TUGAS
AKHIR
SILABUS
STUDI AKUNTANSI MANAJEMEN
oleh :
JANUARI
CHRISTI
BAMBANG
RAHINO
F
A R I D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2013
SILABUS STUDI AKUNTANSI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
PERTEMUAN
|
POKOK BAHASAN
|
SUB POKOK BAHASAN
|
1,2,3
|
BAB I : Pendahuluan
|
|
4
|
BABII: Konsep Termonologi dan Klafikasi Biaya
|
|
5,6
|
BAB III: Perilaku
Analisis Biaya
|
|
7
|
BAB IV: Analisis break even Poin (titik
impas)
|
|
8
|
Tugas: kelompok dan individu
|
|
UJIAN
|
TENGAH
|
SEMESTER
|
9
|
BAB V:Biaya
Relevan Dalam Mengambil Keputusan
|
|
10,11,12
|
BAB VI : Analisis
Resiko
|
|
13,14
|
BAB VII : Arus
Kas (CASH FLOW)
|
|
15
|
Tugas: kelompok dan individu
|
|
UJIAN
|
AKHIR
|
SEMESTER
|
DAFTAR PUSTAKA
|
||
BAB I
1.1
Latar
Belakang Masalah
Peranan akuntansi pada umumnya dan manajemen pada
khususnya sangat penting dalam menyediakan informasi bagi masyarakat secara
keseluruhan,terutama bagi pengambil keputusan,para manajer,dan profesional.
Disamping
menyediakan informasi bagi para pemakainya,keterampilan khusus dalam pengolahan
data akuntansi penting pula di pahami. Data dan informasi tersebut dapat
bermanfaat jika:
1.
Dapat mengurangi ketidakpastian pemakainya.
2.
Dapat di adaptasikan serta memenuhi kapasitas para pemakainya.
Khusus
akuntansi manajemen yang memiliki tanggung jawab dalam mediator
konflik,spesialisasi ini dapat juga membantu manajemen dalam proses pengambilan
keputusan agar sumber-sumber ekonomi yang di kuasainya atau kekayaan perusahaan
dapat dialokasikan dan di transformasikan secara lebih efektif serta
efisien,termasuk pula tanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai
aspek-aspek disfungsional yang di timbulkan oleh konflik-konflik intra
organisasi.
Informasi
manajemen merupakan mesin yang membuat manajer barjalan.dalam ketiadaan aliran
informasi yang kontinu, manajemen akan menjadi tidak berdaya melakukan sesuatu.
Informasi akuntansi adalah salah satunya yang juga masih tergantung pada pakar
bidan lainnya dalam menyediakan sebagian kebutuhan informasi pendukung.Ahli
ekonomi,ahli pemasaran, ahli perilaku organisasi,dan lain-lainnya, dapat
memberikan informasi kepada manajemen atau mengemukakan saran atas berbagai
tahap aktivitas organisasi.
1.2 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Sistem
Informasi Akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan
keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai
proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen. Proses dapat dideskripsikan
melalui berbagai kegiatan seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan,
analisis, pelaporan, dan pengelolaan informasi. Keluaran mencakup laporan
khusus, harga pokok produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja, dan
komunikasi personal.
Sistem informasi akuntansi manajemen tidak
terikat oleh suatu kriteria formal yang menjelaskan sifat dari masukan, proses
dan keluarannya. Kriteria tersebut fleksibel dan berdasarkan pada tujuan yang
hendak dicapai manajemen.
Tujuan umum
sistem akuntansi manajemen:
1. Menyediakan informasi yang diperlukan
dalam penghitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan
manajemen.
2. Menyediakan informasi yang dipergunakan
dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
3. Menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan.
Informasi
akuntansi manajemen dapat membantu mengidentifikasi suatu masalah,
menyelesaikan
masalah, dan mengevaluasi kinerja. Jadi informasi akuntansi manajemen
dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk
perencanaan,pengendalian, dan pengambilan keputusan.
1.3 Pengetian Akuntansi Manajemen
pihak yang
mengenakan informasi atau dapat disebut pengertian yang sifatnya positif
berdasarkan buku akuntansi manajemen 1 (Supriyono, 1987): “akuntansi manajemen
adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan utamanya untuk menyajikan
laporan-laporan suatu satuan usaha atau organisasi tertentu untuk kepentingan
pihak internal dalam rangka melaksanakan proses manajemen yang meliputi perencanaan,
pembuatan keputusan, pengorganisasian dan pengarahan serta pengendalian”.
Selanjutnya jika melihat hasil pelaporan yang di
perlukan manajemen yang tidak hanya laporan masa lalu tetapi juga
meliputi proyeksi masa depan maka akuntansi manajemen didefinisikan sebagai
berikut.
Akuntansi manajemen adalah penerapan teknik-teknik
dari konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan yang di
proyeksikan dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan
rencana untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dan dalam membuat
keputusan-keputusan rasional dengan suatu pandangan ke arah pencapaian tujuan
tersebut. Memperhatikan definisi yang kedua diatas beberapa hal yang perlu
dicatat ialah sebagai berikut.
1. Perlu
pemahaman teknik-teknik, katakanlah model-model seperti konsep perilaku biaya,
hubungan cost-volume dan profit, atau model-model matematis yang relevan.
2
Pemahaman
yang cukup terhadap metode akuntansi atau financial accounting maupun cost
accounting, paling tidak bagaimana metode pencatatan data akuntansi atau metode
harga pokok yang dilakukan terhadap historical keuangan perusahaan.
3
Proyeksi-proyeksi yang dilakukan berkaitan erat dengan teori statistic.
4
Keputusan-keputusan yang diambil harus rasional yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan suatu organisasi, seperti diketahui organisasi yang sama
dapat saja hasilnya berbeda, pencatatan biaya yang berbeda dan tujuan yang
berbeda pula.
Di samping itu akuntansi
manajemen dianggap suatu sidang akuntansi yang luas yang berkaitan dengan
pengembangan dan penggunaaan informasi akuntansi (Ralph Estes : 1986) jelas
pula keterkaitan disiplin akuntansi ini.
Definisi umum yang boleh
dikatakan rangkuman dari pembahasan pengertian akuntansi manajemen di atas,
(Ronald M.Copeland dan Paul E.Dascher : 1978) adalah: ”Managerial Accounting adalah bagian dari akuntansi yang berhubungan dengan
identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi akuntansi kepada internal
manajemen yang bertujuan guna perencanaan, proses informasi, pengendalian dan
pengambilan keputusan”.
1.4 Proses Manajemen
Proses
manajemen (management process) didefinisikan sebagai
aktivitas-aktivitas: Perencanaan, pengorganisasian, Pengendalian, dan
Pengambilan Keputusan.
1.
Perencanaan adalah
formulasi terinci dari kegiatan untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu.
Oleh sebab itu, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi
metode untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Pengorganisasian dimana
manajer memutuskan bagaimana cara terbaik mengkombinasikan sumber daya manusia
dengan sumber daya ekonomi lainnya yang menjadi milik perusahaan agar dapat
menjalankan rencana yang di tetapkan.
3.
Pengendalian adalah
kegiatan memonitor pelaksanaan rencana dan tindakan korektif sesuai kebutuhan
untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana seharusnya. Pengendalian
biasanya dicapai dengan menggunakan suatu umpan balik (feedback). Umpan
balik adalah informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi atau memperbaiki
langkah-langkah yang dilakukan dalam mengimplementasikan suatu rencana.
Berdasarkan informasi
akuntansi umpan balik, manajer atau pekerja dapat memutuskan untuk membiarkan
pelaksanaan tersebut berlangsung, mengambil beberapa jenis tindakan korektif
agar langkah yang diambil sesuai dengan rencana awalnya, atau melakukan perencanaan ulang di tengah proses
pelaksanaan. Informasi umpan balik disediakan oleh manajemen.
4.
Pengambilan Keputusan adalah
proses pemilihan di antara berbagai alternatif. Fungsi manajerial pengambilan
keputusan ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer
tidak dapat membuat rencana tanpa pengambilan keputusan. Manajer harus memilih
satu di antara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang
dipilih. Keputusan dapat ditingkatkan kualitasnya jika informasi alternatif
alternatif dikumpulkan dan disajikan kepada para manajer. Salah satu peran
utama sistem informasi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi yang
memudahkan proses pengambilan keputusan.
1.5 Akuntansi Manajemen dan Akuntansi
Keuangan
Dua
subsistem informasi akuntansi yaitu: Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen dan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan. Kedua subsistem akuntansi ini berbeda tujuannya, sifat masukannya,
dan jenis proses yang dipergunakan untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output).
Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan berhubungan terutama dengan penyediaan keluaran
bagi pengguna eksternal. Sistem akuntansi keuangan menggunakan kegiatan ekonomi
sebagai masukan dan memprosesnya sampai memenuhi aturan dan ketentuan tertentu.
Dalam akuntansi keuangan sifat masukan dan aturan, serta ketentuan yang
mengatur berbagai proses, didefinisikan oleh SEC (Securities Exchange
Commission) dan FASB (Financial Accounting Standards Board). Di
Indonesia Bapepam dan PSAK yang dikeluarkan oleh IAI. Tujuannya adalah untuk
menyusun laporan eksternal (laporan keuangan) bagi investor, lembaga
pemerintah, dan pengguna eksternal lainnya.
Sistem
akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pengguna internal, seperti
manajer, eksekutif, dan pekerja. Secara spesifik, akuntansi manajemen
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan
informasi yang bermanfaat bagi pengguna internal dalam merencanakan,
mengendalikan, dan membuat keputusan.
Beberapa
perbedaan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Pengguna
(target user). Akuntansi manajemen berfokus pada penyediaan
informasi kepada pengguna internal, sedangkan akuntansi keuangan memiliki fokus
pada penyediaan informasi bagi pengguna eksternal.
2. Pembatasan
pada masukan dan proses. Akuntansi manajemen tidak tergantung pada
prinsip-prinsip akuntansi, sedangkan masukan dan proses pada akuntansi keuangan
harus jelas dan terbatas, yaitu tunduk pada prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU)
3. Jenis
informasi. Pembatasan dalam akuntansi keuangan cenderung menghasilkan
informasi keuangan yang obyektif dan dapat diverifikasi. dalam akuntansi
manajemen, informasi dapat berupa informasi keuangan dan non-keuangan serta
dapat bersifat lebih subyektif.
4. Orientasi waktu. Akuntansi keuangan memiliki orientasi historis,
fungsinya adalah mencatat dan melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah terjadi.
Walaupun akuntansi manajemen juga mencatat dan melaporkan kejadian-kejadian
yang telah terjadi, akuntansi manajemen lebih menekankan pada penyediaan
informasi kegiatan-kegiatan di masa mendatang.
5. Tingkat agregasi. Akuntansi manajemen menyediakan ukuran dan laporan
internal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, lini produk,
departemen, dan manajer. Intinya, informasi yang sangat terinci dibutuhkan dan
disediakan. Akuntansi keuangan, memfokuskan pada kinerja perusahaan secara
keseluruhan, dan memberikan sudut pandang yang lebih agregat.
6. Keluasan.
Akuntansi manajemen jauh lebih luas daripada akuntansi keuangan.
Akuntansi manajemen meliputi aspek-aspek ekonomi manajerial, rekayasa industri (industria
reengineering), ilmu manajemen, dan juga bidang-bidang lainnya.
Perlu
ditekankan bahwa baik dari sistem akuntansi manajemen maupun sistem
akuntansi keuangan adalah bagian dari sistem informasi akuntansi secara
keseluruhan. Sayangnya, kebanyakan isi dari sistem akuntansi manajemen
dipengaruhi oleh kebutuhan akan system akuntansi keuangan. Laporan
akuntansi manajemen dan keuangan sering diambil dari suatu kumpulan data yang
sama, yang biasanya dibuat untuk mendukung kebutuhan penyusunan laporan
akuntansi keuangan. Banyak perusahaan perlu merancang ulang kumpulan data ini
agar lebih memenuhi kebutuhan pengguna internalnya.
Fleksibilitas
sangatlah dibutuhkan mengingat sistem akuntansi manajemen mampu menyediakan
informasi yang berbeda untuk kepentingan yang berbeda pula.
1.6 Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen
1. Informasi Akuntansi Penuh
Informasi
akuntansi penuh mencakup informasi masa lalu maupun informasi masa yang akan
datang. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa lalu bermanfaat
untuk: pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar
perusahaan, analisis kemampuan menghasilkan laba, pemberian jawaban atas
pertanyaan “berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu”, dan penentuan
harga jual dalam cost type contract. Informasi akuntansi penuh yang
berisi informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk: penyusunan program,
penentuan harga jual normal, penentuan harga transfer, dan penentuan harga jual
yang diatur oleh pemerintah.
2.
Informasi Akuntansi Diferensial
Informasi
akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan, dan/atau
biaya dalam alternatif tindakan yang lain.Informasi akuntansi diferensial
mempunyai dua unsur pokok: merupakan informasi masa yang akan datang dan
berbeda di antara alternatif yang dihadapi oleh pengambil keputusan. Informasi
akuntansi diferensial yang hanya bersangkutan dengan biaya disebut biaya
diferensial (differential costs), yang hanya bersangkutan dengan
pendapatan disebut dengan pendapatan diferensial (differential revenue),
dan yang bersangkutan dengan aktiva disebut aktiva diferensial (differential
assets).
3.
Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan, dan/atau
biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawan atas pusat
pertanggung jawaban tertentu. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan
informasi yang penting dalam proses pengendalian manajemen karena informasi
tersebut menenkankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang
bertanggungjawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban dengan demikian merupakan dasar untuk menganalisis kinerja
manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana
mereka yang dituangkan dalam anggaran mereka masing-masing.
1.7 Trend yang Mempengaruhi Akuntansi
Manajemen
Trend yang menyebabkan perubahan akuntansi manajemen adalah:
1. Kemajuan
teknologi informasi.
2. Implementasi
just-in time (JIT) manufacturing.
3. Meningkatnya
tuntutan mutu
4. Meningkatnya
diversifikasi dan kompleksitas produk, serta semakin pendeknya daur hidup
produk.
5. Diperkenalkannya
computer-integrated manufacturing.
Perkembangan
teknologi informasi menyebabkan dunia menjadi seperti kampung saja (ditinjau
dari sudut bisnis), batas-batas antar negara menjadi semakin tidak jelas dengan
semakin meluasnya perdagangan bebas di seluruh dunia dan persaingan bersifat
global dan tajam. Sifat persaingan ini menyebabkan laba yang diperoleh perusahaanperusahaan
yang memasuki tingkat persaingan dunia menjadi menciut. Penciutan laba memaksa
manajemen mencari berbagai strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu
bertahan dan berkembang. Hanya perusahaan-perusahaan yang manajemennya berhasil
menjadikan perusahaannya memiliki keunggulan pada tingkat dunialah yang mampu
bertahan dan berkembang pada situasi persaingan global dan tajam.
Fleksibel merupakan tuntutan pasar yang senantiasa menghendaki
perusahaan mampu menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen
yang selalu berubah. Fleksibel menuntut manajemen perusahaan secara terus
menerus melakukan perbaikan manfaar yang terkandung di dalam produk dan jasa
konsumen. Perkembangan teknologi informasi mengakibatkan konsumen mudah
melakukan akses terhadap mutu produk dan jasa yang akan mereka beli. Dengan
demikian, hanya perusahaan yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang
memenuhi mutu yang dibutuhkan konsumen, yang mampu menjadi pemimpin dalam
persaingan di pasar. Biaya merupakan faktor penting dalam menjamin kemenangan
perusahaan dalam persaingan di pasar.
Konsumen
akan memilih produsen yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang memiliki
mutu tinggi dengan harga yang murah. Harga murah hanya dapat dihasilkan oleh
produsen yang secara terus-menerus melakukan perbaikan terhadap aktivitas
penambah nilai (value added activities), dan yang senantiasa berusaha
menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai (non value added activities) bagi
konsumen.
1.8 Respon Akuntansi Manajemen Terhadap
Kebutuhan Manajemen Akan Informasi Akuntansi
Untuk
memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi akuntansidi dalam perusahaan yang
menggunakan teknologi informasi maju, akuntansi manajemen melakukan berbagai
perubahan yang sifatnya mendasar sebagai berikut:
1. Akuntansi manajemen melepaskan dominasi
akuntansi keuangan dengan memfokuskan perekayasaan informasi akuntansi untuk
memenuhi kebutuhan manajemen. Informasi biaya yang dihasilkan akuntansi
manajemen tidak sekedar ditujukan kepada manajemen untuk memenuhi kebutuhan
pelaporan keuangan (financial reporting) bagi pihak luar perusahaan ,
namun untuk memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity
management) berdasarkan informasi biaya.
2. akuntansi manajemen memanfaatkan teknologi
komputer untuk merekayasa informasi biaya produk yang lebih cermat. Pemanfaatan
teknologi komputer ini memungkinkan pembebanan biaya overhead (overhead cost
assignment) kepada produk jauh lebih cermat, sehingga memungkinkan manajemen
melakukan analisis kemampuan produk dalam menghasilkan laba (product
profitability analysis) dan keputusan penetapan harga jual (pricing
decision).
3. Akuntansi manajemen berusaha
mencerminkan konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan
produk dengan menerapkan activity-based cost syst
4. Akuntansi
manajemen menciptakan target costing untuk memungkinkan manajemen
menerapkan market-driven strategy dalam memasuki pasar dunia. Target
costing adalah perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang diperlukan
untuk mencapai pangsa pasar (market share) tertentu dengan laba per
satuan yang diharapkan.
5. Akuntansi
manajemen menyajikan informasi product life cycle cost untuk
memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analysis. Product life cycle
costing adalah sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi biaya
produk bagi manajemen untuk memungkinan manajemen memantau biaya produk selama
daur hidupnya.em (ABC).
Ada banyak sertifikasi yang tersedia bagi akuntan
manajemen. Ada tiga jenis sertifikasi utama yaitu :
1. Certificate
in management accounting (CMA)
2. Certificate
in public accounting (CPA)
3. Certificate
in internal auditing (CIA)
Selain itu, ketiga sertifikasi tersebut mewajibkan
pemegangnya melanjutkan pendidikan professional untuk mempertahankan
sertifikasi tersebut. Oleh karena sertifikasi menyatakan suatu komitmen atas
kompetensi professional, banyak organisasi mendorong manajer mereka untuk
mendapatkan sertifikat tersebut.
1.
Sertifikasi akuntansi manajemen (CMA)
Pada tahun 1974, institute of management accountants
(IMA) mensponsori sertifikasi baru, yang disebut certificate in management
accounting. Sertifikasi tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus para
akuntan manajemen. Salah satu kunci dari persyaratan untuk mendapatkan CMA
adalah lulus ujian kualifikasi. Ujian terbeut menekankan pada empat bidang,
yaitu :
1. Ekonomi, keuangan, dan manajemen
2. Akuntansi keuangan dan pelaporan
3. Laporan, analisis, dan masalah perilaku manajemen
4. Analisis keputusan dan sistem informasi
Bagian-bagian dari ujian tersebut mencerminkan
kebutuhan akuntansi manajemen dan menggarisbawahi observasi sebelumnya bahwa
akuntansi manajemen memerlukan pengetahuan antardisiplin ilmu lebih banyak jika
dibandingkan bidang-bidang lain dalam akuntansi. Salah satu tujuan utama CMA
adalah membuat akuntansi manajemen menjadi disiplin ilmu yang diakui dan
professional, serta terpisah dari profesi akuntan publik.
2.
Akuntan publik (CPA)
Certificate in public accounting (CPA) adalah
sertifikasi yang paling tua dan paling dikenal dalam akuntansi. Tujuan CPA
adalah untuk menyediakan kualifikasi minimal professional bagi auditor eksternal.
Hanya akuntan publik (CPA)yang diijinkan (oleh hukum)untuk menjadi auditor
eksternal. CPA harus lulus ujian Negara dan mendapat lisensi dari Negara dimana
dia melakukan praktik. Walaupun CPA tidak berorientasi kepada akuntansi
manajemen, namun CPA banyak dimiliki oleh akuntansi manajemen.
3.
Auditor internal bersertifikat (CIA)
Sertifikasi lainnya yang tersedia untuk akuntan
internal adalah certificate internal auditor (CIA). Hal yang menyebabkan adanya
sertifikasi ini adalah sama dengan yang menyebabkan munculnya CMA. Pemeriksaan
internal berbeda dengan pemeriksaan eksternal dan akuntansi manajemen, dan
banyak auditor internal merasa membutuhkan suatu sertifikasi khusus. Seorang
pemegang certificate internal auditor (CIA) berarti telah lulus ujian komprehensif
yang dirancang untuk menjamin kemampuan tekhnis, dan telah memiliki dua tahun
pengalaman kerja.
1.9 Tema
Baru Akuntansi manajemen
Lingkungan ekonomi telah mensyaratkan perkembangan praktik-praktik
akuntansi manajemen yang inovatif dan relevan. Beberapa tema baru dalam
Akuntansi Manajemen adalah:
1. Manajemen
Berdasarkan Aktivitas (Aktivity Based
Management).
berdasarkan aktivitas adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi, yang memfokuskan
perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk
pelanggan (customer value) dan laba sebagai hasilnya. Manajemen berdasarkan aktivitas
menekankan pada biaya berdasarkan
aktivitas / Activity Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Biaya
berdasarkan aktivitas meningkatkan
keakuratan pengalokasikan biaya. analisis nilai proses menekankan pada analisis aktivitas, yaitu
mencoba untuk menetapkan mengapa aktivitas dilakukan dan seberapa baik dilakukan. Tujuannya adalah untuk menemukan
cara melakukan aktivitas
yang diperlukan secara lebih efisien Permintaan akan informasi akuntansi
manajemen yang lebih akurat dan relevan telah mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan aktivitas.
Manajemen, dan untuk menghapus aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi pelanggan.
2. Orientasi
pada pelanggan
aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena perusahaan dapat
menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai pelanggan yang lebih
baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan
nilai yang sama dengan biaya lebih rendah dari pesaing. Nilai bagi pelanggan
adalah selisih antara apa yang pelanggan terima (produk Manajemen berdasarkan
aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan
mengelola total) dengan apa yang pelanggan serahkan (pengorbanan pelanggan).
3. Manajemen
Kualitas Total (Total Quality
Management)
Perbaikan berkelanjutan adalah hal yang mendasar sifatnya bagi pengembangan
proses manufaktur yang sempurna. Kesempurnaan manufaktur adalah kunci utama
bertahan hidup dalam lingkungan persaingan global. Filosofi dari manajemen
kualitas total, dimana perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang
memungkinkan pekerjanya menghasilkan produk yang sempurna (zero defect),
sedang menggantikan sikap “kualitas yang dapat diterima” dimasa lalu.
4. Waktu
sebagai unsur kompetitif.
Perusahaan kelas dunia mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
pasar dengan cara memperpendek siklus desain, implementasi, dan produksi.
Perusahaan mengirim produk dengan cepat melalui penghapusan waktu yang tidak
bernilai tambah. Pengurangan waktu yang tidak bernilai tambah semakin besar
seiring dengan meningkatnya kualitas. Tujuan keseluruhannya adalah meningkatkan
daya tanggap terhadap pelanggan.
5.
Efisiensi
Kualitas dan waktu merupakan hal yang penting, namun peningkatkan dimensi
tersebut tanpa peningkatan laba akan membuat kinerja menjadi sia-sia.
Meningkatkan efisiensi adalah juga hal vital. Biaya adalah ukuran kritikal
untuk efisiensi. Agar pengukuran efisiensi menjadi bernilai, biaya harus
ditetapkan, diukur, dan dialokasikan dengan tepat; lebih jauh lagi, produksi
keluaran harus berhubungan dengan masukan yang dibutuhkan, dan keseluruhan efek
finansial perubahan produktivitas harus dikalkulasi.
6. Bisnis
secara elektronik (E-business)
E-business adalah semua transaksi bisnis dan pertukaran informasi yang dijalankan
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Perdagangan secara
elektronik (E-commerce) adalah
jual beli produk dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Bisnis
dengan cara ini menyediakan kesempatan bagi sebuah perusahaan untuk memperluas
penjualannya di seluruh dunia dan dapat menurunkan biaya secara siggnifikan
jika dibandingkan dengan transaksi dengan menggunakan kertas.
BAB II
KONSEP
TERMONOLOGI DAN KLAFIKASI BIAYA
2.1 Konsep Termonologi Biaya
Untuk mempelajari akuntansi manajemen dibutuhkan
pemahaman akan arti biaya dan terminologi yang berkaitan dengan biaya.
Pembebanan biaya produk, jasa, dan objek lain dari kepentingan manajemen.
Biaya, adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan
datang bagi organisasi. Disebut ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat diubah
menjadi barang atau jasa yang diinginkan, contoh menukar peralatan dengan bahan
yang digunakan untuk produksi.
Biaya
oportunitas adalah manfaat yang diserahkan atau dikorbankan ketika satu alternatif
dipilih dari beberapa alternatif, contoh sebuah perusahaan mungkin
menginvestasikan Rp. 1.000.000 dengan persediaan selama setahun daripada
menginvestasikan modal tersebut pada investasi produktif yang memberikan
tingkat pengembalian 12%. Biaya oportunitas dari modal yang tertanam pada
persediaan adalah Rp. 1.000.000 x 12% = Rp. 120.000 dan ini adalah bagian dari
biaya menyimpan persediaan.Beban adalah biaya yang telah digunakan untuk
menghasilkan pendapatan, atau dengan kata lain beban adalah biaya yang telah
kadaluarsa.
Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan
membebankan biaya kepada entitas, dimana biaya yang akan dibebankan disebut
sebagai objek biaya. Objek biaya adalah setiap item seperti produk, pelanggan,
departemen, proyek, aktivitas dan sebagainya, dimana biaya diukur dan
dibebankan. Contoh jika kita ingin menentukan biaya produksi unit sepeda, maka
objek biaya adalah sepeda. Jika kita ingin menentukan biaya operasi departemen
pemeliharaan pada suatu pabrik, maka objek biaya adalah biaya operasi
departemen pemeliharaan pada suatu pabrik. Sehubungan dengan objek biaya ini,
terdapat aktivitas sebagai objek biaya yang penting.
Aktivitas adalah agregasi dari berbagai tindakan dalam
suatu organisasi yang bermanfaat bagi para manajer untuk tujuan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan. Contoh aktivitas meliputi pemasangan
peralatan untuk produksi, pemindahan bahan dan barang, pembelian komponen,
pengiriman tagihan kepada pelanggan, pembayaran tagihan, pemeriksaan produksi,
dan lain – lain. Keakuratan adalah suatu konsep yang relatif dan harus
dilakukan dengan wajar serta logis terhadap penggunaan metode pembebanan biaya,
tujuannya adalah untuk mengukur dan membebankan biaya terhadap sumber daya yang
dikonsumsi oleh objek biaya.
Pembebanan biaya secara akurat ke objek biaya
sang3EBiaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dengan mudah dan
akurat dilacak sebagai objek biaya. Hubungan biaya dengan objek biaya dapat
digali untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya.sangatlah
penting, Beberapa biaya yang termasuk ke dalam objek biaya adalah biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dengan
mudah dan akurat ditelusuri sebagai objek biaya.Pengertian ditelusuri dengan
mudah, berarti bahwa biaya dapat dibebankan dengan cara yang layak secara
ekonomi dan dilacak dengan akurat berarti bahwa dapat dibebankan dengan
menggunakan hubungan sebab akibat. Jadi ketertelusuran adalah unsur utama dalam
pengembangan pembebanan biaya yang akurat Biaya Langsung dan Biaya Tidak
Langsung
1. Biaya
Langsung – dapat dengan mudah atau ekonomis ditelusuri ke objek biaya
2. Biaya
Tidak Langsung – tidak dapat dengan mudah atau ekonomis ditelusuri ke objek
biaya. Biaya ini dialokasikan ke objek biaya dengan cara yang rasional dan
sistematis Biaya Langsung,
Faktor
Mempengaruhi Pengelompokan Biaya Langsung/Tak Langsung
1. Materialitas
Biaya Semakin besar nilai biaya mak semakin besar kemungkinan biaya tersebut
dapat dilacak secara ekonomis ke objek biaya tertentu
2. Ketersediaan
Teknologi Pengumpulan-Informasi Perkembangan tekhnologi pencarian informasi
memungkinkan perusahaan mengelompokan semakin banyak biaya sebagai biaya
langsung
3. Desain
Operasi Mengelompokan biaya sebagai biaya langsung akan mudah jika fasiltas
perusahaan digunakan secraa eklusif hanya untuk objek biaya yang spesifik
seperti produm Biaya Variabelütertentu atau konsumen tertentu Pola Perilaku
Biaya (variable costs) – secara total
berubah seiring dengan perubahan tingkat
Biaya Tetap (fixed costs) – tidak berubahüaktivitas atau volume
secara total sekalipun ada perubahan pada tingkat aktivitas atau
volume Biaya didefinisikan tetap atau
variabel jika dikaitkanüyang terkait
Biaya variabel –üdengan aktivitas tertentu atau periode waktu
tertentu konstan pada dasar per-unit.
Jika satu unit produk memakan biaya 5 pound untuk tiap bahan baku, biayanya
tetap sama per unit apakah satu, Biaya
tetap – berubahüsepuluh,
atau seribu unit yang diproduksi
berbanding terbalik dengan tingkat produksi. Seiring semakin banyak unit
diproduksi, biaya tetap yang sama tersebar ke semakin banyak unit, Pemicu Biaya (Cost Driver) – variabel yangümengurangi biaya per unit secara kausal (sebab-akibat) mempengaruhi
biaya dalam rentang waktu Rentang yang Relevan
(Relevant Range) – rentang tingkatütertentu
aktivitas (atau volume) normal di mana ada hubungan khusus antara
tingkat aktivitas (atau volume) dengan biaya tertentu
2.2 Klafikasi
Biaya
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar
yang berarti atas data biaya.klasifikasi yang paling umum di dasarkan pada
hubungan antara biaya dengan berikut ini:
1. Produk(satu
lot,batch,atau unit dari suatu barang jadi atau jasa)
2. Volume
produksi
3. Departemen,
proses, pusat biaya (cost center), atau subs divisi lain dari manufaktur
4. Periode
akuntans
5. Suatu
keputusan, tindakan atu evaluasi
1. Biaya dalam hubunganya dengan produk
a. Biaya produksi Disebut juga biaya pabrik atau biaya
produksi,biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu
biaya bahan baku langsung,biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
1) Bahan baku langsung Adalah semua bahan yang
membentuk bagian integral dari barang jadi dan dimasukan secara eksplisit dalam
perhitungan biaya produk.contoh dari bahan baku langsung adalah kayu yang
digunakan untuk membuat mabel dan minyak mentah yang digunakan untuk membuat
bensin.kemudahan penelusuran item bhan baku ke produk jadi merupakan
pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung.misalnya
jumlah paku mabel meupakan bagian integral dari barang jadi,tetapi karna biaya
dari paku yang di perlukan untuk setiap mabel tidak signifikan,maka paku
diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung
2) Tenaga Kerja Langsung Adalah tenaga kerja yang
melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat di
bebankan secara layak ke produk tertentu Contoh : Biaya untuk pembayaran
pegawai yang membuat meja
Bahan bakuv3) Biaya Overhead Pabrik tidak langsung Adalah bahan yang dibutuhkan
guna menyelesaikan suatu produk, tetapi tidak di klasifikasikan sebagai bahan
baku langsung karna bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.bahan
bakku tidak langsung juga terasuk bahan baku yang secara normalakan
diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung Contoh : Biaya untuk pembelian
amplas, Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja yang dikerahkanvpaku, lem
secara tidak langsung mempengaruhi pembuatan barang jadi atau tenaga
kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari
produk jadi Contoh : Biaya untuk membayar pengawas/mandor,pegawai pabrik
,pembantu umum,dan pada perusahaan jasa biasanya gaji Biaya Tidakvreseptionis,pegawai yang melakukan penyimpanan
dokumen
dengan manajemen umum organisasi. Contoh : gaji
eksekutif,akuntansi umum, Langsung Lainnya Contoh : Biaya telepon, listrik, air
dll.
b. Biaya komersial1) Biaya Pemasaran Meliputi semua biaya yang
diperlukan untuk menangani pesanan konsumendan memperoleh produk atau jasa
untuk di sampaikan kepada konsumen. Biaya biaya tersebut di sebut pemerolehan
pesanan(order-getting) dan pemenuhan pesanan (order-filling) Contoh : Biaya
Iklan, Biaya Pengiriman Barang,perjalanan dalam rangka penjualan ,komisi
penjulan ,gaji untuk bagian penjualan,dan biaya penyimpanan (gudang) produk
jadi. 2) Biaya Administrasi Meliputi pengeluaran eksekutif,organisasional, dan
klerikal yang berkaitan kesekretariatan,humas dan biaya sejenis terkait dengan
administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
2. Biaya dalam hubungannya dengan pembebanan ke objek biaya
a. Biaya langsung Suatu objek biaya terkait dengan suatu objek biaya dan
dapat dilacak ke objek biaya tertentu dengan cara yang layak secara
ekonomi(biaya efektivitas). Contoh;biaya kaleng atau botol yang merupakan biaya
lansung dari pepsi cola.biaya kaleng atau botol dapat dengan mudah dilacak atu
diidentifikasikan pada miuman tersebut.
b. Biaya tidak langsung Suatuobjek biaya bekaitan dengan objek biaya namun
tidak dapat dilacak ke objek biaya tertentudengan cara yang layak secara
ekonomis(biaya efektifitas) Contoh: gaji supervise yang juga mengawasi roduksi
sejumlah produk minuman ringan lain yang pembotolaya dilakukan di pabrik pepsi
merupakan biaya tidak langsung bagi pepsi cola, karna supervise merpakan kegiatan
yang di perlukan untuk mengelola produksi dan penjualan produk cola
3. biaya dalam hubunganya dengan volume produksi
a. Biaya Variabel adalah biaya yang berubah secara proposionaldengan
perubahan aktivitas.aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk
seperti unit yang di produksi,unit yang di jual,jarak kilometer yang dituju,jam
kerja dan sebagainya.biaya variable biasanya memasukan biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, berikut ini adalah biaya overhead yang
diklasifikasikan sebagai biaya variable:
Peralatanü Bahan bakar ü Perlengkapan ü ü Biaya penerimaan ü Kerusakan, sisa, dan beban reklamasi ükecil
Penanganan bahan bakuü Upah lmbur ü Biaya komunikasi üRoyalty
b. Biaya Tetap biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh
oleh tinggkat aktivitas kecuali jika di engaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari
luar seperti perubahan harga. Berikut adalah biaya overhead pabrik yang
biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap:
ü Depresiasi ü Gaji eksekutif produksi ü Asuransi –ü Gaji supervisor ü Amortisasi paten üPajak property ü Gaji satpam dan pegawai kebersihan üproperty dan kewajiban SewaüPemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan
c. Biaya Semi Variabel jenis biaya yang memiliki elemen biaya tetap dan
biaya variable, misalnya biaya listrik biasanya merupakan biaya semi variable ,
listrik yang digunakan untuk pencerahan biasanya adalah biaya tetap karna
cahaya tetap diperlikan tanpa memperdulikan tingkat aktivitas, sementara
listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoprasikan peralatan akan
bervariasi tergantung pada penggunaan peralatan. Berikut merupakan contoh lain
dari biaya overhead pabrik semi variable:
Jasaü Jasa bahan baku dan persediaan ü ü Air dan limbah ü Asuransi kesehatan dan kecelakaan ükantor pabrik ü Pajak penghasilan üPemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik Pemanasan, listrik, dan generator d. Biaya
Bertingkat (Step Cost) Biaya tetap dalam suatu rentang produksi. Contoh : Biaya
pembelian mesin 1, jika kapasitas produksi mesin 1 tidak mencukupi maka beli
mesin 2 dst
4. biaya dalam hubunganya dengan periode akuntansi
pembedaan yang akurat antara dua klasifikasi sangat
bergantung pada sikap manajemen terhadap pengeluaran tersebut dan karakteristik
dari operasi perusahaan
a. pengeluran modal ditunjukan untuk memberikan manfaat dimasa depandan
dilaporkan sebagai aktiva
b. pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan
dilaporkan sebagai beban, aktiva akhirnya akan menjaddi beban ketika di
konsumsi atau hilang kegunaanya
5. biaya dalam hubunganya dengan suatu keputusan, tindakan, atau
evaluasi
Biaya adalah bahan yang sangat penting dalam pembuatan
keputusan a. Berdasarkan Pengambilan Keputusan
1. Biaya diferensial Disebut juga biaya marginal atau biaya incremental
meskipun secara teknis biaya incremental berkiatan dengan kenaikan biaya yang
terjadi karna perubahan dari suatu alternative ke latrenatif lain sedangkan
penuruanya disebut biaya dekremental
2. Biaya Kesempatan Adalah manfaat potensial yang akan hilang bila salah
satu alternative telah dipilih dari sejumlah alternative yang tersedia.Contoh
:Agnes bekerja disuatu perusahaan dengan gaji Rp.1.000.000,-. Dia ingin
melanjutkan sekolah dan harus meninggalkan kerjanya, Oleh karena itu dengan
melanjutkan sekolah dia kehilangan pendapatan sebesar Rp.,1000.000,-. Gaji
Agnes yang hilang karena melanjutkan sekolah merupakan Opportunity Cost.
3. Biaya tertanam(SUNK COST) Adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat di
ubah oleh keputusn apa pun yang di buat saat ini atu pun masa yng akan
dating,karna biaya tertanam tidak dapat di ubbah oleh keputusan papun maka
biaya tertanam dapat diabaikan dalam membuat keputusan
BAB
III
PERILAKU
ANALISIS BIAYA
3.1 Analisis Perilaku Biaya
Biaya adalah kas atau setara kas yang
di korbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang di
harapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang. Berdasarkan
perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
dibagi menjadi tiga golongan : biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi
variabel.
1. Biaya
Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah
totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Contohnya
adalah biaya overhead pabrik tetap,
biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap. Jadi, biaya tetap
adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Biaya tetap jumlah totalnya
tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas
dengan tingkatan tertentu.
2) Biaya tetap per satuan (unit
cost) berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin
tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volumen
kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
Biaya tetap untuk kepentingan
perencanaan dan pengambilan keputusan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Discretionary
fixed cost
Discretionary fixed cost adalah biaya
tetap yang pengeluarannya bisa dipengaruhi oleh kebijakan manajemen, sehingga
sering disebut biaya yang bisa dikelola. Biaya tetap discretionary akan
dikeluarkan dalam jumlah yang secara total tidak berubah apabila manajemen
mengambil keputusan untuk mengeluarkan keputusan itu. Contohnya adalah penelitian dan biaya pengembangan, pendidikan
dan latihan karyawan, serta promosi dan advertensi.
2. Commited fixed
cost
Commited fixed cost adalah biaya tetap
yang dibebankan atau dikeluarkan karena keputusan yang lalu yang berhubungan
dengan ramalan penjualan jangka panjang atau untuk menjaga kapasitas yang
dibutuhkan jangka panjang. Biaya tetap ini adalah biaya penyusutan aktiva
tetap, biaya pajak kekayaan, asuransi, gaji para direktur dan sebagainya.
3. Biaya tetap
bertingkat
Biaya tetap bertingkat adalah biaya
tetap yang jumlahnya tetap pada kapasitas tertentu, tetapi akan berubah pada
kapasitas yang lain. Contoh: Gaji pegawai pengawas produksi. Pada saat produksi
sejumlah 10.000 unit, hanya diperlukan 1 orang pengawas dengan gaji Rp.
1.000.000,00/bulan. Tetapi apabila produksi bertambah menjadi 15.000
unit/bulan, akan diperlukan pembantu pengawas dengan gaji Rp. 600.000,00/bulan.
Dan bila produksi melebihi 15.000 unit, diperlukan tambahan pembantu pengawas
dengan gaji Rp. 400.000,00/bulan.
2. Biaya
Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh :
biaya bahan baku , biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel,
biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi variabel.
Ada 3 jenis biaya variabel yaitu:
biaya variabel murni, biaya variabel bertingkat, biaya variabel lengkung.
1.
Biaya
variabel murni
Biaya variabel murni adalah biaya
variabel yang jumlah totalnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan
volume kegiatan. Contoh: biaya bahan tanpa ada diskon, yaitu apabila perusahaan
membeli bahan 1000 unit, maka perusahaan harus membayar Rp.1000.000.000,00;
bila membeli 2000 unit akan membayar Rp. 2.000.000.000 dan seterusnya.
2.
Biaya
variabel bertingkat
Biaya variabel bertingkat mempunyai
sifat, secara total berubah setelah melampaui tahap tertentu pada perubahan
kapasitas. Contoh: Biaya pemeliharaan mesin dibayarkan berdasarkan jam kerja,
jumlah pegawai adalah 4 orang. Apabila mesin diperbaiki cukup dikerjakan 1
orang, terpaksa perusahaan akan membayar 4 jam 1 orang. Karena jumlah pegawai
pemeliharaan adalah 4 orang, jadi biaya pemeliharaan 1 sampai 4 jam adalah
sama. Jumlah biaya pemeliharaan antara 5 sampai 8 jam sama dan seterusnya
meningkat dengan kelipatan empat.
3.
Biaya
variabel lengkung
Biaya variabel lengkung adalah biaya
yang secara total berubah tidak selalu proporsional (tetapi tidak mempunyai
sifat seperti biaya semi variabel), pada tahap awal biaya total berubah
proporsional, pada tahap menengah perubahan biaya akibat tambahan volume
kegiatan akan menurun, dan pada tahap lanjutan perubahan biaya akan menajam
melebihi tahap awal. Contoh: Biaya bahan tertentu yang pasarnya mempunyai
tingkat penawaran yang pada tahap tertentu akan menjadi lagka. Pada saat
perusahaan membutuhkan bahan tersebut sejumlah sampai dengan 1000 unit, maka
harga per unit Rp.100.000,00 dan pembelian diatas 1000 unit memperoleh diskonto
10%, namun setelah bahan dibeli melebihi 5000 unit, pasar setempat tidak bias
memenuhi dan perusahaan harus mencari pasar lain, mungkin diluar kota atau
diluar negeri dengan tambahan biaya pengangkutan, biaya asuransi dan
sebagainya, sehingga bahan sampai gudang akan menjadi Rp. 120.000,00 per unit.
Dihubungkan dengan karakteristik biaya
terhadap keluarannya, biaya variabel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Biaya
variabel engineered
Biaya variabel engineered adalah biaya
variabel yang mempunyai hubungan phisik yang eksplisit dengan keluarannya, misalnya :
biaya bahan baku , biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya
variabel discretionary
Biaya variabel discretionary adalah
biaya variabel yang tidak mempunyai hubungan akurat dengan keluarannya, misalnya
biaya promosi dan advertensi yang ditentukan oleh manajemen berdasarkan
persentase tertentu dari pendapatan penjualan, biaya penelitian dan
pengembangan yang ditentukan berdasar persentase tertentu dari laba yang
dicapai.
3.
Biaya Semi Variabel
Biaya campuran atau biaya semi
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah dengan adanya perubahan
kapasitas kegiatan tetapi perubahan jumlah biaya tersebut tidak proporsional
dengan perubahan kapasitas kegiatan. Contoh: biaya listrik, biaya reparasi dan
pemeliharaan aktiva tetap, biaya kendaraan, biaya telpon, dan sebagainya.
Jadi, biaya semi variabel memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1) Biaya semi variabel jumlah totalnya
berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat-sifat
perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar
jumlah total biaya, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah
total biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding (not proportional).
2) Biaya semi variabel per satuan
berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya
tidak sebanding. Sampai dengan tingkat kegiatan tertentu, semakin tinggi volume
kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin
tinggi biaya satuan.
4. Metode
Pemisahan Biaya Campuran ( semi variabel )
Terdapat empat metode yang bisa
digunakan untuk memisahkan biaya variabel dan biaya tetap, yaitu :
1.
Metode
Engineer (engineering method)
Metode Engineer adalah suatu metode
pemisahan biaya campuran, yang digunakan bila analisis biaya tidak mempunyai
pengalaman di masa lalu. Metode ini diterapkan untuk pemisahan biaya pertama
kali, misalnya untuk perusahaan baru atau untuk jenis biaya baru. Metode ini
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a.
Metode
Penghentian Kegiatan ( Stand by Method ), merupakan metode pemisahan biaya
dengan menghentikan kegiatan operasi secara total dan penghentian ini dilakukan
dalam jangka waktu tertentu. Dengan metode penghentian kegiatan, maka seluruh
kegiatan operasi pada departemen yang akan dinilai dihentikan selama jangka
waktu tertentu, misalnya satu bulan, dan pada saat operasi dihentikan akan bias
diketahui berapa biaya masih harus dikeluarkn walaupun kegiatan tidak ada.
Secara umum, metode ini bisa dipisahkan dengan prosedur sebagai berikut:
a)
Perusahaan menghentikan kegiatannya dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu
bulan.
b) Pada waktu tidak ada
kegiatan dihitung biaya-biaya yang masih tetap dibayar dan jumlah ini diketahui
sebagai biaya tetap.
c) Saat berjalan
kembali kegiatan perusahaan akan dihitung jumlah totalnya.
d) Biaya total dalam butir
3 dikurangi biaya tetap merupakan biaya variabel.
Contoh : Perusahaan
menghentikan kegiatannya selama satu bulan dan biaya tetap dibayar adalah
Rp.8.000.000,00 setelah perusahaan berjalan kembali selama satu bulan
dikeluarkan biaya Rp.20.000.000,00 dan produksi/kapasitas adalah 15.000 maka
biaya Rp.20.000.000,00 disebut biaya semi variabel yang terdiri dari:
1)
Biaya tetap Rp. 8.000.000,00
2)
Biaya variabel = Rp.20.000.000,00 - Rp.8.000.000,00 Rp.12.000.000,00
Atau Rp.800,00 per unit
(=Rp.12.000.000,00/15.000 unit)
b.
Metode
Gerak dan Waktu (time and motion study method)
Metode ini merupakan metode
yang bisa digunakan ahli teknik, analis biaya akan mengadakan beberapa
percobaan setiap unsur kegiatan dan dilakukan dalam beberapa waktu tertentu.
2.
Metode
Titik Tertinggi dan Terendah (High and Low Point Method)
Metode ini mempunyai cara dalam
pemisahan biaya variabel dan biaya tetap sebagai berikut:
a)
Perusahaan memilih kapasitas tertinggi dan kapasitas terendah dari kegiatan
operasinya.
b)
Menghubungkan biaya pada saat kapasitas tertinggi dengan biaya kapasitas
terendah.
c)
Menghitung biaya variabel perunit kapasitas dengan rumus:
BT – BR ═ BVUKT - KR
|
Notasi:
BT = Biaya pada kapasitas tertinggi
BR = Biaya pada kapasitas terendah
KT = Kapasitas tertinggi
KR = Kapasitas terendah
BVU = Biaya Variabel per unit
Menghitung biaya tetap total dengan
rumus :
BTT
═ BT ─ (KT × BVU)
|
Notasi:
BTT
= Biaya tetap total
BT
=Biaya pada kapasitas tertinggi
KT
= Kapasitas tertinggi
BVU = Biaya Variabel per unit
3.2 Pengaruh Manajemen Terhadap Biaya
Manajemen merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi perubahan biaya. Atas dasar pengaruh manajemen terhadap
biaya yang dapat digolongkan menjadi dua :
• Biaya terkendali
• Biaya tidak terkendali
Penggolongan biaya atas dasar pengaruh
manajemen ini bermanfaat untuk perencanaan dan pengendalian biaya dalam rangka
untuk menilai.
1.
Biaya Terkendali
(Controllable Cost)
Biaya
terkendali adalah biaya yang langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer
tingkatan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Untuk menentukan seorang
manajer tingkatan tertentu dapat mengendalikan biaya atau tidak, sehingga dapat
menentukan biaya menjadi tanggung jawabnya atau tidak, dapat dipakai pedoman
berikut ini :
a.
Apabila seseorang memiliki
wewenang dalam mendapatkan atau menggunakan barang dan jasa tertentu, maka
biaya yang berhubungan dengan pemakaian barang dan jasa tersebut merupakan
tanggung jawab orang tersebut.
b.
Apabila seseorang secara
berarti dapat mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri,
maka orang tersebut harus dibebani tanggung jawab atas biaya tersebut.
c.
Apabila seseorang ditunjuk
oleh manajemen untuk membantu pejabat yang sesungguhnya bertanggung jawab atas
suatu elemen biaya tertentu, maka orang tersebut ikut bertanggung jawab
terhadap biaya tertentu tersebut bersama dengan pejabat yang dibantu.
Contoh
: Biaya bahan baku besarnya ditentukan oleh dua taktor penting yakni harga
bahan baku per unit dan kwantitas bahan baku . Manajer yang dapat mempengaruhi
atau mengendalikan harga bahan baku adalah manajer pembelian karena dia
memiliki wewenang untuk memperoleh bahan baku per unit. Oleh karena itu manajer
pembelian bertanggung jawab terhadap harga bahan baku . Di lain pihak manajer
produksi dapat mempengaruhi atau mengendalikan kuantitas bahan baku sehingga
dapat mempengaruhi besamya kuantitas bahan baku yang digunakan.
Contoh
lainnya adalah biaya depresiasi. Manajer puncak memiliki wewenang untuk membuat
keputusan mengenai pemilihan aktiva tetap yang akan dibeli, menentukan besarnya
nilai sisa aktiva tetap, metode depresiasi yang dipakai. Berdasarkan wewenang
tersebut, manajemen puncak dapat mempengaruhi besamya biaya depresiasi
terkendalikan oleh manajemen puncak.
2.
Biaya Tidak Terkendalikan
(Uncontrollable Cost)
Biaya
tidak terkendalikan adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang
manajer atau pejabat tingkatan tertentu berdasar wewenang yang dia miliki atau
tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tertentu dalam jangka waktu
tertentu.
3.3 Kakteristik Biaya Dihubungkan biaya pengeluaran
Untuk tujuan pengendalian manajemen,
khususnya hubungan biayakeluarannya, maka karakteristik biaya dapat digolongkan
menjadi tiga :
1.
Biaya Engineered (Engineered
Cost)
Biaya
engineered adalah elemen biaya (input) yang mempunyai hubungan phisik yang
eksplisit dengan keluaran (output). Untuk menentukan hubungan phisik yang
eksplisit antara biaya dengan keluaran ada 2 :
•
Dengan analisis enjineering, sehingga biasa dinamakan biaya enjineered.
Analisis enjineering dilakukan dengan cara mempelajari rancangan produk atau
jasa yang umumya dibuat oleh insinyur perusahaan. Dari rancangan produk
tersebut, dapat diketahui bahan baku , peralatan dan mesin-mesin serta jenisnya
dan lamanya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah produk atau jasa
sehingga dapat disusun biaya standar untuk menghasilkan produk atau jasa.
•
Dengan analisis biaya historical. Analisis biaya historical berarti mencari
hubungan statistik antara biaya (masukan) dengan keluaran.
2.
Biaya Discretionary
(Discretionary Cost)
Biaya
discretionary atau managed cost adalah meliputi semua biaya (input) yang tidak
mempunyai hubungan yang akurat dengan keluaran (output). Biaya discretionary
diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang bermanfaat bagi perusahaan tetapi
keluaran tersebut tidak memberikan hubungan yang akurat dengan masukan.
Manajemen seringkali sulit untuk mengukur keluaran yang dihasilkan oleh
discretionary cost dan timbul selisih waktu (time lag) antara saat
dikeluarkannya biaya dengan saat dihasilkannya keluaran. Karena sulitnya
menghubungkan antara biaya masukan dengan keluaran dapat berupa produk, jasa
ataupun pendapatan penjualan, maka besamya biaya discretionary ditentukan
berdasarkan kebijaksanaan manajemen puncak pada setiap awal periode anggaran
yang berdasar jumlah tetap atau jumlah variabel yang ditentukan dari keluaran
yang diharapkan. Anggaran tersebut didasarkan pada program kerja yang akan
dilaksanakan dan cara-cara melaksanakannya sehingga anggaran biaya
discretionary menunjukkan jumlah maksimal yang boleh dikeluarkan untuk
melaksanakan program tersebut maka jumlah tersebut dengan sangat terpaksa harus
dilampaui maka sebelumnya memerlukan pengesahan manajemen puncak. Manajemen
dapat mengurangi atau meniadakan biaya discretionary tertentu dengan cara
mengurangi atau tidak melaksanakan program kerja tertentu. Contoh biaya
discretionary misalnya biaya promosi dan advertensi penjualan, biaya pendidikan
dan latihan karyawan, biaya penelitian dan pengembangan. Besarnya biaya
tersebut dapat ditentukan berdasar jumlah tetap untuk satu periode anggaran
atau berdasar persentase terentu dari hasil penjualan.
3.
Biaya Committed (Committed Cost)
Biaya
committed atau biaya kapasitas (capacity cost) adalah meliputi biaya yang
terjadi dalam rangka untuk mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi
dalam kegiatan produksi, pemasaran, dan administrasi. Biaya committed
berhubungan dengan penyediaan fasilitas produksi (misalnya bangunan,
mesin-mesin, peralatan), fasilitas pemasaran (misalnya gudang produksi selesai,
kendaraan pengangkut), fasilitas administrasi organisasi (misalnya pejabat
kunci) yang harus dimiliki perusahaan sehingga perusahaan siap beroperasi.
Biaya committed merupakan biaya tetap, misalnya : biaya depresiasi, pajak bumi
dan bangunan, asuransi, gaji pejabat kunci.
Biaya committed berhubungan dengan pembelian
aktiva tetap dan pengadaan pejabat kunci perusahaan yang bermanfaat untuk
jangka waktu panjang. Oleh karena itu biaya committed tidak dapat dipengaruhi
oleh manajemen dalam jangka pendek atau dalam tahun anggaran. Akan tetapi di
dalam jangka panjang, manajemen dapat mengubah alokasi sumber-sumber pada
kapasitas yang dimiliki perusahaan sehingga dapat mempengaruhi besarnya biaya
committed.
Biaya committed timbul dari keputusan
penanaman modal (capital budgeting decisions) yang dibuat oleh manajemen.
Didalam membuat keputusan mengenai kapasitas atau fasilitas yang akan digunakan
oleh perusahaan untuk jangka waktu panjang di masa yang akan datang, manajemen
dapat mempengaruhi kapasitas aktiva tetap yang akan dibeli dan pengadaan
pejabat kunci dengan mempertimbangkan keluaran (output) yang diharapkan sebesar
100.000 unit produk per tahun maka cost aktiva tetap yang akan dibeli sebesar Rp.
100 juta, jika keluaran yang diharapkan sebesar 180.000 produk per tahun maka
aktiva tetap yang dibeli dengan kapasitas yang lebih besar yang umumnya
mempunyai cost yang lebih besar pula.
3.4 Pengaruh Perubahan Volume Kegiatan Terhadap Biaya
Atas dasar pengaruh perubahan volume terhadap
biaya, biaya dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
1.
Biaya tetap
Biaya
tetap adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
•
Biaya tetap jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan atau aktivitas dengan tingkatan tertentu.
•
Biaya tetap per satuan (unit cost) berubah berbanding terbalik dengan perubahan
volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan,
semakin rendah volumen kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
Contoh
:
biaya
overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum
tetap. Biaya tersebut elemennya dapat digolongkan kedalam : biaya depresiasi
aktiva tetap, biaya asuransi, gaji pejabat kunci, dan biaya tetap lainnya.
Tingkatan kekonstanan total biaya tetap terbatas dalam jangka kapasitas (range
of capacity) yang merupakan daerah kapasitas di dalam mana manajemen
melaksanakan kegiatan sehingga jarak tersebut dinamakan juga jarak relevan
(relevant range). Tingkatan kapasitas di luar jarak relevan dapat mengakibatkan
jumlah total biaya tetap berubah.Dihubungkan dengan karakteristik biaya
terhadap keluarannya, biaya tetap dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
•
biaya tetap discreationary,
•
biaya tetap committed.
Biaya
tetap discretionary adalah biaya tetap yang
besarnya ditentukan oleh kebijaksanaan manajemen puncak setelah
mempertimbangkan program dan cara-cara pelaksanaan program yang bersangkutan,
misalnya biaya tetap untuk : penelitian dan pengembangan, pendidikan dan
latihan karyawan, serta promosi dan advertensi. Biaya tetap committed adalah biaya tetap yang
terjadi dalam rangka mempertahankan kapasitas atau kemampuan perusahaan
beroperasi dalam kegiatan produksi, pemasaran, dan administrasi. Seperti :
depresiasi, asuransi, gaji pejabat kunci.
2. Biaya Variabel
Biaya
variabel adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
•
Biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume
kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya
variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya
variabel.
•
Biaya variabel per satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan,
jadi biaya satuan konstan. Contoh : biaya bahan baku , biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variabel, dan biaya
administrasi variabel. Dari contoh total biaya variabel dan biaya variabel per
unit tersebut diatas dapat disusun grafik yang tampak pada gambar.
BAB
IV
ANALISIS BREAK EVEN POIN (TITIK IMPAS)
4.1 Pengertian Break Even Point
Teknik analisis titik impas sudah umum
bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis
dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua)
alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
1. Analisis
ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2.
Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode
titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana
perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita
kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga
tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di
dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume
penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila
penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka
perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan,
apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus
dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah
mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk
mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah
sebagai berikut, yaitu :
1.
Menekan
biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan
mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2.
Menentukan
harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3.
Meningkatkan
volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut
diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut
mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor
akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur
laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk
memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Namun ada juga yang membuat pengertian
break even point
sebagai berikut :
1.
Menurut
S. Munawir (2002) Titik break
even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2.
Menurut
Abdullah (2004) Analisis Break
even point disebut juga Cost
Volume Profit Analysis.
Arti penting analisis break even point bagi
menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut,
yaitu :
1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan
laba tertentu.
3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir
agar perusahaan tidak menderita rugi.
Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan
pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual
untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk
tersebut.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah
suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu
periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya
tidak menderita kerugian.
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti
suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami
rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat
ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya
variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah
tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional,
dimana break even
tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama
untuk menentukan break even
adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi
dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya
sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan,
bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Apabila perusahaan mempunyai biaya
variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut.
Masalah break even
point baru akan
muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga
mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah
sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara
totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur biaya variabel
disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu perusahaan dengan
volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya menutupi
biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang
tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya
variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan
total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai
laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.
4.2 Kegunaan Break Even Point
Diatas telah dikemukakan bahwa analisa
break even point sangat
penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa
jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan
mengetahui break even point
kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya,
rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil
kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa
asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1.
Biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya
tetap.
2.
Besarnya
biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah
tetap.
3.
Besarnya
biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi
atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena
adanya perubahan volume kegiatan.
4.
Jumlah
unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
5.
Harga
jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6.
Perusahaan
hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi
masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh
pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain
mengenai :
1.
Jumlah
minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.
Jumlah
penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
3.
Besarnya
penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan
tidak menderita kerugian.
4.
Untuk
mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap
laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan
dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan
beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel
dengan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai
jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang
diusulkan.
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa
laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan
batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Analisa break even point memberikan penerapan yang
luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan
alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak
hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan
tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan
perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
4.3 Kelemahan Analisa Break Even Point.
Sekalipun Analisa break even ini banyak
digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini
mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini
antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya
terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).
1.
Asumsi
tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit
maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume
penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik
tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal
ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan
melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah
besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini
bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah
besarnya upah lembur.
2.
Klasifikasi
biaya
Kelemahan kedua dari analisa break
even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya
semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan
kemudian berubah-ubah setelah titik
tersebut.
3.
Jangka
waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even
point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan
di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan
mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup
besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan
terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka
sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break
even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar.
BAB
V
ANALISI
BIAYA RELEVAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
5.1 Konsep Biaya Relevan
Informasi
relevan merupakan faktor yang sangat berguna didalam menghasilkan keputusan
yang baik dan benar. Didalam mengambil keputusan yang tidak terstruktur (keputusan
khusus) informasi yang sangat penting adalah Biaya relevan dan Pendapatanyang
relevan denan keputusan tersebut.
BiayaRelevan,
ialah biaya yang dapat dihindari dan harus selalu dipertimbangkan didalam
setiap kali mengbil keputusan oleh manajemen. Definisi lainnya mengatakan bahwa
biaya relevan ialah biaya yang akan terjadi dimasa datang dan jumlah berbeda untuk
setiap alternatif yang akan dipilih. Dari kedua difinisi ini dapat diketahui
ciri-ciri biaya revan sbb:
a.
Biaya dapat dihindari dengan suatu
keputusan manajemen
b.
Biaya tersebut belum terjadi
c. Biaya yang akan terjadi itu nilai
berbeda untuk setiap alternatif.
d.
Biaya tersebut benar-benar memberi
pengaruh didalam keputusan
Untuk
menentukan biaya relevan dapat ditempuh sbb:
1.
Mengumpulkan seluruh biaya yang
terkait dengan masing2 alternatif
2. Meng-eliminasi biaya terbenam (sunk
cost)
3. Mengeliminir biaya yang jumlahnya
tidak berbeda
Setelah tiga tahap dilakukan maka
sisanya merupakan biaya relevan.
5.2
Biaya Deferensial
akuntansi differensial merupakan informasi
akuntansi yang dihubungkan dengan pemilihan alternatif. Informasi akuntansi
deferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan, dan/atau
biaya dalam alternatif tindakan tertentu dibandingkan dengan alternatif
tindakan yang lain. Unsur pokok yang ada pada informasi akuntansi ini adalah
bahwa informasi ini berhubungan dengan masa yang akan datang dan berbeda untuk
setiap alternatif.
Informasi penting untuk pengambilan
keputusan. Karena keputusan berhubungan dengan masa yang akan datang, maka
informasi akuntansi yang relevan adalah informasi yang akan datang. Karena
pengambilan keputusan selalu menyangkut pemilihan dari berbagai alternatif yang
ada, maka informasi akuntansi yang bermanfaat adalah informasi akuntansi yang
berbeda diantara berbagai alternatip yang akan dipilih.
1.
Biaya Differensial sebagai bagian Informasi
Akuntansi Differensial
Informasi
akuntansi differensial terdiri dari aktiva, pendapatan dan biaya, dari ketiga
jenis informasi tersebut yang relatif sulit pengukurannya adalah biaya
differensial. Terdapat berbagai konsep biaya yang dikembangkan dalam akuntansi
biaya, sepertii opportunity
cost, incremental cost, out of pocket cost, dan hypothetical cost yang
sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda dengan biaya differensial. Untuk
memperoleh konsep yang benar mengenai biaya differensial, perlu dijelaskan
konsep biaya differensial dan perbedaannya dengan konsep biaya yang lain
sehingga memperjelas pengertian biaya differensial.
2. Biaya
Differensial versus Biaya Relevan.
Relevan
berarti berhubungan dengan sesuatu. Biaya yang relevan dengan pengambilan
keputusan lebih tepat disebut biaya differensial, karena berhubungan dengan
pemilihan alternatif masa yang akan datang, dan untuk dapat melakukan
pemilihan, pengambil keputusan harus dapat membedakan diantara alternatif yang
tersedia, maka informasi yang relevan adalah informasi yang akan datang yang
berbeda untuk alternatif yang akan dipilih. Oleh karena itu, istilah biaya
differensial berbeda pengertiannya dengan biaya relevan, karena istilah biaya
relevan adalah istilah yang umum, yang tidak selalu berhubungan dengan
pengambilan keputusan.
3. Biaya
differensial merupakan biaya Masa yang akan Datang (Future Cost) dan merupakan
biaya yang berbeda.
Pengambilan
keputusan merupakan pemilihan dari berbagai alternatif yang akan dipilih pada
masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi biaya yang diperlukan dalam
pemilihan alternatif tersebut adalah biaya masa yang akan datang yaitu
merupakan biaya yang dapat diperkirakan akan terjadi pada periode yang akan
datang yang jumlahnya harus ditaksir dan waktu terjadinya dapat diramalkan. Biaya
ini merupakan satu-satunya biaya yang dapat dikendalikan oleh manajemen.
Biaya
differensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda
atau berpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan diantara berbagai
macam alternatif. Oleh karena itu, biaya tersebut relevan dengan analisis yang
dilakukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan.
4. Biaya
Differensial versus Biaya Variable
Biaya
differensial tidak selalu sama dengan biaya variable. Jika keputusan yang akan
dipilih berkaitan dengan pemilihan satu diantara berbagai volume kegiatan,
biaya differensial sama dengan biaya variable, sepanjang biaya tetap tidak
berubah. Dalam hal ini istilah yang sama dengan biaya differensial adalah
incremental cost
4.
Biaya Differensial versus Biaya Tetap.
Dalam
mengambil suatu keputusan, biaya tetap mungkin merupakan biaya differensial
tetapi bisa juga tidak merupakan biaya differensial. Jika biaya tersebut bisa
diikuti jejaknya dalam suatu pengambilan khusus dan hanya akan terjadi jika
keputusan tersebut dipilih, maka biaya tetap tersebut merupakan biaya
differensial.
6. Biaya
Differensial versus Biaya Depresiasi
Depresiasi
merupakan keputusan manajemen jangka panjang dan merupakan alokasi secara
periodik atas harga pokok aktiva tetap yang dibeli pada waktu lampau.
Depresiasi berhubungan dengan pengambilan keputusan jangka panjang dan hanya
dipengaruhi pada saat keputusan penanaman modal diambil. Dalam pengambilan
keputusan jangka pendek biaya depresiasi bukan merupakan biaya differensial dan
dapat diabaikan.
7. Biaya
Differensial versus Biaya Tambahan (Incremental Cost)
Biaya
tambahan merupakan informasi akuntansi manajemen yang diperlukan oleh manajemen
dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penambahan dan pengurangan
volume kegiatan. Biaya tambahan suatu alternatif adalah tambahan biaya yang
akan terjadi jika suatu alternatif yang berkaitan dengan volume kegiatan
dipilih.
Karena
biaya tambahan merupakan tambahan biaya yang berhubungan dengan suatu
alternatif, maka biaya ini sesungguhnya berasal dari pengertian biaya
differensial. Biaya tambahan merupakan jumlah semua biaya differensial
yang berhubungan dengan suatu alternatif yang berkaitan dengan penambahan atau
pengurangan volume kegiatan. Biaya tambahan hanya akan sama dengan biaya
differensial dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penambahan
atau pengurangan volume kegiatan. Biaya tambahan merupakan salah satu elemen
biaya differensial, namun biaya differensial tidak terbatas pada biaya tambahan
saja.
Jika
biaya tambahan dihubungkan dengan suatu alternatif tindakan yang kemungkinan
akan dilaksanakan atau mungkin tidak dilaksanakan oleh manajemen, biaya
tambahan mungkin dapat terjadi tetapi mungkin juga tidak. Apabila alternatif
yang diusulkan berupa peniadaan suatu kegiatan yang sekarang ada, maka biaya
tertentu yang ada sekarang dapat dihindari. Biaya ini disebut biaya
terhindarkan (avoidable cost),
yaitu biaya yang tidak akan terjadi jika suatu alternatif dipilih. Biaya
terhindarkan merupakan variasi dari biaya tambahan, oleh karena itu sering
disebut sebagai penghematan biaya tambahan (incremental
cost saving atau negative incremental cost).
8. Biaya
Differensial versus Biaya Kesempatan (Opportunity Cost).
Biaya
kesempatan adalah pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai
akibat dipilihnya suatu alternatif tertentu. Biaya ini merupakan elemen biaya
differensial dalam pengambilan keputusan, tetapi biaya differensial tidak
terbatas pada biaya kesempatan saja.
9. Biaya
Differensial versus Biaya Keluar dari Kantong (Out-of-Pocket Cost)
Biaya
Keluar dari Kantong adalah biaya yang akan memerlukan pengeluaran kas sekarang
atau dalam waktu dekat sebagai akibat dari keputusan manajemen. Biaya ini
merupakan elemen biaya differensial yang dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan.
5.3 Pengambilan
Keputusan
Keputusan yang diambil manajemen
meliputi berbagai macam dan jangka waktu, misal keputusan dalam kegiatan
operasi rutin atau keputusan yang diambil dalam masalah-masalah khusus.
Pengambilan keputusan rutin pada umumnya terjadi dan berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan yang bersifat teratur dan rutin.
Pengambilan keputusan khusus pada umumnya bersifat tidak teratur waktu
terjadinya dibandingkan dengan keputusan operasi perusahaan secara periodik,
bersifat khusus dan bahkan luar biasa.
Pengambilan keputusan khusus banyak jenisnya,
yang akan dibahas dalam bab ini adalah pengambilan keputusan khusus yang
berkaitan dengan :
1. Menerima atau menolak pesanan khusus
atau menolak pesanan khusus adalah dua
alternatif keputusan yang ada kalanya dihadapi oleh manajemen. Pesanan khusus
adalah pesanan di luar penjualan normal, biasanya dengan harga yang lebih
rendah dari harga jual normal.
Keputusan
tentang harga jual produk (jasa) jangka panjang harus mendasarkan pada
pertimbangan full cost.
Tetapi dalam jangka pendek (masih ada kapasitas yang menganggur), penentuan
harga jual dapat dilakukan dengan hanya mempertimbangkan differensial cost.
Oleh karena itu, pesanan khusus mungkin menarik, meskipun harganya lebih rendah
dari harga jual normal. Analisis differensial dapat digunakan untuk
mengevaluasi differensial revenue and cost yang berhubungan dengan pesanan
khusus ini. Harga jual yang diterima menurut analisis ini hanya berlaku untuk
jangka pendek, bukan untuk kegiatan reguler perusahaan dalam jangka panjang.
2.
Meniadakan atau menambah Jenis Produk atau
Departemen.
Manajemen
selalu dihadapkan dengan keputusan-keputusan yang mengarah pada kombinasi
produk yang dapat menghasilkan laba yang maksimal. Pada umumnya pengambilan
keputusan untuk meniadakan produk atau departemen timbul karena jenis produk
atau departemen yang bersangkutan menderita kerugian secara terus menerus.
Dalam hal ini manajemen harus mempertimbangkan pendapatan differensial dan
baiya differensial dalam pengambilan keputusan tersebut.
Jika
keputusan yang akan diambil meniadakan salah satu jenis produk atau departemen,
harus pula dipertimbangkan adanya biaya terhindarkan (avoidable cost) dan biaya
tak terhindarkan (unavoidable
cost). Biaya tak terhidarkan biasanya merupakan biaya bersama (joint cost) bagi beberapa
jenis produk atau departemen, sehingga peniadaan salah satu jenis
produk/depertemen tidak mempengaruhi terjadinya biaya tersebut. Dalam
pengertian biaya relevan, biaya terhindarkan merupakan biaya relevan yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif, sedang biaya tak terhindarkan
merupakan biaya yang tidak relevan, maka dalam pengambilan keputusan biaya ini
dapat diabaikan.
Bila
ada produk baru maka penghasilan dan biayanya harus dievaluasi secara hati-hati
untuk meyakinkan apakah labanya cukup besar untuk membenarkan keputusan menjual
produk tersebut.
3.
Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku Produk
dari Luar
Manajemen
sering dihadapkan pada persoalan yang berkaitan erat dengan penggunaan
bahan produksi, misal untuk perusahaan perakitan adalah masalah
penggunaan suku cadang, apakah perusahaan akan membuat sendiri karena memang
perusahaan mempunyai fasilitas untuk membuat suku cadang tersebut atau
membelinya dari perusahaan lain.
Jika
fasilitas perusahaan untuk suku cadang tersebut telah mencapai kapasitas penuh,
maka untuk memenuhi kebutuhan proses produksi karena meningkatnya volume
penjualan perusahaan sudah tidak memungkinkan, maka tidak mengherankan kalau
perusahaan terpaksa memenuhinya dengan cara membeli dari perusahaan lain. Akan
tetapi dalam hal kapasitas perusahaan masih memenuhi untuk memproses
meningkatnya volume penjualan, maka keputusan untuk membeli suku cadang dari
luar harus mempertimbangkan biaya differensial dan kemungkinan fasilitas
perusahaan yang menganggur. Analisis differensial mampu memecahkan masalah ini
4. Menyewakan atau menjual fasilitas
perusahaan
Pengambilan
keputusan dapat pula berkaitan dengan pemilihan alternatif menyewakan atau
menjual fasilitas yang tidak dipergunakan lagi dalam operasi perusahaan. Dalam
pemilihan alternatif tersebut, manajemen harus pula mempertimbangkan pendapatan
differensial dan biaya differensial
5. Memproses Lebih Lanjut setelah Split-off
Point atau Langsung Menjual
Dalam
suatu perusahaan ada kemungkinan beberapa produk akan diproduksi secara
bersama-sama dari bahan baku yang sama atau dari satu proses produksi yang
sama. Kondisi seperti itu disebut sebagai joint
product atau co-product.
Saat dapat dipisahkannya produk-produk itu dari proses produksi disebut dengan split-off point.
Biaya yang timbul dalam proses produksi sebelum spilt-ff pont disebut joint-cost atau commont
cost. Oleh karena biaya produksi untuk masing-masing produk harus diketahui
, maka usaha untuk mengalokasi biaya bersama harus dilakukan secara adil dan
teliti. Pengalokasian secara adil dan teliti merupakan masalah yang harus
dicapai pemecahannya. Salah satu pemecahannya adalah mengalokasi biaya bersama
dengan menggunakan nilai jual relatif dari produk-produk tersebut.
Untuk
produk yang diproduksi bersama tersebut ada dua kemingkinan :
1.
Setelah
titik pisah, masing-masing produk dapat dijual langsung karena produk tersebut
merupakan produk akhir.
2.
Setelah
titik pisah, produk tersebut sebagian dapat dijual langsung atau dapat
juga diproses lebih lanjut menjadi produk baru.
Untuk produk jenis kedua, jika diproses lebih
lanjut sudah barang tentu membutuhkan biaya tambahan guna memproses produk
tersebut, Setelah diproses lebih lanjut, diharapkan produk tersebut dapat
dijual dengan harga lebih tinggi sehingga selain dapat menutup biaya tambahan
ditambah biaya semula (sebelum titik pisah) diharapkan juga keuntungan
perusahaan meningkat dibandingkan keuntungan jika dijual langsung. Masalah yang
akan dibahas adalah keputusan manajemen yang bijaksana, apakah produk dijual
langsung setelah split-off point atau diproses lebih lanjut. Tekanannya adalah
alokasi biaya setelah split-off point.
BAB
VI
ANALISIS
RESIKO
6.1 Pengertian Risiko
Risiko
dapat diartikan sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. Pengertian
lain menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan keuntungan
/ kerugian ekonomi atau finansial, kerusakan atau cedera fisik, keterlambatan, sebagai
konsekuensi ketidakpastian selama dilaksanakannya suatu kegiatan pengelolaan.
Pengertian
risiko dalam konteks ini juga dapat didefinisikan sebagai suatu
penjabaran
terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai
hasil dari keputusan yang diambil. Jika dikaitkan dengan konsep peluang,
“risiko” adalah peluang terjadinya kondisi yang tidak diharapkan dengan semua
konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat menyebabkan keterlambatan atau
kegagalan kegiatan.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kondisi
yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi
akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan.
6.2 Tipe Risiko
Dalam
penganggaran modal, risiko proyek dapat dipandang dari 3 (tiga)
tingkatan,
yaitu :
1. Risiko
Proyek Yang Berdiri Sendiri.
Yaitu,
Risiko proyek yang berdiri sendiri dan diukur dengan variabilitas pengembalian
aktiva yang diharapkan. Yakni risiko proyek yang mengabaikan fakta bahwa ini
hanya merupakan salah satu dari banyak proyek dalam perusahaan tersebut hanya
merupakan salah satu dari banyak saham dalam portofolio seorang pemegang saham.
2. Risiko
Kontribusi Proyek Terhadap Perusahaan.
Yaitu,
besarnya risiko yang dikontribusikan suatu proyek terhadap perusahaan secara
keseluruhan. Yakni merupakan risiko proyek yan memperhitungkan efek
diversifikasi di antara berbagai proyek di dalam perusahaan, namun mengabaikan
efek diversifikasi pemegang saham dalam fortofolio.
3. Risiko
Sistematis
Yaitu,
risiko proyek yang diukur dari sudut pandang pemegang saham yang melakukan
diversifikasi dengan baik. Yakni risiko proyek yang memperhitungkan fakta bahwa
proyek ini hanya salah satu dari banyak proyek yang ada dalam perusahaan dan
saham perusahaan hanya salah satu dari banyak saham dalam fortofolio pemegang
saham.
6.3 Metode-Metode Untuk Memasukkan Risiko ke
dalam Analisis
Ada
2 (dua) metode untuk memasukkan risiko ke dalam analisis, yaitu :
1. Metode
Ekuivalen Kepastian.
Yaitu,
suatu metode dengan memasukkan risiko ke dalam keputusan penganggaran modal
dimana pengambil keputusan mensubstitusi sekelompok arus kas yang diharapkan
dan kemudian mendiskontokan arus kas tersebut kembali ke masa yang akan datang.
Besarnya uang yang secara pasti akan dituntut oleh orang agar dirinya tidak
peduli antara jumlah yang pasti dengan risiko tertentu atau jumlah tertentu
yang tidak pasti. Dalam menyederhanakan perhitungan dan persoalan di masa yang
akan datang, maka dapat didefinisikan Koefisien Ekuivalen (αt), yang mewakili rasio hasil pasti
tertentu terhadap hasil berisiko, dengan rumus yang dinyatakan sebagai berikut
:
Arus Kas Yang Pasti
(αt) = -------------------------------
Arus Kas Berisiko
Setelah
risko ini diambil dari arus kas proyek, semua arus kas lain didiskontokan
kembali ke masa sekarang dengan tingkat bunga yang bebas risiko, dan NPV proyek
atau indeks profitalitas dapat ditentukan. Bila IRR dihitung, kemudian IRR
dibandingkan dengan suku bunga bebas risiko ketimbang tingkat pengembalian yang
diharapkan perusahaan perusahaan untuk menentukan apakah mau diterima atau ditolak.
Metode ekuivalen kepastian dapat dirangkum sebagai berikut :
n
αt FCFt
NPV = Σ--------------------------- - IO
t
t=1
( 1+krf )
FCTt
= Arus Kas tahunan yang diharapkan dalam periode t
IO
= Pengeluaran awal
= Tingkat diskonto
n
= Umur harapan proyek
krf
= Suku bunga bebas risiko
2. Tingkat
Diskonto Yang Disesuaikan Dengan Risiko
Yaitu,
metode memasukkaan tingkat risiko proyek ke dalam proses penganggaran modal,
dimana tingkat diskonto disesuaikan ke atas untuk mengkompensasi risiko yang
lebih besar dari normal atau ke bawah untuk menyesuaikan dengan risiko yang
lebih kecil dari normal. Tingkat pengembalian diharapkan pada investasi apa pun
harus mengikutkan kompensasi atas penundaan konsumsi yang sama dengan tingkat
pengembalian bebas risiko, plus kompensasi untuk risiko apapun yang diambil.
Bila risiko yang terkait dengan investasi lebih besar dari risiko yang terlibat
dalam usaha tipikal, tingkat diskonto disesuaikan ke atas untuk mengkompensasi
tambahan risiko ini. Setelah perusahaan menentukan tingkat pengembalian yang
sesuai untuk proyek dengan tingkat risiko tertentu, arus kas didiskontokan
kembali ke masa sekarang pada tingkat diskonto yang disesuaikan dengan risiko.
Kemudian criteria penganggaran modal normal digunakan, kecuali dalam kasus IRR.
IRR, tingkat batas yang menjadi IRR proyek sekarang menjadi tingkat diskonto
yang disesuaikan dengan risiko. Bila dinyatakan secara matematis,NPV dengan
tingkat diskonto yang disesuaikan dengan risiko menjadi :
n
FCFt
NPV = Σ--------------------------- - IO
t-1
(1+k)t
= Arus Kas tahunan yang diharapkan dalam
periode t
IO
= Pengeluaran awal
k
= tingkat diskonto
n
= umur harapan proyek
6.4 Pendekatan Pendekatan Untuk Mengevaluasi
Risiko Dalam Penganggaran Modal
Ada
beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mengevaluasi risiko dalam penganggaran
modal, sebagai berikut :
1.
Simulasi
Yaitu,
Proses meniru kinerja proyek investasi yang sedang dievaluasi dengan computer.
Ini dilakukan dengan secara acak memilih berbagai observasi dari masing-masing
distribusi yang mempengaruhi hasil proyek, mengkombinasikan observasi-observasi
itu untuk menentukan hasil akhir proyek, dan melanjutkan proses ini sampai
didapatkan catatan yang representative dari kemungkinan hasil proyek itu.
2. Analisis
Sensitivitas Melalui Pendekatan Simulasi
Yaitu,
suatu proses penentuan bagaimana distribusi segala kemungkinan pengembalian
untuk proyek tertentu dipengaruhi oleh perubahan dalam salah satu variable
masukan tertentu.
3. Pohon
Probalitas
Yaitu,
representasi skematis dari permasalahan di masa semua kemungkinan hasil
ditampilkan secara grafis.
6.5 Manajemen Risiko
Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah “suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi
risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk
meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan
dalam bentuk suatu rencana atau
prosedur yang reaktif. Manajemen risiko bermakna sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko,
dimana didalamnya
termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa),
penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Jika
lebih jauh lagi dikaitkan dengan fungsi manajemen secara keseluruhan maka
manajemen risiko adalah suatu manajemen fungsional yang mendukung manajemen
obyektif dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang.
Berdasarkan
beberapa penjelasan tersebut dapat disusun konsep manajemen risiko sebagai bentuk
pengelolaan terhadap risiko untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang
mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan
pemantauan risiko.
Pentingnya Manajemen Risiko Dalam dunia nyata selalu terjadi
perubahan yang sifatnya dinamis, sehingga selalu terdapat ketidakpastian. Risiko timbul karena
adanya ketidakpastian, dan risiko
akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko
karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan
hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko
) tidak dapat dikontrol, dan tidak
ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha
untuk menanggulanginya, artinya
berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak
dikurangi.
Manajemen
risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan
risiko-risiko
yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan.
Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan dan dapat
dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial
tersebut.
Informasi
berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa
ketidakpastian di masa yang akan datang. Manajemen risiko harus dilakukan
sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan
preventif di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum
terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen
risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktif dari pada reaktif.
Dengan
demikian melalui manajemen risiko akan diketahui metode yang tepat untuk
menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang diderita akibat risiko. Secara
langsung manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal mungkin dari
biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa
yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan usaha. Secara tak langsung
manajemen risiko memberikan sumbangan sebagai berikut :
1.
Memberikan
pemahaman tentang risiko, efeknya, dan keterkaitannya secara lebih baik dan
pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan keputusan yang dapat
meningkatkan kualitas keputusan.
2.
Meminimalkan
jumlah kejadian di luar dugaan dan memberikan gambaran
tentang
akibat negatifnya sehingga mengurangi ketegangan dan kesalahpahaman.
3.
Membantu
menyediakan sumber daya dengan baik.
4.
Menangkal timbulnya hal-hal dari luar yang
dapat mengganggu kelancaran operasional.
5.
Mengurangi fluktuasi laba dan arus kas tahunan
atau menstabilkan pendapatan.
6.
Menimbulkan
kedamaian pikiran dan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja.
7.
Meningkatkan public-image perusahaan
sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan
masyarakat.
3.5.3.
Proses dalam Manajemen Risiko
Informasi
berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam
menganalisa
hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang. Manajemen risiko
memanfaatkan informasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan
apabila terdapat ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai
untuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan.
Tahapan
dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Perencanaan (planning)
Proses
pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi,
komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran
isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang
kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumberdaya
yang memenuhi.
2.
Penilaian (assesment)
Terdiri
atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses Teknis yang
memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya,
kinerja / performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.
3.
Penanganan (handling)
Merupakan
prases identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi penanganan terhadap
risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas
menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan
mengalihkan risiko.
4.
Pemantauan / monitoring risiko
Merupakan
proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses
penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.
BAB
VII
ARUS
KAS (CASH FLOW)
7.1 Pengertian Arus Kas
Kas adalah arus masuk dan arus keluar
kas atau setara kas (cash equivalent) atau investasi yang sifatnya sangat
likuid, berjangka pendek dan yang cepat dapat di jadikan kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan (Ikatan
Akuntan Indonesia 2004 : 2.2). Arus Kas adalah arus kas masuk operasi dengan
pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa
mendatang (Brigham dan Houston 2001 : 47). Dari kedua pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa Arus Kas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau
setara kas dalam periode tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang
yang dimiliki perusahaan.
7.2 Tujuan Laporan Arus Kas
7.2 Tujuan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas dirancang untuk
memenuhi tujuan-tujuan berikut ini (Hongren dkk 1989 : 845) :
1.
Untuk
memperkirakan arus kas masa datang. Dalam banyak kasus, sumber dan penggunaan
kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Oleh
karena itu, penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang
baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang.
2.
Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan
manajemen. Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan,
sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi
keputusan manajer.
3. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada
pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor.
4. Laporan arus kas membantu investor dan kreditor untuk
mengetahui apakah perusahaan bisa melakukan pembayaran – pembayaran ini.
5. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas
perusahaan.
6. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai
laba bersih yang cukup tetapi kas yang rendah menyebabkan diperlukannya
informasi arus kas.
Tujuan Laporan Arus Kas adalah
memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas (Dyckman
dkk 2001 : 550). Informasi arus kas membantu pemakai untuk menilai :
1.
Kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas.
2.
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban.
3.
Penyebab terjadinya perbedaan antara
laba dan arus kas terkait.
4. Pengaruh kegiatan investasi dan pembiayaan (pendanaan) yang
menggunakan kas dan yang tidak (non kas) terhadap posisi keuangan perusahaan.
7.3 Kas dan Ekuivalen Kas
Pada laporan arus kas, kas mempunyai
arti yang lebih luas, yaitu tidak hanya kas dalam perusahaan tapi juga kas di
bank. Kas mencakup juga ekuivalensi kas, yang merupakan investasi yang sangat
likuid yang dapat dikonversikan ke dalam bentuk kas setiap saat (Hongren dkk
1989 : 845). Laporan arus kas menjelaskan perubahan kas dan ekuivalen kas. Kas
hanya meliputi pos-pos yang tersedia untuk membayar kewajiban. Sedangkan
ekuivalen kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid dengan dua
karakteristik tambahan (Dyckman dkk 2001 : 552), yaitu :
1.
Dapat
segera dikonversi menjadi kas dalam jumlah yang sudah diketahui dan tetap.
2.
Sudah sangat mendekati jatuh tempo sehingga
resiko terjadinya fluktuasi nilai pasar akibat perubahan suku bunga tidak
signifikan.
Ekuivalen kas disatukan dengan kas untuk tujuan penyusunan laporan arus kas karena sekuritas yang memenuhi kriteria sebagai ekuivalen kas yang meliputi dana pasar, uang, kertas komersial, serta obligasi, surat hutang tanpa bunga, dan wesel pemerintah secara ekonomis setara kas.
Ekuivalen kas disatukan dengan kas untuk tujuan penyusunan laporan arus kas karena sekuritas yang memenuhi kriteria sebagai ekuivalen kas yang meliputi dana pasar, uang, kertas komersial, serta obligasi, surat hutang tanpa bunga, dan wesel pemerintah secara ekonomis setara kas.
7.4 Kategori Arus Kas
Semua
arus kas masuk dan arus kas keluar diklasifikasikan ke dalam salah satu dari
tiga kategori : Operasi, Investasi, Pendanaan. Pengklasifikasian arus kas ini
penting dilakukan untuk mengevaluasi arus kas yang telah terjadi dan
memprediksi arus kas masa depan.
1.
Arus
Kas Operasi (Operating Cash Flow).
Arus
kas operasi dikaitkan dengan kegiatan memproduksi dan menyerahkan barang,
menyediakan jasa, serta transaksi lainnya yang diperhitungkan dalam penentuan
laba. Arus kas Operasi adalah semua arus yang tidak didefinisikan sebagai
kegiatan investasi atau pendanaan. Arus kas operasi mencakup berikut ini:
a.
Keterkaitannya dengan laba merupakan alasan untuk mengklasifikasikan arus
tersebut sebagai arus kas operasi.
b.
Arus kas dari transaksi lainnya yang pada awalnya mungkin merupakan arus
investasi atau pendanaan, diklasifikasikan sebagai arus operasi jika
berhubungan dengan kegiatan usaha yang utama.
2. Arus Kas Investasi (Investing Cash Flow)
Arus
kas investasi dikaitkan dengan investasi dalam dan pelepasan (disposisi) aktiva
pabrik serta sekuritas hutang dan ekuitas tertentu, memberikan dan menagih
pinjaman, serta kegiatan strategis lainnya. Kategori ini penting untuk
mengidentifikasi rencana pertumbuhan perusahaan. Kategori ini mencakup hal-hal
berikut :
a.
Selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar investasi adalah arus kas
masuk/arus keluar bersih dari kegiatan investasi.
b.
Perbedaan mendasar antara arus kas keluar operasi dan investasi terletak pada
periode manfaat yang di antisipasi. c. Keuntungan dan kerugian dari operasi
yang dihentikan serta transaksi yang menimbulkan pos-pos luar biasa seringkali
dikaitkan dngan arus kas investasi.
3. Arus Kas Pendanaan (Financing Cash Flow)
Arus
kas pembiayaan dikaitkan dengan perolehan sumber daya dari pemilik dan
pemberian pengembalian atas investasi mereka, peminjaman uang, dan pembayaran
kembali pokok pinjaman. Selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar
pendanaan merupakan arus kas masuk (keluar) bersih dari kegiatan pendanaan.
7.5
Prosedur Penyusunan Laporan Arus Kas
Ada
beberapa pendekatan untuk menyusun laporan arus kas yang digunakan dalam
praktek, yang masing-masing bertujuan mengidentifikasi melalui analisis
transaksi hal-hal berikut ini :
a. Arus kas operasi, investasi, dan
pendanaan.
b. Transaksi investasi dan pendanaan non
kas yang signifikan.
c. Pos-pos yang merekonsiliasi laba dan
arus kas operasi bersih.
Dalam
Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 yang dapat dipergunakan perusahaan
terdapat dua metode untuk menyajikan laoran arus kas, yaitu :
1.
Metode Langsung
Metode
langsung menggolongkan berbagai kategori utama dari kegiatan operasi. Metode
langsung lebih mudah untuk dimengerti, dan memberikan informasi yang lebih
banyak untuk mengambil keputusan.
2.
Metode Tidak Langsung
Penyusunan
laporan arus kas dengan menggunakan metode ini diawali dengan laba bersih dan
menyesuaikan laba bersih tersebut sehingga diperoleh arus kas dari aktivitas
operasi. Kedua metode tersebut mendatangkan jumlah sub-total yang sama untuk
kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan dan arus kas bersih
selama periode tertentu. Metode tersebut berbeda hanya dalam cara menunjukkan
arus kas dari kegiatan operasi. Penyusunan anggaran kas, menurut Riyanto (1978
: 90), dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :
a.
Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional
perusahaan. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi operasi (operating
transactions). Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit (kekurangan) kas
atau surplus (kelebihan) kas.
b.
Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau
sumber-sumber lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas. Juga disusun
estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi
di sini merupakan transaksi finansiil (financial transaction).
c.
Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya
transaksi finansiil. Anggaran kas yang final ini merupakan gabungan dari
transaksi operasional dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi
penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
7.6 Manfaat Menyusun Estimasi Cash Flow
Adapun
kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan sangat berguna bagi
beberapa pihak terutama management. Diantaranya:
1.
Cash
flow merupakan alat pengkontrol keuangan perusahaan dan sebagai alat ukur
keberhasilan dalam mencapai target yang di tetapkan, dapat juga digunakan
sebagai alat penaksir kebutuhan di masa yang akan datang..
2.
Dalam
penyusunan cash flow harus diperhatikan yang mana saja yang dapat mempengaruhi
dan yang tidak dapat mempengaruhi contoh; pengakuan adanya kerugian piutang,
adanya pengkuan atau pembebanan depresiasi, adanya pembayaran stock defidend
merupakan sesuatu yang tidak mempengaruhi cash flow.
3.
Bagi
kreditor atau bank dengan laporan cash flow dapat menilai kemampuan perusahaan
dalam mambayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
4.
Pada
intinya aliran cash flow dengan sumber-sumber dan penggunaan dana adalah sama
dan perhitungan penerimaan cash flow hanya memasukan penjualan secara tunai
sedangkan hasil penjualan kredit baru akan dimasukan setelah benar-benar
diterima secara tunai.
5.
Dalam
penerapannya sebelum membuat cash flow, tentukan besarnya kas minimum yang
tersedia (safety cash balance), apabila pada estimasi cash out flow lebih besar
dari pada cash flow in maka akan terjadi deficit.
Salah satu cara untuk menutup deficit tersebut adalah dengan mengajikan
pinjaman ke bank
6.
Asumsi
merupakan suatu konsep dasar yang harus diterapkan walau pun angapan tersebut
tidak sesuai dengan kenyataan, semakin banyak anggapan yang digunakan (pada
umumnya tidak sesuai kenyataan) akan banyak kelemahan pada analisa tsb
7.7 Langkah-
Langkah Penyusunan
Ada
empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan
pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari
hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman
dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan
dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.
Cash
flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri dari:
1.
Cash
in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber dana yang akan diterima
, jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa
penjualan tunai, penjualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan
aktiva tetap dan penerimaan lainnya. Perincian kas ini terdiri dari dua sifat,
yaitu kontinyu dan intermitan.
2.
Cash
out flow, pada bagian ini berhubungan dengan pengidentifikasi,
3.
Financing
(pembiayaan), pada bagian ini menunjukan besarnya net cash flow dan besarnya
kebutuhan dana jika terjadi defisit.

Drs. R.A. Supriyono, S.U, Akuntan, Akuntansi
Manajemen, BPFE, Yogyakarta
Gary Cokins, Alan Stratton, Jack
Helbling CMA, Activity - Based Costing, PT 0 Pustaka Binaman Pressindo
Hirsch JR. Mauricel. Advanced
Management Accounting, 2 Nd Edition, South-Western Publishing Company
Homgren. Charlest, Gary, L,
Introduction to Management Accounting,10th Edition Prentice Hall International
Inc
Dra. Narumondang Bulan Siregar MM,
Perilaku Biaya (Behaviour Cost) Sebagai Dasar Perencanaan Biaya,
Dr. Machfoedz,
Mas’ud, M.B.A.Akt,. 1996. Akuntansi
Manajemen. STIE WIDYA WIWAHA: Yogyakarta.
Garrison dan
Noreen. 2000. Akuntansi Manajemen.
Salemba empat: Jakarta.
Prawironegoro,
Darsono dan Ari Purwanti. 2008. Akuntansi
Manajemen Edisi 2. Mitra Wacana Media: Jakarta.
Hansen dan
Mowen. 2009. Akuntansi Managerial.
Salemba empat: Jakarta
https://sites.google.com/site/teoridecision/biaya-relevan-untuk-pengambilan-keputusan-taktis
daryono.staff.gunadarma.ac.id
widada.staff.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar