam uraian diatas ternyata memang
berbeda. Perbedaan utama terletak pada perlakuannya dimana perdagangan
internasinol dilakukan oleh Negara sedangkan pemasaran internasional adalah
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Disamping itu pemasaran internasional
menentukan kegiatan bisnis yang lebih aktif serta lebih progresif dari pada
perdagangan internasional.
1.5 Tingkatan Bisnis Internasional
Perekonomian dari sebagian besar
negara semakin terglobalisasi sejalan dengan makin banyaknya perusahaan yang terlibat
dalam perdagangan dan investasi internasional. Faktor utama pendorong
globalisasi adalah penurunan tarif dan hambatan lain yang dikenakan oleh
pemerintah negara tamu. Sebagai contoh, Pepsi Co. Inc. (pemilik Kentucky Fried
Chicken, Pizza Hut, dan Taco Bell) baru saja memasuki negara-negara Karibia dan
Asia, yang sebelumnya diproteksi oleh pemerintahnya, dalam rangka mengejar
ambisinya: hadir di tiap negara yang penduduknya suka ayam, pizza, atau taco.
Banyak perusahaan multinasional AS termasuk Bausch & Lomb,
Colgate-Palmolive, dan General Electric, telah memasuki negara-negara
berkembang seperti Argentina, Chile, Meksiko, India, Cina, dan Hongaria.
Peluang-peluang baru di negara-negara di atas telah muncul sebagai akibat dari
pengurangan proteksionisme.
Faktor pendorong kedua di belakang
globalisasi adalah meningkatnya standarisasi produk dan jasa di berbagai
negara. Hal ini memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk menjual
produk-produknya di negara-negara lain tanpa harus banyak menyesuaikannya
dengan kebutuhan local. Ketidakseragaman spesifikasi produk merupakan kendala
perdagangan implisit karena dibutuhkan biaya tambahan untuk membuat produk yang
dimaksud agar diterima di negara-negara tertentu. Standardisasi sangat
mengurangi kesulitan transfer barang dan telah menyebabkan peningkatan bisnis
internasional secara signifikan.
Globalisasi juga didorong oleh trend
ke arah perusahaan bebas (frec enterprise), di mana beberapa pemerintah telah
menjual badan-badan usaha milik negara ke pihak swasta. Apa yang dinamakan
swastanisasi ini telah terjadi di negara-negara Amerika Latin seperti Brazil
dan Meksiko, di negara-negara Eropa Timur seperti Polandia dan Hongaria, dan di
wilayah Karibia seperti Virgin Islands. Swastanisasi telah mendorong
pertumbuhan bisnis internasional karena perusahaan-perusahaan asing dapat
mengakuisisi badan usaha yang dijual oleh pemerintah.
Motif-motif swastanisasi berbeda-beda
dalam tiap negara. Swastanisasi digunakan di Chile untuk mencegah sejumlah
kecil investor mengendalikan semua saham, dan di Perancis untuk mencegah
kemungkinan terjadi kembalinya nasionalisasi ekonomi. Di Inggris, swastanisasi
dilakukan untuk menyebarkan kepemilikan saham ke banyak investor, agar lebih
banyak orang yang memiliki peran lebih langsung dalam keberhasilan industry
Inggris.
Alasan utama mengapa nilai saham dari
perusahaan meningkat akibat swastanisasi adalah ekspektasi membaiknya efisiensi
manajerial. Tujuan memaksimumkan kekayaan pemegang saham akan lebih mudah
dicapai melalui perusahaan swasta dari pada melalui badan usaha milik negara,
karena negara harus memperhitungkan konsekwensi-konsekwensi sosial dan ekonomi
dari setiap keputusan bisnis. Di samping itu, manajer-manajer perusahaan milik
negara lebih termotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan laba karena
karir mereka mungkin tergantung pada aspek tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan-perusahaan yang baru diswastanisasi akan mencari
kesempatan-kesempatan lokal dan global yang bisa meningkatkan nilai mereka.
Trend ke arah swastanisasi tidak diragukan lagi akan menciptakan pasar global
yang lebih kompetitif.
Ada
beberapa tingkatan partisipasi bisnis dalam lingkungan ekonomi global, yaitu:
1. Domestik
Organisasi
bisnis terbatas pada lingkungan local dan belum memasarkan ke luar negri
sehingga masih terbatas dalam satu negara.
2. Internasional
Seiring
perkembangan usaha dan mulai jenuhnya pasar domestik sebagai akibat ketatnya
persaingan, organisasi bisnis dapat memperluas pangsa pasar ke negara lain
yaitu memasuki pasar internasional.
3. Multinasional
Perusahaan
internasional yang membangun pabrik diluar negri akan memasuki fase perusahaan
multinasional jika dia memiliki sejumlah pabrik di berbaga negara yang berbeda.
Tujuannya untuk memaksimalkan perpaduan biaya produksi yang murah dengan biaya
distribusi yang murah.
4. Global
Seiring dengan banyaknya perusahaan
global, maka beberapa perusahaan mulai memilih suatu lokasi pabrik diberbagai
negara dan melakukan sinergi antar pabrik untuk memproduksi produk secara
efektif, efisien dan fleksibel.
1.6 Alasan Melaksanakan Bisnis Internasional
Suatu Negara ataupun suatu perusahaan
melakukan transaksi bisnis internasional baik dalam bentuk perdagangan internasional
pada umunya memiliki beberapa pertimbangan ataupun alasan. Pertimbangan
tersebut meliputi beberapa alasan atau pertimbangan. Pertibangan tersebut
meliputi pertimbangan ekonomis, politis ataupun social budaya bahkan tidak
jarang atas dasar petimbangan militer. Bisnis internasional memang tidak dapat
dihindarkan karena sebenarnya tidak ada satu Negara pun didunia yang dapat
mencukupi seluruh kebutuhan negerinya dari barang-barang atau produk yang
dihasilkan oleh Negara itu sendiri. Tidak ada suatu Negara pun yang dapat
memenuhi 100% swasembada. Hal ini disebabkan karena terjadinya penyebaran yang
tidak merata dari sumber daya baik dari sumber daya alam modal maupun sumber
daya manusia. Ketidakmeratanya sumber daya tersebut akan mengakibatkan adanya keunggulan
terstentu baik suatu Negara tertentu yang memiliki sumber daya tertentu pula.
Sebagai contoh Negara Australia yang memiliki daratan yang sangat luas yang
memiliki jumlah pendusuk yang sangat sedikit., sebaliknya Negara Hong Kong yang
memiliki daratan yang sangat sempit tapi jumlah penduduknya yang sangat padat.
Kesuburan tanah juga tidak akan sama antara Negara yang satu dengan yang lain
ada suatu negeri yang cocok untuk tanaman tertentu sedangkan Negara yang
lainnya boleh dikatakan tidak mungkin untuk menanam tanaman yang sangat
dibutuhkan oleh manusia itu. Keadaan ini yang menentukan dilaksanakan bisnis
ataupun perdagangan internasional. Oleh karena itu, maka dapat kita lihat
beberapa alasan untuk melaksanakan bisnis internasional antara lain berupa :
beberapa alasan untuk melaksanakan
bisnis internasional antara lain berupa :
1.
Spesialisasi
antar bangsa – bangsa
Dalam
hubungan dengan keunggulan atau kekuatan tertentu beserta kelemahannya itu maka
suatu Negara haruslah menentukan pilihan strategis untuk memproduksikan suatu
komoditi yang strategis yaitu :
a.
Memanfaatkan
semaksimal mungkin kekuatan yang ternyata benar-benar paling unggul sehingga
dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan paling murah diantara
Negara-negara yang lain.
b.
Menitik
beratkan pada komoditi yang memiliki kelemahan paling kecil diantara
Negara-negara yang lain
c.
Mengkonsentrasikan
perhatiannya untuk memproduksikan atau menguasai komoditi yang memiliki
kelemahan yang tertinggi bagi negerinya
1.
Keunggulan
absolute (absolute advantage)
Suatu
negara dapat dikatakan memiliki keunggulan absolut apabila negara itu memegang
monopoli dalam berproduksi dan perdagangan terhadap produk tersebut. Hal ini
akan dapat dicapai kalau tidak ada negara lain yang dapat menghasilkan produk
tersebut sehingga negara itu menjadi satu-satunya negara penghasil yang pada
umumnya disebabkan karena kondisi alam yang dimilikinya, misalnya hasil
tambang, perkebunan, kehutanan, pertanian dan sebagainya. Disamping kondisi
alam, keunggulan absolut dapat pula diperoleh dari suatu negara yang mampu
untuk memproduksikan suatu komoditi yang paling murah di antara negara-negara
lainnya. Keunggulan semacam ini pada umumnya tidak akan dapat berlangsung lama
karena kemajuan teknologi akan dengan cepat mengatasi cara produksi yang lebih
efisien dan ongkos yang lebih murah.
2.
Keunggulan
komperatif (comparative advantage)
Konsep
Keunggulan komparatif ini merupakan konsep yang lebih realistik dan banyak
terdapat dalam bisnis Internasional. Yaitu suatu keadaan di mana suatu negara
memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menawarkan produk tersebut
dibandingkan dengan negara lain. Kemampuan yang lebih tinggi dalam menawarkan
suatu produk itu dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yaitu :
a.
Ongkos
atau harga penawaran yang lebih rendah
b.
Mutu
yang lebih unggul meskipun harganya lebih mahal.
c.
Kontinuitas
penyediaan (Supply) yang lebih baik.
d.
Stabilitas
hubungan bisnis maupun politik yang baik.
e.
Tersedianya
fasilitas penunjang yang lebih baik misalnya fasilitas latihan maupun
transportasi.
Suatu negara pada umumnya akan
mengkonsentrasikan untuk berproduksi dan mengekspor komoditi yang mana dia
memiliki keunggulan komparatif yang paling baik dan kemudian mengimpor komoditi
yang mana mereka memiliki keunggulan komparatif yang terjelek atau kelemahan
yang terbesar. Konsep tersebut akan dapat kita lihat dengan jelas dan nyata
apabila kita mencoba untuk menelaah neraca perdagangan negara kita (Indonesia)
misalnya. Dari neraca perdagangan itu kita dapat melihat komoditi apa yang kita
ekspor adalah komoditi yang memiliki keunggulan komparatif bagi Indonesia dan
yang kita impor adalah yang keunggulan komparatif kita paling lemah.
2.
Pertimbangan
pengembangan bisnis
Perusahaan
yang sudah bergerak di bidang tertentu dalam suatu bisnis di dalam negeri seringkali
lalu mencoba untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri. Hal ini akan
menimbulkan beberapa pertimbangang yang mendorong mengapa suatu perusahaan
melaksanakan atau terjun ke bisnis internasiional tersebut :
a.
Memanfaatkan
kapasitas mesin yang masih menganggur yang dimiliki oleh suatu perusahaan
b.
Produk
tersebut di dalam negeri sudah mengalami tingkat kejenihan dan bahkan mungkin
sudah mengalami tahapan penurunan (decline phase) sedangkan di luar negeri
justru sedang berkembang (growth)
c.
Persaingan
yang terjadi di dalam negeri kadang justru lebih tajam katimbang persaingan
terhadap produk tersebut di luar negeri
d.
Mengembangkan
pasar baru (ke luar negeri) merupakan tindakan yang lebih mudah ketimbang
mengembangkan produk baru (di dalam negeri)
e.
Potensi
pasar internasional pada umumnya jauh lebih luas ketimbang pasar domestic
BAB II
TAHAPAN DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL
2.1
Ekspor
Insidentil (Incident At Export)
Dalam rangka untuk masuk ke dalam
dunia bisnis Internasional suatu perusahaan pada umumnya dimulai dari suatu
keterlibatan yang paling awal yaitu dengan melakukan ekspor insidentil. Dalam
tahap awal ini pada umumnya terjadi pada saat adanya kedatangan orang asing di
negeri kita kemudian dia membeli barang-barang dan kemudian kita harus
mengirimkannya ke negeri asing itu.
2.2
Ekspor
Aktif (Active Export)
Tahap terdahulu itu kemudian dapat berkembang
terus dan kemudian terjalinlah hubungan bisnis yang rutin dan kontinyu dan
bahkan transaksi tersebut makin lama akan semakin aktif. Keaktifan hubungan
transaksi bisnis tersebut ditandai pada umumnya dengan semakin berkembangnya
jumlah maupun jenis komoditi perdagangan Internasional tersebut. Dalam tahap
aktif ini perusahaan negeri sendiri mulai aktif untuk melaksanakan manajemen
atas transaksi itu. Tidak seperti tahap awal di mana pengusaha hanya bertindak
pasif. Oleh karena itu dalam tahap ini sering pula disebut sebagai tahap
“ekspor aktif”, sedangkan tahap pertama tadi disebut tahap pembelian atau
“Purchasing”.
2.3
Penjualan
Lisensi (Licensing)
Tahap berikutnya adalah tahap
penjualan Iisensi. Dalam tahap ini Negara pendatang menjual lisensi atau merek
dari produknya kepada negara penerima. Dalam tahap yang dijual adalah hanya
merek atau lisensinya saja, sehingga negara penerima dapat melakukan manajemen
yang cukup luas terhadap pemasaran maupun proses produksinya termasuk bahan
baku serta peralatannya. Untuk keperluan pemakaian lisensi tersebut maka
perusahaan dan negara penerima harus membayar fee atas lisensi itu kepada
perusahaan asing tersebut.
Lisensi merupakan pilihan yang tepat
apabila perusahaan memiliki hak cipta tertentu, seperti teknologi proses atau
produk yang telah dipatenkan, merek dagang atau nama merek, yang bisa
dimanfaatkan dalam skala internasional tanpa harus mencurahkan banyak sumber
daya untuk operasi internasional. Dalam kesepakatan lisensi, perusahaan
memberikan hak untuk memanfaatkan teknologi, merek dagang atau nama merek yang
dipatenkan kepada licensee dengan mendapatkan pembayaran royalti.
Umumnya tersebut ditentukan berdasarka persentase dari penjualan sesuai
kesepakatan.
Lisensi memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan manfaat dari penjualan internasional dengan memanfaatkan proprietary
assets yang dimiliki dengan komitmen sumber daya dan risiko minimal. Namun,
kesepakatan semacam ini hanya memberikan hasil (returns) terbatas.
Selain itu, pengembangan pasar juga terbatas jika licensee tidak
mencurahkan perhatian yang memadai atau tidak memiliki sumber daya untuk
mengembangkan pasar secara optimal.
Lisensi juga bisa menghambat strategi
masuk pasar tahap selanjutnya yang direncanakan oleh licensor. Meskipun
perusahaan membatasi jangka waktu kesepakatan lisensi, sangatlah sukar memasuki
pasar jika kontrak berakhir. Mantan licensee bisa menjadi pesaing
potensial. Lagipula, perusahaan masih harus memulai lagi pengumpulan informasi
mengenai pasar, menjalin kontak dan membangun saluran distribusi. Selain itu,
dalam beberapa kasus licensee berhenti membayar royalti dan perusahan
sulit melacak penjualan yang royaltinya masih harus dibayar.
Sekalipun mendatangkan uang dalam
jumlah besar, tindakan seperti itu juga beresiko, terutama bila merek dagangnya
digunakan untuk produk-produk yang tidak memenuhi standar kualitas atau
reliabilitas atau jika strategi pemasarannya tidak tepat. Itu bisa merusak
reputasi dan nilai merek dagang bersangkutan.
Konsekuensinya, seperti halnya contract
manufacturing, licensor harus selalu memantau aktivitas licensee dan
melakukan pengendalian kualitas dan keuangan secara ketat guna menjamin bahwa licensee
memenuhi standar yang telah disepakati bersama.
2.4
Franchising
Tahap berikutnya merupakan tahap yang
lebih aktif lagi yaitu perusahaan di suatu negara menjual tidak hanya lisensi
atau merek dagangnya saja akan tetapi lengkap dengan segala atributnya termasuk
peralatan, proses produksi, resep-resep campuran proses produksinya,
pengendalian mutunya, pengawasan mutu bahan baku maupun barang jadinya, serta
bentuk pelayanannya. Cara ini sering dikenal sebagai bentuk “Franchising”.
Dalam hal bentuk Franchise ini maka perusahaan yang menerima disebut sebagai
“Franchisee” sedangkan perusahaan pemberi disebut sebagai “Franchisor”. Bentuk
ini pada umumnya berhasil bagi jenis usaha tertentu misalnya makanan, restoran,
supermarket, fitness centre dan sebagainya.
Waralaba merupakan bentuk lisensi
dalam industri jasa seperti restoran siap saji, ritel, persewaan mobil, hotel
dan agen pencari kerja. Franchisee untuk melakukan bisnis atas nama franchisor
dengan cara-cara yang ditetapkan dengan imbalan royalty, biasanya dalam
bentuk fee atau persentase dari penjualan. Contoh perusahaan yang melakukan
ekspansi internasional dengan strategi waralaba antara lain McDonald’s, Dunkin
Donuts, Kentucky Fried Chicken, Domino’s Pizza, Hillton Hotels, Body Shop dan
Manpoer.
Seperti halnya lisensi, kontrak
waralaba memungkinkan perusahaan berekspansi secara internasional tanpa
melakukan investasi modal substansial. Hal ini sangat bermanfaat dalam industri
jasa, di mana biasanya biaya membeli atau menyewa tempat operasi secara global kerapkali
menjadi hambatan utama.
Waralaba juga sangat tepat digunakan
bilamana kontak dengan pelanggan dan efisiensi operasi bisnis merupakan faktor
utama kesukseskan bisnis. Franchisor bisa memanfaatkan talenta
kewirausahaan lokal, keterampilan personil lokal, jalinan relasi dengan
pelanggan lokal dan menyesuaikan diri dengan kekhasan lingkungan operasi lokal.
Selain itu, franchisee juga cenderung lebih termotivasi karena ia adalah
pemilik yang mengoperasikan bisnisnya sendiri sehari-hari, kontribusi secara
langsung dan signifikan pada pencapai laba dan memiliki otonomi manajemen cukup
besar.
Di lain pihak, franchisor tetap
harus memantau aktivitas operasi setiap franchisee di berbagai belahan
dunia dan menetapkan standar kinerja serta mekanisme pengendalian yang ketat
dalam rangka mewujudkan keseragaman produk dan layanandi seluruh dunia. Bila
tidak, nilai waralaba dan namanya akan hilang. Penetapan dan pemberlakuan
standar jauh lebih sukar dan krusial bagi seorang franchisor dibandingkan
licensor, karena waralaba menjual cara berbisnis yang sifatnya ‘intangible’
dan tidak berwujud produk fisik.
2.5
Pemasaran Di Luar Negeri
Tahap berikutnya adalah bentuk
Pemasaran di Luar negeri. Bentuk ini akan memerlukan intensitas manajemen serta
keterlibatan yang lebih tinggi karena perusahaan pendatang (Host Country)
haruslah betul-betul secara aktif dan mandiri untuk melakukan manajemen
pemasaran bagi produknya itu di negeri asing (Home Country). Lain dengan
tahap-tahap sebelumnya maka manajemen pemasaran masih tetap berada dalam
tanggung jawab dari perusahaan di negara penerima. Dalam hal itu maka
perusahaan itu akan mengetahui lebih pasti tentang perilaku konsumennya yang
tidak lain dan tidak asing baginya karena mereka adalah juga orang-orang
setempat atau penduduk setempat pula. Lain halnya dalam tahap ini maka
pengusaha pendatang yang nota bene adalah orang asing harus mampu untuk
mengetahui perilaku serta kebiasaan yang ada di negeri penerima itu sehingga
dapat dilakukan program-program pemasaran yang efektif. Tahap ini sering pula
disebut sebagai tahap “Pemasaran Aktif” atau “Active Marketing”.
2.6 Produksi
Dan Pemasaran Di Luar Negeri (Total International Business)
Tahap yang terakhir adalah
tahap yang paling intensif dalam melibatkan diri pada bisnis internasional yaitu
tahap “Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri”. Tahap ini juga disebut sebagai
“Total International Business”. Bentuk inilah yang menimbulkan MNC (Multy
National Corporation) yaitu Perusahaan Multi Nasional. Dalam tahap ini
perusahaan asing datang dan mendirikan perusahaan di negeri asing itu lengkap
dengan segala modalnya, Ialu melakukan proses produksi di negeri itu, kemudian
menjuaI hasil produksinya itu di negeri itu juga dan bahkan mungkin lalu
dijualnya ke negara asing lagi sebagai ekspor dari negeri penerima tersebut.
Bentuk ini memiliki unsur positif bagi negara yang sedang berkembang karena
dalam bentuk ini negara penerima tidak perlu menyediakan modal yang sangat
banyak untuk mendirikan pabrik tersebut yang pada umumnya negara berkembang
masih miskin dana untuk pembangunan bangsanya.
Suatu negara yang ingin
melindungi salah satu cabang industrinya di dalam negeri akan selalu mengenakan
tarif bea masuk yang tinggi terhadap masuknya barang-barang hasil industri yang
bersangkutan dari negara asing ke negerinya itu. Hal ini wajar karena apabila
tidak maka impor barang hasil industri dari negara asing itu akan menyaingi dan
kemudian mematikan cabang industri tersebut di dalam negerinya sendiri. Tarif
bea masuk tersebut akan diberlakukan sedemikian rupa tingginya sehingga
menjadikan harga jual barang-barang yang diimpor itu nanti akan lebih tinggi
daripada harga barang tersebut yang dibuat oleh industri di dalam negerinya
sendiri itu.
Hambatan perdagangan adalah antara lain berupa
pemilihan partner dagang dari suatu negara tertentu saja yang biasanya partner
tersebut dipilih atas dasar pertimbangan baik ekonomis maupun nonekonomis.
Dalam hal ini misalnya saja hanya dari negara-negara yang serumpun ataupun yang
menjadi kelompok ekonomi tertentu seperti MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa atau
Europian Economic Community), begitu pula ASEAN yang pada saat ini membentuk
AFTA (Asean’s Free Trade Area). Selain itu negaia-negara di Amerika Utara dan
Kanada juga membentuk blok perdagangan seperti itu yang disebutnya sebagai
NAFTA (North American Free Trade Agreement) dan sebagainya. Lebih dari itu
bahkan seringkali proteksi macam ini dilakukan atas dasar pertimbangan militer
yaitu hanya negara-negara yang tergabung dalam suatu pakta pertahanan militer
tertentu saja.
Suatu cara lain yang sering
dipergunakan oleh suatu negara untuk membatasi impor suatu komoditi tertentu
adalah dengan menetapkan “Quota Impor”. Dalam hal ini negara tersebut
menentukan bahwa untuk komoditi tertentu hanya dapat diimpor sampai dengan jumlah
tertentu saja dan tidak diperkenankan melebihi jumlah quota yang telah
ditentukan. Oleh sebab itulah maka bagi Indonesia yang ingin melebarkan jalur
perdagangan internasionalnya selalu mencari negara-negara lain yang tidak
mengenakan quota terhadap barang dagangan kita. Negara yang tidak menetapkan
quota lalu disebut sebagai “Negara nonquota”.
Cara lain lagi yang terasa
sangat keras adalah dengan melakukan “embargo”. Dengan cara demikian maka
negara tersebut melarang masuknya semua komoditi yang datang dari suatu negara
tertentu yang dikenakan embargo tersebut. Sebagai contoh negara Irak setelah
kalah perang dalam perang teluk dan tidak mau mematuhi ketentuan PBB untuk
memusnahkan senjata nuklirnya lalu dikenai sanksi embargo oleh semua negara di
seluruh dunia. Dengan embargo itu maka Irak mengalami penderitaan ekonomi yang
akhirnya lalu memenuhi tuntutan PBB dan kemudian berhasil mengendorkan embargo
tersebut.
Masih ada satu bentuk lain lagi
bagi suatu negara untuk membatasi Impor dari negara lain yaitu dengan cara yang
sering disebut sebagai “Exchange Control” atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai “Imbal Beli”. Dengan cara ini maka setiap negara yang akan
menjual barangnya ke suatu negara maka dia harus juga membeli komoditi dari
negara tersebut. Dengan cara ini maka apabila negara itu tidak membeli komoditi
imbalan maka transaksi Impor itu pun akan gagal.
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
3.1 Pertumbuhan
Bisnis Internasional :
1.
Makin lama makin banyak perusahaan menyadari bahwa
keberhasilan mereka bergantung pada kemampuan untuk memasarkan dan mengelola di
luar negeri.
2.
Sebagai akibat dari internasionalisasi ini, perusahaan
harus dikelola secara global, namun globalisasi menghadapkan para manajer
tantangan-tantangan raksasa.
Jenis Organisasi Global :
Semakin banyak organisasi yang hanya
beroperasi di satu negara yang mengetahui kebutuha untuk mengembangkan lebih
banyak operasi global. Sebuah organisasi dapat melewati tiga tahap ketika mereka
memperluas operasi mereka ke seluruh dunia . Ketiga tahap tersebut adalah :
1.
Impor
dan Ekspor. Yakni kegiatan menjual dan membeli barang dan jasa dengan
organisasi-organisasi di negara-negara lain.
2.
Perusahaan
Multinasional (multinational enterprise-MNE). Merupakan sebuah
organisasi yang memiliki unit-unit operasi yang berlokasi si negara-negara
asing.
3.
Organisasi
Global. Yakni sebuah organisasi yang memiliki unit-unit perusahaan di beberapa
negara yang digabungkan untuk menjadi satu untuk beroperasi di seluruh dunia.
Jenis Bisnis Internasional :
1.
Eksport
: menjual ke luar negeri secara langsung maupun secara tidak langsung dengan
penjualan asing dan distributor yang digaji
2.
Pemberian
Lisensi : pengaturan perusahaan memberi hak cipta, nama merk untuk jangka waktu
tertentu
3.
Waralaba
: pemberian perusahaan induk kepada perusahaan lain untuk yang menjalankan
bisnis yang sudah diresepkan
SDM dan Bisnis Internasional :
1.
Merumuskan
dan mengimplementasikan kebijakan dan kegiatan SDM di markas kantor induk
perusahaan multinasional.
2.
Menjalankan
kegiatan SDM di cabang asing dari suatu MNC (Multinational Corporation).
Faktor yang Mempengaruhi MSDM :
1.
Faktor
Kultural : perbedaan kultural merentang luas dari negara ke negara menuntut
perbedaan yang berhubungan dengan praktik personil diantara cabang asing milik
perusahaan
2.
Faktor
Ekonomi : perbedaan ekonomi diantara negara juga beralih menjadi perbedaan
antar negara dalam praktik SDM
3.
Faktor
Biaya Tenaga Kerja : perbedaan biaya dalam tenaga kerja juga mengakibatkan
perbedaan dalam praktik SDM
4.
Faktor
Hubungan Industrial : hubungan antara pekerja, serikat buruh dan majikan sangat
dramatik antar negara dan mempunyai dampak besar terhadap praktik SDM
5.
Masyarakat
Eropa : pasar bersama untuk barang, jasa, modal dan bahkan tenaga kerja
3.2 Memperbaiki
Penugasan Internasional Melalui Seleksi
Alasan Penugasan Internasional Gagal :
1.
Penugasan
di luar negeri sering gagal karena pribadi tidak dapat menyesuaikan diri dengan
tuntutan teknik dari jabatan.
2.
Seleksi
pengiriman ke luar negeri dilakukan oleh manajer lini berdasarkan kompetensi
teknik.
3.
Mereka
gagal karena masalah keluarga dan pribadi serta kekurangan ketrampilan kultural
yang sudah bukan menjadi bagian dari proses
Penstafan Internasional
Sumber para Manajer :
1.
Lokal
: warga negara dari tempat mereka bekerja
2.
Expatriate : bukan warga negara dimana mereka bekerja
3.
Thrid-country
national : warga negara dari negara yang lain (kebangsaan negara ketiga)
Kebijakan Penstafan Internasional :
1.
Etnosentris
: sikap yang berlaku dari negara asal, gaya manajemen, pengetahuan, kriteria
penilaian dan manajer adalah superior terhadap segala sesuatu yang mungkin
ditawarkan oleh negara asing.
2.
Polisentris
: satu keyakinan yang disadari bahwa hanya manajer negara asing dapat
benar-benar memahami kultur dan perilaku dari pasar negara asing.
3.
Geosentris
: manajemen harus dicari dari suatu dasar yang global dengan pengandaian bahwa
manajer terbaik di dunia bisa ditemukan di mana saja tempat perusahaan berada.
Menyeleksi Manajer Internasionaaal :
1.
Adaptabilitas
dan fleksibelitas : menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki pandangan dan
gagasan baru.
2.
Kekerasan kultural : kemampuan berhasil dalam sebuah
kultur asing.
3.
Orientasi diri : harga diri, kepercayaan diri dan
ketenangan mental.
4.
Orientasi terhadap yang lain : berinteraksi secara
efektif dengan orang asing.
5.
Kemampuan
perspektif : memahami perilaku dan berempati dengan mereka.
6.
Kemampuan
keluarga : kemampuan pasangan dan anak untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Pelatihan dan
Pemeliharaan Karyawan Internasional :
1.
Penyaringan
yang saksama hanya merupakan langkah pertama dalam memastikan keberhasilan
orang yang ditugaskan ke luar negeri.
2.
Karyawan
bisa menuntut pelatihan khusus.
3.
Kebijakan
SDM Internasional harus dirumuskan untuk mengkompensasi para manajer luar
negeri untuk memelihara hubungan tenaga kerja yang sehat.
3.3 Pengorientasian dan Pelatihan Karyawan untuk Penugasan
Internasional :
1.
Orientasi
dan pelatihan untuk penugasan internasional dapat membantu karyawan (dan
keluarga mereka) menghindari kejutan kultural dan menyesuaikan diri lebih baik
dengan lingkungan baru mereka.
2.
Pengembangan
manajemen internasional untuk mendorong perbaikan kontrol atas operasi global
dengan membangun satu kultur perusahaan yang disatukan.
3.
Para
manajer hendaknya lebih konsisten tunduk terhadap nilai-nilai, kebijakan dan
sasaran begitu mereka kembali dari luar negeri.
Kompensasi Internasional :
1.
Satu
kesulitan terbesar dalam mengelola kompensasi total pada tingkat multinasional
adalah menetapkan suatu ukuran kompensasi yang konsisten di antara negara yang
sedang membangun kredibilitas.
2.
Pendekatan
paling umum untuk merumuskan upah ekspatriat adalah menyamakan kekuatan
pembelian di semua negara, sebuah teknik yang dikenal sebagai pendekatan neraca
seimbang.
Penilaian Kinerja Terhadap
Manajer Internasional :
1.
Tentukan
tingkat kesulitan penugasan.
2.
Pertimbangkan evaluasi penilaian manajer di tempat
daripada manajer tempat asal.
3.
Jika
manajer tanah air melakukan penilaian aktual tertulis, berikan nasihat latar
belakang selama proses penilaian.
4.
Modifikasikan
kriteria kinerja normal yang digunakan bagi posisi khusus untuk mencocokan
posisi luar negeri dan karakteristik dari lokal tersebut.
5.
Jangan
hanya menilai manajer ekspatriat dari segi kriteria yang dapat dihitung seperti
laba.
Hubungan Tenaga Kerja
Internasional :
1. Sentralisasi : tawar-menawar di
tingkat pabrik.
2. Struktur serikat buruh :
berkonsentrasi pada fungsi jasa dan administrasi.
3. Organisasi majikan : cenderung
dilakukan asosiasi majikan.
4. Pengakuan serikat buruh : untuk
tawar-menawar.
5. Keamanan serikat buruh : kesepakatan
toko tertutup yang formal.
6. Kontrak manajemen tenaga kerja :
dokumen yang mengikat secara sah.
7. Muatan dan lingkup tawar-menawar :
berfokus pada upah, jam dan kondisi kerja.
8. Menangani keluhan : ditangani mesin
yang diakui di luar kontrol formal serikat buruh.
9. Pemogokan
: menukik jauh ke dalam pendapatan perusahaan masing-masing.
10. Peran pemerintah : tidak mengatur
proses tawar-menawar namun menghendaki penetapan langsung.
11. Partisipasi pekerja : menciptakan
sistem pekerja dalam manajemen langsung.
12. Kodeterminasi : perwakilan pekerja
wajib pada sebuah dewan direksi perusahaan.
Masalah dan Pemecahan :
1. Tulis kesepakatan repatriasi : orang yang
diangkat untuk tugas internasional tidak akan diperpanjang.
2. Angkat seorang sponsor : untuk mengawasi
ekspatriat selama di luar negeri.
3.
Berikan konseling karier : untuk
memastikan pengangkatan tugas repatriat.
4. Jaga komunikasi tetap terbuka : jagalah ekspatriat dalam
urusan bisnis kantor pusat.
5. Tawarkan dukungan keuangan : bayar real
estate dan biaya hukum untuk mempertahankan residensinya.
6. Kembangkan program reorientasi : berikan
repatriat dan keluarganya program reorientasi untuk memudahkan menyesuaikan
diri
BAB IV
SISTEM EOKONOOMI, POLITIK, DAN HUKUM DALAM BISNIS
INTERNASIONAL
4.1
Sistem
Ekonomi dalam Bisnis Internasional
Lingkungan
ekonomi merujuk pada kondisi sistem ekonomi tempat perusahaan tertentu
beroperasi. Kondisi ekonomi merefleksikan kondisi bisnis nyata. Apabila terjadi
peningkatan pertumbuhan ekonomi maka konsumsi dan permintaan cenderung
meningkat, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang menurun mengakibatkan konsumsi
dan permintaan menurun. Besaran sensitifitas atas pertumbuhan ekonomi tiap-tiap
industri berbeda. Perusahaan sebagai bagian dari lingkungan ekonomi perlu
mencermati situasi dan kondisi ekonomi. Manajemen perlu bersikap antisipatif
terhadap peluang dan ancaman lingkungan makro khususnya lingkungan ekonomi. Ada
beberapa faktor ekonomi yang perlu diperhatikan perusahaan karena akan
berpengaruh terhadap jalannya bisnis. Faktor ekonomi tersebut adalah:
1.
Produk Domestik Bruto dan Produk Nasional Bruto
Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah total
produk yang dihasilkan semua pihak yang berada dalam wilayah nasional suatu
negara, baik sebagai warga negara maupun bukan. Dalam perhitungan PDB akan
dimasukkan semua output, baik yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia
maupun warga negara asing yang berdiam di Indonesia. Warga negara Indonesia
yang berada di luar negeri tidak termasuk dalam hitungan PDB.
Produk
Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah total
produk yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara, baik yang berdomisili di
dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam perhitungan PNB akan dimasukkan semua
output yang dihasilkan oleh seluruh warga negara Indonesia, baik yang tinggal
di Indonesia maupun luar negeri. Output warga negara asing tidak termasuk dalam
perhitungan PNB.
Pertumbuhan
PNB (dan atau PDB) sering dikenal dengan istilah pertumbuhan ekonomi memiliki
pengaruh kuat terhadap dunia bisnis. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi akan
meningkatkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya akan mendorong daya beli.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan peluang
bisnis, meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Sebaliknya jika PNB rendah
maka akan berdampak negatif terhadap dunia bisnis.
2.
Tingkat pengangguran
Pengangguran
adalah tingkat tidak adanya pekerjaan bagi orang yang secara aktif mencari
pekerjaan dalam suatu sistem ekonomi. Bila tingkat pengangguran rendah, berarti
kurang tersedianya tenaga kerja untuk direkrut oleh bisnis. Ketika bisnis
bersaing satu sama lain untuk mendapatkan tawaran tenaga kerja yang tersedia,
bisnis menaikkan upah yang ingin mereka bayar. Jika upah terlalu tinggi, bisnis
akan menanggapi dengan mempekerjakan lebih sedikit pekerja, akibatnya
pengangguran meningkat.
c)
Inflasi
Inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontinu. Inflasi berdampak terhadap menurunnya daya beli dan
konsumsi masyarakat. Penyebab Inflasi dapat dibedakan menjadi:
a.
Cost-push inflation (market power inflation): Tingginya harga
disebabkan oleh tingginya biaya.
b.
Demand-pull inflation: Tingginya harga disebabkan oleh
kuatnya permintaan pelanggan atas produk
Selain
itu inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga
bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
3.
Suku bunga
Permintaan
atas barang dan jasa juga dipengaruhi oleh faktor suku bunga. Peningkatan suku
bunga cenderung merubah pola konsumsi. Konsumsi cenderung menurun dan menabung
cenderung meningkat. Dari sisi perusahaan, peningkatan suku bunga mendorong
biaya meningkat dan pada akhirnya harga jual juga meningkat.
4.2
Sistem
Politik dalam Bisnis Internasional
Ada beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam dunia bisnis seperti kondisi politik, sumber alam dan cuaca
di negara yang bersangkutan. Selain itu, perlu juga diperhatikan stabilitas dan
hastrat pemerintah dalam mendorong pertumbuhan investasi, juga perkiraan
geografis dan sumber alam. Banyak kekuatan politik yang harus dihadapi bisnis,
mempunyai sumber-sumber ideologi dan ada banyak lagi sumber-sumber lainnya. Hal
ini meliputi masalah nasionalisme, terorisme, budaya, tingkat stabilitas
pemerintah, hubungan dengan organisasi internasional dan badan usaha milik negara.
Kekuatan Ideologi
Beberapa ideologi seperti komunisme,
sosialisme, kapitalisme, liberal dan konservatif, sayap kiri dan sayap kanan
sering digunakan untuk menjelaskan pemerintah, partai politik dan
masyarakat.
1.
Komunisme
Komunisme yang dicetuskan
oleh Karl Marx adalah teori perubahan sosial yang diarahkan kepada
cita-cita masyarakat tanpa kelas. Komunis yang dikembangkan
oleh Lenin dan lain-lainnya melibatkan penguasaan kekuatan melalui
partai politik konspirasi, memelihara kekuatan dengan menekan keras oposisi
internal, dan komitmen untuk mencapai tujuan akhir sebuah negara komunis dunia.
Pengambilalihan (expropriation) .
Penyitaan pemerintah atas kekayaan di dalam batas negaranya sendiri yang
dimiliki orang asing, diikuti dengan kompensasi yang segera, memadai dan
efektif yang dibayarkan kepada pemilik sebelumnya.
Penyitaan (confiscation) . Penyitaan pemerintah atas kekayaan di dalam batas negaranya sendiri yang dimiliki orang-orang asing, tanpa pembayaran kepada mereka.
Penyitaan (confiscation) . Penyitaan pemerintah atas kekayaan di dalam batas negaranya sendiri yang dimiliki orang-orang asing, tanpa pembayaran kepada mereka.
2.
Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem ekonomi di
mana alat-alat produksi dan distribusi sebagian besar dimiliki dan dioperasikan
oleh swasta untuk keuntungan pribadi. Realitas dalam negara kapitalis
benar-benar sangat kompleks. Pemerintah kapitalis biasanya mengatur usaha milik
swasta dengan cukup ketat dan pemerintah memiliki badan-badan usaha.
3.
Sosialisme
Sosialisme adalah Kepemilikan oleh
masyarakat secara kolektif atas alat-alat produksi dan distribusi dasar,
dioperasikan untuk digunakan ketimbang mencari laba. Dalam pelaksanaannya,
pemerintah sosialis bervariasi dan cenderung tidak konsisten dengan
doktrin.Salah satu contoh misalnya Singapura yang menurut bentuknya negara
sosialis tetapi dalam kenyataannya adalah kapitalis agresif.
4.
Konservatif
atau Liberal
Kita tidak akan meninggalkan pokok
bahasan ideologi tanpa menyebutkan kata-kata ini seperti yang telah digunakan
di pertengahan dan akhir abab 20. Secara politis, di Amerika Serikat kata
konservatif dapat dikonotasikan seorang, kelompok, atau partai yang ingin
meminimalkan kegiatan pemerintah dan memaksimalkan kegiatan usaha swasta dan
perorangan. Konservatif dapat diartikan sesuatu yang dianggap sebagai sayap
kanan, tetapi di Amerika Serikat dan Inggris yang terakhir ini lebih bersifat
ekstrim. Konotasi konservatif berbeda-beda tergantung aplikasinya. Kelompok
masyarakat atau kelompok lainnya yang mencoba merintangi dan bahkan
menghentikan kegiatan yang dilakukan pemerintah disebut konservatif. Sedangkan
di Amerika dan Inggris kelompok konservatif menghendaki keterlibatan pemerintah
sekecil mungkin. Secara politis pada awal abab 20 di Amerika, kata liberal
berarti sebaliknya dari yang diartikan pada abab 19. Liberal sama dengan sayap
kiri, tetapi yang terakhir ini pada umumnya cenderung menunjukkan posisi yang
lebih ekstrim dan lebih dekat kepada sosialisme dan komunisme.
4.3
Sistem Hukum
dalam Bisnis Internasional
Lingkungan
ini mencerminkan hubungan antara bisnis dan pemerintah, biasanya dalam bentuk
regulasi pemerintah. Sistem hukum ikut menentukan apa yang dapat dilakukan dan
tidak dapat dilakukan oleh organisasi. Selain itu berbagai perwakilan
pemerintah mengatur bidang-bidang penting seperti praktek periklanan,
pertimbangan keamanan dan kesehatan serta standar perilaku yang dapat diterima.
Sentimen
pro atau anti bisnis dalam pemerintah dapat memengaruhi lebih lanjut kegiatan
bisnis. Selama periode sentimen pro bisnis, perusahaan lebih mudah bersaing dan
tidak terlalu memperhatiakan isu anti trust. Sebaliknya selama periode sentimen
anti bisnis, perusahaan mengalami kegiatan persaingan lebih dibatasi. Faktor
lain yang dijadikan pertimbangan perusahaan internasional adalah stabilitas
politik. Tidak ada bisnis yang ingin membuka perusahaan di negara lain kalau
hubungan dagang dengan negara tersebut tidak stabil. Apabila pihak yang menandatangani
kontrak tinggal di satu negara, maka dasar hukum untuk kontrak penyelesaian
masalah yang timbul, digunakan hukum yang berlaku di negara tersebut. Arbitrasi
adalah suatu proses, disepakati oleh pihak-pihak yang berselisih sebagai
pengganti atau badan tidak memihak mengambil keputusanyang mengikat.
4.4
Standar dan
Peraturan Internasional
1.
Pertanggungjawaban
atas Produk, Perdata dan Pidana
Pertanggung
jawaban menjadi beban bagi para profesi hukum. Asuransi untuk pertanggung
jawaban atau jaminan produk mengalami lonjakan tajam. Akibatnya banyak
perusahaan kecil tidak mampu bertahan.
2.
Pengawasan
Jual Beli Mata Uang
Orang
yang masuk ke negara tertentu harus memberitahukan jumlah dan jenis uang yang
di bawanya. Untuk menghindar membawa masuk mata uang nasional negara yang
dikunjungi yang beli diluar negeri dengan kurs yang lebih baik daripada
dinegara itu. Mendorong untuk membawa masuk mata uang yang memiliki nilai tukar
kuat.
3.
Aneka
Macam Hukum.
Orang
yang bekerja di luar negeri harus berhati – hati agar tidak terjebak dalam
hukum setempat atau pemerasan yang dilakukan oleh oknum polisi, tentara atau
pejabat pemerintah
4.
Pengaturan
Pelaksanaan Perdagangan Restriktif dan anti- trust.
Tindakan
anti trust melibatkan dunia usaha berhadapan dengan pemerintah dan pemerintah
berhadapan dengan pemerintah.Masih banyak perbedaan mengenai pelaksanaan
peraturan dan hukum anti trust. Perbedaan yang menonjol adanya upaya untuk
menerapkan hukumnya hingga keluar wilayahnya walaupun tidak menimbukan
kerusakan dan kerugian. Konflik antar pemerintah terjadi saat pemerintah
memberlakukan hukum anti trust di luar wilayahnya, disebut External Application
of Law.
A. Tarif, Kuota
dan Hambatan Perdagangan Lainnya.
Penentuan
tarif dimaksud untuk meningkatkan pendapatan negara dan melindungi produsen
dalam negeri. Ada beberapa bentuk perlindungan atau hambatan untuk melakukan
kegiatan dagang dengan menggunakan hukum nasional antara lain untuk produk yang
berkaitan dengan kesehatan dan produk kemasan. Tujuannya dilaksanakan proteksi
untuk menyelamatkan lapangan kerja dalam negeri.
Sebuah alasan bagi restriksi
perdagangan menyangkut pertahanan nasional.
a.
Pertahanan
Nasional. Industri memerlukan proteksi dari
impor bagi pertahanan nasional dan harus tetap diberlakukan meskipun terdapat
kerugian secara komparatif dengan para pesaing luar negeri.
b.
Melindungi
industri yang baru tumbuh. Bisa menyatakan bahwa dalam
jangka panjang industri akan memiliki keunggulan komparatif, tetapi perusahaan
memerlukan proteksi terhadap impor dan mencapai skala ekonomi. Proteksi yang
dimaksud dengan mendapatkan perlindungan dari persaingan asing dengan bea masuk
yang tinggi untuk meningkatkan efisiensi atau kualitas produk.
c.
Melindungi
tenaga kerja domestik dari tenaga asing yang murahi.Alasan
ini akan membandingkan tingkat upah per jam tenaga asing yang lebih murah
dengan mereka bayar diluar negeri. Apabila tingkat upah rendah, biaya modal
tinggi, dan biaya produksi dapat lebih tinggi di negara yang upahnya rendah.
d.
Tarif
ilmiah atau persaingan yang adil. Mereka menginginkan bea masuk
yang akan meningkatkan biaya barang yang impor dengan biaya barang yang di
produksi didalam negeri. Hal ini akan mengurangi setiap keunggulan “tidak adil”
yang diperoleh pesaing asing karena teknologi superior, biaya bahan mentah
lebih murah, pajak lebih rendah atau biaya tenaga kerja lebih rendah.
e.
Tindakan
balasan. Perwakilan industri yang
ekspor telah mendapat hambatan – hambatan impor yang dikenakan atas sebuah
negara lain, meminta pemerintah untuk membalas dengan hambatan – hambatan yang
sama
f.
Dumping. Adalah
penjualan produk ke luar negeri dengan harga lebih rendah daripada biaya
produksi, harga di pasar dalam negeri atau harga ke negara negara ketiga.
Perusahaan asing dapat mengambil tindakan karena berharap dengan menjual
kelebihan produksi tanpa mengganggu harga -harga di pasar domestik, atau
menurunkan harga ekspor untuk memaksa semua produsen domestik di negara
pengimpor bisnis itu. Kebanyakan pemerintahan mengambil tindakan balasan
apabila dumping merugikan industri lokal.
g.
Subsidi. Adalah
sumbangan keuangan, diberikan secara langsung atau tidak langsung oleh
pemerintah tanpa imbalan keuntungan, termasuk hibah, perlakuan pajak istimewa
dan asumsi pemerintah mengenai pengeluaran bisnis yang normal.
B. Perpajakan
Jurisdiksi
Pajak Nasional, sebuah sistem warga negara ekspatriat dari suatu negara yang
memeperkenankan negara mengenakan pajak berdasarkan kebangsaannya, meskipun
merak tinggal dan bekerja di luar negeri. Yurisdiksi Pajak Teritorial, warga
negara ekspatriat baik tidak tinggal maupun bekerja di negeri itu, dan tidak
menerima jasa apapun sehingga harus membayar pajak dibebaskan dari pajak negara
tersebut.
C. Undang – undang
Praktik Korupsi di Luar Negeri (Foreign Corrupt Practices Act – FCPA)
Pembayaran
bermasalah yang dibayarkan kepada para pejabat pemerintah oleh perusahaan untuk
memperoleh kontrak pembelian dari pemerintah. Diantaranya yang menarik
penyangkut pelicin (grease).
4.5
Standar
Internasional
Kalangan
industri Amerika memandang ISO (International Standarization Organization) dan
IEC (International Electrotechnical Commission) dianggap sesuatu yang
membahayakan. IEC adalah mempromosikan standarisasi bahan dan peralatan untuk
produk yang berkaitan dengan teknik elektro. ISO adalah memberikan rekomendasi
standar produk yang berkaitan dengan teknologi lain, dengan bertujuan untuk
memberikan standar suatu produk secara internasional. Semua pemerintah dan
perusahaan swasta menginginkan produk yang sesuai dengan standar ISO dan IEC.
Selain itu Standar Internasional juga terdiri dari :
Technical Barrier to Trade (TBT)
merupakan
salah satu perjanjian dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang mengatur hambatan dalam
peraturan teknis yang terkait regulasi teknis, standar dan penilaian
kesesuaian. Tujuannya untuk mencegah penggunaan standar dan regulasi teknis
yang berlebihan (hambatan teknis)
Sanitary and Phytosanitary (SPS)
adalah
setiap tindakan yang diterapkan untuk melindungi kehidupan atau kesehatan
manusia, hewan dan tumbuhan
Hal-hal
yang perlu diketahui oleh eksportir berhubungan dengan standar sebelum
melakukan ekspor adalah:
1.
Persyaratan
standar dan regulasi teknis yang berlaku di negara tujuan ekspor serta
persyaratan konsumen (public
requirements)
2.
Laboratorium
terakreditasi dengan lingkup dan kemampuan sesuai standar negara tujuan yang
diakui oleh otoritas negara tujuan ekspor
3.
Lembaga
sertifikasi yang kompeten dan terakreditasi serta diakui oleh otoritas Negara
tujuan eksport
4.
Lembaga
Inspeksi yang kompeten dan diakui oleh otoritas negara tujuan eksport.
5.
Metrologi
yang mampu telusur
4.6
Hak Kekayaan
Intelektual
Hak kekayaan intelektual (HKI) terbagi menjadi dua
kategori, yaitu hak cipta dan hak kekayaan industri. Hak cipta adalah hak ekslusif
bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan hak kekayaan
industri terdiri dari hak Paten, Merek, Desain industry, Desain tata letak
sirkuit terpadu, Rahasia dagang dan Varietas tanaman.
Di Indonesia apresiasi terhadap hak kekayaan intelektual
ini masih rendah, sehingga terkadang masih ada yang menganggap Hak Kekakayaan
Intelektual ini tidak dibutuhkan. Padahal kenyataannya Hak kekayaan intelektual
ini berguna untuk melindungi pengusaha dari kemungkinan penggunaan hak miliknya
tanpa izin. Oleh karena itu penting bagi Eksportir untuk mempersiapkan
produknya terkait dengan HKI sebelum melakukan Ekspor agar produknya tersebut
memiliki perlindungan hukum.
Sebagai konsekuensi dari keanggotaan World
Trade Organisation (WTO),
Indonesia harus menyesuaikan segala peraturan perundangan di bidang Hak
Kekayaan Inteektual dengan standar Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (TRIP’s).
Salah satu bukti bahwa Indonesia memberikan perhatian yang serius dalam
melindungi HKI maka Indonesia memiliki instansi yang berwenang mengelola Hak
Kekayaan Intelektual, yaitu Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
(Ditjen HKI) yang berada di bawah Departemen Kehakiman dan HAM Republik
Indonesia.
Untuk
mekanisme pendaftaran dan penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di http://www.dgip.go.id/.
Pemohon HKI dapat melihat diweb Ditjen HKI apakah produknya sudah
terdaftar atau belum, dan Pemohon HKI juga dapat melakukan penelusuran ke
kantor paten lain di Negara yang akan dituju.
Paten
adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada penemu suatu produk untuk prabikasi,
mengeksploitasi, menggunakan dan menjual penemuan tersebut. Merek Dagang adalah
rancangan suatu produk yang digunakan oleh para pedagang yang terdaftar secara
resmi. Hak Cipta adalah hak yang sah diberikan kepada penulis,komposer,
kreator, perangkat lunak, artis dan penerbit untuk menjual karya mereka.
Rahasia dagang adalah informasi tentang bisnis di rahasiakan. Spionase Industri
upaya sebuah perusahaan untuk mencuri rahasia dagang perusahaan lain.
BAB V
BUDAYA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
5.1
Pengertian Budaya dalam
Lingkup Bisnis Internasional
Secara
terminologi budaya adalah keseluruhan kepercayaan, aturan, teknik, kelembagaan
dan artefak buatan manusia yang mencirikan populasi manusia. Jadi budaya dapat diartikan
yaitu budaya terdiri atas pola-pola yang dipelajari mnengenai perlaku umum bagi
anggota dari masyarakat tertentu yaitu gaya hidup yang unik dari suatu kelompok
atau orang tertentu.
Kebudayaan
adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan, dan sikap yang
membedakam suatu masyarakat dari yang lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat
menentukan ketentuan- ketentuan yang mengatur bagaimana perusahaan dijalankan
dalam masyarakata tersebut.
Terdapat
cara bagi para pelaku bisnis internasional untuk menyesuaikan diri atau hidup
dengan budaya-budaya lain yaitu menyadari bahwa adanya budaya yang berbeda dari
budayanya sendiri dan mereka harus mempelajari karakteristik dari budaya-budaya
tersebut sehingga dapat beradaptasi. Tetapi menurut E.T. Hall terdapat dua cara
untuk menyesuaikan diri dari budaya moral lain yaitu:
1.
Menghabiskan seumur hidup disuatu
negara tersebut.
2.
Menjalani suatu program pelatihan yang
sangat canggih dan ekstensif yang mencakup karakteristik-karakteristik utama
dari suatu budaya, termasuk budaya.
Terdapat
beberapa nasihat atau cara dalam melakukan bisnis lintas budaya internasional
antara lain:
a)
Lakukanlah persiapan.
b)
Jangan terburu-buru.
c)
Bangkitkan kepercayaan.
d)
Memahami pentingnya bahasa.
e)
Menhormati budaya.
f)
Memahami unsur-unsur budaya.
Budaya
juga sangat mempengaruhi semua fungsi bisnis misalnya dalam pemasaran, beraneka
ragam sikap dan nilai menghambat banyak perusahaan untuk mengunakan bauran
pemasaran yang sama disemua pasar. Begitu juga dalam manajemen sumber daya
manusia, budaya nasional merupakan kunci penentu untuk mengevaluasi para
manajer, serta dalam produksi dan keuangan faktor budaya sangat berpengaruh
dalam kegiatan produksi dan keuangan.
5.2
Karakteristik Kebudayaan
Beberapa
karakteristik kebudayaan perlu diperhatikan karena mempunyai relevansi dengan
bisnis internasional:
b.
Kebudayaan mencerminkan perilaku yang
dipelajari (learned behavior) yang ditularkan dari satu anggota masyarakat yang
lainnya.
c.
Unsur- unsur kebudayaan saling terkait
(interrelated)
d.
Kebudayaan sanggup menyesuaikan diri
(adaptive), artinya kebudayaan berubah sesuai dengan kekuatan- kekuatan
eksternal yang mempengaruhi masyarakat tersebut.
e.
Kebudayaan dimiliki bersama (shared)
oleh anggota- anggota masyarakata tersebut dan tentu saja menentukan
keanggotaan masyarakat itu.Orang-orang yang sama-sama memiliki suatu kebudayaan
adalah anggota suatu masyarakat; orang- orang yang tidak memilikinya berada
diluar batas- batas masyarakat itu.
Beberapa
pendapat lain tentang karakteristik budaya, adalah sebagai berikut :
a.
Dipelajari : Budaya tidak diwariskan
atau bersifat biologi, budaya diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman.
b.
Dibagi : Masyarakat adalah anggota
dari kelompok organisasi atau pembagian budaya masyarakat, budaya tidak
spesifik pada perorangan dan individu.
c.
Perubahan generasi :Budaya bersifat
kumulatif, melewati dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
d.
Symbolic : Budaya berdasarkan
pada kapasotas manusia untuk memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk
menggambarkan yang lain
e.
Diteladani : Budaya mempunyai struktur
dan terintegrasi, perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada bagian
lain.
f.
Penyesuaian : Budaya berdasarkan pada
kapasitas manusia untuk berubah & menyesuaikan diri.
Karena
perbedaan budaya terdapat dalam dunia, sebuah pemahaman dari pengaruh budaya
dalam perilaku merupakan suatu kritik dari studi internasional manajemen. Jika
manajer internasional tidak mengetahui sesuatu tentang budaya dari Negara lain
yang mereka setujui, maka hal tersebut akan menimbulkan bencana.
5.3
Unsur- unsur kebudayaan
Kebudayaan
suatu masyarakat menentukan bagaimana anggota- anggotanya berkomunikasi dan
berinteraksi satu sama lain. Unsur- unsur dasar kebudayaan adalah struktur
sosial, bahasa, komunikasi, agama, dan nilai- nilai serta sikap. Interaksi
unsur- unsur ini mempengaruhi lingkungan lokal yang merupakan tempat bisnis
internasional dijalankan.
Struktur
sosial
Struktur
sosial adalah seluruh kerangka yang menentukan peran individu- individu dalam
masyarakat, stratifikasi masyarakat, dan mobilitas individu dalam masyarakat
tertentu.
a)
Stratifikasi sosial
Semua
masyarakat mengelompokkan orang- orang dalam batas tertentu berdasarkan
kelahiran, pekerjaan, tingkat pendidikannya, atau ciri-ciri lainnya. Namun,
pentingnya kategori ini dalam menentukan bagaimana individu-individu
berinteraksi satu sama lain dalam dan diantara kelompok-kelompok ini
berbeda-beda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
b)
Mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah kemampuan
individu berpindah dari suatu strata masyarakat ke strata lainnya. Mobilitas
social cenderung akan lebih tinggi dalam masyarakat yang kurang
terstratifikasi.
Bahasa
Bahasa
adalah cerminan utama kelompok- kelompok budaya karena bahasa merupakan sarana
penting yang dipakai anggota- anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama
lain. Ada beberapa jenis bahasa diantarnya:
a) Bahasa sebagai senjata bersaing
b) Bahasa perantara
c) Bahasa terjemahan
d) Berkata tidak
Komunikasi
Komunikasi
diluar batas budaya, secara verbal maupun non verbal adalah suatu keahlian yang
sangat penting bagi para manajer internasional, walaupun komunikasi sering
dapat berlangsung salah diantara orang- orang yang mempunyai kebudayaan yang
sama, peluang miskomunikasi akan sangat meningkat apabila orang- orang tersebut
berasal dari budaya yang berbeda.
Agama
Agama
adalah aspek penting kebanyakan masyarakat. Agama mempengaruhi bagaimana cara
anggota- anggota masyarakat berhubungan satu sama lain dan dengan pihak luar.
Agama membentuk sikap yang dimiliki pemeluknya terhadap pekerjaan, konsumsi,
tanggung jawab individu, dan perencanaan untuk masa depan.
Nilai
dan Sikap
Budaya
juga mempengaruhi nilai dan sikap anggota- anggota suatu masyarakat. Nilai
adalah prinsip dan standar yang diterima anggota- anggota tersebut; sikap
terdiri atas tindakan, perasaan, dan pemikiran yang dihasilkan nilai- nilai
tersebut. Nilai- nilai budaya sering berasal dari kepercayaan yang sangat
mendalam tentang kedudukan individu dalam hubungan dengan Yang Ilahi, keluarga,
dan hierarki sosial. Sikap budaya terhadap faktor- faktor seperti waktu, umur,
pendidikan, dan status mencerminkan nilai- nilai ini dan pada gilirannya
membentuk perilaku dan kesempatan yang tersedia bagi bisnis- bisnis
internasional dalam suatu negara tertentu.
Pendekatan
konteks- rendah, konteks tinggi Hall
Salah
satu cara untuk mencirikan perbedaan dalam berbagai budaya adalah pendekatan
konteks-rendah-konteks tinggi (low-context-high-context) yang dikembangkan oleh
Edward dan Mildred Hall dalam budaya konteks rendah (low context culture)
kata-kata yang dipakai pembicaraan secara eksplisit menyampaikan pesan
pembicara tersebut kepada pendengarnya. Dalam budaya konteks tinggi (high
context culture), konteks terjadinya pembicaraan tersebut akan sama pentingnya
dengan kata-kata yang benar-benar diucapkan, dan petunjuk-petunjuk budaya
berperan penting dalam memahami apa yang sedang dikomunikasikan.
Pendekatan
Kelompok Budaya
Pendekatan
kelompok budaya adalah teknik lain dalam mengklasifikasi dan memahami
budaya-budaya nasional dan Kesamaan-kesamaan pendapat dalam banyak budaya,
dengan demikian mengurangi sebagian kebutuhan menyesuaikan praktik-praktik
bisnis untuk memenuhi permintaan-permintaan budaya lokal. Antropolog, sosiolog,
dan para sarjana bisnis internasional telah menganalisa faktor-faktor seperti
kepuasan kerja, peran kerja, dan hubungan antar pribadi di tempat kerja dalam
upaya untuk mengenali kelompok-kelompok Negara yang memiliki nilai-nilai budaya
serupa yang dapat mempengaruhi praktik bisnis internasional. Suatu kelompok
budaya terdiri atas Negara-negara yang memiliki banyak kesamaan budaya walaupun
juga terdapat perbedaan budaya.
Lima
dimensi Hofstede
a)
Orientasi sosial
Orientasi
sosial adalah keyakinan seseorang tentang relative pentingnya individu dan
kelompoknya. Kedua titik ekstrim orientasi sosial adalah individualisme dan
kolektivisme. Individualisme adalah keyakinan budaya bahwa orang tersebut harus
didahulukan. Nilai-nilai utama orang-orang individualistik adalah tingkat harga
diri yang tinggi (self respect) dan kemerdekaan. Orang-orang ini sering
menempatkan kepentingan karirnya di atas kebaikan organisasinya dan mereka
cenderung menilai keputusan-keputusan dari sisi bagaimana keputusan itu
mempengaruhi mereka sebagai individu. Kolektivisme adalah pandangan bahwa
kelompok didahulukan. Masyarakat yang cenderung bersifat kolektifistik biasanya
dicirikan jaringan sosial yang ditetapkan dengan jelas, termasuk keluarga
besar, suku, dan rekan kerja.
b)
Orientais kekuasaan
Orientasi
kekuasaan merujuk pada keyakinan bahwa orang dalam suatu budaya memiliki
pandangan tentang kewajaran kekuasaan dan perbedaan wewenang dalam berbagai
hierarki seperti organisasi bisnis. Bentuk ekstrim dimensi orientasi kekuasaan
adalah rasa hormat terhadap kekuasaan (power respect) dan toleransi kekuasaan
(power tolerance). Rasa hormat terhadap kekuasaan ini berarti bahwa masyarakat
dalam suatu budaya cenderung menerima kekuasaan dan wewenang atasannya
semata-mata berdasarkan kedudukan atasan tersebut dalam hierarki itu.
Sebaliknya orang-orang dalam budaya yang bercirikan toleransi kekuasaan
memberikan peran penting yang jauh lebih kecil terhadap kedudukan seseorang
dalam hierarki tersebut.
c)
Orientasi ketidakpastian
Orientasi
ketidakpastian adalah perasaan yang dimiliki seseorang tentang situasi yang
tidak pasti atau ambigu. Bentuk-bentuk ekstrim dimensi ini adalah penerimaan
ketidakpastian (uncertainty acceptance) dirangsang oleh perubahan dan
berkembang dari peluang-peluang baru. Ambiguitas dipandang sebagi suatu konteks
dimana individu dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan kesempatan-kesempatan
baru. Dalam budaya ini kepaastian mengandung pengertian keadaan monoton,
rutinitas dan struktur yang terlalu memaksa. Sebaliknya orang-orang dari budaya
yang bercirikan penghindaran ketidakpastian tidak menyukai ambiguitas dan
sedapat mungkin akan menghindarinya. Ambiguitas dan perubahan dipandang sebagai
sesuatu yang tidak diinginkan. Orang-orang ini cenderung menyukai cara-cara
yang terstruktur, rutin dan bahkan birokratis dalam menjalankan sesuatu
d)
Orientasi sasaran
Orientasi
sasaran adalah sikap dimana orang termotivasi untuk bekerja karena jenis
sasaran yang berbeda. Salah satu bentuk ekstrim dalam orientasi sasaran adalah
perilaku sasaran agresif (aggressive goal behavior). Orang-orang yang menunjukkan
perilaku sasaran agresif cenderung memberikan nilai yang tinggi pada kepunyaan
materi, uang dan ketegasan. Pada bentuk ekstrim lain orang yang menganut
perilaku sasaran pasif (passive goal behavior) memberikan nilai yang lebih
tinggi pada hubungan sosial, kualitas hidup, dan perhatian kepada orang lain.
Budaya yang menghargai perilaku sasaran yang agresif juga cenderung menentukan
peran-peran berdasarkan gender yang agak kaku, sementara budaya menekankan
perilaku sasaran pasif tidak demikian.
e)
Orientasi waktu
Orientasi
waktu adalah sejauh mana anggota-anggota suatu budaya menganut pandangan jangka
pendek versus jangka panjang terhadap pekerjaan, kehidupan, dan aspek-aspek
masyarakat lainnya.
5.4
Komponen-Komponen
Sosiokultural
Konsep
budaya adalah sedemikaian luasnya sehingga para ahli budaya telah membagi
berbagai macam topik untuk memudahkan studinya. Daftar topik akan memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai apa budaya itu dan juga berfungsi sebagai
pedoman bagi para manajer internasional ketika mereka menganalisis permasalahan
khusus dari sudut pandang sosiokultural.
Para
ahli sangat bervariasi dalam memahami apa yang mereka anggap komponen budaya
(sosiokultural) antara lain adalah:
a)
Estetika adalah sesuatu yang berkaitan
dengan rasa keindahan, budaya dan selera yang baik serta diungkapkan dalam
seni, drama, musik, cerita rakyat dan tari-tarian.
b)
Sikap dan kepercayaan selalu
dimiliki oleh setiap budaya yang hampir seluruh aspek dari perilaku manusia dan
membantu membawa ketertiban didalam masyarakat dan individu-individunya.
Diantara beraneka ragam subjek yang dicakup oleh sikap dan kepercayaan,
beberapa diantaranya sangat penting bagi para pelaku bisnis. Termasuk sikap
terhadap waktu, pencapaian pekerjaan dan terhadap perubahan.
c)
Sikap terhadap waktu menimbulkan lebih
banyak persolan adaptasi karena setiap negara berbeda dalam menyikapi atau
mengartikan waktu.
d)
Sikap terhadap pencapaian pekerjaan
seorang manajer akan berbeda tajam dengan di budaya-budaya lain dibandingkan
dengan budaya mereka sendiri. Sehingga mereka harus merekrut bawahan yang
memiliki kebutuhan untuk ”maju” apapun motif yang mendasarinya. Salah satu
sumber yang baik dari orang-orang itu adalah diantara anggota yang relatif
berpendidikan, yang memandang pekerjaan sebagai jalan menuju gengsi.
e)
Sikap terhadap perubahan atau ide baru
akan lebih diterima apabila dapat dikaitkan lebih dekat dengan yang tradisional
, sementara pada saat yang bersamaan dapat menunjukkan keunggulan relatifnya
terhadap yang tradisional. Dengan kata lain semakin konsisten suatu ide baru
dengan sikap dan pengalaman masyarakat maka semakin cepat ide tersebut akan
diadopsi.
f)
Agama adalah suatu komponen kebudayaan
yang penting, bertanggung jawab atas banyak dari sikap dan kepercayaan yang
mempengaruhi sikap dan perilaku dari manusia.
g)
Kebudayaan material merujuk pada semua
objek buatan manusia dan berkaitan dengan bagaimana orang membuat benda-benda
(teknologi) dan siapa membuat apa dan mengapa (ilmu ekonomi).
5.5
Pentingnya Pengaruh Agama Bagi
Para Pelaku Bisnis
Mengetahui
prinsip-prinsip dasar dari agama-agama lain akan memberikan pemahaman yang
lebih baik mengenai sikap para pengikutnya karena itu agama adalah sebuah
faktor utama dalam suatu pasar tertentu. Pada realitanya agama mempunyai
pengaruh yang mendalam pada dunia usaha. Misalkan seberapa efektif penawaran
untuk membayar lembur serta bonus berdasarkan produktivitas, disuatu perusahaan
yang para pekerjanya kebanyakan beragama hindhu dan budha. Ketaatan-ketaatan
ini membuat pemeluknya berusaha untuk melepaskan diri mereka sendiri untuk dari
keinginan-keinginan, dengan demikian mereka tidak memerlukan penghasilan diluar
apa yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Orang seperti
diatas ketika penghasilan mereka mulai meningkat, mereka cenderung mengurangi usahanya
sehingga penghasilan pribadinya tetap tidak berubah.
Contoh
jika hari libur dan ritual keagamaan dapat mempengaruhi kinerja karyawan dan
penjadwalan kerja. Ketika angota-anggota kelompok dari agama yang berbeda
bekerja bersama-sama, maka mungkin sekali muncul perselisihan, perpecahan dan
instabilitas diantara para pekerja. Karena para pebisnis yang diwakili oleh
manager harus menghormati kepercayaan religius orang lain, dan menyesuaikan
praktik-praktik bisnis terhadap hambatan-hambatan relegius yang ada
dibudaya-budaya lain. Untuk melakukan hal ini mereka pertama-tama harus
mengetahui apa saja kepercayaan yang ada dan hambatannya.
5.6
Aspek-Aspek Budaya dari
Teknologi
Budaya
material utamanya teknologi adalah penting bagi manajemen yang bermaksud untuk
melakukan investasi diluar negeri. Pemerintah-pemerintah negera asing telah
semakin menjadi terlibat dalam penjualan dan pengendalian teknik. Teknologi
biasa memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar baru yang berhasil, meskipun
para pesaing telah berada disana. Teknologi seringkali memungkinkan perusahaan
untuk memperoleh kondisi-kondisi yang unggul untuk investasi luar maupupun
dalam negeri.
Teknologi
dari suatu masyarakat adalah bauran pengetahuan yang dapat digunakan,
diterapakan oleh masyarakat dan diarahkan kepada pencapaian tujuan –tujuan
ekonomi dan budaya. Teknologi adalah signifikan dalam upaya bagi negara-negara
berkembang untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan merupakan faktor vital
dalam strategi persaingan perusahaan-perusahaan multinasional.
Teknologi
sangat penting bagi perusahaan multinasional karena beberapa alasan antara
lain:
a)
Keunggulan teknologi memungkinkan
perusahaan menjadi kompetitif atau bahkan memegang kepemimpinan didalam pasar
dunia.
b)
Keunggulan teknologi dapat dijual
(dengan lisensi atau kontrak manajemen) atau dapat dilembagakan dalam bentuk
produk-produk perusahaan.
c)
Keunggulan teknologi dapat memberikan
kepada perusahaan kepercayaan untuk memasuki pasar luar negeri, bahkan apabila
perusahaan-perusahaan lain telah berdiri diluar negeri.
d)
Keunggulan teknologi memungkinkan
perusahaan untuk memperoleh syarat-syarat investasi luar negeri yang lebih baik
dari biasanya karena pemerintah tuan rumah menginginkan teknologi yang hanya
dimiliki perusahaan tersebut (misalnya izin mendirikan cabang yang dimiliki
penuh disebuah Negara yang pemerintah normalnya memaksakan usaha patungan
dengan mayoritas lokal).
e)
Keunggulan teknologi dapat
memungkinkan suatu perusahaan dengan suatu posisi ekuitas minoritas untuk
mengendalikan usaha patungan, danmengengapnya sebagai pasar yang telah dikuasai
untuk input setengah jadi yang diproduksi oleh perusahaan.
f)
Keunggulan teknologi dapat pembagian
kerja internasional.
g)
Keunggulan teknologi menyebabkan
perusahaan-perusahaan besar memebentuk aliansi-aliansi kompetitif dimana
tiap-tiap mitar berbagi teknologi serta biaya penelitian dan pengembangan yang
tinngi. Ini dikenal strategic technology leveraging, yaitu konsep penggunaan
teknologi eksternal untuk pelengkap bukan sebai pengganti teknologi internal.
Dualisme
teknologi adalah keberadaan system produksi yang mengguanakan teknologi maju
dan menggunakan teknologi primitif secara berdampingan. Sedangakan teknologi
tepat guna adalah teknologi (maju, menengah atau primitive) yang paling sesuai
dengan masyarakat untuk digunakan dalam proses produksi atau operasi. Efek
bomerang adalah bila teknologi yang dijual kepada perusahaan-perusahaan
dinegara lain digunakan untuk memproduksi barang-barang yang bersaing dengan
barang-barang yang dihasilkan oleh penjual teknologi.
Industry
teknologi informasi sedang berubah dengan kecepatan yang membingungkan bagi
eksekutif perusahaan. Mengelola banjrinya data yang tesedia secara elektronik
merupakan suatu tantangan , tetapi menangkap informasi dari data transaksi
misalnya, menawarkan peluang yang menguntungkan untuk menambang data guna
menentukan tren. Karena itu para pelaku bisnis harus mengikuti
perubahan-perubahan teknologi-teknologi informasi untuk menghindari
ketertinggalan dari para pesaingnya.
Internet
memungkinkan para perusahaan-perusahaan bersaing dipasar global, suatu fakta
yang memberikan peluang baru bagi beberapa perusahaan dan persaingan baru bagi
perusahaan lainnya. Para pelaku bisnis dapat menangkap dari data transaksi
memiliki keunggulan yang signifikan atas mereka yang tidak dapat melakukannya.
Industry perdagangan ritel berpendapat bahwa kemampuan ini merupakan alas an
utama bagi keberhasilan Wal-Mart.
5.7
Pengaruh budaya terhadap
manajemen internasional
Dalam
keseluruhan masa, pengaruh kebudayaan bagi manajemen internasional adalah
digambarkan dengan kepercayaan dan perilaku dasar. Berikut contoh spesifik
dimana budaya masyarakat dapat secara langsung mempengaruhi pendekatan
manajemen internasional:
a.
Sentralisasi vs Desentralisasi
pembuatan keputusan. Di beberapa masyarakat, semua keputusan organisasional
dibuat oleh manajer tingkat atas, sedangkan keputusan ini disebar melalui
perusahaan dan manajer tingkat menengah dan bawah secara aktif berpartisipasi
dan membuat keputusan kunci.
b.
Keselamatan vs resiko. Dari beberapa
masyarakat, pembuat keputusan organisasional biasanya enggan untuk mengambil
resiko dan mendapat banyak kesulitan di dalam kondisi yang tidak menentu, di
sisi lain pengambilan resiko dianjurkan, dan pembuatan keputusan didalam
kondisi yang tidak menentu itu umum.
c.
Penghargaan individual vs penghargaan
kelompok. Di dalam beberapa Negara, anggota yang melakukan kerja dengan bagus,
secara individual akan mendapat bonus dan komisi, sedangkan dinegara lain norma
budaya membutuhkan penghargaan kelompok dan penghargaan individu tidak
disetujui.
d.
Prosedur informal vs formal prosedur.
Di beberapa masyarakat, kebanyakan diselesaikan melalui pengertian yang
informal. Sedangkan, prosedur formal diatur seterusnya dan diikuti secara kaku
e.
Kesetiaan rendah vs kesetiaan rendah
organisasi. Di beberapa masyarakat, masyarakat di identifikasi sangat kuat
terhadap organisasinya atau majikannya. Sedangkan di sisi lain masyarakat
berpihak kepada pekerjaan di kelompoknya, seperti mekanik.
f.
Kerjasama vs Kompetisi. Beberapa
masyarakat menganjurkan untuk bekerja sama antara orang-orang, yang lainnya
berkompetisi dengan orang-orang.
g.
Jangka pendek vs jangka panjang.
Beberapa Negara memfokuskan pada jangka pendek, seperti tujuan jangka pendek
keuntungan dan efisiensi, yang lain lebih focus pada jangka panjang, seperti
tujuan jangka panjang, seperti pasar modal dan pengembangan teknologi.
h.
Stabilitas vs inovasi. Budaya dari
beberapa Negara menganjurkan untuk stabilitas dan ketahanan dalam perubahan.
Budaya yang lain mengambil nilai-nilai yang tinggi dari inovasi dan perubahan.
BAB VI
MORAL DAN ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
6.1 Norma-norma Moral yang Umum Pada Taraf Internasional
Salah satu
masalah besar yang sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika filosofis
adalah relatif tidaknya norma-norma moral. Kami berpendapat bahwa pandangan
yang menganggap norma-norma moral relatif saja tidak bisa dipertahankan. Namun
demikian, itu tidak berarti bahwa norma-norma moral bersifat absolut atau tidak
mutlak begitu saja. Jadi, pertanyaan yang tidak mudah itu harus bernuansa.
Masalah teoritis yang serba kompleks ini kembali lagi pada taraf praktis dalam
etika bisnis internaasional. Apa yang harus kita lakukan ,jika norma di Negara
lain berbeda dengan norma yang dianut sendiri? Richard De George membicarakan
tiga jawaban atas pertanyaan tersebut, ada 3 pandangan mengenai pertanyaan di
atas sebagai berikut :
1.
Menyesuaikan
Diri
Untuk
menunjukkan sikap yang tampak pada pandangan ini menggunakan peribahasa”Kalau
di Roma, bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma” Artinya perusahaan
harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara itu, yang sama
dengan peribahasa orang Indonesia “Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung”. Norma-norma
moral yang penting berlaku di seluruh dunia. Sedangkan norma-norma non-moral
untuk perilaku manusia bisa berbeda di berbagai tempat. Itulah kebenaran yang
terkandung dalam pandangan ini. Misalnya, norma-norma sopan santun dan bahkan
norma-norma hukum di semua tempat tidak sama. Yang di satu tempat dituntut
karena kesopanan, bisa saja di tempat lain dianggap sangat tidak sopan.
2.
Regorisme
Moral
Pandangan
kedua memilih arah terbalik. Pandangan ini dapat disebut “rigorisme moral”,
karena mau mempertahankan kemurnian etika yang sama seperti di negerinya
sendiri. Mereka mengatakan bahwa perusahaan di luar negeri hanya boleh
melakukan apa yang boleh dilakukan di negaranya sendiri dan justru tidak boleh
menyesuaikan diri dengan norma etis yang berbeda di tempat lain. Mereka
berpendapat bahwa apa yang dianggap baik di negerinya sendiri, tidak mungkin
menjadi kurang baik di tempat lain.
Kebenaran yang
dapat ditemukan dalam pandangan regorisme moral ini adalah bahwa kita harus
konsisten dalam perilaku moral kita. Norma-norma etis memang bersifat umum.
Yang buruk di satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat di
tempat lain. Namun para penganut rigorisme moral kurang memperhatikan bahwa
situasi yang berbeda turut mempengaruhi keputusan etis.
3.
Imoralisme
Naif
pandangan ini dalam bisnis internasional tidak
perlu kita berpegang pada norma-norma etika. Kita harus memenuhi
ketentuan-ketentuan hukum (dan itupun hanya sejauh ketentuan itu ditegakkan di
negara bersangkutan), tetapi selain itu, kita tidak terikat norma-norma moral.
Malah jika perusahaan terlalu memperhatikan etika, ia berada dalam posisi yang
merugikan, karena daya saingnya akan terganggu.
Kasus : Bisnis
dengan Afrika Selatan yang Rasistis
Setelah kita
mempelajari dua pandangan tentang peranan etika dalam bisnis internasional ini,
perlu kita simpulkan bahwa tidak satu pun di antaranya bisa dipertahankan.
Dalam pandangan “menyesuaikan diri” dapat kita hargai perhatian untuk peranan
situasi. Situasi yang berbeda-beda memang mempengaruhi kualitas etis suatu
perbuatan, tetapi tidak sampai menyingkirkan sifat umum dari norma-norma moral,
seperti dipikirkan pandangan pertama ini. Pandangan kedua, rigorisme moral,
terlalu ekstrem dalam menolak pengaruh situasi, sedangkan mereka benar dengan
pendapat bahwa kita tidak meninggalkan norma-norma moral di rumah, biola kita
berangkat bebisnis ke luar negeri. Norma-norma moral mempunyai sifat universal.
etika jarang prinsip-prinsip moral bias
diterapkan dengan mutlak, karena kondisi konkret sering kali sangat kompleks.
Hal ini dapat diilustrasikan pada bisnis internasional dengan Afrika
Selatan yang mempunyai sistem politik didasarkan pada diskriminasi
ras (Apartheid) bahkan sistem Apartheid ini didasarkan atas
Undang-undang Afrika Selatan sejak 1948.
Kebijakan
Apartheid Afrika Selatan menimbulkan kesulitan moral
untuk perusahaan asing yang mengadakan bisnis di Afrika Selatan karena mereka
wajib mengikuti sistem Apartheid. Dalam mencari jalan keluar dari dilema ini
banyak perusahaan Barat memegang pada The Sullivan Principles yang dirumuskan
dan dipraktekkan oleh Leon Sullivan. Prinsip-prinsip Sullivan :
a.
Leon
Sullivan sebagai General Motors tidak akan menerapkan undang-undang Apartheid.
b.
Menghapus
undang-undang Apartheid.
6.2
Masalah
“Dumping” dalam Bisnis Internasional
Salah satu
topik yang jelas termasuk etika bisnis internasional adalah dumpin produk,
karena praktek kurang etis ini secara khusus berlangsung dalam hubungan dengan
negara lain. Yang dimaksudkan dengan dumpingadalah menjual sebuah
produk dalam kuantitas besar di suatu negara lain dengan harga di bawah harga
pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya produksi. Dapat dimengerti bahwa
yang merasa keberatan terhadap praktek dumping ini bukannya
para konsumen, melainkan para produsen dari produk yang sama di negara di
mana dumping dilakukan. Para konsumen justru merasa beruntung
– sekurang-kurangnya dalam jangka pendek – karena dapat membeli produk dengan
harga murah, sedangkan para produsen menderita kerugian, karena tidak sanggup
menawarkan produk dengan harga semurah itu.
6.3
Aspek
etis dari Korporasi Multinasional
Fenomena yang
agak baru di atas panggung bisnis dunia adalah korporasi multinasional, yang
juga disebut korporasi transnasional. Yang dimaksudkan dengannya adalah
perusahaan yang mempunyai investasi langsung dalam dua negara atau lebih. Jadi,
perusahaan yang mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri, dengan demikian
belum mencapai status korporasi multi nasional (KMN), tetapi perusahaan yang
memilki pabrik di beberapa negara termasuk di dalamnya.
Bentuk pengorganisasian KMN
bisa berbeda-beda. Biasanya perusahaan-perusahaan di negara lain
sekurang-kurangnya untuk sebagian dimiliki oleh orang setempat, sedangkan
manajemen dan kebijakan bisnis yang umum ditanggung oleh pimpinan perusahaan di
negara asalnya. KMN ini untuk pertama kali muncul sekitar tahun 1950-an dan
mengalami perkembangan pesat. Contoh KMN seperti Coca-Cola, Johnson &
Johnson, General Motors, IBM, Mitsubishi, Toyota, Sony,Unilever yang memiliki
kegiatan di seluruh dunia dan menguasai nasib jutaan manusia. Di bawah ini akan dibahas
usulan De George tentang norma-norma etis yang terpenting bagi KMN.
1.
Koorporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja
mengakibatkan kerugian langsung.
Dengan sengaja
mengakibatkan kerugian bagi orang lain selalu merupakan tindakan yang tidak
etis. Norma pertama ini mengatakan bahwa suatu tindakan tidak etis, bila KMN
dengan tahu dan mau mengakibatkan kerugian bagi negara biarpun tidak dengan
sengaja atau langsung- menurut keadilan kompensatoris ia wajib memberi ganti
rugi.
2.
Koorporasi multinasional harus menghasilkan lebih
banyak manfaat daripada kerugian bagi negara dimana mereka beroperasi.
Hampir semua
kegiatan manusia mempunyai akibat jelek,bisnis tidak tekecuali. Norma kedua
menuntut secara menyeluruh akibat- akibat baik melebihi akibat- akibat jelek.
Norma ini tidak membatasi diri pada segi negatif, tapi memerintahkan sesuatu
yang positif da ditegasakan lagi bahwa yang positif harus melebihi yang
negatif.
3.
Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu
harus memberi kontribusi kepada pembangunan negara dimana dia beroperasi.
KMN harus
menyumbangkan juga pada pembangunan negara berkmbang. KMN harus bersedia
melakukan alih teknologi dan alih keahlian.
4.
Koorporasi multinasional harus menghormati HAM dari
semua karyawannya.
KMN harus
memperhatikan tentang upah dan kondisi kerja di negara berkembang.
5.
Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar
norma-norma etis, korporasi multinasional harus menghormati kebudayaan lokal
itu dan bekerja sama dengannya, bukan menantangnya.
KMN akan
merugikan negara dimana ia beroperasi, jika ia tidak menghormati kebudayaan
setempat.KMN harus menyesuaikan diri dengan nilai- nilai budaya stempat dan
tidak memaksakan nilai-nilainya sendiri.
6.
Koorporasi multinasional harus membayar pajak yang
“fair”
Setiap
perusahaan multinasional harus membayar pajak menurut tarif yang telah
ditentukan dalam suatu negara. KMN akan mendukung dibuatnya dan
dilaksanakannnya peraturan internasional untuk menentukan pembayaran pajak oleh
perusahaan- perusahaan internasional.
7.
Koorporsi multinasional harus bekerja sama dengan
pemerintah setempat dalam mengembangkn dan menegakkan “backgroud institutions”
yang tepat
Yang dimaksud
“background institutions” adalah lembaga- lembaga yang mengatur serta
memperkuat kegiatan ekonomi dan industri suatu negara.
8.
Negara yang memiliki mayoritas sham sebuah
perusahaan harus memikul tanggung jawab moral atas kegiatan dan kegagalan
perusahaan tersebut.
Norma ini
mengatakan bahwa tanggung jawab moral harus dipikul oleh pemilik mayoritas
saham.
9.
Jika suatu korporasi multinasional membangun pabrik
yang berisiko tinggi, ia wajib menjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan
dengan aman.
Yang membangun
pabrik- pabrik berisiko tinggi harus juga merundingka prosedur- prosedur
keamanan bagi mereka yang menjalankan pabrik tersebut. KMN bertanggung jawab
untuk membangun pabrik yang aman dan melatih serta membina secara sebaik
mungkin mereka yang akan mengoperasikan pabrik itu.
10.
Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada
negara berkembang, korporasi multinasional wajib merancang kembali sebuah teknologi
demikian rupa, sehingga dapat dipakai dengan aman dalam negara yang belum
berpengalaman.
Menurut norma
ini prioritas harus diberikan kepada keamanan. Kalau mungkin, teknologi harus
dirancang sesuai dengan kebudayaan dan kondisi stempat, sehingga terjamin
keamanan optimal.
Sepuluh norma
tersebut bisa bermanfaat untuk menciptakan suatu kerangka moral bagi kegiatan-
kegiatan KMN
6.4
Masalah
Korupsi dalam taraf Internasional
Korupsi dalam
bisnis tentu tidak hanya terjadi pada taraf internasional, namun perhatian yang
diberikan kepada masalah korupsi dalam literatur etika bisnis terutama
diarahkan kepada konteks internasional.
Suap Leockheed
Lockheed
adalah produsen pesawat terbang Amerika Serikat yang melakukan suap ke berbagai
Negara dengan tujuan agar produknya dapat di pasarkan, lalu terbulaka kasus ini
dan dimuat diberbagai media massa yang menimbulkan reaksi cukub hebat.
Lockheed
merasa keberatan dengan Undang-undang anti suap di Amerika. Terdapat dua
keberatan yang sering ditemukan yaitu :
1. Undang-undang
ini mempraktekkan semacam imprealisme etis.
2. Undang-undang
ini merugikan bisnis Amerika, karena melemahkan daya saingnya.
Mengapa
pemakaian uang suap bertentangan dengan etika?
Ada beberapa
alasan mengapa mengetahui pemakaian uang suap bertentangn dengan etika.
1. Bahwa praktek suap itu melanggar
etika pasar. Denagan adanya praktek suap,daya – daya pasar dilumpuhkan dan para
pesaing yang sedikit pun dapat mempengaruhi proses penjualan.
2. Bahwa orang yang tidak berhak, mendapat imbalan
juga.
3. Banyak kasus lain di mana uang suap
diberikan dalam keadaan kelangkaan. Pembagian barang langka dengan menempuh
praktek suap mengakibatkan bahwa barang itu diterima oleh orang yng tidak
berhak menerimanya, sedangkan orang lain yang berhak tidak kebagian.
4. Bahwa praktek suap mengundang untuk
melakukan perbuatan tidak etis dan ilegal lainnya. Baik perusahaan yang memberi
uang suap maupun orang atau instansi yang menerimanya tidak bisa membukukkan
uang suap itu seperti mestinya.
Internasionalisasi
bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan juga aspek etis yang
baru. Tidak mengherankan jika terutama tahun-tahun terakhir ini diberi
perhatian khusus kepada aspek-aspek etis dalam bisnis internasional. Dalam bab
ini kita akan membahas beberapa masalah moral yang khusus berkaitan dengan
bisnis pada taraf internasional.
BAB VII
DASAR KEGIATAN EKSPOR
7.1 Pengertian Ekspor
Ekspor adalah
proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya
adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri
untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya
membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.
Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah
impor. Ekspor adalah kegiatan perseorangan
atau badan hukum yang menjual barang ke luar negeri. Orang atau badan hukum
yang melakukan kegiatan ekspor dinamakan eksportir. Tujuan dilakukannya
kegiatan ekspor biasanya adalah untuk memperoleh keuntungan. Sementara itu,
tujuan dilakukannya ekspor bagi negara adalah untuk memperoleh devisa negara
dalam bentuk mata uang asing.
Barang-barang Ekspor
Pada prinsipnya semua
produk/barang dapat diekspor, kecuali barang-barang yang terlarang dan untuk tujuan pelestarian
maupun karena aturan internasional. Barang/jasa
terdiri dari 4 kelompok :
1.
Barang-barang yang diatur ekspor.
Dalam
rangka mengikuti ketentuan internasional, menyangkut kesehatan,keselamatan,
keamanan, lingkungan hidup dan moral bangsa (K3LM),menjaga kelestarian
alam dan meningkatkan nilai tambah.
2.
Barang-barang yang diawasi ekspornya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan
dalam negeri dan menjaga kelestarian alam.
3.
Barang-barang yang dilarang ekspornya.
Dalam rangka menjaga
kelangkaan, menyangkut kesehatan, keselamatan, keamanan, lingkungan
hidup dan moral bangsa (K3LM), kelestarian alam dan bernilai sejarah.
4.
Barang-barang yang bebas ekspornya.
Dalam
rangka mendorong ekspor melalui pembukaan akses pasar peningkatan diversifikasi
produk.
7.2 Tujuan Kegiatan Ekspor
a. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta
untuk memperoleh harga jual yang lebih baik.
b. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai
perluasan pasar dalam negeri.
c. Memanfaatkan kelebihan komoditas yang
dimiliki.
d. Membiasakan diri bersaing dalam pasar
internasional sehingga mampu bersaing dengan negara lain.
7.3 Pihak-pihak yang Berperan dalam Kegiatan Ekspor
Kegiatan perdagangan
antarnegara lebih rumit daripada perdagangan di dalam negeri. Hal ini karena
perdagangan antarnegara melibatkan banyak pihak. Selain itu, ada perbedaan
bahasa, mata uang dan peraturan perdagangan di tiap-tiap negara. Para pelaku
kegiatan ekspor yaitu sebagai berikut:
1.
Produsen
Eksportir
Produsen Eksportir adalah
perusahaan yang memproduksi barang-barang untuk diekspor. Produsen eksportir
tidak menggunakan jasa perantara yaitu pedagang ekspor. Perusahaan yang bisa
berperan sebagai produsen ekportir biasanya merupakan perusahaan besar atau
berskala internasional. Perusahaan ini biasanya sudah memiliki pasaran di luar
negeri. Misalnya, perusahaan di bidang tekstil, mebel, makanan kemasan dan
elektronik.
2.
Pedagang
Ekspor
Pedagang ekspor merupakan
badan usaha yang diberi izin pemerintah untuk melakukan kegiatan ekspor.
Pedagang ekspor tidak memproduksi sendiri barang yang diekspornya, tetapi
menjual hasil produksi orang lain. Pedagang ekspor harus memiliki izin pemerintah
dalam bentuk surat pengakuan eksportir, disertai dengan kartu Angka Pengenal
Ekspor (APE). Dengan surat tersebut, pedagang ekspor diperbolehkan untuk
melaksanakan ekspor komoditas sesuai yang tercantum dalam surat tersebut.
3.
Wisma
Dagang
Wisma dagang merupakan suatu
perusahaan ekspor yang besar dan dapat mengekspor berbagai komoditas.
Perusahaan ini mempunyai jaringan pemasaran di seluruh dunia. Wisma dagang bisa
bermula dari eksportir yang hanya mengekspor satu komoditas. Seiring
perkembangan usahanya, eksportir mampu mengekspor berbagai komoditas.
7.4 Prosedur atau Langkah-langkah dalam Proses Ekspor
Berikut langkah-langkah yang bisa
dilakukan dalam proses ekspor :
1.
Mencari
tahu terlebih dahulu apakah barang yang akan kita ekspor tersebut termasuk
barang yang dilarang untuk di ekspor, diperbolehkan untuk di ekspor tetapi
dengan pembatasan, atau barang yang bebas di ekspor (Menurut undang-undang dan
peraturan di Indonesia).
2.
Memastika
juga apakah barang kita diperbolehkan untuk masuk ke Negara tujuan ekspor.
3.
Jika
kita sudah mendapatkan pembeli (buyer), menentukan sistem pembayaran,
menentukan quantity dan spesifikasi barang, dll, maka selanjutnya kita
mempersiapkan barang yang akan kita ekspor dan dokumen-dokumennya sesuai
kesepakatan dengan buyer.
4.
Melakukan
pemberitahuan pabean kepada Pemerintah (Bea Cukai) dengan menggunakan dokumen
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) beserta dokumen pelengkapnya.
5.
Setelah
eksportasi kita di setujui oleh Bea Cukai, maka akan diterbitkan dokumen NPE
(Nota Persetujuan Ekspor). Jika sudah terbit NPE, maka secara hukum barang kita
sudah dianggap sebagai barang ekspor.
6.
Melakukan
stuffing dan mengapalkan barang kita menggunakan moda transportasi udara (air
cargo), laut (sea cargo), atau darat.
7.
Mengasuransikan
barang atau kargo kita (jika menggunakan term CIF)
8.
Mengambil
pembayaran di Bank (Jika Menggunakan LC atau pembayaran di akhir)
7.5 Syarat Menjadi Eksportir
Untuk menjadi sebuah Perusahaan ekspor harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1.
Badan
Hukum, dalam bentuk :
a. CV (Commanditaire Vennotschap)
b. Firma
c. PT (Perseroan Terbatas)
d. Persero (Perusahaan Perseroan)
e. Perum (Perusahaan Umum)
f. Perjan (Perusahaan Jawatan)
g. Koperasi
2.
Memiliki NPWP (Nomor Wajib Pajak)
3. Mempunyai salah satu izin
yang dikeluarkan oleh Pemerintah seperti:
a. Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) dari Dinas Perdagangan
b. Surat Izin Industri dari Dinas
Perindustrian
c. Izin Usaha Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) yang dikeluarkan oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
d. Memiliki Angka Pengenal Ekspor
(APE)
Eksportir ini dapat diklasifikasikan
menjadi:
1.
Eksportir Produsen, dengan syarat:
a. Sebagai Eksportir Produsen
dalam upaya memperoleh legalitasnya seyogyanya memenuhi persyaratan yang
ditetapkan yaitu mengisi formulir isian yang disediakan oleh Dinas Perindag di
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau
Propinsi, dan Instansi teknis yang terkait.
b. Memiliki Izin Usaha Industri
c. Memiliki NPWP
d. Memberikan Laporan realisasi
ekspor kepada Dinas Perindag atau instansi dan pejabat yang ditunjuk (secara
berkala setiap tiga bulan) yang disyahkan oleh Bank Devisa dengan melampirkan
surat pernyataan seperti: tidak terlibat tunggakan pajak, tidak terlibat
tunggakan perbankan, tidak terlibat masalah kepabeanan.
2.
Eksportir Bukan Produsen, dengan syarat:
a. Sebagai Eksportir bukan
Produsen untuk memperoleh legalitas seyogyanya memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, yaitu mengisi formulir isian yang disediakan oleh Dinas Perindag di
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Propinsi dan Instansi teknis yang terkait
b. Memiliki Surat Izin
Usaha Perdagangan
c. Memiliki NPWP
Memberikan Laporan realisasi ekspor kepada Dinas Perindag
atau instansi/pejabat yang ditunjuk (setiap tiga bulan) yang disyahkan oleh
Bank Devisa dengan melampirkan surat pernyataan seperti tidak terlibat
tunggakan pajak, tidak terlibat tunggakan perbankan, tidak terlibat masalah
kepabeanan
7.6 Empat Tahapan
Utama Dalam Ekspor (Menggunakan L/C)
1. Sales
Contract Process
Sales
contract adalah
dokumen/surat persetujuan antara penjual dan pembeli yang merupakan follow-up dari purchase order yang diminta importer.
Isinya mengenai syarat-syarat pembayaran barang yang akan dijual, seperti
harga, mutu, jumlah, cara pengangkutan, pembayaran asuransi dan sebagainya.
Kontrak ini merupakan dasar bagi pembeli untuk mengisi aplikasi pembukaan L/C
kepada Bank.

a. Promosi
Kegiatan
promosi komoditas yang akan diekspor melalui media promosi seperti iklan di
media elektronik, majalah, Koran, pameran dagang atau melalui badan/lembaga yang
berhubungan dengan kegiatan promosi ekspor seperti Ditjen PEN, Kamar Dagang dan
Industri, Atase perdagangan dan lain sebagainya
b.
Inquiry
Pengiriman
surat permintaan suatu komoditas tertentu oleh Importir kepada eksportir (letter of inquiry).
Biasanya berisi deskripsi barang, mutu, harga dan waktu pengiriman
c.
Offer Sheet
Permintaan
Importir akan ditanggapi melalui offer sheet yang dikirimkan eksportir. Offer
sheet ini berisikan
keterangan sesuai permintaan Importir mengenai deskripsi barang, mutu, harga
dan waktu pengiriman. Selain itu pada offer sheet ini biasanya ditambahkan tentang
ketentuan pembayaran dan pengiriman sample/brochure
d.
Order Sheet
Setelah
mendapatkan penawaran dari eksportir dan mempelajarinya, jika setuju maka
Importir akan mengirimkan surat pesanan dalam bentuk order
sheet (purchase order) kepada
eksportir
e.
Sale’s Contract
Sesuai
dengan data dari order sheet maka selanjutnya eksportir akan
menyiapkan surat kontrak jual beli (sale’s
contract) yang ditambah dengan keterangan force
majeur clause dan inspection
clause. Sales contract ini ditandatangani oleh
eksportir dan dikirimkan sebanyak dua rangkap kepada Importir
f.
Sale’s Confirmation
Sales
contract akan
dipelajari oleh Importir, apabila Importir setuju maka sales contract tersebut akan ditandatangi oleh
Importir untuk kemudian dikembalikan kepada eksportir sebagai sales
confirmation. Sedangkan satu copy lain dari sales
contract ini akan
disimpan oleh Importir

2.
L/C Opening
Process
Letter
of credit (L/C)
adalah Jaminan dari bank penerbit kepada eksportir sesuai dengan instruksi dari importer untuk melakukan pembayaran sejumlah
tertentu dengan jangka waktu tertentu atas dasar penyerahan dokumen yang
diminta importer
Proses
pembukaan L/C tersebut adalah sebagai berikut:
1) Importir akan meminta Opening
Bank (Bank Devisa) untuk membuka Letter of Credit sebagai jaminan dan dana yanga akan
digunakan untuk melakukan pembayaran kepada Eksportir sesuai dengan kesepakatan
pada sales contract. L/C yang dibuka adalah untuk
dan atas nama eksportir atau orang atau badan lain yang ditunjuk eksportir
sesuai dengan syarat pembayaran pada sales contract
2) Opening bank akan melakukan pembukaan L/C
melalui bank korespondennya di Negara Eksportir, dalam hal ini adalahadvising Bank. Proses
pembukaan L/C ini dilakukan melalui media elektronik, sedangkan penegasan dalam
bentuk tertulisnya akan dituangkan dalam L/C confirmation yang diteruskan dari opening
Bank kepada advising Bank untuk disampaikan kepada
Eksportir
3) Advising Bank akan memeriksa keabsahan
pembukaan L/C dari opening Bank, dan apabila
sesuai advising Bank akan mengirimkan surat
pengantar (L/C advice) kepada Eksportir
yang berhak menerima. Jika advising Bank diminta juga olehopening Bank untuk menjamin pembayaran atas
L/C tersebut, maka advising Bank disebut juga sebagai confirming
Bank
3. Cargo
Shipment Process
Output penting
dari proses ini adalah dokumen pengapalan yang merupakan bukti bahwa eksportir
telah mengirimkan barang yang dipesan Importir sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam L/C.

Tahapan cargo shipment process adalah sebagai berikut:
1.
Eksportir
akan menerima L/C advice sebagai acuan untuk mengirimkan barang
dan saat ini eksportir akan melakukanshipment
booking kepada shipping
company sesuai dengan term yang disebutkan dalam sales
contract. Setelah itu eksportir harus mengurus kewajiban
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di Bea Cukai di pelabuhan muat. Serta hal
lain seperti pembayaran pajak ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan (PET) di advising
Bank
2.
Shipping
Company akan memuat barang dan menyerahkan
bukti penerimaan barang, kontrak angkutan, bukti kepemilikan barang (bill of lading) serta
dokumen pengapalan lainnya jika ada kepada eksportir, kemudian eksportir akan
mengirimkannya kepada advising Bank untuk dikirimkan ke opening
Bank
3.
Shipping
Company akan mengangkut barang tersebut ke
pelabuhan tujuan yang disebutkan dalam Bill of Lading (B/L)
4.
Importir
akan menerima dokumen pengapalan jika kewajiban pembayaran kepada opening
Bank sudah
dilakukan. Selanjutnya dokumen pengapalan ini digunakan untuk mengurus import
clearance dengan
pihak bea cukai di pelabuhan dan untuk mengambil muatan di shipping
Company yang memuat
barang yang dipesan
5.
Shipping
Agent akan menyerahkan barang kepada
Importir jika biaya jasa shipping agent telah dilunasi
4. Shipping
Document Negotiation Process
Proses
ini adalah proses penguangan dokumen pengapalan bagi eksportir an merupakan
proses untuk claim barang yang telah dibayar bagi
Importir

1.
Setelah
menerima B/L dari shipping Company, Eksportir akan menyiapkan semua
keperluan dokumen lain yang diisyaratkan dalam L/C seperti Invoice,
packing list, sertifikasi
mutu, Surat Keterangan Negara Asal (SKA) dan lain sebagainya. Semua dokumen
tersebut akan diserahkan kepada negotiating Bank, dalam
hal ini advising Bank, yang
ditentukan dalam L/C untuk memeroleh pembayaran atas L/C
2.
Negotiating
Bank akan memeriksa kelengkapan dan
keakuratan dokumen pengapalan yang dikirimkan eksportir, jika cocok dengan yang
diisyaratkan L/C maka negotiating Bank akan melakukan pembayaran sesuai
tagihan eksportir dari dana L/C yang tersedia
3.
Negotiating
Bank akan mengirimkan dokumen pengapalan
kepada opening Bank untuk mendapatkan reimbursement atas pembayaran yang dia lakukan
kepada Eksportir
4.
Opening
Bank, akan memeriksa kelengkapan dan
keakuratan dokumen pengapalan, jika cocok dengan yang diisyaratkan L/C maka opening
Bank akan memberikan
pelunasan pembayaran (reimbursement)
kepada negotiating Bank
5.
Opening
Bank selanjutnya memberitahukan penerimaan
dokumen pengapalan kepada Importir. Importir akan menyelesaikan pelunasan
dokumen itu untuk mendapatkan dokumen pengapalan yang berfungsi untuk mengambil
barang pesanan darishipping
agent dan bea cukai
setempat
7.7 Metode Pembayaran
Beberapa metode pembayaran yang bisa digunakan dalam
proses ekspor impor adalah sebagai berikut:

Metode
|
Deskripsi
|
Resiko/Keuntungan
|
||
Eksportir
|
Importir
|
|||
Advance Payment
|
Cash with order, pembayaran
langsung kepada eksportir sebelum barang yang dipesan dikirim
|
Menarik bagi Eksportir karena menerima
pembayaran terlebih dahulu
|
·
Resiko
gagal atau terlambatnya pengiriman barang
·
Resiko
kualitas dan jumlah barang yang tidak sesuai
|
|
Open Account
|
Barang dikirim terlebih dahulu oleh
eksportir dan pembayaran dilakukan setelah importir menerima barang tersebut
|
Resiko terlambat pembayaran atau tidak
dibayar
|
Menarik bagi Importir karena menerima
barang terlebih dahulu
|
|
Consignment
|
Pengiriman barang kepada perantara
(importir) yang akan menjual barang tersebut kepada final
buyer, kepemilikan barang tetap milik eksportir sampai barang
tersebut terjual
|
Kemungkinan gagal pembayaran atau
pembayaran terlambat, karena barang belum tentu terjual
|
Menguntungkan Importir karena dapat menjual
barang tanpa membayar terlebih dahulu
|
|
Collection
|
Document againts payment(D/P)
|
Eksportir mengirimkan barang ke porttujuan
sedangkan dokumen pengiriman barang dikirimkan ke pihak Bank sebagai
perantara. Importir dapat mengambil dokumen tersebut jika sudah melakukan
pembayaran melalui Bank, dokumen ini diperlukan importir untuk mengambil
barang di port
|
Tidak ada jaminan pembayaran dari Bank
kepada Eksportir, karena Bank hanya berperan sebatas pelayanan jasa saja
|
Terdapat resiko barang yang dikirimkan
tidak sesuai dengan permintaan
|
Document againts acceptance(D/A)
|
Hampir sama dengan Document
againts payment, perbedaannya
adalah metode ini memerlukan akseptasi pembayaran terlebih dahulu oleh
importir agar importir dapat menerima dokumen pembayaran dari Bank. Akseptasi
pembayaran ini merupakan janji pembayaran pada tanggal tertentu, biasanya 30,
60 atau 90 hari setelah akseptasi
|
Tidak ada jaminan pembayaran dari Bank
kepada Eksportir, karena Bank hanya berperan sebatas pelayanan jasa saja
|
Terdapat resiko barang yang dikirimkan
tidak sesuai dengan permintaan
|
|
Letter of Credit (L/C)
|
Jaminan yang diterbitkan oleh issuing
Bank atas perintah applicant (Buyer) kepada eksportir agar Importir
melakukan pembayaran sejumlah tertentu
|
Jaminan pembayaran dari Bank selama dokumen
yang dikirimkan sesuai dengan L/C
|
Jaminan memperoleh barang sesuai dengan
yang disepakati
|
BAB VIII
PENGGOLONGAN BARANG
8.1
Definisi dan
Manfaat
1. Produk
lokal
Produk
lokal adalah produk dalam konteks perusahaan tertentu, dianggap hanya mempunyai
potensi di satu pasar nasional. Terdapat tiga alasan memasarkan produk lokal
dapat merupakan peluang yang amat mahal bagi perusahaan walaupun produknya
mungkin dapat menghasilkan laba:
a.
Adanya bisnis nasional tunggal yang tidak menyediakan peluang untuk
mengembangkan dengan memanfaatkan ungkitan global dari kantor pusat dalam
pemasaran, litbang dan produksi.
b.
Produk lokal tidak memberikan transfer dan aplikasi untuk pengalaman yang
diperoleh dari satu pasar ke pasar yang lain.
c.
Kemahiran manajerial yang diperoleh dalam bidang produk tunggak tadi kurang
dapat dialihkan.
2. Produk
internasional
Produk
internasional atau produk regional adalah produk yang ditawarkan di pasar di
beberapa negara. Biasanya hal ini disebabkan oleh preferensi yang hampir serupa
di wilayah tertentu.
3.
Produk global
dan Merek global
Produk
global adalah produk yang ditawarkan di pasar global. Produk global terhitung
internasioanal dan multi regional. Suatu produk global ditawarkan di setiap
kawasan dunia. Beberapa produk global dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar
nasional, tapi juga membuat kebutuhan pasar global. Sifat-sifat merek global:
namanya sama, yang meungkin hurufnya juga sama, seperti kasus Coke, Sony, BMW,
Harley Davidson, dan seterusnya. Mungkin artinya sama namun bahasanya yang
berbeda, seperti halnya pada pelembut pakaian Unilever, Snuggle (Amerika
Serikat) yang menggunakan logo teddy yang menyenangkan untuk disayang dan
terjemahan lokal dari arti yang identik atau mirip dengan arti snuggle dalam
bahasa Inggris dan Amerika. Merek global mempunyai citra yang sama, pemosisian
yang serupa, dan dipandu oleh prinsi-prinsip strategis yang sama pula.
Namun bauran pemasaran untuk
merek-merek global dapat beragam dari satu negara ke negara lainnya. Itu
berarti bahwa produk, harga, promosi dan tempat (saluran distribusi) dapat
beragam dari satu negara ke negara lainnya. Produk global dipandu oleh
prinsip-prinsip strategis yang sama, pemosisian yang serupa dan bauran
pemasaran yang bervariasi dari satu negara ke negara lainnya. Salah satu
pendorong utama globalisasi adalah biaya litbang produk. Ketika persaingan
semakin ketat, perusahaan menyadari dapat mengurangi biaya litbang untuk suatu
produk dengan mengembangkan rancangan produk global.
8.2
Cara
Penggunaan HS Code
Harmonized System atau biasa disebut HS adalah suatu daftar penggolongan barang yang
dibuat secara sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan, transaksi
perdagangan, pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem
klasifikasi sebelumnya. Saat ini pengklasifikasian barang di Indonesia
didasarkan kepada Harmonized System dan dituangkan ke dalam
suatu daftar tarif yang disebut Buku Tarif Bea Mauk Indonesia (BTBMI).
Harmonized Commodity Description and Coding System atau lebih dikenal dengan Harmonized
System disusun pada tahun 1986 oleh sebuah Kelompok studi dari Customs
Cooperation Council (sekarang dikenal dengan nama World
Customs Organisation), dan disahkan pada konvensi HS yang ditandatangani
oleh tujuh puluh Negara yang sebagian besar Negara Eropa, namun sekarang hampir
semua Negara ikut meratifikasi, termasuk Indonesia yang mengesahkannya melalui
Keppres no. 35 tahun 1993. Tujuan daripada pembuatan HS ini di antaranya
adalah:
1.
Memberikan
keseragaman dalam penggolongan daftar barang yang sistematis
2.
Memudahkan
pengumpulan data dan analisis statistik perdagangan dunia
3.
Memberikan
sistem internasional yang resmi untuk pemberian kode, penjelasan dan
penggolongan barang untuk tujuan perdagangan
HS menggunakan kode nomor dalam mengklasifikasikan
barang. Kode-kode nomor tersebut mencakup uraian barang yang tersusun secara
sistematis. Sistem penomoran dalam HS terbagi menjadi Bab (2-digit), pos
(4-digit), dan sub-pos (6-digit) dengan penjelasan sebagai berikut:
Misalkan kode HS 0101.11.xx.xx yang diambil dari BTBMI
(10 digit)
01 01 11 xx xx
__ Bab (Chapter) 1
_____ Pos (Heading) 01. 01
________ Sub-pos (Sub-heading) 0101. 11
___________ Sub-pos ASEAN, ASEAN Harmonized
Tariff Nomenclature (AHTN)
______________ Pos Tarif Buku Tarif Bea Masuk
Indonesia (BTBMI)
1.
Bab di mana
suatu barang diklasifikasikan ditunjukkan melalui dua digit angka pertama,
contoh di atas menunjukkan bahwa barang tersebut diklasifikasikan pada Bab 1
2.
Dua digit
angka berikutnya atau empat digit angka pertama menunjukkan heading atau
pos pada bab yang dimaksud sebelumnya, contoh ini menunjukkan barang tersebut
diklasifikasikan pada pos 01.01
3.
Enam digit
angka pertama menunjukkan sub-heading atau sub-pos pada
setiap pos dan bab yang dimaksud. Pada contoh di atas, barang tersebut
diklasifikasikan pada sub-pos 0101.11
4.
Delapan
digit angka pertama adalah pos yang berasal dari teks AHTN
5.
Sepuluh
digit angka tersebut menunjukkan pos tarif nasional yang diambil dari BTBMI,
pos tarif ini menunjukkan besarnya pembebanan (BM, PPN, PPnBM atau Cukai) serta
ada tidaknya peraturan tata niaganya
HS
mempunyai enam digit angka untuk penggolongan, masing-masing Negara yang ikut
menandatangani konvensi HS ataucontracting Party dapat
mengembangkan penggolongan enam digit angka tersebut menjadi lebih spesifik
sesuai dengan kebijakan Pemerintah masing-masing namun tetap berdasarkan
ketentuan HS enam digit. Di Indonesia sendiri sistem penggolongan tersebut
menggunakan sistem penomoran 10 digit dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-pos dalam HS enam digit
8.3
Langkah-langkah
Interpretasi HS Code
1.
Identifikasi
barang yang akan diklasifikasikan, caranya adalah dengan mengetahui spesifikasi
barang, dengan identifikasi ini kita dapat memilih bab yang berkaitan dengan
spesifikasi barang tersebut
2.
Perhatikan
penjelasan yang terdapat dalam catatan bagian atau catatan Bab terkait barang
yang sudah diklasifikasikan. Jika terdapat catatan yang mengeluarkan barang
dari bab atau bagian yang dipilih, perhatikan pada bagian atau bab apa barang
tersebut diklasifikasikan. Dengan catatan ini maka kita dapat mengetahui barang
tersebut diklasifikasikan di bab atau bagian lainnya
3.
Setelah
bagian atau Bab telah sesuai dengan spesfikasi barang, maka selanjutnya adalah
mengidentifikasi pos yang mungkin mencakup barang tersebut lebih spesifik. Di
sini kita akan menentukan sub-pos (6-digit), sub-pos AHTN (8-digit) dan pos
tarif (10-digit) jika ingin menetahui pembebanan barang yang akan masuk ke
Indonesia. Apabila timbul permasalahan dalam pengklasifikasian, sebaiknya
kembali lagi pada 10 poin ketentuan menginterpretasi HS yang terdapat dalam HS
8.4
Incoterms
Incoterms atau International Commercial Terms adalah istilah-istilah (seperangkat
kode tiga huruf) yang digunakan dalam perdagangan internasional untuk mengatur
agar tidak terjadi kesalahan interpretasi dalam pembuatan kontrak, dalam
Incoterms ini diatur syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengiriman atau
penyerahan barang
E
|
EXW
|
Ex Works
|
Penjual menyerahkan barang yang belum
mendapat izin ekspor di kediamannya atau di tempat lain yang ditentukan
(sebutkan nama tempat)
|
F
|
FCA
|
Free Carrier
|
Penjual menyerahkan barang yang sudah
mendapat izin ekspor kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat tujuan
(sebutkan nama tempat)
|
FAS
|
Free Alongside Ship
|
Penjual menyerahkan barang yang sudah
mendapat izin ekspor di samping kapal di pelabuhan tujuan (sebutkan nama
pelabuhan pengapalan)
|
|
FOB
|
Free on Board
|
Penjual menyerahkan barang melewati pagar
kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut, barang sudah clear
for export (sebutkan
nama pelabuhan pengapalan)
|
|
C
|
CFR
|
Cost and Freight
|
Penjual menyerahkan barang melewati pagar
kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut, barang sudah clear
for export dan
biaya angkut ke pelabuhan tujuan sudah ditanggung penjual (sebutkan nama
pelabuhan tujuan)
|
CIF
|
Cost, Insurance and Freight
|
Sama dengan CFR tetapi penjual menanggung
asuransi dan membayar premi (sebutkan nama pelabuhan tujuan)
|
|
CPT
|
Carriage Paid To
|
Mirip dengan CFR tapi barang diangkut ke
tempat tujuan tertentu (sebutkan nama tempat tujuan)
|
|
CIP
|
Carriage and Insurance Paid to
|
Hampir sama dengan CPT tetapi penjual
menutup asuransi terhadap risiko kerusakan selama perjalanan (sebutkan
nama tempat tujuan)
|
|
D
|
DAF
|
Delivered At Frontier
|
Penjual menyerahkan barang di tempat pada
wilayah perbatasan tetapi belum memasuki wilayah pabean negara yang dituju
(sebutkan nama tujuan)
|
DES
|
Delivered at Ship
|
Penjual menyerahkan barang kepada pembeli
di atas kapal, penjual menanggung risiko dan biaya sampai sesaat sebelum
dibongkar (sebutkan nama pelabuhan tujuan)
|
|
DEQ
|
Delivered Ex Quay
|
Penjual menyerahkan barang kepada
pembeli di atas dermaga pelabuhan tujuan, uncleared for import (sebutkan nama pelabuhan tujuan)
|
|
DDU
|
Delivered Duty Unpaid
|
Penjual menyerahkan barang yang belum
diurus izin impornya dan belum dibongkar di tempat tujuan yang merupakan
kewenangan pembeli , uncleared for import (sebutkan nama tempat tujuan)
|
|
DDP
|
Delivered Duty Paid
|
Sama dengan DDU tetapi formalitas
impor sudah diurus
|
BAB IX
PEMBIAYAAN EKSPOR
9.1
Jenis
Pembiayaan Ekspor
Pembiayaan kepada eksportir dalam rangka mendukung
aktivitas ekspor secara garis besar dapat dibed akan seperti berikut:

Pre-shipment Financing
Pembiayaan diberikan kepada nasabah dari mulai membeli
bahan baku, memproduksi sampai mengapalkan barang. Fokus dari pembiayaan ini
adalah untuk pembiayaan kegiatan produksi. Sedangkan resiko dari pembiayaan ini
adalah kemungkinan kegagalan proses produksi.
Pembiayaan
ini tediri dari dua jenis, yaitu:
1. Import
for Export Purpose
Import
for Export Purpose adalah
jenis pembiayaan yang diberikan kepada eksportir yang melakukan kegiatan impor
bahan baku yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ekspor
2. Export
Working Capital
Transaksional : Kebutuhan
modal kerja berdasarkan kebutuhan modal satu siklus usaha bisnis
Non Transaksional : Perhitungan
modal kerja berdasarkan historical ekspor dan satu tahun proyeksi ekspor,
dengan mempertimbangkan siklus perdagangan eksportir
Post-shipment Financing
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah setelah barang dikirim
sampai pembayaran tagihan atas ekspor. Fokusnya adalah untuk immediate
payment, jadi Eksportir tidak harus menunggu lama pembayaran dari
Importir.
Resiko
dari pembiayaan ini lebih kepada pihak di Negara tujuan ekspor, dengan
resikonya antara lain:
1.
Buyer/Issuing Bank yang bermasalah dalam pembayaran
2.
Resiko
stabitilas Negara Importir
3.
Resiko
ketidaksesuaian dokumen
Terdapat
beberapa macam tipe untuk pembiayaan ini, yaitu:
1. Export
Receivables Negotiation
Pengambilalihan
atau pembelian wesel/tagihan/dokumen ekspor atas dasar L/C
2.
Export Receivables Discounting
Pembayaran atau pembiayaan atas piutang ekspor sebelum
jatuh tempo
3. Forfaiting
Forfaiting adalah penyediaan
dana oleh suatu perusahaan (Forfaiter)
kepada perusahaan lain atau eksportir dengan membeli barang-barang yang telah
dijual sebelumnya oleh klien (Eksportir) kepada pelanggan tetapi klien belum
menerima pembayarannya. Biasanya Importir akan memperoleh kredit sampai jangka
watu tujuh tahun mendatang.
4. Factoring
Penjualan
piutang dagang eksportir kepada perusahaan factoring untuk mendapatkan uang tunai dengan
cara membayar komisi tertentu. Biasanya Eksportir akan menerima pembayaran
75%-85%.
5.
Banker Acceptance
Instrumen
akseptasi yang dilakukan oleh Bank atas suatu penarikan wesel suatu usance L/C.
9.2
Tips dan
Trik dalam Pembiayaan Ekspor
Untuk memasuki sebuah pasar ekspor harus diperhatikan
tahapan bisnis ekspor dan Persyaratan Masuk Pasar Ekspor (PMPE).

Untuk dapat menentukan Negara Tujuan Ekspor (NTE) yang
cocok bagi sebuah produk ekspor diperlukan analisis terlebih dahulu, sehingga
Eksportir dapat menghindari kerugian yang mungkin timbul dari ketidaksesuai
strategi ekspor. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menentukan Negara tujuan ekspor beserta strateginya.
1.
Eksportir
menentukan barang yang akan diekspor dan Negara Tujuan Ekspor
2.
Eksportir
melakukan riset dan kajian pasar, kajian pasar dapat dilakukan dengan
menggunakan literatur yang tersedia, kemudian analisis dapat dilakukan dengan
menggunakan SWOT Analysis, yaitu metode
berupa matriks yang membandingkan kelemahan, kelebihan , peluang dan hambatan
yang muncul dari kombinasi produk ekspor dengan Negara tujuan ekspor
3.
Setelah
melakukan kajian maka akan keluar sebuah kombinasi product-market yang dianggap cocok oleh
Eksportir
4.
Karena
sudah diketahui pasar mana yang akan dituju tahapan berikutnya adalah
menentukan strategi ekspor. Strategi ekspor ini harus memerhatikan:
a. Segmen pasar di NTE
b. Produk yang akan dipasarkan
c. Identitas
d. Harga
e. Distribusi
f. Promosi
g. Mitra Dagang
5.
Dengan
strategi ekspor ini maka Eksportir akan lebih mudah menentukan rencana bisnis,
yang meliputi jadwal kegiatan, rencana keuangan (cash flow, profit & loss)
6.
Setelah
cukup terarah selanjutnya Eksportir dapat mulai menentukan bagaimana prosedur
bisnis ekspor yang memungkinkan, prosedur bisnis ekspor ini meliputi pembiayaan
ekspor, prosedur ekspor dan pembayaran ekspor
7.
Apabila
strategi ini dirasakan masih kurang menguntungkan maka Eksportir dapat meninjau
ulang di mana letak kesalahannya, dengan begitu penentuan strategi ekspor pun
akan semakin optimal sehingga akan meminimalisir kerugian finansial
Apabila Negara Tujuan Ekspor ini telah pasti selanjutnya
yang harus diperhatikan adalah Persyaratan Masuk Pasar Ekspor (PMPE) yang
terdiri dari:
1.
Bea
masuk dan kuota
2.
Persyaratan
berdasar UU NTE
3.
Persyaratan
di luar NTE
4.
Persyaratan
khusus dari pembeli
Dengan melakukan
analisis terlebih dahulu terhadap produk yang ditawarkan beserta negara tujuan
ekspor diharapkan dapat memperkuat proses perencanaan eksportir baik dalah hal
perencanaan keuangan maupun perencanaan pemasaran, sehingga eksportir dapat
terhindar dari biaya-biaya yang tidak diperlukan.
9.3
Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia
PT. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau PT. Indonesian
Eximbank dibentuk
melalui UU No.2 Tahun 2009, disebutkan bahwa lembaga ini adalah fasilitas yang
diberikan kepada badan usaha termasuk perorangan dalam rangka mendorong
kegiatan ekspor nasional
1.
Memberikan
bantuan dalam rangka ekspor, dalam bentuk Pembiayaan, dalam rangka menghasilkan
barang dan jasa dan/atau usaha lain yang menunjang Ekspor;
2.
Menyediakan
pembiayaan bagi transaksi atau proyek yang dikategorikan tidak dapat dibiayai
oleh perbankan tetapi mempunyai prospek (non-bankable
but feasible) untuk peningkatan ekspor nasional; dan
3.
Membantu
mengatasi hambatan yang dihadapi oleh Bank atau Lembaga Keuangan dalam
penyediaan pembiayaan bagi Eksportir yang secara komersial cukup potensial
dan/atau penting dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Penjaminan, dan Asuransi
guna pengembangan
Produk
keuangan yang ditawarkan:
A. Pembiayaan
Konvensional
1. Buyer’s
credit
Fasilitas
pembiayaan yang diberikan kepada Importir oleh Indonesian Eximbank dalam rangka
meningkatkan ekspor terkait
2. Kredit
investasi ekspor
Pembiayaan
yang diberikan kepada eksportir untuk membiayai investasi dalam rangka
meningkatkan kapasitas produksi untuk kegiatan ekspornya
3. Kredit
modal kerja ekspor (KMKE)
Pembiayaan
yang diberikan berdasarkan kebutuhan modal kerja eksportir. Produk ini dapat
dibagai menjadi dua, yaitu:
a. KMKE transaksional, diberikan
berdasarkan modal kerja dalam satu cycle
b. KMKE tahunan, diberikan sesuai
kebutuhan modal kerja berdasarkan data historis penjualan dan proyeksi ekspor
dalam satu tahu ke depan (dengan memerhatikan trade cycle yang bersangkutan)
4. Pembiayaan
L/C impor atau Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)
Fasilitas
pembiayaan atas kewajiban pembayaran L/C atau SKBDN yang diterbitkan Bank
pelaksana dalam rangka pembelian (impor) bahan baku, suku cadang atau mesin
yang mendukung kegiatan produksi barang atau jasa ekspor
5. Penerbitan
L/C impor
Fasilitas
pembiayaan yang diberikan oleh Indonesian Exim bank untuk menerbitkan L/C dalam
rangka pengadaan bahan baku, suku cadang atau mesin untuk mendukung kegiatan
ekspor
6. Penerbitan Standby
Letter of Credit (SBLC)
Fasilitas
Penerbitan Standby L/C adalah fasilitas yang diberikan oleh Indonesia Eximbank
kepada Eksportir dalam bentuk jaminan yang diterbitkan untuk menjamin risiko
yang dihadapi beneficiary jika Importir melakukan wanprestasi
atas kontrak/perikatan yang menjadi dasar penerbitan SBLC.
7. Tagihan
ekspor
Fasilitas
Pengambil Alihan Tagihan Ekspor atau Tagihan Dalam Rangka Ekspor adalah
fasilitas pembiayaan yang diberikan olehIndonesia
Eximbank dalam bentuk
pengambilalihan tagihan ekspor barang maupun jasa secara diskonto dengan hak
regres (with recourse)
atau hak untuk menagih kepada pemegang wesel jika terjadi non-akseptasi atau
non pembayaran
8. Trust
receipt
Fasilitas
yang diberikan Indonesia Eximbank kepada Eksportir untuk mengeluarkan barang
atau bahan baku yang diimpor, di pelabuhan/kapal untuk kemudian diproses dan
dijual, hasil penjualan ini akan digunakan untuk menyelesaikan kewajiban
impornya
9. Warehouse
receipt financing
Fasilitas
pembiayaan modal kerja oleh Indonesia Eximbank kepada Eksportir yang
pelaksaannya dikaitkan dengan nilai barang/komoditas milik Eksportir yang ada
di gudang yang dikelola oleh warehouse manager
B. Syariah
1.
Anjak Hutang Syariah
Anjak
Hutang Syariah adalah pengalihan hutang dari pihak yang berhutang kepada pihak
lain yang wajib menanggungnya sehingga Eksportir. Dalam hal ini nasabah
eksportir yang berhutang kepada issuing Bank mengalihkan hutangnya kepada Divisi
Syariah Indonesia Eximbank, Divisi ini akan membayar kepada negotiating
Bank, kemudian Divisi ini juga akan melakukan penagihan kepada
nasabah Eksportir
2. Pembiayaan
Investasi Ekspor Syariah
Fasilitas
pembiayaan investasi ekspor berdasarkan kebutuhan investasi Eksportir dengan
menggunakan prinsip Syariah. Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk membayar tagihan tersebut
dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil
3. Pembiayaan
L/C Impor Syariah
Produk
penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip Murabahah dan
Wakalah yang diberkan Divisi Syariah Indonesia Eximbank untuk melunasi
pembiayaan L/C atas nama Nasabah untuk pembelian barang impor/local
4. Pembiayaan
Modal Kerja Ekspor Syariah (MKE)
Fasilitas
pembiayaan yang diberikan oleh Indonesia Eximbank berdasarkan kebutuhan modal
kerja Eksportir dalam rangka ekspor dengan menggunakan prinsip syariah.
Pembiayaan ini berdasarkan persetujuan para pihak yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil
C. Penjaminan
1.
Penjaminan Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE)
Fasilitas
penjaminan yang diberikan oleh Indonesia Eximbank sebagai penjamin kepada Bank
Umum sebagai terjamin atas resiko tidak terpenuhinya kewajiban keuangan oleh
Eksportir yang menerima KMKE dari Bank Umum tersebut
2. Penjaminan
L/C Impor
Fasilitas
dalam bentuk penjaminan (confirmation)
atas L/C yang diterbitkan oleh Bank lain atas permintaan Nasaah/Eksportir untuk
pengadaan bahan baku, suku cadang atau mesin dalam rangka kegiatan ekspor
barang dan jasa
D. Asuransi
Produk yang memberikan perlindungan bagi Eksportir
Indonesia maupun Investor Indonesia di luar negeri dari kemungkinan kerugian
yang disebabkan oleh risiko komersial maupun risiko politik. asuransi ini
meliputi:
1.
Asuransi
atas risiko kegagalan ekspor
2.
Asuransi
atas risiko kegagalan pembayaran
3.
Asuransi
atas investasi yang dilakukan oleh Perusahaan Indonesia di luar negeri
4.
Asuransi
atas risiko politik di suatu Negara yang menjadi tujuan ekspor
D. Jasa
Konsultansi
Untuk jasa konsultasi ini, Indonesia Eximbank menyediakan
jasa konsultasi berupa:
1. Pelatihan
dan Penyediaan Informasi Trade Finance
2. Technical
Assistance
BAB X
PERIZINAN DAN BEA CUKAI EKSPOR
10.1 Larangan Ekspor
Menurut peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor:
01/M-DAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007. Disebutkan bahwa barang-barang
ekspor diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Jenis
barang yang diatur tata niaga ekspornya
Jenis
barang ini hanya dapat diekspor oleh eksportir terdaftar saja. Sedangkan
eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapatkan
pengakuan dari Kementerian Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan.
Suatu
barang yang diatur ekspornya karena pertimbangan :
1. Meningkatkan devisa dan daya
saing
2. Terikat dengan perjanjian
internasional
3. Kelestarian alam
4. Tersedianya bahan baku
Barang
Diatur ekspornya ini meliputi :
1. Produk Perkebunan : kopi
digongsang / tidak digongsang, olahan
2. Produk
Kehutanan :
produk dari rotan ataupun kayu
3. Produk
Industri : asetat
anhidrida, asam fenilasetat, efedrin, aseton, butanol
4. Produk
Pertambangan
: intan, timah, emas
2. Jenis
barang yang diawasi ekspornya
Barang
yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang telah mendapatkan
persetujuan ekspor dari Kementerian Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk.
Barang
yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dilakukan oleh
eksportir yang telah mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau
pejabat yang ditunjuk (eksportir khusus).
Suatu
barang diawasi ekspornya karena pertimbangan untuk menjaga keseimbangan pasokan
di dalam negeri agar tidak mengganggu konsumsi dalam negeri.
Barang
Diawasi ekspornya ini meliputi:
a. Produk Peternakan : bibit
sapi, sapi bukan bibit, kerbau, kulit Buaya, wet blue, binatang liar
dan tumbuhan (appendix II
cites)
b. Produk Perikanan : ikan
napoleon, wirasse, benih ikan bandeng
c. Produk Perkebunan : inti
kelapa sawit (palm kernel)
d. Produk Pertambangan : gas,
kokas/minyak petroleum, bijih logam Mulia, perak, emas,
e. Produk industri : sisa dan scrap dari besi, baja steinless, tembaga,
kuningan, aluminium, pupuk urea
3. Jenis
barang yang dilarang ekspornya
Suatu barang yang dilarang ekspornya karena pertimbangan
:
1.
Menjaga
kelestarian alam
2.
Tidak
memenuhi standar mutu
3.
Menjamin
kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin
4.
Peningkatan
nilai tambah
5.
Merupakan
barang bernilai sejarah dan budaya
Barang Dilarang ekspornya ini meliputi:
a. Produk Pertanian: anak ikan
dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia, udang galah ukuran 8
cm dan udang panaedae
b. Produk Kehutanan: kayu bulat,
bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu
gergajian
c. Produk Kelautan: pasir laut
d. Produk Pertambangan: bijih
timah dan konsentratnya, abu dan residu yang mengandung arsenik, logam atau
senyawanya dan lainnya, terutama yang mengandung timah dan batu mulia
4. Jenis
barang yang bebas
Semua
jenis barang yang tidak tercantum dalam peraturan di atas dikategorikan sebagai
barang bebas ekspor, namun tentunya eksportir harus memenuhi persyaratan
sebagai eksportir terlebih dahulu
10.2 Bea dan Cukai
Prosedur Pajak
Apabila barang ekspor terkena pajak ekspor maka pajak
ekspor harus dilunasi sebelum dimasukkan ke sarana pengangkut. Pajak ekspor ini
dihitung berdasarkan harga patokan ekspor (HPE) dan harga patokan ekspor ini
ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dalam bentuk peraturan Menteri Perdagangan
yang berlaku untuk suatu periode tertentu dengan memerhatikan pertimbangan
Menteri Teknis dan asosiasi terkait. HPE ini berpedoman pada harga rata-rata
internasional dan atau harga harga rata-rata FOB di beberapa pelabuhan di
Indonesia.
Tarif pungutan ekspor (TPE) yang digunakan sebagai dasar
perhitungan adalah TPE yang yang berlaku saat pemberitahuan ekspor barang (PEB)
didaftarkan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, begitu juga dengan HPE, HPE
yang digunakan adalah HPE yang berlaku pada saat PEB didaftarkan pada Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai.
Cara perhitungan pajak ekspor
1. Terhadap
barang ekspor yang dikenakan tarif ad valorem (persentase), Pajak Ekspor dihitung
sebagai berikut:
Pajak
Ekspor = Tarif Pajak Ekspor x Harga Patokan Ekspor x Jumlah Satuan Barang x
Kurs
2. Terhadap
barang ekspor yang dikenakan tarif ad naturam (spesifik), Pajak Ekspor dihitung
sebagai berikut:
Pajak
Ekspor = Tarif Pajak Ekspor x Jumlah Satuan Barang x Kurs
Pembayaran
pungutan ekspor ini dapat dilakukan di Bank Devisa atau di Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai:
Komoditas yang Terkena Pungutan Ekspor:
1. Rotan,
terdiri dari:
a. Rotan asalan yang sudah
dirunti, dicuci, diasap dan dibelerangi dari segala jenis;
b. Rotan dipoles halus;
c. Hati rotan; dan
d. Kulit rotan
2. Kayu,
terdiri dari:
a. Veener
b. Bahan baku serpih
c. Kayu olahan
3. Kelapa
sawit, CPO dan Produk turunannya terdiri dari:
a. Kelapa sawit/tandan buah segar
dan inti (biji) kelapa sawit dan;
b. Crude palm oil/CPO (crude olein/CRD; Refined
bleached deodorized palm oil/RBD PO; Refined
bleached deodorized palm olein/RBD olein)
4. Kulit,
terdiri dari:
a. Jangat dan kulit mentah/pickled dari hewan sapi/kerbau dan biri-biri
dan
b. Kulit disamak/wet blue dari hewan sapi/kerbau, biri-biri dan
kambing
Flowchart Perizinan Pabean
Secara garis besar prosedur kepabeanan untuk proses
ekspor barang adalah sebagai berikut:
1. Barang
yang akan diekspor wajib diberitahukan terlebih dahulu ke kantor pabean dengan
mengisi dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB)
2. Pendaftaran
PEB disertai dengan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan dilengkapi dokumen
pelengkap. PEB disampaikan paling cepat 7 hari sebelum tanggal perkiraan ekspor
dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk Kawasan Pabean. Dokumen pelengkap
pabean:
a. Invoice dan Packing
List
b. Bukti Bayar PNBP (Pendapatan
Negara Bukan Pajak)
c. Bukti Bayar Bea Keluar (dalam
hal barang ekspor dikenai Bea Keluar)
d. Dokumen dari intansi teknis
terkait (dalam hal barang ekspor terkena ketentuan larangan dan/atau
pembatasan)
Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE
(Pertukaran Data Elektronik) kepabeanan, eksportir/PPJK (Pengusaha Pengurusan
Jasa Kepabeanan) wajib menyampaikan PEB dengan menggunakan sistem PDE
Kepabeanan
3. Pelunasan
pajak ekspor jika barang ekspor tersebut dikenai pajak ekspor. Penyampaian PEB
ini dapat dilakukan oleh eksportir atau dikuasakan kepada PPJK
4. Pemeriksaan
fisik barang ekspor dan penelitian dokumen
5. Persetujuan
dan pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut
10.3 Pemeriksaan
I. PEMBERITAHUAN EKSPOR
1. Ekspor barang wajib PEB
Bahwa setiap barang ekspor menggunakan
dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang dapat dibuat dengan mengisi
formulir atau dikirim melalui media elektronik.
2.
Tidak diperlukan PEB/ Dikecualikan
dari Pembuatan PEB
Dikecualikan dari pembuatan PEB,
ekspor barang tersebut di bawah ini :
a. Barang penumpang dan barang
awak sarana pengangkut dengan menggunakan Deklarasi Pabean;
b. Barang pelintas batas yang
menggunakan Pemberitahuan Pabean sesuai ketentuan perjanjian perdagangan
pelintas batas;
c. Barang dan atau kendaraan
bermotor yang diekspor kembali dengan menggunakan dokumen yang diatur dalam
ketentuan Kepabeanan Internasional (ATA CARNET, TRIPTIEK ATAU CPD CARNET) .
d. Barang kiriman melalui PT.(
Persero ) Pos Indonesia dengan menggunakan Declaration En Douane (CN 23).
II. PROSEDUR PEMERIKSAAN PABEAN ATAS BARANG EKSPOR
1.
Terhadap
barang ekspor hanya dilakukan penelitian dokumen.
2.
Dalam
hal tertentu diadakan pemeriksaan fisik, dan dilaksanakan oleh :
a. DIREKTORAT
JENDERAL BEA DAN CUKAI ,
terhadap barang ekspor yang :
a.
Berdasarkan
petunjuk kuat akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran ketentuan
di bidang ekspor;
b.
Berdasarkan
informasi dari Direktorat Jenderal Pajak terdapat petunjuk kuat akan terjadi
pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran ketentuan di bidang perpajakan dalam
kaitannya dengan restitusi PPN dan PPn BM; atau;
c.
Akan
dimasukkan kembali ke dalam Daerah Pabean (re-impor)
Pemeriksaan
dapat dilaksanakan di
:
§
Kawasan
Pabean,
§
Gudang
eksportir, atau
§
tempat
lain yang digunakan eksportir untuk menyimpan barang ekspor.
b. SURVEYOR,
terhadap barang ekspor yang:
Seluruhnya atau sebagian berasal dari
barang impor yang mendapatkan fasilitas pembebasan Bea Masuk, penangguhan
pembayaran PPN / PPn BM, dan pengembalian Bea Masuk serta pembayaran
pendahuluan PPN/PPn BM.Pemeriksaan dilaksanakan di tempat yang ditunjuk oleh
eksportir di luar Kawasan Pabean.
III. PENGAJUAN PEB
Eksportir atau kuasanya mengisi PEB
dengan lengkap dan benar dan mengajukannya kepada Kantor Pabean dengan
dilampiri :
1.
LPS-E
dalam hal barang ekspor wajib diperiksa oleh Surveyor;
2.
Copy
Surat Tanda Bukti Setor (STBS) atau copy Surat Sanggup Bayar (SSB) dalam hal
barang ekspor dikenakan pungutan ekspor;
3.
Copy
invoice dan copy packing list;
4.
Copy
dokumen pelengkap pabean lainnya yang diwajibkan sebagai pemenuhan ketentuan
kepabeanan di bidang ekspor.
5.
Pelunasan
Pungutan Negara Dalam Rangka Ekspor (PNDRE). PEB untuk barang yang terutang
PNDRE terlebih dahulu diajukan ke Bank Devisa untuk pelunasannya.
IV. PEMASUKAN BARANG EKSPOR KE KAWASAN PABEAN
1.
Pemasukan
barang ekspor ke Kawasan Pabean atau ke Tempat Penimbunan Sementara dilakukan
dengan menggunakan PEB atau dokumen pelengkap pabean dalam hal pelaksanaan
ekspor dilakukan dengan PEB Berkala.
2.
Atas
barang ekspor yang diperiksa Surveyor, selain disertai dengan PEB juga harus
dilampiri CTPS;
3.
Dalam
hal pengangkutan barang ekspor dilakukan dengan menggunakan peti kemas Less
Container Load (LCL), seluruh PEB dari barang ekspor dalam peti kemas
yang bersangkutan harus diajukan secara bersamaan dan diberitahukan oleh
konsolidator dalam dokumen konsolidasi ekspor.
V. PENDAFTARAN PEB
Pejabat Bea dan Cukai membukukan PEB
ke dalam Buku Catatan Pabean dan memberi nomor dan tanggal pendaftaran;
VI. PENELITIAN DOKUMEN
Pejabat Bea dan Cukai melakukan
penelitian dokumen terhadap PEB bersangkutan, yang meliputi :
a.
Kelengkapan
dokumen pelengkap pabeannya, berupa dokumen seperti tersebut pada butir 1 di
atas.
b.
Kebenaran
pengisian PEB;
c.
Kebenaran
penghitungan pungutan negara yang tercantum dalam bukti pelunasan PNDRE;
VII. PERSETUJUAN MUAT
Dalam hal penelitian dokumen kedapatan
sesuai, Pejabat Bea dan Cukai memberikan persetujuan muat pada PEB tersebut
dengan mencantumkan nama tempat, tanggal, tanda tangan, nama terang, NIP serta
cap dinas pada PEB yang bersangkutan.
VIII. PEMBETULAN/PERUBAHAN
1.
Dalam
hal penelitian dokumen tidak sesuai, PEB dikembalikan kepada eksportir untuk
diadakan pembetulan/perubahan.
2.
Pembetulan
atau perubahan isi PEB dapat dilakukan sebelum atau sesudah persetujuan muat
diberikan oleh Pejabat Bea dan Cukai dari Kantor tempat PEB didaftarkan.
IX. PEMUATAN
Pemuatan barang ekspor ke atas sarana
pengangkut dilaksanakan setelah mendapat persetujuan muat dari Pejabat Bea dan
Cukai
X. PENGANGKUTAN :
1.
Pengangkut
yang sarana pengangkutnya meninggalkan Kawasan Pabean dengan tujuan ke luar
Daerah Pabean, wajib memberitahukan barang yang diangkutnya dengan menggunakan
pemberitahuan berupa manifes (outward manifest) barang ekspor yang diangkutnya
kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean paling lambat 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak keberangkatan Sarana Pengangkut.
2.
Barang
ekspor yang diangkut lanjut ke tempat lain dalam Daerah Pabean wajib
diberitahukan oleh pengangkutnya kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor tempat
transit dengan menggunakan copy PEB barang ekspor yang bersangkutan dan daftar
Rekapitulasi PEB yang telah ditandasahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di
tempat pemuatan.
3.
Barang
ekspor yang diangkut dalam daerah pabean melalui luar daerah pabean,
sebelum sarana pengangkut meninggalkan tempat pemuatan, mengajukan Pemberitahuan Pengangkutan Barang
Asal Daerah Pabean dari Satu Tempat Lain melalui Luar Daerah Pabean (BC1.3)
XI. TATACARA PEMERIKSAAN FISIK BARANG OLEH SURVEYOR
1.
Pemeriksaan
barang dilakukan oleh Surveyor setelah adanya Permintaan Pemeriksaan Barang
Ekspor (PPBE) dari eksportir .
2.
PPBE
diajukan oleh eksportir paling lama 3 (tiga) hari kerja sebelum pemeriksaan.
3.
Pemeriksaan
meliputi :
a. jenis barang,
b. jumlah barang,
c. spesifikasi teknis,
d. klasifikasi barang berdasarkan
HS,
e. jenis kemasan,
f. merek kemasan,
g. harga satuan dan harga total;
dan
h. pemenuhan ketentuan di bidang
ekspor.
4.
Terhadap
barang yang telah dilakukan pemeriksaan, Surveyor memasang Tanda Pengenal
Surveyor (TPS) dan menuangkan hasil pemeriksaan barang ke dalam LPS-E.
5.
LPS-E
diterbitkan dalam rangkap 5 (lima) :
a. Lembar 1 (satu) untuk
keperluan eksportir;
b. Lembar 2 (dua) untuk Kantor
Pabean tempat pemuatan;
c. Lembar 3 (tiga) untuk instansi
yang memberikan fasilitas;
d. Lembar 4 (empat) dan 5 (lima)
untuk Surveyor
XI. FASILITAS PEB BERKALA
1.
PEB
berkala adalah PEB yang diajukan untuk seluruh transaksi ekspor dalam periode
waktu tertentu
2.
Eksportir
dapat memberitahukan ekspor barang yang dilaksanakan dalam periode waktu yang
ditetapkan dengan menggunakan PEB Berkala.
3.
Penggunaan
PEB Berkala, dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atau
Pejabat yang ditunjuknya.
4.
Persetujuan
dapat diberikan dalam hal eksportir mempunyai reputasi yang baik dan :
a. Frekuensi ekspornya tinggi
b. Jadual sarana pengangkut
barang ekspor tersebut tidak menentu
c. Lokasi pemuatan barang ekspor
tersebut jauh dari Kantor Pabean dan/atau Bank Devisa;
d. Barang yang bersangkutan
diekspor melalui saluran pipa atau jaringan transmisi; atau
e. Berdasarkan pertimbangan Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya, pengeksporan barang perlu menggunakan
PEB Berkala.
XII. SANKSI ADMINISTRASI
1.
Dalam
hal pembetulan atau perubahan isi PEB sebagai akibat salah memberitahukan jenis
dan/atau jumlah barang, eksportir dikenai sanksi administrasi berupa denda
paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling sedikit
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
2.
Eksportir
yang tidak melaporkan pembatalan ekspornya dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebesar
Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
3.
Eksportir
yang tidak menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan surat-menyurat yang
bertalian dengan ekspor dan perbuatan tersebut tidak menyebabkan kerugian
keuangan negara dikenai sanksi administrasi Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
4.
Pengangkut
yang tidak mengajukan pemberitahuan barang yang diangkut dikenai sanksi
administrasi sebesar
Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
XIII. LAIN-LAIN
1.
Di
luar hari dan jam kerja Bank Devisa, pelunasan pungutan negara dalam rangka
ekspor dapat dilakukan di Kantor Pabean;
2.
Barang
yang telah diberitahukan untuk diekspor, sementara menunggu pemuatannya dapat
ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara.
3.
Pemuatan
barang ekspor dilakukan :
a.
Di
Kawasan Pabean; atau
b.
Di
tempat lain yang dipersamakan dengan Kawasan Pabean berdasarkan izin dari
Kepala Kantor yang mengawasi tempat yang bersangkutan.
4.
Barang
yang telah diberitahukan untuk diekspor, jika dibatalkan ekspornya, wajib
dilaporkan kepada Pejabat Bea dan Cukai tempat PEB didaftarkan.
5.
Eksportir
diwajibkan menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan catatan serta surat
menyurat yang bertalian dengan ekspor
BAB XI
TRANSAKSI DENGAN LETTER OF CREDIT (L/C)
11.1 Istilah dan Definisi L/C
Letter of credit,
atau sering disingkat menjadi L/C, LC, atau LOC, adalah sebuah cara pembayaran
internasional yang memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa menunggu
berita dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan keluar
negeri (kepada pemesan).
Pengertian Letter of Credit atau
dalam bahasa Indonesia disebut Surat Kredit Berdokumen merupakan salah satu
jasa yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian barang, berupa penangguhan
pembayaran pembelian oleh pembeli sejak LC dibuka sampai dengan jangka waktu
tertentu sesuai perjanjian. Berdasarkan pengertian tersebut, tipe perjanjian
yang dapat difasilitasi LC terbatas hanya pada perjanjian jual – beli,
sedangkan fasilitas yang diberikan adalah berupa penangguhan pembayaran. Jenis
dan Manfaat Letter of Credit Isi dari perjanjian LC mencakup banyak hal seperti
jangka waktu, pembatalan, cara pembayaran dan lain – lain.
11.2 Tujuan dan Fungsi L/C
L/C merupakan janji membayar
dari Issuing Bank kepada Beneficiary/
Eksportir/ penjual yang mana pembayarannya hanya dapat dilakukan oleh Issuing Bank jika Beneficiary menyerahkan
kepada Issuing Bank dokumen-dokumen yang sesuai dengan
persyaratan L/C.
Dalam perdagangan
internasional, cara pembayaran yang dipilih sangat bergantung padabargaining power dari penjual dan pembeli dikaitkan
dengan resiko yang mungkin terjadi pada mereka. Dari kelima mekanisme
pembayaran tersebut di atas, mekanisme pembayaran dengan mempergunakan L/C
lebih memberikan keamanan baik bagi importir maupun eksportir.
L/C sebagai alat pembayaran
sangat disukai secara internasional karena unsur janji pembayaran dari Issuing
Bank, sehingga penjual/eksportir merasa aman mengirimkan barangnya,
dilain sisi pembeli merasa aman dalam melaksanakan pembayaran karena pembayaran
hanya akan dilakukan oleh Issuing Bank apabila dokumen yang mewakili barang
yang dibeli sesuai dengan persyaratan L/C.
11.3 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan L/C Bank
Letter of Credit memiliki beberapa peran dalam
perdagangan internasional, diantaranya :
1. memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor
2. mengamankan dana yang disediakan importir untuk
membayar barang impor
3. menjamin kelengkapan dokumen pengapalan
Karena eksportir dan importir terpisah baik secara
geografis maupun geopolitik, dan secara pribadi antara eksportir dan importir
tidak saling mengenal, bagi eksportir merupakan risiko besar mengirimkan barang
bila tidak ada jaminan pembayaran. Oleh karena itu untuk mendapatkan jaminan
tersebut eksportir meminta kepada importir agar membuka L/C untuknya. L/C
inilah yang merupakan jaminan atas pelunasan barang yang akan dikirimkan leh
eksportir. Sebaliknya, pembukaan L/C merupakan jaiminan pula bagi importir
bersangkutan untuk memperoleh pengapalan barang secara utuh sesuai yang
diinginkannya, sedangkan dana L/C tersebut tidak akan dicairkan tanpa penyerahan
dokumen pengapalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Letter of Credit
merupakan suatu instrumen yang ditawarkan bank devisa untuk memudahkan lalu
lintas pembiayaan dalam transaksi perdagangan internasional.
Keuntungan transaksi L/C
Manfaat yang
dapat diharapkan oleh bank dengan memberikan fasilitas Letter of Credit kepada
nasabahnya antara lain adalah:
1.
Penerimaan
biaya administrasi berupa provisi/komisi yang merupakan fee based income bagi
bank.
2.
Pengendapan
dana setoran yang merupakan dana murah bagi bank.
3.
Pemberian
pelayanan kepada nasabahnya sehingga nasabah menjadi lebih loyal kepada bank.
Keuntungan yang diperoleh eksportir dari L/C :22
1. Kepastian pembayaran dan menghindari risiko. Sekalipun
eksportir tidak mengenal importir, tetapi dengan adanya L/C sudah merupakan
jaminan bagi eksportir bahwa tagihannya pasti dilunasi bank sesuai ketentuan.
Reputasi atau nama baik bank yang membuka L/C merupakan jaminan pokok, dan
jaminan pembayaran itu akan menjadi ganda bila bank devisa yang bertindak
sebagai Advising Bank juga memberikan konfirmasinya. Jadi risiko untuk
tidak terbayar menjadi sangat minim. Di sini terlihat besarnya peranan bank
dalam memperlancar perdagangan internasional.
2.
Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan Bila
barang sudah dikapalkan, maka dengan adanya L/C shipping documents dapat
langsung diuangkan atau dinegosiasikan dengan Advising Bank dan tidak
perlu lagi menunggu pembayaran atau kiriman uang dari importir. Advising
Bank atau Negotiating Bank tidak ragu untuk melunasi dokumen
pengapalan itu karena pembayarannya sudah dijamin oleh Opening Bank.
Sebaliknya, bila tidak ada L/C maka eksportir tidak mungkin menegosiasikan shipping
documents sehingga harus menunggu transfer atau kiriman uang lebih dahulu
dari importir, atau dokumen harus dikirimkan dulu untuk "Collection"
3.
Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen
relatif kecil bila ada L/C
4.
Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta Di berbagai
negara terdapat pembatasan transfer valuta asing dan diperlukan izin impor
sebelum dilakukan pembukaan L/C. Bank devisa di negara importir sudah
mengetahui ketentuan ini dan mereka baru bersedia membuka L/C bila semua
ketentuan Pemerintah sudah dipenuhi oleh importir. Oleh karena itu, pada setiap
pembukaan L/C Opening Bank sudah menyediakan valuta asing untuk setiap
tagihan yang didasarkan pada L/C tersebut. Dengan demikian eksportir terhindar
dari risiko non-payment yang mungkin terjadi bila transaksi dilakukan tanpa
L/C.
5.
Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit tanpa
bunga bila importir bersedia membuka L/C dengan syarat "Red Clause", maka
eksportir dapat memperoleh uang muka dari L/C yang tersedia. Ini berarti
eksportir mendapat kredit tanpa bunga atau semacam uang panjar yang biasanya
diperlukan untuk memulai produksi barang yang akan diekspor itu.
Keuntungan L/C bagi importir:23
1.
Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa Opening Bank meminjamkan
nama baik dan reputasinya kepada importer sehingga dapat dipercayai oleh
eksportir. Eksportir yakin bahwa barang yang akan dikirimkan pasti akan
dibayar.
2.
L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa dokumen
atas barang yang dipesan akan diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh,
karena akan diteliti oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam hal itu.
3.
Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk
pengamanan yang pasti akan dipatuhi oleh eksportir agar dapat menarik uang dari
L/C yang tersedia.
Namun demikian, LC juga mempunyaj kelemahan-kelemahan disamping
kelebihan-kelebihan yang dirasakan sangat bermanfaat bagi eksportir maupun
importir. Kelemahan tersebut antara lain:
1.
Prosedur yang digunakan memakan waktu cukup lama.
2.
Besamya biaya yang harus ditanggung oleh importir dan
eksportir dalam kaitannya dengan jasa Bank, yaitui: biaya komisi, biaya bunga,
biaya telex, biaya akseptasi.
11.4 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam L/C
Pada umumnya pihak-pihak
yang terlibat dalam transaksi L/C adalah:
1.
Pemohon (Applicant)
Adalah
pihak yang memohon untuk diterbitkan L/C yang dalam hal ini umumnya adalah
pembeli/importir.
2.
Bank
Penerbit (Issuing Bank)
Adalah
bank yang atas permintaan Applicant menerbitkan L/C.
3.
Penerima (Beneficiary)
Adalah
pihak kepada siapa L/C diterbitkan/diperuntukkan yang dalam hal ini adalah
eksportir.
4.
Bank Penerus (Advising
Bank)
Bank
yang melakukan otentikasi atas L/C yang diterima dan menginformasikan Beneficiary mengenai penerimaan L/C tersebut.
5.
Bank yang ditunjuk (Nominated
Bank)
L/C
seperti melakukan negosiasi (selanjutnya disebut Negotiating Bank), melakukan
konfirmasi (selanjutnya disebut Confirming Bank)
dan lain-lain.
6. Bank Penegosiasi (Negotiating Bank)
Bank
yang melakukan negosiasi/pengambil-alihan atas dokumen ekspor dan karenanya
membayar terlebih dahulu kepada Beneficiary dan untuk selanjutnya menagih
pembayaran kepada Issuing Bank.
6.
Bank Pengkonfirmasi (Confirming
Bank)
Bank
yang memberikan konfirmasi atau jaminan kepada Beneficiary apabila Issuing
Banktidak melakukan pembayaran sebagaimana yang diperjanjikan dalam
L/C.
11.5 Mekanisme Pembayaran Dengan L/C
1.
Applicant mengajukan permohonan kepada Issuing
Bank untuk menerbitkan L/C dalam rangka transaksi pembelian barang
dari penjual/eksportir.
2.
Issuing Bank
menerbitkan L/C yang ditujukan
kepada Beneficiary melalui Advising Bank di
negara dimana Beneficiary berlokasi.
3.
Advising
Bank akan melakukan otentikasi atas
kebenaran penerbit L/C dan selanjutnya memberitahukan Beneficiary mengenai
telah diterimanya L/C untuk kepentinganBeneficiary.
4.
Beneficiary akan mempersiapkan barang dan dokumen(-dokumen)
yang diperlukan sesuai dengan L/C yang diterima serta menyerahkan dokumen
tersebut kepada Nominated Bank.
5.
Nominated
Bank akan menerima dokumen
dari Beneficiary dan meneruskannya kepadaIssuing Bank.
6.
Issuing Bank akan memeriksa dokumen yang diterima apakah
telah memenuhi seluruh persyaratan dari L/C. Apabila telah memenuhi seluruh
persyaratan L/C, maka Issuing Bank melakukan pembayaran
kepada Beneficiary.
7.
Issuing Bank menagih pembayaran kepada Applicant dan
setelah pembayaran diterima menyerahkan dokumen kepada Applicant
8.
Applicant dengan menggunakan dokumen yang diterima
dari Issuing Bank mengeluarkan barang dari pelabuhan.
11.6 Jenis-Jenis L/C yang Umum
1.
Revocable L/C
Adalah
L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak oleh opener atau oleh issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari beneficiary.
2.
Irrevocable L/C
Irrevocable
L/C adalah
L/C yang tidak bisa dibatalkan selama jangka berlaku (validity) yang
ditentukan dalam L/C tersebut danopening bank tetap menjamin untuk menerima
wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan mungkin juga dilakukan,
tetapi harus atas persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan L/C
tersebut.
3.
Irrevocable dan Confirmed L/C
L/C
ini diangggap paling sempurna dan paling aman dari sudut penerima L/C (beneficiary)
karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin
sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala
syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable.
4.
Clean Letter of Credit
Dalam
L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan suatu wesel.
Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang dari kredit yang
tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa.
5.
Documentary Letter of Credit
Penarikan
uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen lain sebagaimana
disebut dalam syarat-syarat dari L/C.
6.
Documentary L/C dengan Red Clause
Jenis
L/C ini, penerima L/C (beneficiary) diberi hak untuk menarik sebagian dari
jumlah L/C yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa atau dengan penarikan
wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan sisanya dilaksanakan seperti
dalam hal documentary L/C.
L/C ini merupakan kombinasi open
L/C dengandocumentary L/C.
7.
Stand by Letter of Credit
Suatu
jaminan khusus yang biasa nya dipakai sebagai "stand by" oleh pihak
beneficiary atau bank atas nama nasabah nya. Dalam hal ini apabila pihak
applicant gagal untuk melaksanakan suatu kontrak/gagal untuk membayar
pinjaman/memenuhi pinjamannya, maka Bank yang bersangkutan akan membayar kepada
pihak beneficiary atas penyerahan selembar sight draft & surat pernyataan
dari pihak beneficiary yang menyatakan bahwa applicant atau kontraktor tidak
dapat melaksanakan kontrak yang di setujui, membayar pinjaman/memenuhi
kewajibannya.
11.7 Jenis-Jenis L/C yang Khusus
Beberapa jenis L/C khusus baik
yang diatur dalam UCP ataupun yang dikenal dalam praktek, adalah sebagai
berikut:
1. Transferable L/C (pasal 48 UCP) merupakan L/C yang
dapat dialihkan olehBeneficiary,
baik sebagian atau seluruhnya, kepada satu atau beberapa pihak lainnya (pemasok)
melalui perantaraan bank, apabila Issuing Bank menyatakan demikian (bersifattransferable).
Nilai L/C yang dialihkan pada dasarnya lebih rencah dari nilai L/C semula yang
diterima dari Issuing Bank, atau
dengan kata lain Beneficary akan menerima pembayaran yang lebih besar dari Issuing
Bank disbanding
jumlah yang dibayarkanBeneficiary kepada pemasok-pemasoknya (transferee). Selama
tidak diatur lain, maka pengalihan hanya dapat dilakukan satu kali.
2. Revolving L/C merupakan L/C yang dapat dipergunakan
berulang-ulang olehBeneficiary dalam jumlah tertentu selama jangka
waktu tertentu yangditetapkan dalam L/C, tanpa perlu dilakukan penerbitan L/C
baru ataupun perubahan terhadap L/C. L/C ini diterbitkan untuk transaksi yang
berkesinambungan, yang mana segera setelah dilakukan pembayaran oleh Issuing
Bank maka L/C kembali
tersedia bagi Beneficiary sebesar nilai semula. Selama jangka
waktu tertentu, L/C meng-cover wesel-wesel dari semua transaksi
selama periode tertentu.
3. Back to Back L/C atau subsidiary
L/C atau baby
L/C atau
L/C anak. Transaksi L/C anaka ini melibatkan satu L/C
(master L/C
atau L/C induk) yang berfungsi sebagai pelindung atau pengaman atas L/C anak.
Kedua L/C tersebut merupakan L/C yang masing-masing berdiri sendiri akan tetapi
memiliki persyaratan yang sama, kecuali untuk nilai L/C dan tanggal jatuh tempo
L/C. L/C induk nilainya relatif lebih besar dibandingkan nilai L/C anak dan
tanggal jatuh tempo L/C induk lebih lama dibandingkan tanggal jatuh tempo L/C
anak.
4. Red Clause L/C adalah
L/C adalah L/C dengan klasula khusus yang secara konvensional dicetak dengan
tinta merah, yang memberikan kesempatan kepadaBeneficiary untuk melakukan penarikan dana (sebagian
atau seluruhnya dari nilai L/C) di muka (uang muka) tanpa perlu
mempresentasikan dokumen ekspor, sehingga dana yang ditarik di muka tersebut
dapat digunakan sebagai modal kerjanya.
11.8 Jangka waktu dan valuta L/C
Jangka
Waktu L/C
Pada
umumnya jangka waktu sebuah L/C dikaitkan dengan jangka waktu pembayaran
wesel L/C yang bersangkutan yang lazim dinamakan
“tenor”, yang dibedakan dalam :
1.
Sight L/C, yang mengandung syarat pembayaran berjangka
“at sight” (segera pada saat diunjuk atau diserahkan)
2.
Time L/C atau Term L/C atau Usance L/C, mengandung
syarat pembayaran berjangka yang lebih sering dikenal dengan penggunaan istilah
“usance”
Dalam hal usance L/C ada 2 alternatif syarat
pembayaran yang dapat dikaitkan, yakni :
1. negosiasi wesel “at sight”
2. negosiasi wesel “at usance”
Dalam pengertian L/C usance, apabila tidak diberikan
penjelasan-penjelasan atau persyaratan khusus, lazimnya selalu dimaksud L/C
berjangka dengan kaitannya pembayaran wesel berjangka atau usance tersebut yang
artinya bahwa terhadap penyerahan wesel L/C tersebut tidak dilakukan pembayaran
segera melainkan dilakukan akseptasi yakni menyetujui untuk melakukan
pembayaran atas wesel terebut pada waktu tertentu kemudian, sesuai
syarat-syarat L/C. Adapun jangka waktu atau tenor wesel tersebut lazimnya
adalah 30, 60, 90 sampai 180 jaro setelah penunukkan wesel atau tanggal B/L .
Valuta L/C
Valuta L/C adalah jenis mata uang yang dinyatakan
dalam L/C. Walaupun valuta US $ merupakan valuta yang paling umum digunakan
dalam transaksi ekspor impor, namun L/C dapat diterbitkan dalam valuta negara
lain sesuai dengan asal barang impor. Dalam transaksi ekspor Indonesia valuta
asing L/C haruslah “convertible” yang dapat ditukar dalam pasar uang
internasional. L/C yang dibayarkan dalam valuta asing lainnya dapat dibayar di
negara asal barang tersebut ataupun di bank-bank di Amerika Serikat atau di
negara-negara dimana bank-bank tertentu mempunyai rekening yang bersangkutan.
Itulah sebabnya bank-bank devisa di Indonesia terutama bank-bank pemerintah
mempunyai rekenig-rekening valuta asing yang berbagai jenis pada bank-bank
korespondennya di luar negeri, yang selalu harus dikelola dengan baik agar
tidak terlalu sedikit atau tidak berkelebihan jumlahnya setiap saat.
11.9 Dokumen-Dokumen dalam L/C
Syarat pembayaran L/C adalah
diterimanya dokumen-dokumen yang sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C.
Dalam pelaksanaannya, para pihak yang terkait, termasuk bank-bank yang terlibat
didalamnya (Issuing Bank, Negotiating Bank, Confirming Bank),
hanya berurusan dengan dokumen-dokumen saja, sebagaimana diatur dalam pasal 4
UCP:“In Credit operations all parties concerned deal with documents, and not
with goods, services and/or other performances to which the documents may
relate.”
Oleh karena itu bank harus melakukan
penelitian atas dokumen-dokumen sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu L/C
dapat dibayar atau tidak. Dalam melakukan pemerikasaan dokumen berpedoman pada
UCP. Pasal 13 a UCP menyatakan:
“Banks must examine all documents
stipulated in the Credit with reasonable care, to ascertain whether or not they
appear on their face to be in compliance with the terms and conditions of the
Credit. Compliance of the stipulated documents on their face with terms and
conditions of the Credit, shall be determined by international standard banking
practice as reflected in these Articles. Documents which appear on their face
to be inconsistent with one another will be considered as not appearing on
their face to be incompliance with the terms and conditions of the Credit.
Documents not stipulated in the Credit will not be examined by banks. If they
receive such documents, they shall return them to the presenter or pass them on
without responsibility.”
Bank hanya memiliki waktu 7 hari
perbankan untuk melakukan pemeriksaan dokumen dan menentukan sikap mengambil
alih atau menolak dokumen serta memberitahu pihak pengirim mengenai
pengambil-alihan atau penolakan dokumen. Hal demikian sebagaimana diatur dalam
pasal 13 b UCP;
”The Issuing Bank, the Confirming
Bank, if any, or a Nominated Bank acting on their behalf, shall each have a
reasonable time, not to exceed seven banking days following the day of receipt
of the documents, to examine the documents and determine whether to take up or
refuse the documents and to inform the party from which it received the documents
accordingly.”
Selanjutnya, bank tidak
bertanggungjawab atas bentuk, kecukupan, akurasi, keaslian ataupun legalitas
dari setiap dokumen yang diajukan kepadanya. Hal ini sebagaimana dinyatakan
dalam pasal 15 UCP sbb:
“Banks assume no liability or responsibility
for the form, sufficiency, accuracy, genuineness, falsification or legal effect
of any document(s), or for the general and/or particular conditions stipulated
in the document(s) or superimposed thereon; nor do they assume any liability or
responsibility for the description, quantity, weight, quality, condition,
packing, delivery, value or existence of the goods represented by any
document(s), or for the good faith or acts and/or omissions, solvency,
performance or standing of the consignors, the carriers, the forwarders, the
consignees, or the insurers of the goods, or any other person whom so ever.”
Pada sisi lain, pasal 13 UCP
menyatakan bahwa bank wajib untuk memeriksa dokumen untuk memastikan bahwa
dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan persyaratan L/C.
Dokumen-dokumen yang disyaratkan
dalam L/C bervariasi tergantung pada keinginan para pihak. Namun pada umumnya
terdapat tiga jenis dokumen yang disyaratkan dalam L/C, yaitu faktur dagang (commercial
invoice), Dokumen transportasi dan dokumen asuransi (insurance document).
- Faktur Dagang
Faktur dagang merupakan dokumen utama yang menerangkan
uraian barang secara rinci. Pasal 37 a UCP menyatakan:
“Unless otherwise stipulated in the credit,
commercial invoice:
1.
Must appear
on their face to be issued by the Beneficiary named in the credit (except as
provided in article 48), and
2.
Must be made
out in the name of Applicant (except as provided in
sub-article 48), and
3.
III. Not
to be signed.”
Jadi, apabila L/C tidak mensyaratkan
lain, faktur dagang harus diterbitkan olehBeneficiary dan ditujukan
kepada Applicant serta tidak perlu ditandatangani.
Faktur dagang harus memuat uraian barang secara
lengkap dan benar sesuai dengan uraian barang dalam L/C. Sedangkan dalam
dokumen lainnya barang dapat diuraikan dengan menggunakan terminologi yang
umum. Hal demikian sebagaimana diuraikan dalam pasal 37 c UCP, yang berbunyi:
“The description of the goods in
the commercial invoice must be correspond with the description in the Credit.
In all other documents, the goods may be described in general terms not
inconsistent with the description of the goods in the Credit.”
Selanjutnya mengenai nilai atau
jumlah dari faktur dagang haruslah tidak melebihi nilai L/C-nya. Apabila
nilai invoice melebihi nilai L/C-nya maka bank dapat
menolak invoicetersebut. Namun demikian apabila bank telah
dikuasakan untuk membayar sejumlah nilai L/C, maka ia tidak wajib membayar
selebihnya dari nilai invoice.
Mengenai jumlah barang, apabila L/C tidak menentukan
lain maka toleransi yang diperbolehkan adalah lebih kurang 5%. Namun
perbedaan jumlah ini tidak dapat dijadikan dasar dalam memperhitungkan
nilai invoice.
- Dokumen Transportasi
Dokumentasi pengangkutan yang sering dijumpai dalam
perdagangan antar negara adalahbill of lading. Bill of lading adalah
dokumen pengangkutan yang ditandatangani oleh pengangkut atau agennya yang
menyatakan bahwa barang telah dikapalkan dengan kapal tertentu dengan suatu
tujuan yang khusus serta mencantumkan syarat-syarat pengangkutan.
Bill of lading memiliki 3 fungsi:
1.
Tanda terima
barang oleh pemilik kapal;
2.
Kontrak
pengangkutan barang antara pengirim dan pengangkut;
3.
Dokumen
kepemilikan (title of document).
Jenis dokumen transportasi lainnya dikaitkan dengan
sifat dan/atau jenis pengangkutannya seperti ocean bill of lading,
non-negotiable sea waybill, charter party bill of lading, multimodal transport
document, air transport document, road, rail or inland waterway transport
document, courier and post receipt dll.
- Dokumen Asuransi
Dalam UCP pasal 34, dokumen asuransi antara lain
memuat hal-hal sebagai berikut:
1.
Polis
diterbitkan dan ditandatangani oleh perusahaan asuransi atau underwriter atau
agen mereka;
2.
Apabila
diterbitkan lebih dari satu dokumen asli (original), maka seluruhnya
harus diserahkan kepada Issuing Bank, kecuali diatur lain dalam
L/C;
3.
Cover note yang diterbitkan oleh perantara (broker)
tidak dapat diterima kecuali diatur lain dalam L/C;
4.
Dokumen
asuransi dengan kondisi open cover dapat diterima kecuali L/C
menentukan lain;
5.
Dokumen
asuransi harus telah berlaku selambatnya pada saat barang dimuat dalam kapal,
kecuali L/C menentukan lain;
6.
Dokumen
asuransi diterbitkan dalam valuta yang sama dengan L/C, kecuali L/C menentukan
lain.
Minimum jumlah penutupan asuransi adalah 110% dari
harga barang dengan kondisi CIF (Cost, Insurance and Freight) atau CIP (Cost
Insurance Paid). Bila harga CIF atau CIP tidak dapat ditentukan maka jumlah
penutupan asuransi adalah 110% dari jumlah pembayaran, akseptasi atau negosiasi
yang diminta dalam L/C atau 110% dari jumlah kotor yang tertera dalam invoice,
mana yang lebih besar jumlahnya.
- Wesel (Draft)
Wesel adalah sebuah alat pembayaran yang merupakan
perintah yang tidak bersyarat dalam bentuk tertulis yang ditujukan oleh
seseorang kepada orang lain, ditandatangani oleh orang yang menariknya (Drawer)
dan mengharuskan orang yang dialamatkan atau tertarik (Drawee) untuk
membayar pada saat diminta atau pada suatu waktu tertentu di kemudian hari,
sejumlah uang pada orang tertentu (Order) atau kepada pemegang
wesel tersebut (Payee).
Wesel atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
dengan draft atau bill of exchange dalam
transaksi L/C disertai dengan dokumen sehingga sering disebut sebagai documentary
draft.
BAB XII
STRATEGI DALAM BISNIS INTERNASINAL
12.1 Masuk dan Kompetisi Pasar Internasional
A.
Ekspor
Ekspor
merupakan strategi yang paling sering dijumpai dalam memasuki pasar
internasional, terutama untuk strategi masuk pertama kali. Tak jarang motivasi
ekspor karena permintaan tak terduga, misalnya ada pesanan dari pembeli
tertentu di luar negeri atau ada pelanggan domestik berekspansi ke pasar
internasional dan memesan produk untuk keperluan operasi internasionalnya.
Permintaan-permintaan semacam ini mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan
pasar internasional dan menelaah potensi pertumbuhannya.
Namun
tak jarang dijumpai pula perusahaan yang secara agresif melakukan ekspor
sebagai strategi masuk awalan untuk kemudian dikembangkan menjadi operasi
bisnis berbasis di luar negeri. Dalam berbagai kasus di mana terdapat skala
ekonomis substansial atau hanya ada sedikit pembeli di seluruh dunia (misalnya
, pasar pesawat luar angkasa), maka produksi lebih baik dikonsentrasikan di
satu atau hanya beberapa lokasi untuk kemudian diekspor ke pasar lainnya.
Contohnya, Boeing mengkonsentrasikan produksinya di pusat di Seattle,
Washington. Ekspor dapat diorganisasikan berdasarkan berbagi cara, tergantung
jumlah dan tipe perantaranya. Seperti halnya dalam perdagangan grosir, agen
ekspor-impor bervariasi menurut rangkaian fungsi yang dijalankan. Beberapa di
antaranya (seperti perusahaan manajemen ekspor) merupakan full-service
wholesalers yang melaksanakan semua fungsi berkaitan dengan ekspor.
Sementara yang lain sangat terspesialisasi dan hanya menangani beberapa aspek,
seperti pengiriman, penagihan, atau mengurus administrasi produk dari pabean.
Dalam
pengembangan saluran ekspor, perusahaan harus memutuskan fungsi-fungsi mana
saja yang akan menjadi tanggung jawab agen eksternal dan mana yang ditangani
sendiri. Secara garis besar ada tiga tipe saluran ekspor, yaitu; ekspor tidak
langsung (indirect export), ekspor bersama (cocoperative/shared
export) dan ekspor langsung (direct export). Ekspor tidak langsung
melibatkan agen ekspor, biasanya perusahaan manajemen ekspor. Saluran ekspor
bersama mencakup kesepakatan kolaboratif dengan perusahaan lain berkenaan
dengan kinerja fungsi ekspor. Dalam ekspor langsung, perusahaan menangai fungsi
ekspor secara internal melalui organisasi penjualan yang berlokasi di pasar
domestic atau pasar luar negeri. Keunggulan dan kelemah ekspor dikupas dalam
tabel.
Tabel 2.1 Perbedaan Metode
Ekspor


1.
Ekspor Tidak Langsung
Dalam
tipe ini, perusahaan memanfaatkan jasa agen ekspor atau trading companies, atau
bisa pula menjual kepada kantor penjualan organisasi asing (luar negeri) yang
berlokasi di pasar domestic perusahaan yang bersangkutan. Tanggung jawab yang
menyangkut fungsi ekspor (seperti identifikasi pembeli potensial dan
distributor potensial di negara lain ; pengaturan pengiriman barang, asuransi,
dan pembiayaan; dan penyediaan dokumentasi untuk memenuhi persyaratan pabean)
diserahkan kepada organisasi eksternal. Dalam hal organisasi/agen ekspor
memiliki hak milik atas produk yang dijual, perusahaan tidak menanggung resiko
berkaitan dengan penjualan ekspor. Semuanya menjadi tanggung jawab dan risiko
agen ekspor tersebut.
Ekspor
tidak langsung cocok untuk perusahaan yang tujuan ekspansi internasionalnya
terbatas. Apabila penjualan internasional hanya dipandang sebagi cara menyerap
surplus produksi, sangatlah tepat bila perusahaan menggunakan agen ekspor.
Strategi ini juga cocok untuk perusahaan yang sumber dayanya terbatas untuk
keperluan ekspansi internasional, namun berminat untuk memasuki pasar internasional
secara gradual dan menguji pasar sebelum memutuskan untuk mencurahkan
perhatian, usaha dan sumber daya secara besar-besaran. Meskipun demikian, harus
disadari bahwa penggunaan agen ekspor juga mengandung beberapa risiko. Kendali
atas cara memasarkan produk di negara lain sangat terbatas atau bahkan tidak
ada. Produk bahkan mungkin dijual lewat saluran distribusi yang tidak tepat
dengan layanan atau dukungan penjualan yang buruk, promosi yang tidak memadai
serta underpriced atau malah sebaliknya overpriced. Hal ini bisa
merusak reputasi atau citra produk di negara lain. Terbatasnya usaha yang
dicurahkan untuk mengembangkan pasar bisa mengakibatkan opportunity loss potensial.
Sementara
itu, bagi perusahaan yang ingin memasuki pasar internasional secara bertahap,
strategi ekspor tidak langsung gagal memberikan kontak yang memadai dengan
pasar luar negeri. Akibatnya, perusahaan harus mendapat informasi terbatas
mengenai potensi pasar luar negeri sekaligus juga masukan terbatas untuk
penyusunan rencana ekspansi internasional. Perusahaan bisa mengalami kesulitan
dalam mengidentifikasi agen penjualan potensial atau distributor potensial bagi
produknya dan memfasilitasi transisi menuju pembentukan saluran distribusi
ekspornya sendiri. Dengan demikian, ekspor tidak langsung harus digunakan
secara cermat dan penuh peritungan, terutama oleh perusahaan yang merencanakan
untuk mengembangkan pasar internasional.
2.
Ekspor Bersama
Bagi
perusahaan yang ingin melakukan pengendalian dalam batas tertentu atas
penjualan internasionalnya, namun kekurangan sumber daya atau volume penjualan
untuk membentuk organisasi penjualan ekspor sendiri, maka ekspor bersama bisa
menjadi alternatif menarik. Dalam hal ini, perusahaan menjalin kesepakatan
kolaboratif dengan perusahaan lain untuk bekerja sama dalam riset, promosi,
pengiriman, distribusi atau aktivitas lainnya menyambut keperluan ekspor.
Bentuk ekspor semacam ini banyak dijumpai dalam pemasaran komoditas (seperti
beras, woodchips dan buah-buahan).
Bentuk
lain dari kesepakatan ekspor bersama adalah piggybacking, di mana sebuah perusahaan memasarkan produk atau
jasanya melalui organisasi distribusi perusahaan lain di pasar luar negeri
tertentu. Biasanya, produk yang dijual oleh kedua perusahaan tersebut harus
kompatibel dan tidak saling bersaing, sehingga produk piggybacking company melengkapi
lini produk perusahaan distributor. Kerapkali ide kesepakatan ini memberikan
manfaat bersama bagi kedua belah pihak (mutually beneficial). Contohnya,
pada mulanya Minolta menjual mesin fotokopi berharga murah di Amerika melalui
organisasi penjualan peralatan kantor IBM. Kerja sama ini memberikan cakupan
distribusi yang lebih luas dan kemampuan layanan yang lebih efektif bagi
Minolta. Bagi IBM, mesin fotokopi berharga murah bermanfaat dalam melengkapi
lini mesin fotokopi IBM yng berharga mahal.
Usaha
ekspor bersama bisa diwujudkan dengan beraneka ragam cara. Tergantung pada
persyaratan kesepakatan yang disetujui, ekspor bersama bisa memiliki keunggulan
dan kelemahan sebagaimana yang berlaku pada ekspor langsung maupun tidak
langsung. Dalam banyak kasus, strategi ini membutuhkan biaya investasi yang
lebih rendah dan usaha penjualan yang lebih baik dibandingkan ekspor tidak
langsung. Namun, tingkat pengendaliannya bisa bervariasi.
3.
Ekspor Langsung
Jika
volume penjualan cukup besar dan perusahaan ingin mencurahkan berbagai usaha
guna mengembangkan pasar internasional, maka pembentukan organisasi penjualan
ekspor sendiri merupakan alternatif yang disukai. Organisasi ini bisa berlokasi
di pasar domestik maupun di pasar luar negeri. Dalam hal ini, organisasi ekspor
mengambil alih tanggung jawab atas semua fungsi ekspor, mulai identifikasi
pasar potensial dan segmen sasaran, mengatur dokumentasi ekspor dan pengiriman
produk, hingga penyusunan rencana pemasaran (termasuk penetapan harga, promosi
dan distribusi di pasar internasional).
Meskipun
ekspor langsung membutuhkan biaya lebih mahal dan komitmen lebih besar untuk
pengembangan pasar ekspor, strategi ini bisa menghasilkan usaha promosi dan
penjualan yang lebih efektif dan juga memungkinkan perusahaan untuk
mempertahankan kendali yang lebih besar atas kondisi-kondisi menyangkut
penjualan produk di pasr internasional. Strategi ini juga isa memberikan kontak
yang lebih baik dengan pihak-pihak terkait, seperti pasr dan distributor
setempat. Selain itu, ekspor langsung juga memberikan umpan balik yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi peluang baru dan tren pasar; memantau kinerja
dan gerakan pesang; dan menyesuaikan rencana dan strategi.
Bagi
sekelompok perusahaan, ekspor merupakan langkah pertam atau langkah lanjutan
dalam tahapan ekspansi pasr internasionalnya. Di lain pihak, bagi kelompok
lainnya, ekspor tetap menjadi mode operasi dominant dalam pasar internasional.
Kadangkala perusahaan berskala kecil dan menengah yang melayani segmen ceruk
terspesialisasi dalam pasar global memilih untuk tetap menjadi eksportir.
Pratikum
Ekspor-Impor
Praktikum
ini diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa
melakukan kegiatan ekspor, sebagai salah satu strategi masuk pasar
internasional. Setelah mengikuti pratikum ini diharapkan mahasiswa memahami
prosedur ekspor dan mampu membantu pengusaha lokal untuk melakukan kegiatan
ekspor langsung. Sumber : Ariyanto, 2007:30
Dokumen
Ekspor:
1.
Sales Contract
Sales
contract merupakan
nota order yang dibuat oleh produsen atau eksportir dan berisi tentang berbagai
informasi produk yang dipesan buyer. Baik jumlah, ukuran bahan baku,
hingga nilai transaksi. Dalam sales contract sebaiknya disebutkan juga
tentang detail prosedur pengiriman barang yang dikehendaki produsen dan
disepakati oleh buyer. Ketentuan dalam sales contract akan dijadikan
acuan bagi buyer dalam membuat aplikasi L/C, namun sales contract tidak
selalu dibutuhkan, yang penting kesepakatan transakasi dengan buyer
harus jelas.
2.
Letter
of Credit (L/C)
L/C
merupakan dokumen transaksi espor yang dibuat oleh pihak buyer berdasarkan
kesepakatan pemesanan. Transakasi menggunakan L/C dianggap merupakan bentuk
transaksi internasional paling aman dibandingkan model transaksi lain karena
dapat mengakomodasi tingkat kepercayaan antara pihak eksportir dengan pihak buyer.
3. SKA (Surat Keterngan Asal) atau Certificate
of origin
SKA
atau Certificate of origin diperoleh dari Kanwil Perdagangan setempat
yang berisi surat keterangan dariMenteri Perdagangan bahwa produk tersebut
berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia yang digunakan sebagai dokumen
penyerta barang ekspor.
4.
Sertifikat
Mutu
Sertifikat
mutu dan fumigasi merupakan surat pernyataan yang dikeluarkan oleh laboratorium
penguji mutu terhadap contoh barang yang akan di ekspor yang menyatakan bahwa
barang dimaksud telah memenuhi standar perdagangan.
5.
Bill
of Lading atau Air Way Bill
Ini
merupakan surat yang kita peroleh dari perusahaan maskapai (kapal/pesawat). B/L
ini dibuat oleh maskapai dan diberikan setelah kita memberikan cargo receipt
surat tanda terima yang menyatakan bahwa barang sudah masuk kapal.
Prosedur
Ekspor
1.
Eksportir, baik produsen, produsen
eksportir, ataupun agen ekspor, mengadakan pembicaraan dengan buyer atau
imprortir luar negeri hingga didapatkan kesepakatan atau kecocokan mengenai
jenis dan jumlah produk yang dipesan, harga, maupun cara pengiriman. Proses
negoisasi ini biasanya tidak langsung jadi, melainkan bertahap hingga berlanjut
dengan proses korespondensi melalui e-mail, surat, maupun telepon.
2.
Apabila telah terjadi kesepakatan
lalu dilanjutkan dengan pembuatan kontrak jual beli dalam bentuk sales
contract. Dalam sales contract ini disebutkan secara rinci berbagai
kesepakatan yang telah dibuat, baik menyangkut produk, cara pengiriman, maupun
cara pembayaran. Pada perjanjian ini juga tercantum identitas masing-masing
pihak secara jelas, baik risiko dan asuransi, sanksi apabila terjadi
pelanggaran pada salah satu pihak, maupun hak dan kewajiban.
3.
Setelah sales contract disepakati,
buyer atau improtir kemudian membuka L/C melalui bank korespondennya.
Bank koresponden ini lantas meneruskan L/C kepada bank devisa di Indonesia yang
ditunjuk oleh produsen atau eksportir.
4.
Pengusaha kemudian mendaftarkan PEB
(pemberitahuan ekspor barang) kepada bank devisa yang dilengkapi dengan LKPE
(laporan kebenaran pemeriksaan ekspor), sertifikat mutu dan fumigasi, SKA
(surat keterangan asal) ataupun dokumen lainnya yang diperlukan.
5.
Produsen atau eksportir memesan
ruangan kapal melalui Freight Forwader kepada maskapai pelayaran atau
penerbangan.
6.
Apabila barang telah siap dan ruang
telah dipesan, lalu barang dikirim dan dimuat ke kapal. Untuk proses ini
produsen atau eksportir dapat meminta bantuan jasa dari perusahaan ekspedisi.
Termasuk mengurus PEB di Bea Cukai.
7.
Setelah barang masuk ke kapal, maka
eksportir akan menerima surat tanda terima pengapalan barang (cargo receipt)
dari nahkoda kapal. Surat ini kemudian ditukarkan ke perusahaan maskapai
(kapal/pesawat) untuk mendapatkan Bill of lading atau Air Way Bill.
8.
Setelah seluruh proses berlangsung
dan surat-surat juga sudah diperoleh, eksportir kemudian menyerahkan kepada
bank devisa untuk diteruskan ke eksportir kemudian menyerahkan kepada bank
devisa untuk diteruskan ke importir atau buyer melalui bank
korespondennya.
Pada
saat ini eksportir melakukan negoisasi wesel dengan bank devisa tentang
pencairan dana dari pembayaran L/C. Setelah tahap ini dilalui, maka seluruh
tahapan kegiatan ekspor telah berjalan dan Anda tinggal menunggu untuk menerima
pembayaran.
B.
Sistem Kontraktual
Bila
ukuran pasar, biaya pengiriman, hambatan tarif dan faktor-faktor lainnya
menyiratkan pentingnya mendirikan fasilitas produksi yang dekat dengan
pelanggan luar negeri, padahal perusahaan enggan terlibat operasi semacam itu,
ada sejumlah alternatif yang bisa dipilih. Misalnya, contract manufacturing memungkinkan
perusahaan untuk mengembangkan dan mengendalikan pemasaran, distribusi dan
pelayanan produknya di pasar internasional, sembari mengalihkan tanggung jawab
produksi kepada perusahaan lokal. Di lain pihak, lisensi memungkinkan
perusahaan untuk meraih manfaat dari inovasi teknologi, merek, nama korporat
atau aset property lainnya di pasar internasional, tanpa harus terlibat
langsung dalam operasi produksi atau pemasaran di luar negeri.
Demikian
pula halnya dalam industri jasa.
Pengembangan
bisnis waralaba dengan wirausaha lokal memungkinkan pihak franchisor berekspansi
secara internasional dengan memanfaatkan talenta kewirausahaan dan sumber modal
lokal. Alternatif lainnya adalah membentuk usaha patungan dengan perusahaan
atau organisasi lain guna menjalankan aktivitas pemanukfaturan atau pemasaran
international. Ada beberapa jenis sistem kontrak yaitu contract manufacturing,
lisensi, warlaba (Chandra, 2004:161-165).
1.
Contract Manufacturing
Dalam
sistem contract manufacturing (CM), proses produksi dikontrakkan pada
pemanufaktur lokal, namun pemasaran tetap dikendalikan perusahaan. Strategi ini
cocok digunakan untuk negara-negara yang ukuran pasarnya tidak memadai bila
didirikan fasilitas manufaktur di sana atau untuk negara-negara yang hambatan
tarifnya tinggi.
Alasan
CM diantaranya adalah untuk menekankan biaya manufaktur dan menghindari tarif
atas impor. Selain itu, bisa pula CM dikarenakan manajemen kekurangan sumber
daya atau tidak tersedia menginvestasikan modal dalam fasilitas manufaktur.
Strategi
CM juga menawarkan fleksibilitas cukup besar. Tergantung pada jangka waktu
kontraknya, jika perusahaan merasa tidak puas dengan kualitas produk atau
keandalan pengiriman produk , maka perusahaan bersangkutan bisa beralih ke
manufaktur lainnya. Selain itu, jika manajemen memutuskan untuk keluar dari
pasar, tidak akan ada kerugian besar yang ditimbulkan dari melepas fasilitas
produksi yang sudah ada. Di lain pihak, strategi CM juga mengandung beberapa resiko.
Diantaranya: tuntutan akan pengendalian kualitas produk guna memenuhi standar
perusahaan; masalah ketepatan waktu dan keandalan pengiriman produk; jaminan
atau garansi produk; atau masalah pemenuhan peasanan tambahan. Lebih lanjut,
pemanufaktur mungkin tidak seefisien contracting firm, gagal mencapai
kapasitas produk optimal, atau berusaha mengeksploitasi kesepakatan yang sudah
dibuat (misalnya dengan jalan ‘mencuri’ teknologi dan kemudian memproduksi
sendiri serta bersaing dengan contracting firm bersangkutan). Oleh sebab itu,
negosiasi kontrak menjadi factor paling krusial yang menentukan keberhasilan
dan kelangsungan CM.
2.
Lisensi
Lisensi
merupakan pilihan yang tepat apabila perusahaan memiliki hak cipta tertentu,
seperti teknologi proses atau produk yang telah dipatenkan, merek dagang atau
nama merek, yang bisa dimanfaatkan dalam skala internasional tanpa harus
mencurahkan banyak sumber daya untuk operasi internasional. Dalam kesepakatan
lisensi, perusahaan memberikan hak untuk memanfaatkan teknologi, merek dagang
atau nama merek yang dipatenkan kepada licensee dengan mendapatkan
pembayaran royalti. Umumnya tersebut ditentukan berdasarka persentase dari
penjualan sesuai kesepakatan.
Lisensi
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan manfaat dari penjualan internasional
dengan memanfaatkan proprietary assets yang dimiliki dengan komitmen
sumber daya dan risiko minimal. Namun, kesepakatan semacam ini hanya memberikan
hasil (returns) terbatas. Selain itu, pengembangan pasar juga terbatas
jika licensee tidak mencurahkan perhatian yang memadai atau tidak
memiliki sumber daya untuk mengembangkan pasar secara optimal.
Lisensi
juga bisa menghambat strategi masuk pasar tahap selanjutnya yang direncanakan
oleh licensor. Meskipun perusahaan membatasi jangka waktu kesepakatan
lisensi, sangatlah sukar memasuki pasar jika kontrak berakhir. Mantan licensee
bisa menjadi pesaing potensial. Lagipula, perusahaan masih harus memulai
lagi pengumpulan informasi mengenai pasar, menjalin kontak dan membangun
saluran distribusi. Selain itu, dalam beberapa kasus licensee berhenti
membayar royalti dan perusahan sulit melacak penjualan yang royaltinya masih
harus dibayar.
Sekalipun
mendatangkan uang dalam jumlah besar, tindakan seperti itu juga beresiko,
terutama bila merek dagangnya digunakan untuk produk-produk yang tidak memenuhi
standar kualitas atau reliabilitas atau jika strategi pemasarannya tidak tepat.
Itu bisa merusak reputasi dan nilai merek dagang bersangkutan.
Konsekuensinya,
seperti halnya contract manufacturing, licensor harus selalu
memantau aktivitas licensee dan melakukan pengendalian kualitas dan
keuangan secara ketat guna menjamin bahwa licensee memenuhi standar yang
telah disepakati bersama.
3.
Waralaba (Franchising)
Waralaba
merupakan bentuk lisensi dalam industri jasa seperti restoran siap saji, ritel,
persewaan mobil, hotel dan agen pencari kerja. Franchisee untuk
melakukan bisnis atas nama franchisor dengan cara-cara yang ditetapkan
dengan imbalan royalty, biasanya dalam bentuk fee atau persentase dari penjualan.
Contoh perusahaan yang melakukan ekspansi internasional dengan strategi
waralaba antara lain McDonald’s, Dunkin Donuts, Kentucky Fried Chicken,
Domino’s Pizza, Hillton Hotels, Body Shop dan Manpoer.
Seperti
halnya lisensi, kontrak waralaba memungkinkan perusahaan berekspansi secara
internasional tanpa melakukan investasi modal substansial. Hal ini sangat
bermanfaat dalam industri jasa, di mana biasanya biaya membeli atau menyewa
tempat operasi secara global kerapkali menjadi hambatan utama.
Waralaba
juga sangat tepat digunakan bilamana kontak dengan pelanggan dan efisiensi
operasi bisnis merupakan faktor utama kesukseskan bisnis. Franchisor bisa
memanfaatkan talenta kewirausahaan lokal, keterampilan personil lokal, jalinan
relasi dengan pelanggan lokal dan menyesuaikan diri dengan kekhasan lingkungan
operasi lokal. Selain itu, franchisee juga cenderung lebih termotivasi
karena ia adalah pemilik yang mengoperasikan bisnisnya sendiri sehari-hari,
kontribusi secara langsung dan signifikan pada pencapai laba dan memiliki
otonomi manajemen cukup besar.
Di
lain pihak, franchisor tetap harus memantau aktivitas operasi setiap franchisee
di berbagai belahan dunia dan menetapkan standar kinerja serta mekanisme
pengendalian yang ketat dalam rangka mewujudkan keseragaman produk dan
layanandi seluruh dunia. Bila tidak, nilai waralaba dan namanya akan hilang.
Penetapan dan pemberlakuan standar jauh lebih sukar dan krusial bagi seorang franchisor
dibandingkan licensor, karena waralaba menjual cara berbisnis yang
sifatnya ‘intangible’ dan tidak berwujud produk fisik.
C.
Usaha Patungan (Joint Venture)
Salah
satu cara yang juga efektif untuk membatasi ekspor modal dalam pasar global
adalah membangung usaha patungan, terutama dengan mitra bisnis lokal. Usaha
patungan bisa bermacam-macam bentuknya, tergantung tujuan perusahaan,
persyaratan modal usaha bersangkutan dan peraturan pemerintah menyangkut kepemilikan
asing. Selain itu, motivasinya pun bisa beraneka ragam diantaranya: untuk
mendapatkan akses pasar; memperluas rentang produk; membentuk atau mempengaruhi
struktur pasar; mencapai tingkat kecepatan (dalam hal inovasi dan memasuki
pasar) yang lebih besar; meningkatkan efisiensi; dan atau meningkatkan
kompetensi dan sumber daya organisasi.
Apabila
tujuan usaha patungan adalah melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur
pokok atau pertanian (seperti proyek waduk atau irigasi, penambangan batu bara
dan lain-lain), biasanya dibentuk konsorsium yang melibatkan banyak mitra
bisnis asing. Bank maupun lembaga keuangan lainnya berperan sebagai peyandang
dana, sementara pihak-pihak lain menyumbang keahlian teknologis. Biasanya
proyek semacam ini dilakukan di negara berkembang dan melibatkan institusi
pemerintah yang melakukan fungsi kontrol atas pelaksanaan proyek tersebut.
Bentuk
usaha patungan lainnya adalah kerja sama antara dua perusahaan swasta.
Misalnya, sebuah perusahaan membuka usaha patungan dengan perusahaan lokal di
negara lain. Kerapkali perusahaan asing memberikan konstibusi berupa keahlian
produksi dan teknologi, serta kadangkala nama merek dan reputasi perusahaan,
sedangkan mitra lokalnya menyediakan akses ke jaringan distribusi dan
pengetahuan serta pemahaman atas lingkungan pasar setempat.
Strategi
usaha patungan memberikan sejumlah keuntungan sebagai cara memasuki pasar luar
negeri. Meskipun menuntut komitmen sumber daya pasar luar negeri, usaha
patungan bisa memberikan potensi laba dan kendali yang lebih besar atas
manajemen produksi dan pemasaran di pasar bersangkutan. Risiko modal ditanggung
bersama dengan mitra lokal. Selain itu, mitra lokal berperan besar dalam hal
pemahaman atas kondisi pasar lokal dan juga memiliki kontak dengan distribusi
lokal dan institusi kunci lainnya di negaranya. Perusahaan bisa mendapatakan
pengetahuan dan umpan balik mengenai kondisi pasar; kebutuhan dan respon
pelanggan; para pesaing utama dan kemungkinan reaksi mereka dan secara bertahap
mendapatkan pengalaman beroperasi dalam pasar bersangkutan.
Selain
itu, usaha patungan juga sangat bermanfaat untuk memasuki pasar yang sistem
perekonomiannya berbeda, seperti RRC dan negara-negara pecahan Uni Soviet. Di
RRC, misalnya, pemerintah setempat mendorong usaha patungan dalam rangka alih
teknologi dan keahlian manajerial kepada perusahaan lokal. Namun, banyak juga
perusahaan yang mengalami kesulitan dan masalah dalam menjalin usaha patungan
di berbagai negara. Sekalipun dalam jangka pendek, usaha patungan dengan mitra
lokal memberikan keunggulan berupa informasi, kontak dan keahlian pemasaran
lokal. Biasanya dalam jangka panjang dijumpai banyak masalah. Bahkan, Douglas
&Craig (1995) mengestimasi bahwa antara 50 samapai 70 persen usaha patungan
mengalami kegagalan.
Beberapa
masalah dalam usaha pantungan diantaranya: masalah komunikasi, perbedaan budaya
perusahaan, perbedaan gaya manajemen, repatriasi laba, perbedaan kepentingan
dan tujuan, ketidakpuasan atas kinerja mitra bisnis, lunturnya rasa saling
percaya dan komitmen bersama dan sebagainya. Seiring dengan semakin banyaknya
perusahaan yang terlibat dalam pemasran gobal, usaha patungan tradisional
(melibatkan perusahaan asing dan mitra bisnis lokal) berkembang pesat dan
memunculkan pula aliansi strategik (Strategic Alliance) yang lebih
kompleks. Aliansi kerapkali melibatkan banyak mitra bisnis dan kadangkala berfokus
pada tahap tertentu dalam rantai nilai, seperti riset dan pengembangan produksi
atau distribusi. Aliansi strategik bisa dikelompokkan berdasarkan lima tipe
yaitu pengembangan teknologi; operasi dan logistik; pemasaran, penjualan dan
layanan; negara tunggal dan banyak negara. Menurut
berbagai
data estimasi, jumlah aliansi strategik diperkirakan tumbuh dengan kecepatan 20 sampai 30 persen sejak
pertengahan dekade 1980-an.
Tabel 2.2
Tipe-tipe aliansi strategik


D.
Investasi Langsung (Wholly-Owned Subsidiaries)
Berbagai
masalah dan kesulitan dalam mengelola usaha patungan dan tipe-tipe kesepakatan
kontraktual lainnya mendorong perusahaan untuk melakukan investasi langsung,
sejauh ini diperbolehkan dan perusahaan memiliki sumber daya untuk merealisasikannya.
Selain memberikan kendali penuh atas produksi dan pemasaran, operasi cabang
juga mengeliminasi kemungkinan konflik kepentingan dan masalah-masalah
manajemen yang muncul dalam contract manufacturing, lisensi atau usaha
patungan. Semua laba yang diperoleh dari wholly-owned subsidiaries menjadi
milik perusahaan sepenuhnya. Selain itu, perusahaan bisa mencurahkan usaha
maksimum untuk mengembangkan pasar sesuai dengan arah yang diinginkan,
mempromosikan merek-merek internasional atau mengembangkan produk baru yang
memanfaatkan keterampilan dan/atau sumber daya perusahaan dari negara tujuan
pemasaran lainnya.
Perusahaan
memiliki dua pilihan dalam pengembangan operasi cabang, yaitu mengakuisisi
perusahaan yang sudah ada atau membangun sendiri operasinya dari awal (Greenfield
plant). Kedua alternatif ini memiliki keunggulan dan kelemahannya
masing-masing (Chandra, 2004:169).
Tabel 2.3 Kenggulan dan
Kelemahan Wholly-owned Subsidiaries


1.
Akuisisi
Strategi
akuisisi memberikan sejumlah keuntungan, di antaranya memungkinkan entri yang
cepat, akses kesaluran distribusi, basis pelanggan sudah ada dan dalam beberapa
kasus merek atau reputasi perusahan sudah mapan. Dalam beberapa kasus manajemen
yang sudah ada masih dipertahankan, sehingga bisa dijadikan semacam ‘jembatan’
untuk memasuki pasar dan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh pengalaman
dalam beroperasi di lingkungan pasar lokal. Ini khususnya sangat penting bagi
perusahaan yang keahlian manajemen internasionalnya relatif terbatas atau
kurang ‘familiar’ dengan pasar lokal.
Akuisisi
juga merupakan pilihan tepat bilamana industri yang dimasuki sudah sangat
kompetitif dan hanya tersedia sedikit ruang bagi’pemain baru’. Situasi lain
yang juga cocok adalah jika hambatan masuknya relatif besar. Contohnya,
Electrolux masuk ke pasar Amerika dengan jalan mengakuisisi sebuah perusahaan vacuum
cleaner Amerika dan kemudian White-Westinghouse, dengan merek-merek seperti
Frigidaire dan Kelvinator. Dengan cara itu Electrolux bisa mendapatkan akses
cepat pada pasar dan jaringan distributor Amerika.
Meskipun
demikian, tak jarang terdapat pula berbagai masalah strategi akuisisi, misalnya
soal memodernisasi pabrik, peralatan dan pasokan energi yang sudah ketinggalan
jaman, tantangan perubahan sikap dan cara kerja karyawan, perubahan pola pikir
dan budaya perusahaan lama dan lain-lain.
2.
Greenfield
Greenfield
adalah strategi perusahaan memulai operasi baru dari awal. Strategi ini dipilih
karena beberapa alasan: (1) jika logistik produksi merupakan faktor kunci
sukses dalam industri; (2) tidak ada target akuisisi yang memenuhi kriteria
perusahaan; (3) target akuisisi yang terlalu mahal. Perusahaan-perusahaan mobil
Jepang, misalnya, masuk ke pasar Eropa dengan memdirikan greenfield plants,
terutama di Inggris. Perusahaan-perusahaan tersebut membangun pabrik perakitan
baru yang memungkinkan mereka memanfaatkan teknologi produksi terbaru sembari
menyeleksi lokasi yang paling menguntungkan dalam hal biaya tenaga kerja, harga
tanah, pajak dan transportasi.
Pendirian
pabrik baru juga memfasilitasi pengembangan sistem produksi dan logistic yang
terintegrasi secara global. Mesin-mesin bisa di produksi di pabrik A, chasis
di pabrik B, kemudian keduanya dikirim untuk keperluan perakitan di pasar
akhir. Kemampuan mengintegrasi operasi antar negara dan menentukan arah
ekspansi internasional di masa depan seringkali menjadi motivasi utama untuk
mendirikan operasi yang dimiliki 100%, meskipun dibutuhkan waktu lebih lama
dalam membangun pabrik dibandingkan membelinya.
Whooly-owned
subsidiaries,
baik akuisisi maupun greenfield membutuhkan komitmen dan keterlibatan
total dalam ekspansi internasional. Manajemen tidak mengandalkan atau
tergantung pada mitra lokal dan harus mengembangkan keahliannya sendiri dalam
menghadapi lingkungan pasar lokal. Seperti halnya strategi-strategi lainnya,
akuisisi dan greenfield memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal
kebutuhan modal dan sumber daya manajemen yang sangat besar. Satu sisi,
komitmen kepemlikan pada operasi internasional memberikan kendali yang besar,
namun di sisi lain menyebabkan risiko besar dan tingkat fleksibilitas yang
rendah.
E.
Pemasaran Melalui Internet
Perdagangan
melalui internet bisa dipandang sebagai salah satu metode memasuki pasar luar
negeri yang efektif. Saat ini sudah banyak perusahaan yang memanfaatkan
Internet untuk keperluan memasarkan produknya dalam pasar global.
Perusahaan-perusahaan mulai aktif merancang katalog internet yang ditujukan
pada negara-negara tertentu dalam situs Web yang multi-bahasa. Mereka menjual
dan memberikan layanan konsumen melalui web store atau virtual store.
Perusahaan dapat mendirikan toko virtual sendiri atau menggunakan jasa
distributor perantara (intermediary).
Beberapa
perusahaan yang berhasil menjual melalui internet yaitu Dell Computer
Corporation mulai menjual computer via internet pada tahun 1997 ke berbagai
negara, seperti Malaysia, Australia, Hong Kong, Selandia Baru, Singapura,
Taiwan dan negara-negara Asia lainnya. Kini Dell juga telah merancang khususnya
melayani pasar Eropa. Amazon.com sangat berhasil menjual buku dari berbagai
penerbit untuk konsumen di seluruh dunia. E-bay berhasil menjadi toko virtual
yang mempertemukan penjual dan pembeli berbagai produk dari seluruh dunia,
melalui proses tawar menawar virtual.
Ada
dua jenis metode pengelolaan toko virtual yaitu otomatis dan manual. Dengan
menggunakan metode otomatis, pengelola toko menggunakan serangkaian sistem
komputer untuk menfasilitasi penjualan. Intervensi manusia dalam proses ini
sangat sedikit. Sedangkan metode manual masih membutuhkan intervensi manusia
untuk merespon pesanan, berkomunikasi dengan pelanggan dan memberikan layanan
purna jual. Di Indonesia, sebagian besar toko virtual menggunakan metode kedua.
Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Metode pertama,
memungkinkan frekuensi transaksi yang sangat tinggi, transaksi sangat cepat.
Sedangkan metode kedua, memberikan nilai tambah interaksi manusia tidak hilang
sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen. Ada beberapa faktor kunci
keberhasilan toko virtual. Pertama dan utama adalah kepercayaan.
Pengelola
toko virtual harus dapat mengelola kepercayaan konsumen. Hal ini dapat dibangun
melalui jaringan pertemanan/hubungan virtual, pernyataan atau pengakuan dari
konsumen sebelumnya, komunikasi yang intensif dengan konsumen, bukti fisik
keberadaan konsumen di dunia nyata. Kedua, system transaksi yang cepat dan
aman. Salah satu masalah yang dihadapi konsumen adalah keamanan transaksi.
Pengelola toko virtual harus dapat memastikan seluruh informasi transaksi yang
diberikan pelanggan tidak akan disalahgunakan pihak lain. Ketiga, sistem pengiriman.
Setelah terjadi transaksi, barang akan dikirim kepada pelanggan melalui jasa
pengiriman. Oleh karena keterlibatan perusahaan pengiriman sangat penting
karena merupakan jaminan ketepatan janji pengelola toko virtual.
Strategi
ini sangat jitu digunakan untuk perusahaan yang tidak memiliki banyak modal.
Karena dalam banyak kasus keberhasilan bisnis melalui internet bukanlah
disebabkan oleh modal yang besar tapi kreativitas sehingga konsumen tertarik
memasuki toko virtual.
12.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Cara Masuk
Faktor
dan kondisi yang berbeda memengaruhi pemilihan strategi memasuki pasar
internasioanl. Ada empat aliran pemikiran (schools of thought) dominan
berkenaan dengan pemilihan strategi masuk, yaitu: (Chandra, 2004:152-154).
1.
Keterlibatan inkremental terhadap (Gradual
Incremental involvement), yang menghubungkan antara komitmen sumber daya di
pasar sasaran dengan risiko dalam pasar bersangkutan dan pengalaman
internasional yang dimiliki perusahaan. Oleh sebab itu, semakin besar risiko di
pasar sasaran , maka pilihan akan jatuh pada strategi masuk yang lebih kecil
komitmen sumber dayanya. Selain itu semakin besar pengalaman organisasi, maka
semakin besar pula kemungkinan digunakannya strategi masuk yang menuntut
komitmen sumber daya besar.
2.
Analisis biaya transaksi (Transaction
Cost Analysis) memandang keputusan pemilihan strategi masuk sebagai suatu
transaksi. Oleh sebab itu, semua biaya berkaitan dengan aspek rantai nilai dari
produksi hingga konsumsi akan dipertimbangkan dengan cermat. Asumsi dasar dalam
aliran pemikiran ini adalah bahwa perusahaan akan melakukan sendiri
aktivitas-aktivitas yang mampu dilakukan dengan biya lebih rendah, namun akan
melakukan subkontrak kepada pihak eksternal apabila pihak tersebut memiliki
keunggulan biaya.
3.
Eclectic Theory (Location-
Specific Factors atau Contingency Theory) berpandangan bahwa faktor-faktor
industri, perusahaan, dan negara spesifik mempengaruhi keputusan pemlihan
strategi masuk tergantung pada posisi ownership advantage,
internationalization advantage dan location advantage.
4.
Agency Theory berpandangan bahwa
principal (pendatang baru) sangat termotivasi untuk mengumpulkan data mengenai
para agennya di pasar sasaran. Aliran ini menggunakan metafora kontrak untuk
menggambarkan hubungan di mana salah satu pihak mendelegasikan pekerjaan kepada
pihak lain.
12.3 Faktor-faktor Lainnya
Lotayif
(2003), misalnya menggelompokan strategi masuk ke dalam empat kategori, yaitu ;
1.
Wholly-owned and full controlled
entry modes, contohnya kantor cabang (branches & subsidiaries),
kantor perwakilan (representative office) dan kantor agen.
2.
Shared-owend and shared
controllrd entry modes, berupa joint venture, partially mergers dan partially
acquisitions.
3.
Contractual entry modes,
berupa lisensi, waralaba dan calculated alliance.
4.
Purely marketing-oriented entry
modes, berupa ekspor langsung dan ekspor tidak langsung.
Keempat
kategori ini bisa ditelaah dan dibandingkan berdasarkan peluang dan risiko yang
ditawarkan masing-masing entry mode, kontiunitas peluang dan risiko tersebut,
sumber daya yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan.
Pertama, strategi masuk wholly-owned dan
fully-controlled, terutama kantor cabang, memiliki komitmen sumber daya
yang paling besar di pasar sasaran. Biasanya, entry mode ini digunakan
oleh organisasi-organisasi berorientasi global dan posisi kompetitif mereka di
suatu negara dipengaruhi secara signifikan oleh posisinya di negaralain. Selain
itu, risiko kegagalan bisis disebar ke kawasan geografis yang lebih luas.
Kedua, shared-controlled entry
modes memiliki
tingkat komitmen sumber daya tertinggi kedua dan sekaligus juga tingkat risiko
kedua, karena ada mitra lokal dalam berbagi risiko. Entry mode ini
banyak digunakan oleh organisasi-organisasi yang belum atau kurang pengalaman
dalam kancah pemasaran global, sehingga berusaha mendapatkan pengalaman
internasional
dengan
alan mengandalkan mitra lokal.
Ketiga, contractual entry modes memiliki
tingkat resiko moderat, karena sistem operasi mitra lokal akan tetap ada di
bawah bimbingan mitra luar negeri (dalam kontrak lisensi atau waralaba) atau
akan tetap ada selama periode kontrak aliansi. Dibandingkan wholly-owned dan
share-owned entry modes, kemungkinan kontiunitas peluang dalam contractual
entry modes lebih kecil karena kontrak waralaba dan lisensi dibatasi
periode waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak. Dalam
kasus aliansi, kontraknya akan berlangsung terus berlangsung selama
masing-masing pihak merasa mash diuntungkan. Sumber daya yang dibutuhkan untuk
lisensi waralaba relatif kecil, atau bahkan tidak ada sama sekali, karena pihak
franchisee atau lisensi yang menyediakannya, sementara franchisor atau
lisensi mendapat royalty. Waktu yang dibutuhkan juga kecil, karena semua
tipe contractual entry modes bertujuan mengembangkan pijakan kokoh di
pasar luar negeri tanpa modal besar (Cateora, 1993). Keempat, kategori marketing-oriented
entry modes memiliki resiko terkecil. Sumber daya dan waktu yang dibutuhkan
untuk merealisasikannya juga kecil. Sementara itu, strategi masuk juga
bias dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama (Bradley, 1995), yaitu;
ekspor, kontraktual dan wholly-owned subsidiaries. Ekspor masih dapat diklasifikasikan
lebih lanjut menjadi ekspor tidak langsung, ekspor bersama dan ekspor langsung.
Strategi masuk kontraktual terdiri atas lisensi-waralaba, contract
manufacturing dan usaha patungan, sedangkan wholly-owned subsidiaries
meliputi akuisisi dan greenfield.
BAB XIII
PERAN KARANTINA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
13.1 Sejarah Karantina di Indonesia
Beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak
dikejutkan dengan mewabahnya penyakit menular, seperti flu burung, hog cholera,
dan antrax. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 pada saat ini
sedang mewabah hampir di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia beberapa orang
meninggal dunia akibat terserang penyakit flu burung. Hog cholera menimbulkan
kematian ratusan ekor babi di pulau Bulan, Riau tahun 1995.
Pada tahun 1970-an pulau Jawa telah kemasukan hama
gudang Khapra beetle yang merusak hasil sereal (beras, jagung, kacang-kacangan)
pasca panen. Hama ini masuk melalui beras impor dari India dan Pakistan. Usaha
pencegahan penyebaran hama ini ke pulau-pulau lain diupayakan dengan keras oleh
petugas Karantina Tumbuhan. Karena di beberapa bagian dari Inodonesia terdapat
beberapa spesies lalat buah, maka buah-buahan Indonesia sulit mendapatkan pasar
di negara Amerika, Australia, dan Eropa.
Ancaman yang dapat merusak kelestarian sumber daya
alam hayati yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit hewan, hama dan
penyakit ikan serta organism pengganggu tumbuhan, jelas sangat merugikan bangsa
Indonesia karena akan menurunkan hasil produksi budidaya hewan, ikan, dan
tumbuhan. Bahkan beberapa penyakit hewan dan ikan tertentu dapat membahayakan
dan mematikan manusia.
Untuk mencegah masuknya hama dan penyakit hewan, ikan,
dan organism pengganggu tumbuhan baru ke wilayah Indonesia dan mencegah
penyebarannya dari satu area ke area lain, serta mencegah keluarnya hama dan
penyakit hewan tertentu dari wilayah Indonesia, telah diundangkan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
Untuk lebih mengefektifkan dan juga terintegrasinya
pencegahan dan penyebaran hama dan penyakit hewan dan ikan karantina serta
organisme pengganggu tumbuhan karantina, maka perlu dilakukan analisis dan
evaluasi terhadap Undang-Undang tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
dengan membandingkannya dengan berbagai Undang-undang yang terkait.
13.2 Tujuan Karantina Hewan dan Tumbuhan
Tujuan perkarantinaan Hewan dan Tumbuhan di Indonesia
adalah :
1.
Mencegah
masuknya hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina (OPTK) ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia serta penyebaran
dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
2.
Mencegah
keluarnya hama dan penyakit hewan karantina ke luar negeri; dan
3.
Mencegah
keluarnya organisme pengganggu tumbuhan tertentu dari wilayah
Negara Republik Indonesia ke luar negeri apabila dipersyaratkan oleh negara
tujuan.
Walaupun karantina diartikan sebagai tempat dan
tindakan, ruang lingkup pengaturan dibidang perkarantinaan meliputi :
1.
Persyaratan
Karantina;
2.
Tindakan
Karantina;
3.
Kawasan
Karantina ;
4.
Jenis-jenis
hama dan penyakit, media pembawa dan daerah sebarnya; dan
5.
Tempat-tempat
pemasukkan.
Ruang lingkup objek yang berkaitan dengan karantina
berkaitan dengan orang, alat angkut dalam perhubungan, hewan dan produk hewan,
tumbuhan dan produk tumbuhan, barang-barang perdagangan lainnya yang
dilalulintaskan, diletakkan pada prinsip bahwa segala sesuatu yang ditetapkan
berdasarkan penilaian risiko dapat ditetapkan menjadi media pembawa hama dan
penyakit hewan serta organisme pengganggu tumbuhan
Perkarantinaan diselenggarakan berdasarkan asas kelestarian
sumberdaya alam hayati hewan, ikan dan tumbuhan. Hal ini
mengandung arti bahwa segala tindakan karantina yang dilakukan
semata-mata ditujukan untuk melindungi kelestarian sumberdaya alam
hayati hewan, ikan dan tumbuhan dari serangan hama dan
penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina atau organisme
pengganggu tumbuhan karantina, dan tidak untuk tujuan-tujuan lainnya.”
13.3 Peran Karantina Pertanian dalam Sistim Perlindungan
Sesuai
Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan,
Karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan dan atau tindakan dalam
rangka upaya pencegahan masuk dan menyebarnya hama dan penyakit
untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati hewan, ikan, dan tumbuhan. Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan sebagai dasar hukum penyelenggaraan
karantina, diamanahkan bahwa perlunya kekayaan tanah air dan wilayah Negara
Indonesia yang kaya akan sumberdaya alam hayati untuk dijaga, dilindungi dan
dipelihara kelestariannya dari ancaman dan gangguan Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK). Ancaman
kelestarian dan keamanan hayati akan menimbulkan dampak yang sangat luas pada
stabilitas ekonomi, keberhasilan usaha agribisnis dan kestabilan ketahanan
pangan nasional.
Dengan
demikian Pemerintah Indonesia telah menetapkan pilihan bahwa salah satu
strategi didalam melindungi kelestarian sumber daya alam hayati
hewan dan tumbuhan adalah melalui “Penyelenggaraan Perkarantinaan
Hewan dan Tumbuhan ”
Pada saat ini ancaman yang dapat mengganggu
kelestarian sumberdaya alam, ketenteraman dan kesehatan masyarakat, kesehatan
pangan, gangguan terhadap produksi sektor Pertanian/perikanan dan
kehutanan, serta lingkungan telah didefinisikan sebagai ancaman yang perlu
untuk dicegah masuk dan menyebar.
Ancaman yang secara global telah diidentifikasi dapat
dikendalikan efektif melalui penyelenggaraan perkarantinaan antara lain
adalah: 1) Ancaman terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan; 2) Invassive
Species; 3) Penyakit Zoonosis; 4) Bioterorism; 5) Pangan yang tidak sehat
termasuk GMO yang belum dapat diidentifikasi keamanannya; 6) Kelestarian Plasma
nutfah/Keanekaragaman hayati; 7) Hambatan Teknis Perdagangan, dan 8)
Ancaman terhadap kestabilan perekonomian nasional. Ancaman-ancaman
tersebut dapat juga dikelola dengan baik agar tidak masuk dan menyebar ke dalam
negeri melalui kegiatan pemeriksaan dan sertifikasi karantina.
13.4 Peran Karantina dalam Bisnis Internasional
Perdagangan internasional diatur oleh
organisasi perdagangan dunia yang disebut World Trade Organization (WTO), dalam
implementasinya organisasi tersebut menerbitkan berbagai perjanjian yang
berkaitan dengan pengaturan dan prosedur dibidang perdagangan
internasional. Beberapa perjanjian yang telah diterbitkan antara lain
yaitu:
1.
General Agreement on Tariffs
and Trade;
2.
Agreement on Trade Related Aspects of
Intelectual Property Rights (TRIPS);
3.
Agreement on Aplication of
Sanitary and Phytosanitary Measure (SPS).
SPS-agreement atau perjanjian SPS
diberlakukan untuk mengatur tatacara perlindungan terhadap kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan serta lingkungan hidupnya dalam hubungannya dengan
perdagangan internasional. Kesepakatan SPS berlaku dan mengikat secara
global seluruh negara yang menjadi anggotanya.
Negara Indonesia merupakan salah satu
negara anggota WTO, yang telah menyepakati piagam berdirinya organisasi tersebut
dan diratifikasi melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Oleh karena
itu Negara Indonesia berkewajiban memenuhi kesepakatan internasional tersebut.
Dasar hukum penyelenggaraan karantina hewan, ikan, dan tumbuhan yaitu Undang-
undang Nomor 16 Tahun 1992 dalam uraian penjelasannya telah mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan perkarantinaan merupakan wujud dari pelaksanaan kewajiban
internasional.
Sesuai dengan implementasi perjanjian
SPS dalam perdagangan internasional maka peran Barantan adalah: 1) Mengoperasionalkan
persyaratan teknis (persyaratan karantina) impor yang ditetapkan di tempat
pemasukkan dalam upaya tindakan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan,
tumbuhan, dan lingkungan; 2) Memfasilitasi ekspor komoditas pertanian melalui
pemeriksaan, audit, verifikasi dan sertifikasi karantina ekspor agar
persyaratan teknis yang ditentukan negara pengimpor dapat terpenuhi; 3) Turut
serta memverifikasi persyaratan teknis Negara tujuan ekspor agar tetap dalam
koridor perjanjian SPS; 4) Barantan ditetapkan sebagai ‘Notification Body’ dan ‘National Enquiry Point’
SPS, peran tersebut merupakan salah satu bentuk dari komunikasi persyaratan
teknis (dengan organisasi internasional dan Negara mitra) yang akan
diberlakukan.
13.5 Peran Karantina dalam Mewujudkan Pertanian Menjadi
Basis Perekonomian Nasional
(sesuai amanat perioritas RPJM II 2010-2014)
Untuk dapat menjadi basis perekonomian
nasional, maka komoditas pertanian
Indonesia harus memiliki daya saing pasar yang kuat baik domestik maupun pasar internasional. Keberlanjutan perekonomian yang ditunjang oleh
komoditas pertanian, dan kontribusi pada perdagangan serta pasar
internasional ditentukan oleh banyak faktor, beberapa faktor utama antara lain:
1.
Kualitas dan kontinyuitas komoditas pertanian itu
sendiri, yang didukung oleh informasi tatakelola produksi yang baik
(GAP/GFP/SOP dll);
2.
Kemampuan
promosi dan negosiasi internasional dengan prinsip saling menguntungkan;
3.
Keberadaan
dan status penyakit;
Satu satunya faktor yang didefinisikan
sebagai hambatan teknis adalah keberadaan/status penyakit, yang berdasarkan
ketentuan internasional berkaitan dengan prevalensi hama dan penyakit serta
organisme penganggu tumbuhan disuatu area/kawasan, sistem surveylans yang
dimiliki dan dilaksanakan, dan sistem pengendalian yang dibangun. Banyak faktor yang berhubungan dengan
ancaman resiko penyakit pada hewan dan tumbuhan, serta status penyakit di suatu area, antara lain yaitu:
1.
Globalisasi perdagangan;
2.
Keberadaan
media pembawa hama dan penyakit;
3.
Industrialisasi/intensifikasi
pertanian;
4.
Kelayakan
sistem perlindungan tanaman, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner
nasional.
5.
Daya
tahan genetik dari hewan dan tumbuhan, dan
6.
Kemampuan
dan kualifikasi SDM di bidang kesehatan hewan dan tumbuhan, serta kelayakan
sarana dan prasarana penunjang.
Peran Karantina Pertanian dalam
hubungannya meningkatkan daya saing komoditas Pertanian adalah:
1.
Mempertahankan dan meningkatkan status bebas, dan
mempersempit dan membatasi area penyebaran hama dan penyakit. Sebagaimana
diketahui bahwa status penyakit suatu Negara merupakan hal yang paling
strategis dan menentukan dalam penentuan posisi perdagangan internasional
produk-produk Pertanian.
2.
Menyampaikan
laporan ‘Pest List’,
kejadian, keberadaan serta status penyebaran hama dan penyakit tumbuhan kepada
mitra dagang dan organisasi internasional di bidang perlindungan tanaman (IPPC)
sebagai salah satu kewajiban internasional.
3.
Menetapkan area/kawasan serta status area komoditas
unggulan ekspor (Pest
free area, pest production area, pest production site, dan Area of Low Pest Prevalence -ALPP);
4.
Berkontribusi
pada negosiasi penetapan persyaratan teknis Negara pengimpor;
5.
Melakukan
audit, verifikasi, pemeriksaan dan sertifikasi karantina ekspor untuk menjamin
kesesuaian persyaratan teknis Negara pengimpor yang telah disepakati, sehingga
akses pasar ekspor tidak terganggu karena adanya penolakan kiriman barang
ekspor (Notification of non
Compliance)
Fungsi utama Kementerian Pertanian
yang diperankan Badan Karantina Pertanian adalah berhubungan dengan menjamin
tersedianya sumberdaya pertanian
yang berkelanjutan dalam menjamin tersedianya suplai yang cukup, serta jaminan keamanan
pangan yang berkaitan dengan kualitas suplai pangan yang sehat dan ketenteraman
masyarakat dalam mengkonsumsi pangan halal, melalui kegiatan pengawasan dan
sertifikasi impor dan ekspor, verifikasi dan audit kesesuaian persyaratan
teknis. Penetapan kawasan/area
dan sertifikasi karantina antar area juga diperankan Karantina Pertanian dalam
rangka memenuhi daya saing pasar internasional.
Ketiga peran tersebut di atas pada prinsipnya merupakan satu
kesatuan peran dari penyelenggaraan karantina pertanian dan pengawasan keamanan
hayati sebagaimana tupoksi Barantan. Oleh
karena itu, dengan peran yang strategis tersebut maka setiap instansi terkait
dan masyarakat perlu memberikan dukungan yang memadai dalam pencapaian visi,
misi, dan tujuan strategis
Barantan.
Harapan dan Peran Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Barantan
merupakan salah satu instansi di bawah Kementerian Pertanian yang melaksanakan
pelayanan publik di bidang
perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati, Stakeholder
atau pihak-pihak
terkait Barantan secara umum terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu 1) pemberi
kewenangan, 2) instansi terkait serta, 3) pengguna jasa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Peran dan harapan setiap stakeholder
akan menentukan keberhasilan kinerja Barantan dalam mencapai visi, misi dan
tujuan.
Penyelenggaraan
karantina hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati pada hakekatnya
terdiri dari 2 (dua) aspek utama, yaitu aspek perencanaan kebijakan dan
prosedur, dan aspek operasional atau pelayanan karantina. Untuk meningkatkan efektifitas
perumusan strategi dalam kerangka perencanaan jangka menengah lima tahunan maka
perlu diidentifikasi siapa yang
berkepentingan dengan output organisasi atau yang mengharapkan hasil akhir dari
kewenangan yang telah diberikan. Disamping
harapan stakeholder perlu pula diidentifikasi apa saja peran pihak-pihak
berkepentingan tersebut di dalam
kegiatan operasional Barantan agar terwujud koordinasi dan kerjasama yang
saling mendukung di dalam
mewujudkan hasil dari fungsi perlindungan dan fasilitasi yang dilakukan
Barantan.
Selayaknya
kinerja yang dinilai dan yang
diharapkan oleh Stakeholder (pemangku kepentingan) tidak melebihi kewenangan
yang dimiliki Barantan, dengan kata lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Oleh karena itu mendefinisikan output
dan seperangkat indikator keberhasilan yang dihasilkan oleh Barantan dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya menjadi hal penting dalam sistim
penilaian akuntabilitas kinerja Instansi.
Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan, tabel berikut ini
menggambarkan harapan dan peran stakeholder Barantan di dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi penyelenggaraan karantina hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati.
BAB XIV
HAMBATAN DALAM BISNIS INTERNASIONAL
14.1 Perbedaan Bahasa, Sosial Budaya/Kultural
Perbedaan dalam hal bahasa seringkali merupakan hambatan bagi
kelancaran bisnis Internasional, hal ini disebabkan karena bahasa adalah
merupakan alat komunikasi yang vital baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Tanpa komunikasi yang baik maka hubungan bisnis sukar untuk dapat berlangsung
dengan Iancar. Hambatan bahasa ini pada saat ini semakin berkurang berkat
adanya bahasa Internasional yaitu bahasa lnggris. Meskipun demikian perbedaan
bahasa ini tetap merupakan hambatan yang harus diwaspadai dan dipelajari dengan
baik karena suatu ungkapan dalam suatu bahasa tertentu tidak dapat diungkapkan
secara begitu saja (letterlijk) dengan kata yang sama dengan bahasa yang lain.
Bahkan suatu merek dagang atau nama produk pun dapat memiliki arti yang lain
dan sangat negatif bagi suatu negara tertentu. Sebagai contoh pabrik mobil
Chevrolet yang memberikan nama suatu jenis mobilnya dengan nama “Chevrolet’s
Nova”, pada hal di negara Spanyol kata “No Va” berarti “tidak dapat berjalan”.
Oleh karena itu maka sangat sulit untuk memasarkan produk tersebut di negara
Spanyol tersebut.
Perbedaan kondisi sosial budaya merupakan suatu masalah yang harus
dicermati pula dalam melakukan bisnis Internasional. Misalnya saja pemberian
warna terhadap suatu produk ataupun bungkusnya harus hati-hati karena warna
tertentu yang di suatu negara memiliki arti tertentu di negara lain dapat
bermakna yang bertentangan. Perbedaan budaya ataupun kebiasaan juga perlu
diperhatikan. Misalnya orang Jepang memiliki kebiasaan untuk tidak mau
mendekati wanita bila membeli di supermarket, sehingga hal ini membawa konsekuensi
bahwa barang-barang yang berupa alat-alat kosmetik pria jangan ditempatkan
berdekatan dengan kosmetik wanita, sebab tidak akan didekati oleh pembeli pria.
14.2 Hambatan Politik, Hukum Dan
Perundang-Undangan
Hubungan politik yang kurang baik antara satu negara dengan negara
yang lain juga akan mengakibatkan terbatasnya hubungan bisnis dari kedua negara
tersebut. Sebagai contoh yang ekstrim Amerika melakukan embargo terhadap
komoditi perdagangan dengan negara-negara Komunis.
Ketentuan Hukum ataupun Perundang-undang yang berlaku di suatu
negara kadang juga membatasi berlangsungnya bisnis internasional. Misalnya
negara-negara Arab melarang barang-barang mengandung daging maupun minyak babi.
Lebih dan itu undang-undang di negaranya sendiri pun juga dapat
membatasi berlangsungnya bisnis Internasional, misalnya Indonesia melarang
ekspor kulit mentah ataupun setengah jadi, begitu pula rotan mentah dan
setengah jadi dan sebagainya.
14.3 Hambatan Operasional
Hambatan perdagangan atau bisnis internasional yang lain adalah
berupa masalah operasional yakni transportasi atau pengangkutan barang yang
diperdagangkan tersebut dari negara yang satu ke negara yang lain. Transportasi
ini seringkali sukar untuk dilakukan karena antara kedua negara itu belum
memiliki jalur pelayaran kapal laut yang reguler. Hal ini akan dapat
mengakibatkan bahwa biaya pengangkutan atau ekspedisi kapal laut untuk jalur
tersebut akan menjadi sangat mahal. Mahalnya biaya angkut itu dikarenakan
selain keadaan bahwa kapal pengangkutnya hanya melayani satu negara itu saja
yang biasanya lalu mahal, maka kembalinya kapal tersebut dati negara tujuan itu
akan menjadi kosong. Perjalan kapal kosong di samudera luas akan sangat
membahayakan bagi keselamatan kapal itu sendiri.

Schuller,
Randall S. 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia, edisi keenam, jilid I. Erlangga:
Jakarta
Mathis, Robert
L. and John H. Jackson. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Ke- 10 Jilid
I. Salemba Empat: Jakarta
Mangkunegara,
Anwar Prabu DR. A.A. 2008. Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Refika Aditama:
Bandung
Donal A Ball,
Dkk. 2001. Intenational Bisnis buku 1. Salemba Empat: Jakarta
Griffin, Ricky
W. Michael W Pustay. 2005. Bisnis Internasional jilid 1. PT Ideks kelompok
Gramedia: Jakarta
Simamora, Henry.
2000. Manajemen Pemasaran Internasional Jilid 1. Salemba Empat: Jakarta
Ginting,
Ramlan, Letter of Credit – Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Edisi
Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2000;
Andhibroto,
Soepriyo, Letter of Credit – Dalam Teori & Praktek, Edisi Revisi,
Dahara Prize, Semarang, 1997;
International
Chamber of Commerce, Uniform Customs and Practice for Documentary
Credit, ICC Publication No. 500, 1993 (“UCP 500”)
Rebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
BalasHapushingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
profit,bergabung sekarang juga dengan kami
trading forex fbsasian.com
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009