TUGAS
AKHIR
SILABUS
STUDI STRATEGI PEMASARAN
oleh :
JANUARI CHRISTI
BAMBANG RAHINO
F A R I D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2013
NO.
|
PERTEMUAN
|
POKOK BAHASAN
|
SUB POKOK BAHASAN
|
1.
|
I
|
KONSEP DASAR PEMASARAN
|
1. Definisi
Pemasaran
2. Manajemen
Pemasaran
3. Konsep Pemasaran
4. Sistem
Pemasaran
5. Peranan
Pemasaran
|
2.
|
II
|
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMASARAN
|
1. Analisa Tradisional
2. Menggunakan Marketing Mix untuk Pengambilan Keputusan
3. Sebuah model untuk mengambil keputusan
4. Tugas-tugas Manajemen Pemasaran
5. Strategi Pemasaran
|
3.
|
III
|
MANAJEMEN SALURAN DISTRIBUSI
|
1. Definisi
Saluran Distribusi
2.
Definisi Manajemen Saluran
3.
Alasan Penting untuk Menggunakan Perantara
4.
Keuntungan
Menggunakan Perantara
5.
Perantara
Pedagang
6.
Perantara
Agen
7.
Beberapa
Alternatif Distribusi
·
Saluran
Distribusi Barang Konsumsi
·
Saluran
Distribusi Barang Industri
8.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran
9.
Menentukan
Banyaknya Penyalur
10. Pengendalian Saluran Distribusi
11. Teknik
yang dipakai untuk membina kerjasama penyalur
|
4.
|
UJIAN TENGAH SEMESTER
|
||
5.
|
IV
|
STRATEGI PENENTUAN HARGA
|
1. Pengertian Harga
2. Tujuan Penetapan Harga
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga
4. Keputusan Tentang Harga
5. Prosedur Penetapan Harga
6. Penentuan Harga Dasar dan Laba yang Diharapkan
7. Penetapan
Harga Dasar dalam Kondisi yang Tidak Pasti
8. Metode Praktis
|
6.
|
VI
|
MANAJEMEN PENJUALAN
|
1. Pengertian Manajemen Penjualan
2. Tujuan
Manajemen Penjualan
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan
4.
Fungsi-fungsi Salesman
5. Proses Penjualan
6. Motivasi
dan Kompensasi Salesman
|
7.
|
UJIAN AKHIR SEMESTER
|
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP
DASAR PEMASARAN
1.1
Definisi Pemasaran
Definisi Pemasaran menurut William J. Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Definisi lainnya, Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Dengan pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan laba
dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
pembeli. Disinilah peran manajer pemasaran dibutuhkan, dimana tugas dari
manajer pemasaran adalah memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat
membantu dalam pencapaian tujuan organisasi.
2.1 Manajemen Pemasaran
Pada
dasarnya manajemen itu terdiri atas perancangan dan pelaksanaan rencana-rencana.
Dalam membuat suatu perencanaan, dibutuhkan kemampuan untuk membuat strategi
dan rencana. Untuk rencana jangka panjang maka dibutuhkan waktu yang lebih
banyak. Sedangkan untuk pelaksanaan rencana tersebut, dia harus mendelegasikan
keputusan-keputusannya yang rutin dilakukan setiap hari kepada para bawahan.
Secara umum manajemen
mempunyai tiga tugas pokok, yaitu :
1. Mempersiapkan rencana/strategi umum bagi perusahaan
2. Melaksanakan
rencana tersebut
3.
Mengadakan
evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut dalam pelaksanaannya. (untuk
mengukur hasil dan penyimpangannya serta untuk mengendalikan aktivitas).
Sehingga
yang dimaksud dengan manajemen pemasaran,
menurut Philip Kotler adalah :
Penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan
pertukaran dengan pasar yang dituju untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk
membuat suatu rencana, fungsi penganalisaan
sangat penting agar rencana yang dibuat dapat lebih matang dan tepat. Penerapan merupakan kegiatan untuk
menjalankan rencana. Fungsi pengawasan
adalah untuk mengendalikan segala macam aktivitas agar tidak terjadi
penyimpangan.
1.3 Konsep Pemasaran
Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli/konsumen. Seluruh kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut. Meskipun orientasi pembeli ini dibatasi oleh tujuan laba dan pertumbuhan, tetapi konsep itu perlu dilaksanakan. Karena dapat meningkatkan penjualan dengan :
·
Membuat barang yang mudah penggunaannya
·
Mudah pembeliaannya
·
Mudah pemeliharaannya
Penggunaan
konsep pemasaran bagi sebuah perusahaan dapat menunjang berhasilnya bisnis yang
dilakukan. Konsep pemasaran disusun dengan memasukkan tiga elemen pokok, yaitu :
·
Orientasi konsumen / pasar / pembeli
·
Volume penjualan yang menguntungkan
·
Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan
pemasaran dalam perusahaan.
Pada dasarnya, perusahaan yang ingin
mempraktekkan orientasi konsumen ini
harus :
a.
Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang
akan dilayani dan dipenuhi
b.
Memilih
kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya
c.
Menentukan produk dan program pemasarannya
d.
Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk
mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka
e.
Menentukan dan melaksanakan strategi yang
paling baik, apakah menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah
atau model yang menarik.
Jadi,
secara definitif dapat dikatakan bahwa Konsep
pemasaran adalah :
Sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
1.4 Sistem
Pemasaran
Dalam sistem pemasaran terdapat
beberapa faktor yang saling tergantung dan saling berinteraksi satu sama lain. Faktor-faktor
tersebut adalah :
·
Organisasi yang melakukan tugas-tugas
pemasaran
·
Sesuatu
(barang, jasa, ide, orang) yang sedang dipasarkan
·
Pasar yang dituju
·
Para
perantara yang membantu dalam pertukaran (arus) antara organisasi pemasaran dan
pasarnya. Antara lain pengecer, pedagang besar, agen pengangkutan, dan
lain-lain
·
Faktor-faktor
lingkungan seperti faktor demografi, kondisi perekonomian, faktor sosial dan
kebudayaan, teknologi dan persaingan.
Dari
kelima faktor tersebut maka Sistem Pemasaran
dapat didefinisikan sebagai :
Kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran,
barang, jasa, ide, orang dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan
pengaruh, dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
1.5 Peranan
Pemasaran
Pemasaran merupakan proses sosial
dan manajerial sehingga konsumen dapat memperoleh kebutuhan / keinginan mereka
melalui permintaan, penawaran, dan penukaran nilai suatu produk antara penjual
dan pembeli.
·
Kebutuhan :
segala kebutuhan dasar manusia baik intuk minum, makan, pakaian, pendidikan dan
lainnya
·
Keinginan :
Merupakan kondisi lebih khusus dari kebutuhan, misalnya minuman ringan, makanan
bergizi, pendidikan tinggi, atau lainnya
·
Permintaan : akumulasi kebutuhan/keinginan yang potensial untuk digarap, misalnya,
makanan, perumahan, pendidikan dan lainnya.
Beberapa
istilah yang penting dalam konteks pemasaran adalah :
1.
Produk (barang, jasa, ide) :
Segala hasil kerja manusia yang dapat ditawarkan kepada
manusia lainnya baik berupa barang, jasa atau ide.
2.
Nilai :
Perkiraan konsumen atas suatu produk untuk kepuasan
mereka, apa yang dirasakan / diinginkan
3.
Biaya :
Harga yang harus dibayar konsumen atas produk yang
dikonsumsi
4.
Kepuasan :
Seberapa puas konsumen atas produk yang mereka konsumsi
(kesesuaian antara harapan dan kenyataan,
5.
Pasar
:
Tempat yang berisi semua pelanggan potensial yang berniat
untuk ransaksi terhadap suatu produk.
Perkembangan
konsep pemasaran :
1.
Konsep
produksi : jumlah banyak dengan harga murah
2.
Konsep
produk : kualitas, kinerja dan inovasi yang dicari konsumen
3.
Konsep
penjualan : harus ada aktivitas penjualan dan promosi agar dikenal konsumen
(laba dari volume penjualan)
4.
Konsep pemasaran : harus ada aktivitas
pemasaran yang terpadu (laba dari kepuasan pelanggan)
5.
Konsep
pemasaran beroriemtasi pada masyarakat : turut memperhatikan kesejahteraan
masyarakat sekitar
BAB II
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM PEMASARAN
.
2.1 Analisa
Tradisional
Keputusan-keputusan yang rasional menghendaki adanya
proses keputusan yang selaras dan logis. Metode analisa tradisional dapat
membantu sebagai pendekatannya. Metode analisa
tradisional terdiri atas lima tahap, yaitu :
1.
Mendefinisikan masalah
Manajer yang baik harus mempunyai
kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah dan kesempatan lebih awal. Agar analisa yang dilakukan dapat lebih efektif maka
manajer harus memiliki arah yang benar.
2.
Merumuskan berbagai alternatif
Manajer harus menentukan berbagai
alternatif penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. Salah satu alternatif
yang hampir selalu ada yaitu tidak melakukan apa-apa. Ini merupakan alternatif yang sulit diukur atau
dibandingkan dengan alternatif lainnya.
3.
Menganalisa Alternatif
Faktor-faktor
yang diperlukan unuk menilai alternatif harus dikumpulkan dan diatur rapi.
Beberapa faktor mungkin tidak dapat diperoleh dan faktor lainnya mungkin akan
tidak berguna karena terlalu mahal. Dengan suatu analisa manajer diarahkan
untuk mengambil kesimpulan yang disertai dengan pernyataan untuk menentukan
kebaikan maupun keburukannya.
4.
Mengusulkan suatu penyelesaian
Setelah melampaui tahapan tadi maka
manajer dapat menyarankan suatu penyelesaian yang logis.
5.
Menyarankan rencana tindakan
Pada waktu mengambil keputusan, suatu
rencana tindakan untuk melaksanakan keputusan tersebut harus ditentukan. Rencana tindakan ini mungkin dapat menemukan beberapa
faktor penting yang belum dimasukkan didalam analisa.
2.2
Menggunakan Marketing Mix untuk Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan di bidang pemasaran selalu
berkaitan dengan varibel-variabel marketing mix.
1.
Pengenalan
faktor pasar dalam marketing mix
Tekanan utama dari marketing mix adalah
pasar karena pada akhirnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan diarahkan
kesana.
2.
Hubungan
antara keputusan tentang harga, promosi dan distribusi dengan variabel-variabel
tentang produk
Produk
tersebut membawa pengaruh penting terhadap keputusan-keputusan mengenai harga,
promosi dan distribusi, karena terikat pada harga produksi, peralatan dan
proses pembuatannya, juga dalam hal promosi yang tergantung pada manfaat dan
segi penawarannya.
3.
Pengaruh usaha Perusahaan dan saingan
terhadap volume penjualan
Semakin besar usaha-usaha yang
dikeluarkan dalam marketing mix untuk penawaran yang ada, akan semakin besar
pula penjualannya. Bagaimanapun, persentase yang lebih besar dari penjualan
total perusahaan akan bertambah dengan adanya usaha marketing mix yang lebih
besar.
4.
Efektivitas
Marketing Mix Perusahan dalam hubungannya dengan volume penjualan
Seberapa
jauh efektivitas pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan terhadap volume penjualannya.
5.
Marketing
Mix untuk beberapa jenis produk (dan Jasa)
Marketing
mix yang diterapkan pada setiap jenis produk adalah berbeda. Volume penjualan
dan laba dapat dimaksimumkan jika marketing mixnya sesuai dengan penawaran
perusahaan.
2.3 Sebuah
model untuk mengambil keputusan
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk
mengambil keputusan secara efektif tentang produk. Faktor-faktor tersebut
merupakan bagian atau elemen yang ada dalam sebuah model untuk mengambil
keputusan tentang produk.
Elemen yang dimaksud adalah :
1.
Analisa pasar
Pengambilan
keputusan tentang produk diawali dengan menganalisa pasarnya. Analisa pasar ini
membuka kesempatan untuk memperkenalkan produk baru yang menguntungkan
2.
Memonitor lingkungan
Dengan sumber-sumber yang terbatas dan
terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan, perusahaan harus berusaha
memanfaatkan secara penuh kesempatan yang ada. Faktor-faktor lingkungan yang dimaksud adalah faktor
lingkungan ekstern seperti : Demografi, kondisi perekonomian, sosial dan
kebudayaan, politik dan hukum, teknologi dan persaingan
3.
Menentukan tujuan produk
Tahap
ini berupa menentukan tujuan khusus setiap penawaran. Umumnya tujuan ini dikaitkan dengan masalah-masalah
seperti :
· Pengembangan
investasi
· Laba
· Market
share atau volume penjualan.
4.
Menentukan Marketing mix
5.
Penerapan keputusan-keputusan Marketing Mix
Keputusan tersebut dapat dilaksanakan
dengan menentukan : Apa, siapa, mengapa, bagaimana, Kapan, dimana.
6.
Mengadakan Prosedur Pengawasan
istem
pengawasan perlu diadakan dalam manajemen produk dan merupakan tahap terakhir. Tahap
tersebut adalah :
· Memilih
kriteria pengawasan
· Pengukuran
kriteria
· Penentuan
standard kerja
· Memonitor
kejadian
· Membandingkan
hasil dengan standard
2.4 Tugas-tugas
Manajemen Pemasaran
Tugas-tugas manajer pemasaran dapat dilihat dari segi
fungsi manajemen yang dilakukan dalam bidang pemasaran, yaitu bagaimana proses
manajemen itu dijalankan untuk mengubah sumber-sumber menjadi produk yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia. Tugas-tugas itu
antara lain :
1.
Mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen
2.
Mengembangkan suatu konsep produk yang
ditujukan untuk memuaskan/ melayani kebutuhan
3.
Membuat desain produk
4.
Mengembangkan pembungkusan dan merk
5.
Menetapkan harga agar memperoleh Return on investment yang layak
6.
Mengatur distribusi
7.
Memeriksa penjualan
8.
Menciptakan komunikasi pemasaran yang efektif
dengan menggunkan media atau cara lain yang tepat
Penyesuaian Permintaan
Perusahaan dapat menyusun suatu tingkat permintaan pasar
yang diharapkan pada saat tertentu. Dapat terjadi bahwa tingkat permintaan riil
itu berada dibawah, sama, atau diatas tingkat permintaan yang diharapkan. Untuk
menghadapi keadaan permintaan yang berbeda maka manajer pemasaran mempunyai
tugas yang berbeda pula.
Tabel 2.1. Keadaan Permintaan dan Tugas Pemasaran
Keadaan Permintaan
|
Tugas Pemasaran
|
Nama Resmi
|
1.
Permintaan negatif
2.
Tidak ada permintaan
3.
Permintaan latent
4.
Permintaan menurun
5.
Permintaan tidak teratur
6.
Permintaan penuh
7.
Permintaan berlebihan
8.
Permintaan tidak sehat
|
1.
Positifkan permintaan
2.
Ciptakan permintaan
3.
Kembangkan permintaan
4.
Tingkatkan permintaan
5.
Selaraskan permintaan
6.
Pertahankan permintaan
7.
Kurangi permintaan
8.
Tiadakan permintaan
|
1. Conversional markrting
2. Stimulational marketing
3. Developmental marketing
4. Remarketing
5. Synchromarketing
6. Maintenance marketing
7. Demarketing
8.
Countermarketing
|
Berikut ini adalah macam-macam
permintaan :
1.
Permintaan Negatif
Semua atau sebagian terbesar daei segmen
pasar potensial yang penting tidak menyukai produk atau jasa yang ditawarkan,
bahkan mereka bersedia membayar untuk menghindarinya. Misalnya :
· Gol.
Orang yang mempunyai permintaan negatif terhadap vasectomy
·
Gol.
Orang yang mempunyai permintaan negatif terhadap angkutan dengan bus (suka mabuk)
Tugas
Manajer : mempositifkan permintaan, caranya dengan lebih mengenalkan produk
atau jasa melalui promosi.
2.
Tidak ada permintaan
Berarti
orang itu tidak berminat sama sekali terhadap penawaran suatu produk atau jasa.
Penawaran yang ada dalam “tidak ada permintaan” ini dapat digolongkan menjadi 3
kategori, yaitu :
·
Barangnya
sudah dikenal tapi dianggap tidak mempunyai nilai
Misalnya
: botol-botol kosong yang ada di tong sampah, kaleng bekas, dll
Tugas
manajer : mencoba menghubungkan produk
atau jasa tersebut dengan kebutuhan yang ada dipasar. Misalnya dengan
menghubungkan barang rongsokan tersebut dengan pembuatan barang seni.
·
Barangnya
sudah dikenal dan dianggap bernilai, tapi tidak mempunyai nilai untuk pasar
tertentu.
Misalnya
: penawaran perahu didaerah yang jauh dari perairan, penawaran mantel tebal
didaerah yang tidak pernah dingin
Tugas
manajer : mencoba mengubah lingkungan agar barang yang ditawarkan menjadi
bernilai. Misalnya : membuat danau rekreasi untuk menciptakan
permintaan terhadap perahu.
·
Barangnya
baru ditemukan dan menghadapi keadaan “tidak ada permintaan” karena pasarnya
tidak mengetahui tentang adanya barang-barang tersebut.
Misalnya
: barang-barang perhiasan (biasanya orang baru akan membeli apabila barang
tersebut ditunjukkan.
Tugas
manajer : menyebarkan informasi tentang suatu barang yang baru ditemukan ke
pasar, agar orang-orang tahu dan tertarik membelinya.
3.
Permintaan Latent
Bilamana sebagian besar orang –orang
mempunyai kebutuhan yang kuat akan sesuatu yang tidak ada dalam bentuk barang
atau jasa yang nyata.Permintaan ini memberikan kesempatan pada manajer untuk
mengembangkan produk atau jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang.
Contoh :
· banyak
perokok yang menghendaki rokok-rokok kesayangannya itu tidak mengandung
nicotine.
·
Banyak
orang yang menginginkan punya mobil yang lebih tahan lama dan lebih aman dari
mobil yang ada sekarang
Tugas
Manajer : mengembangkan produk atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.
4.
Permintaan Menurun
Suatu keadaan dimana permintaan untuk
suatu produk atau jasa itu semakin berkurang dari tingkat sebelumnya, dan
diperkirakan akan menurun terus jika tidak dilakukan usaha-usaha untuk
memperbaiki pasar yang dituju, penawaran dan usaha-usaha pemasaran.
Tugas
Manajer : meningkatkan permintaan / mengembangkan permintaan agar tidak menjadi
permintan latent.
5.
Permintaan tidak teratur
Suatu
keadaan dimana pola permintaan pada saat-saat tertentu dipengaruhi oleh
fluktuasi musim atau hal-hal lain
Misal :
hotel di daerah wisata akan mengalami masa-masa penuh pada musim liburan dan
masa sepi diluar musim liburan
Tugas
manajer : Mengubah pola permintaan, misal : memberikan harga murah pada masa
sepi, dan mengenakan harga yang tinggi pada masa-masa rapai.
6.
Permintaan Penuh
Suatu keadaan dimana tingkat dan saat
permintaan yang sekarang sama dengan tingkat dan saat permintaan yang
diharapkan
Tugas manajer : mempertahanlan
permintaan, misalnya : dengan mempertahankan tingkat efisiensi pemasaran dengan
cara mempertahankan harga jual, mengendalikan biaya, tetap mengadakan promosi.
7.
Permintaan Berkelebihan
Suatu keadaan dimana permintaan lebih
besar dari penawarannya
Tugas manajer : mengurangi permintaan,
misalnya dengan menaikkan harga, mengurangi kegiatan promosi.
8.
Permintaan tidak sehat
Suatu jenis produk atau jasa yang
permintaannya dinilai kurang baik dari segi kesejahteraan konsumen, kemakmuran
masyarakat atau penyedia.
Misalnya
: permintaan akan produk-produk seperti rokok, ganja, obat-obatan tertentu yang
berbahaya.
Analisa
Kesempatan Pasar
Analisa ini sangat penting dilaksanakan sebelum
perusahaan menentukan tujuannya. Selain dengan melihat kesempatan yang ada,
perusahaann biasanya dapat memulai usahanya karena sudah tersedia sumber-sumber
didalam perusahaan. Kesempatan yang ada dapat dibedakan kedalam :
1.
Kesempatan Lingkungan
Kesempatan ini akan muncul dalam setiap
perekonomian bilamana masih terdapat kebutuhan yang belum terpenuhi. Kesempatan
ini dianggap sangat baik atau menguntungkan kalau perusahaan bisa mengisi
kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut.
Contoh :
Perusahaan listrik mempunyai kesempatan
yang baik untuk mengembangkan sumber-sumber energi baru (sinar matahari, dll).
2.
Kesempatan Perusahaan
Merupakan kesempatan yang dapat
dinikmati oleh suatu perusahaan bilamana memiliki keunggulan-keunggulan dari
para pesaingnya.
Keunggulan-keunggulan tersebut antara
lain :
-
Dapat menekan biaya lebih rendah
-
Dapat menentukan harga lebih rendah
-
Mampu
menggunakan beberapa alternatif saluran distribusi
-
Mampu
melakukan usaha promosi yang lebih aktif.
Kesempatan
perusahaan ini muncul dalam suatu kondisi persaingan. Suatu perusahaan akan
mencapai sukses bila memiliki kesempatan perusahaan dan kesempatan lingkungan
disaat yang bersamaan.
Perencanaan Pemasaran
Perencanaan sangat diperlukan untuk mengikuti
perkembangan dimasa mendatang. Tanpa perencanaan, sebuah organisasi kemungkinan
akan mengambil cara-cara yang ekstrim untuk menghindari kerugian atau untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Perencanaan dapat mencakup suatu periode waktu yang
panjang atau periode waktu yang pendek. Perencanaan jangka panjang (untuk 3, 5,
10 atau bahkan 25 tahun) biasanya melibatkan peranan dari top manajemen maupun
staf perencanaan khusus. Masalah
yang dihadapi sangat luas, seperti perluasan pabrik, pasar, atau produk.
Perencanaan jangka pendek, periode waktunya relatif
pendek, yaitu satu tahun atau kurang . biasanya perencanaan ini dilakukan oleh
pelaksana bawah dan menengah.Masalah yang dimasukkan dalam perencanaan ini
adalah kampanye periklanan untuk periode yang akan datang, pembelian pada musim
yang akan datang, dll.
Tiga macam konsep perencanaan, yaitu :
1.
Perencanaan perusahaan secara keseluruhan
2.
Perencanaan pemasaran
3.
Rencana Pemasaran Tahunan
Tujuan Perusahaan
Penetapan tujuan perusahaan merupakan titik awal dari
perencanaan pemasaran. Tujuan ini sangat penting dan harus ditetapkan sebelum
mengambil suatu strategi, tanpa tujuan yang pasti perusahaan tidak akan dapat
beroperasi dengan baik meskipun memiliki kesempatan yang baik. Tujuan
perusahaan dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.
Tujuan Umum
Misalnya
: Mencari laba, memberikan kepuasan konsumen, dll
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus ini diperlukan sebagai
pegangan dalam melaksanakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Misalnya
: Meningkatkan kualitas produk, memperluas pasar, mendapatkan laba untuk jangka
pendek, dll
Merumuskan Rencana Pemasaran
Jika manajer sudah menetapkan untuk mencapai suatu
tingkat penjualan tertentu, kemudian perlu dibuat keputusan-keputusan dibidang
pemasaran, produksi, keuangan dan personalia. Yang menjadi
pertimbangan dalam merumuskan rencana pemasaran adalah :
1.
Target Penjualan
Target
penjualan ini ditetapkan berdasarkan analisa berbagai macam kemungkinan
strategi pemasaran yang menguntungkan.
2.
Anggaran Pemasaran
Biasanya
anggaran yang menyeluruh ini ditetapkan berdasarkan suatu persentase (%) dari
target penjualan. Sebagai contoh : pabrik pupuk akan menetapkan anggaran
pemasaran sebesar 15% dari penjualan. Kalau perusahaan ingin
meningkatkan market share nya, maka persentase tersebut juga harus
ditingkatkan.
3. Alokasi Marketing Mix
Perusahaan harus menetapkan bagaimana
mengalokasikan anggaran pemasaran untuk suatu produk ke berbagai alat pemasaran
seperti periklanan, promosi penjualan, dan personal selling.
· Penetapan
harga
Penetapan harga merupakan satu elemen
yang menghasilkan laba di dalam rencana pemasaran. Perusahaan harus menetapkan
harga dan daftar harga sebelum diberikan potongan. Selain itu juga harus mempertimbangkan faktor permintaan,
biaya dan persaingan dalam menetapkan harga yang direncanakan.
· Alokasi
anggaran pemasaran pada produk
Kebanyakan perusahaan tidak hanya
menghasilkan satu macam produk saja, tetapi beberapa macam. Beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan produk mana yang
harus ditambah atau dikurangi anggarannya adalah :
-
Jumlah product line
-
Banyaknya product mix
-
Jenis produk yang mempunyai permintaan cukup
banyak baik pada saat sekarang maupun saat yang akan datang
-
Jenis produk yang permintaannya sedikit
Organisasi Pemasaran
Struktur kegiatan pemasaran yang optimal merupakan
aktivitas yang terbaik bagi perusahaan. Masing-masing perusahaan memiliki
struktur yang berbeda-beda karena mereka berbeda dari segi luas perusahaan
maupun kompleksitas pasar yang dikuasainya.
Pada perusahaan berskala
besar, departemen pemasaran akan membawahi bagian :
-
Periklanan
-
Promosi
-
Produk
-
Penjualan
-
Sistem informasi pemasaran
-
Produk baru
Penerapan dan Pengendalian Pemasaran
Salah
satu fungsi pokok dari manajer selain perencanaan dan penerapan adalah
pengawasan / pengendalian. Adapun proses pengawasan yang harus dilakukan oleh
manajemen ada tiga tahap, yaitu :
1.
Mengetahui apa yang terjadi.
Dari fakta-fakta yang diperoleh
manajemen dapat membandingkan antara hasil riil dengan rencananya, sehingga
dapat ditentukan ada atau tidak adanya penyimpangan.
2.
Mengetahui mengapa hal itu terjadi
Hal ini menyangkut beberapa alasan
tentang dapat dicapainya suatu hasil
3.
Menentukan tindakan selanjutnya
Tindakan ini dapat berupa merencanakan
program untuk periode mendatang dan merencanakan kegiatan-kegiatan untuk
memperbaiki kondisi yang kurang baik.
2.5 Strategi Pemasaran
Perbedaan pengertian antara istilah strategi, tujuan dan taktik adalah :
1.
Tujuan :
Tujuan perusahaan adalah memberikan kepuasan kepada pembeli dan masyarakat yang lain dalam pertukarannya untuk mendapatkan sejumlah laba, atau perbandingan antara penghasilan dan biaya yang menguntungkan.
2.
Strategi :
Strategi adalah suatu rencana yang
diutamakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Beberapa perusahaan mungkin
mempunyai tujuan yang sama tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan
tersebut dapat berbeda. Strategi dibuat berdasarkan suatu tujuan.
3.
Taktik :
Taktik adalah tahap-tahap atau
langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan strateginya,
maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik.
Ada perbedaan yang paling mendasar antara taktik dan
strategi, yaitu :
1.
Strategi
mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan taktik
2.
Strategi
pemasaran memerlukan keputusan dari manajemen tentang elemen-elemen marketing
mix perusahaan, sedangkan taktik merupakan program tertentu untuk jangka
pendek.
3.
Strategi
bersifat permanen sehingga sulit dan memakan biaya besar jika diadakan
perubahan, sedangkan taktik dapat diubah dengan mudah.
Produsen
obat tradisional (jamu), menggunakan: Strategi untuk memenuhi keinginan
masyarakat akan obat yang berkhasiat tinggi. Taktik berupa penawaran harga yang murah, dalah jumlah
pembelian tertentu akan mendapatkan kalender, dll
Adapun
elemen-elemen strategi pemasaran beserta hubungan antara masing-masing elemen
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1. Elemen-elemen Strategi Pemasaran
Strategi Marketing Mix
Marketing Mix
adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan, yaitu : produk, struktur harga, kegiatan promosi
dan sistem distribusi. Variabel-variabel marketing mix ini dapat dipakai sebagai
dasar untuk mengambil suatu strategi dalam usaha mendapatkan posisi yang kuat
dipasar.
Strategi Penentuan Waktu
Perusahaan dapat
mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan apabila bergerak terlalu cepat atau
terlalu lambat. Oleh karena itu masalah penentuan waktu yang tepat sangat
penting bagi perusahaan untuk melaksanakan program pemasarannya.
BAB III
MANAJEMEN
SALURAN DISTRIBUSI
3.1 Definisi
Saluran Distribusi
David A. Revzan
mengatakan bahwa Saluran merupakan
suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara
dan.akhirnya sarnpai pada pemakai.
Definisi tersebut masih bersifat sempit. Istilah barang
sering diartikan sebagai suatu
bentuk fisik. Akibatnya, definisi ini Iebih cenderung menggambarkan pemindahan
jasa-jasa atau kombinasi antara barang dan jasa. Selain membatasi barang yang
disalurkan, definisi ini juga membatasi lembaga-lembaga yang ada.
Definisi lain tentang saluran
pemasaran ini dikernukakan oleh The
American Marketing Association, yang menekankan tentang banyaknya lembaga
yang ada dalam aliran/arus barang. Asosiasi tersebut menyatakan bahwa Saluran merupakan suatu struktur unit
organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer,
pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk, atau jasa
dipasarkan.
Definisi kedua ini lebih luas
dibandingkan dengan definisi yang pertama. Dengan memasukkan istilah struktur,
definisi ini mempunyai tambahan arti yang bersifat statis pada saluran dan
tidak dapat membantu untuk mengetahui tentang hubungan-hubungan yang ada antara
masing-masing lembaga.
Definisi yang dipakai adalah
definisi yang bersifat paling luas, dikemukakan oleh C. Glenn Walters, bahwa Saluran adalah sekelompok pedagang dan agen
perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan phisik dan nama dari suatu
produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Dari definisi tersebut dapat
diketahui adanya beberapa unsur penting, yaitu :
1.
Saluran
merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai lembaga yang mengadakan
kerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
2.
Karena
anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa pedagang dan beberapa agen, maka
ada sebagian yang ikut memperoleh nama dan sebagian yang lain tidak.
3.
Tujuan
dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Jadi pasar
merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran
4.
Saluran
melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan
penggolongan produk dan mendistribusikannya. Penggolongan produk menunjukkan
jumlah dari berbagai keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada
pasar.
3.2 Definisi
Manajemen Saluran
Konsep tentang saluran pemasaran disini berorientasi pada
keputusan dimana fungsi-fungsi saluran tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa
adanya beberapa strategi. Strategi itu sendiri merupakan suatu rencana umum
atau menyeluruh, sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan dalam kegiatan
saluran.
Dalam hal ini, strategi mempunyai
hubungan yang erat dengan manajemen secara fisik maupun non fisik daripada
saluran. Jadi, menurut C. Glenn Walters,
manajemen saluran dapat didefinisikan sebagai berikut :
Manajemen Saluran adalah pengembangan strategi yang searah didasarkan pada
berbagai keputusan yang berkaitan untuk memindahkan barang-barang secara fisik
maupun non fisik guna mencapai tujuan perusahaan dan berada di dalam kondisi
lingkungan tertentu.
3.3 Alasan
Penting untuk Menggunakan Perantara
Perantara pemasaran ini merupakan lembaga atau individu
yang menjalankan kegiatan khusus di bidang distribusi. Mereka itu adalah :
•
Perantara pedagang
•
Perantara agen
Pada umumnya, alasan utama untuk menggunakan perantara
adalah bahwa mereka ini dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi. Kadang-kadang
sulit untuk melihat adanya peningkatan efisiensi tersebut. Satu cara untuk
menunjukkan efisiensi ini adalah dengan diagram saluran seperti yang terlihat
pada gambar 3.1.
Pada gambar 3.1a, produsen tidak
menggunakan perantara sebagai penyalur. Jadi, penyalurannya langsung dari
produsen kepada pembeli. Dalam hal ini, produsen harus melakukan kontak
penjualan jauh lebih banyak, yaitu sebanyak 40 hubungan. Ini terjadi antara 4
produsen dengan 10 pembeli.
Pada gambar 3.1b, dapat dilihat
bahwa penggunaan perantara dapat meningkatkan efisiensi distribusi. Dengan
adanya perantara maka kontak penjualan yang terjadi antara produsen dengan
pembeli akhir hanya sebanyak 14 transaksi. Ini jauh lebih kecil dibandingkan tanpa
perantara (sebanyak 40 transaksi). Jadi, dengan memasukkan perantara ke
dalam saluran distribusi akan mengurangi jumlah pekerjaan yang harus dilakukan.
3.4
Keuntungan Menggunakan Perantara
Beberapa keuntungan yang diperoleh bila menggunakan
perantara, adalah :
1. Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan
distribusi untuk mencapai konsumen.
produsen cukup menghubungi perantara untuk menyampaikan produknya kepada
konsumen yang banyak.
2. Kegiatan distribusinya cukup baik bila
perantara sudah mempunyai pengalaman. Mereka dipandang lebih baik karena memang
tugas yang dilakukan hanyalah di bidang distribusi.
3. Perantara dapat membantu menyediakan peralatan dan jasa
reparasi yang dibutuhkan untuk beberapa jenis produk tertentu, sehingga
produsen tidak perlu rnenyediakannya.
4. Perantara
dapat membantu di bidang pengangkutan dengan menyediakan alat-alat transpor
sehingga meringankan beban produsen maupun konsumen untuk mencarinya.
5. Perantara
dapat membantu di bidang penyimpanan den menyediakan fasilitas-fasilitas
penyimpanan, seperti gudang fasilitas penyimpanan lainnya sehingga
sewaktu-waktu dibutuhkan oleh konsumen, dapat memenuhinya.
6. Perantara dapat membantu di bidang keuangan dengan
menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan secara kredit kepada
pembeli akhir, atau untuk melakukan pembelian tunai dan produsen.
7. Keuntungan lain yang dapat diharapkan oleh
produsen dari perantara ini adalah :
• Membantu dalam
pencarian konsumen.
• Membantu dalam
kegiatan promosi.
• Membantu dalam
penyediaan informasi.
• Membantu dalam
pengepakan dan pembungkusan.
• Membantu dalam
penyortiran.
3.5 Perantara Pedagang
Pada dasarnya, perantara pedagang (merchant middleman) bertanggung-jawab
terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Dalam hubungannya dengan
pemindahan milik, kegiatan perantara pedagang ini berbeda dengan lembaga lain
yang termasuk dalam perantara agen, seperti : perusahaan transport, perusahaan
pergudangan dan sebagainya. Adapun lembaga-lembaga yang termasuk dalam golongan
Perantara pedagang
adalah :
1. Pedagang besar (wholesaler)
Adalah
sebuah unit usaha yang membeli dan menjual kembali barang-barang kepada
pengecer dan pedagang lain dan atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga,
dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang sama kepada konsumen
akhir.
Istilah
pedagang besar ini hanya digunakan pada perantara pedagang yang terikat dengan
kegiatan perdagangan besar dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada
konsumen akhir.
2. Pengecer (retailer)
Adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha
menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (non bisnis)
Perdagangan
eceran meliputi semua kegiatan yang berhubungan secara langsung dengan
penjualan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (bukan
untuk keperluan usaha).
3.6
Perantara Agen
Perantara agen ini dibedakan dengan perantara pedagang
karena tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang ditangani.
Agen adalah lembaga yang melaksanakan perdagangan dengan
menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang berhubungan dengan penjualan atau
distribusi barang, tetapi mereka tidak memiliki hak untuk memiliki barang yang
diperdagangkan
Pada dasarnya perantara agen digolongkan kedalam dua
kelompok, yaitu :
1.
Agen Penunjang ( Facilitating agent)
Merupakan
agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek pemindahan barang dan
jasa. Pembagiannya
adalah sebagai berikut :
· Agen pengangkutan borongan (Bulk transportation agent)
·
Agen penyimpanan (Storage agent)
· Agen pengangkutan khusus (Speciality Shipper)
·
Agen penjualan dan pembelian (purchase dan sales agent)
Kegiatan agen penunjang adalah membantu
untuk memindahkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan
langsung dengan pembeli dan penjual. Jadi agen penunjang ini melayani kebutuhan-kebutuhan
dari setiap kelompok secara serempak.
2.
Agen Pelengkap (Supplemental agent)
Agen ini berfungsi melaksanakan
jasa-jasa tambahan dalam penyaluran pedagang atau lembaga lain tidak dapat
melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang, maka
agen pelengkap dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukannya
antara lain :
· Jasa
Pembimbingan/ konsultasi
· Jasa
financial
· Jasa
informasi
· Jasa
khusus
Berdasarkan
macam jasa yang mereka tawarkan tersebut, agen pelengkap dapat digolongkan ke
dalam :
a.
Agen
yang membantu dibidang keuangan, seperti bank
b.
Agen
yang membantu dalam mengambil keputusan, seperti biro iklan, lembaga penelitian,
dokter
c.
Agen yang membantu dalam penyediaan
informasi, seperti televisi, surat kabar, radio
d.
Agen
khusus yang tidak termasuk dalam ketiga golongan diatas.
3.7 Beberapa
Alternatif Distribusi
Beberapa alternatif distribusi yang akan dibahas disini
didasarkan pada jenis barang dan dan segmen pasarnya, yaitu :
1.
Barang
konsumsi, ditujukan untuk segmen pasar konsumen
2.
Barang
Industri, ditujukan untuk segmen pasar industri
Kedua
macam barang tersebut memerlukan saluran distribusi yang berbeda karena segmen
pasar yang dituju juga berbeda. Namun demikian dapat juga dipakai satu macam
saluran untuk kedua produk tersebut. Hal ini dimungkinkan karena satu jenis
barang dapat digolongkan kedalam barang konsumsi maupun barang industri.
Sebagai contoh : Tekstil, dapat digunakan oleh perusahaan konveksi kecil
sebagai bahan bakunya (termasuk barang industri), tetapi juga dapat dibeli oleh
konsumen rumah tangga (termasuk barang konsumsi) untuk keperluan sendiri. Untuk
mencapai segmen pasar industri atau segmen pasar konsumen, produsen tekstil
dapat memakai saluran distribusi yang sama, yaitu melalui pedagang besar dan
pengecer.
3.7.1. Saluran Distribusi Barang Konsumsi
Dalam penyaluran barang konsumsi yang ditujukan untuk
pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Pada setiap saluran, produsen
mempunyai alternatif yang sama untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan. Adapun
macam-macam saluran distribusi barang konsumsi adalah :
1.
Produsen – Konsumen
Ini
adalah saluran yang paling pendek, dan paling sederhana. Tanpa menggunakan
perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui Pos atau
langsung mendatangi rumah konsumen. Disebut juga saluran
distribusi langsung.
2.
Produsen – Pengecer – Konsumen
Disini
pengecer besar langsung melakukan pembelian pada produsen. Adapula beberapa
produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani
konsumen.
3.
Produsen
– Pedagang besar – Pengecer – Konsumen
Saluran
seperti ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar
saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang
besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer saja.
4.
Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Disini Produsen memilih agen sebagai
penyalurnya. Dia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran
distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para
pengecer besar.
5.
Produsen
– Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Dalam
saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk
menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada
toko-toko kecil.
3.7.2 Saluran Distribusi Barang Industri
Ada empat macam saluran yang dapat digunakan untuk
mencapai pemakai industri. Keempat macam saluran distribusi
tersebut adalah :
1.
Produsen – Pemakai Industri
Saluran
distribusi dari produsen ke pemakai industri merupakan saluran yang paling
pendek, dan disebut juga saluran distribusi langsung. Saluran semacam ini cocok
untuk barang-barang industri seperti : lokomotif, kapal, pesawat terbang, dll.
2.
Produsen – Distributor Industri – Pemakai
industri
Produsen barang-barang jenis
perlengkapan operasi dan aksesories atau equipment kecil dapat menggunakan
distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat
menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya antara lain : produsen
bahan bangunan, produsen alat-alat untuk pembangunan, produsen alat pendingin
udara.
3.
Produsen – Agen – Pemakai Industri
Biasanya saluran distribusi semacam ini
dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan
yang ingin memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran
baru, lebih suka menggunakan agen.
4.
Produsen
– agen – Distributor Industri – Pemakai Industri
Saluran
distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan antara lain
bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung. Selain itu
faktor penyimpanan pada saluran perlu dipertimbangkan pula. Dalam hal ini agen
penunjang seperti agen penyimpanan sangat penting peranannya.
3.8 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran
Produsen harus memperhatikan berbagai macam faktor yang
sangat berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusi. Faktor-faktor tersebut
adalah :
1.
Pertimbangan Pasar
Karena saluran distribusi sangat
dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, maka keadaan pasar ini merupakan
faktor penentu dalam pemilihan saluran. Beberapa faktor pasar yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Konsumen
/ pasar industri
Apabila
pasarnya berupa pasar industri maka perusahaan jarang/ bahkan tidak pernah
menggunakan pengecer dalam saluran distribusinya. Jika
pasarnya berupa konsumen dan pasar industri, maka perusahaan akan menggunakan
lebih dari satu saluran.
b. Jumlah
pembeli potensial
Jika
jumlah konsumen relative kecil dalam pasarnya, maka perusahaan dapat mengadakan
penjualan secara langsung pada pembeli
c. Konsentrasi
pasar secara geografis
Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai
tingkat kepadatan yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan distributor industry
d. Jumlah
pesanan
Jika volume yang dibeli oleh pemakai
produk tidak begitu besar atau relative kecil, maka perusahaan dapat
menggunakan distributor industri.
e.
Kebiasaan
dalam pembelian
Kebiasaan membeli dari konsumen akhir
dan pemakai industri sangat berpengaruh pula terhadap kebijaksanaan dalam
penyaluran. Termasuk dalam kebiasaan membeli ini antara lain :
- kemauan
untuk membelanjakan uangnya
- tertariknya
pada pembelian dengan kredit
- lebih senang melakukan pembelian yang tidak berkali-kali
- tertariknya
pada pelayanan penjual
2.
Pertimbangan Barang
Beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini antara lain :
a.
Nilai unit
Jika
nilai unit dari barang yang dijual relative rendah maka produsen cenderung
untuk menggunakan saluran distribusi yang panjang. Tetapi jika nilai unitnya
relative tinggi maka saluran distribusinya pendek atau langsung.
b. Besar
dan berat barang
Manajemen
harus mempertimbangkan ongkos angkut dalam hubungannya dengan nilai barang
secara keseluruhan dimana besar dan berat barang sangat menentukan. Jika ongkos
angkut terlalu besar dibandingkan dengan nilai barangnya sehingga terdapat
beban yang berat bagi perusahaan, maka sebagian beban tersebut dapat dialihkan
kepada perantara. Jadi, perantara ikut menanggung sebagian dari
ongkos angkut.
c. Mudah
rusaknya barang
Jika
barang yang dijual mudah rusak maka perusahan tidak perlu menggunakan
perantara. Jika ingin menggunakannya maka harus dipilih perantara yang memiliki
fasilitas penyimpanan yang cukup baik
d. Sifat
teknis
Beberapa
jenis barang industri seperti instalasi biasanya disalurkan secara langsung
kepada pemakai industri. Dalam hal ini produsen harus mempunyai penjual yang
dapat menerangkan berbagai masalah teknis penggunaan dan pemeliharaannya.
e. Barang
standard dan pesanan
Jika
barang yang dijual berupa barang standard maka dipelihara sejumlah persediaan
pada penyalur. Kalau barang yang dijual berdasarkan pesanan maka penyalur tidak
perlu memelihara persediaan.
f. Luasnya
product line
Jika perusahaan hanya membuat satu macam
barang saja, maka penggunaan pedagang besar sebagai penyalur adalah baik. Tetapi jika macam barangnya banyak maka perusahaan dapat
menjual langsung kepada para pengecer.
3.
Pertimbangan Perusahaan
Pada segi perusahaan, beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah :
a. Sumber
pembelanjaan
Penggunaan saluran distribusi langsung
atau pendek biasanya memerlukan jumlah dana yang lebih besar. Oleh karena itu,
saluran distribusi pendek ini kebanyakan hanya dilakukan oleh perusahaan yang
kuat dibidang keuangannya. Perusahaan yang tidak kuat kondisi keuangannya akan
cenderung menggunakan saluran distribusi yang lebih panjang.
b.
Pengalaman dan kemampuan manajemen
Suatu perusahaan yang menjual barang
baru, atau ingin memasuki pasaran baru, lebih suka menggunakan perantara. Hal ini disebabkan karena umumnya para perantara sudah
mempunyai pengalaman, sehingga manajemen dapat mengambil pelajaran dari mereka.
c.
Pengawasan saluran
Pengawasan
akan lebih mudah dilakukan bila saluran distribusinya pendek. Jadi, perusahaan
yang ingin mengawasi penyaluran barangnya cenderung memilih saluran yang pendek
walaupun ongkosnya tinggi.
d.
Pelayanan yang diberikan oleh penjual
Jika produsen mau memberikan pelayanan
yang lebih baik seperti membangun etalase (ruang peragaan), mencarikan pembeli
untuk perantara, maka akan banyak perantara yang bersedia menjadi penyalurnya.
4.
Pertimbangan Perantara
Pada segi perantara, beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah :
a.
Pelayanan yang diberikan oleh perantara
Jika perantara mau memberikan pelayanan
yang lebih baik, misalnya dengan menyediakan fasilitas penyimpanan, maka
produsen akan bersedia menggunakannya sebagai penyalur.
b.
Kegunaan perantara
Perantara akan digunakan sebagai
penyalur apabila ia dapat membawa barang produsen dalam persaingan, dan selalu
mempunyai inisiatif untuk memberikan usul tentang barang baru
c.
Sikap Perantara terhadap kebijaksanaan
produsen
Kalau perantara bersedia menerima resiko
yang dibebankan oleh produsen, misalnya resiko turunnya harga, maka produsen
dapat memilihnya sebagai penyalur. Hal ini
dapat memperingan tanggung jawab produsen dalam menghadapi berbagai macam
resiko.
d.
Volume penjualan
Dalam
hal ini , produsen cenderung memilih perantara yang dapat menawarkan barangnya
dalam volume yang besar untuk jangka waktu lama
e.
Ongkos
Jika
ongkos dalam penyaluran barang dapat lebih ringan dengan digunakannya
perantara, maka hal ini dapat dilaksanakan terus
3.9 Menentukan
Banyaknya Penyalur
Setelah menentukan banyaknya saluran distribusi yang akan
dipakai, perusahaan/produsen perlu menentukan jumlah perantara untuk
ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer. Dalam
hal ini produsen mempunyai tiga alternatif pilihan, yaitu :
1.
Distribusi Intensif
Distribusi
Intensif ini dapat dilakukan oleh produsen yang menjual barang konvenien.
Perusahaan berusaha menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak-banyaknya
untuk mendekati dan mencapai konsumen. Semua ini dimaksudkan untuk mempercepat
pemenuhan kebutuhan konsumen. Sedangkan untuk barang industri, distribusi
intensif ini biasanya terbatas untuk jenis operating supplies atau barang
standard lainnya, seperti obeng, minyak pelumas, dan lainnya.
2.
Distribusi Selektif
Perusahaan yang menggunakan distribusi
selektif ini berusaha memilih suatu jumlah pedagang besar/ pengecer yang
terbatas dalam suatu daerah geografis. Biasanya saluran ini dipakai untuk memasarkan produk baru, barang shopping
atau barang special, dan barang industri jenis accessory equipment. Penggunaan
saluran distribusi selektif ini dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang
tidak menguntungkan dan meningkatkan volume penjualan dengan jumlah transaksi
lebih terbatas.
3.
Distribusi Eksklusif
Distribusi eksklusif ini dilakukan oleh
perusahan dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau pengecer dalam
daerah pasar tertentu. Jadi produsen/ penyedia hanya menjual produknya kepada
satu pedagang besar atau satu pengecer saja. Pada umumnya, distribusi eksklusif
ini banyak dipakai :
a. Untuk
barang-barang special
b. Apabila
penyalur bersedia membuat persediaan dalam jumlah besar sehingga pembeli lebih
leluasa dalam memilih produk yang akan dibelinya
c. Apabila
produk yang dijual memerlukan servis sesudah penjualan (pemasangan, reparasi,
dsb), misalnya alat pendingin udara (AC), almari es dll. Setelah diketahui panjangnya saluran dan
banyaknya penyalur yang digunakan oleh produsen. Secara keseluruhan dapat diadakan pembandingan untuk
jenis-jenis barang konsumsi.
Tabel 3.1. Alternatif Strategi Distribusi untuk Barang
Konsumsi
Berdasarkan
Intensitasnya
Jenis Barang
Konsumsi
|
Panjangnya
Saluran
|
Alternatif
Strategi Distribusi
|
Pola
Distribusi dlm Pasar yang ada
|
Konvenien
Shopping
Spesial
|
Umumnya panjang
Umumnya sedang
Umumnya pendek
|
Intensif
Selektif
Eksklusif
|
Menyebar (banyak)
Jarang (beberapa)
Terpusat (satu)
|
3.10
Pengendalian Saluran Distribusi
Pengendalian saluran distribusi dapat menjadi suatu
masalah yang sulit bagi perusahaan yang mengandalkan fungsi perdagangan besar
dan eceran pada penyalur tertentu saja (penyalur independen). Karena penyalur
independent tersebut melaksanakan kegiatan bisnisnya untuk kepentingan sendiri,
artinya, mereka hanya tertarik untuk menjual barang yang dapat meningkatkan
laba mereka.
Produsen yang menjual melalui penyalur indipenden
tersebut harus dapat merancang produk dan program pemasaran yang menarik. Untuk
membuat agar penyalur independent dapat lebih terikat pada produsen, maka
produsen harus mengambil beberapa kebijaksanaan seperti :
1.
Produsen
harus menyatakan bahwa tugasnya tidak berakhir pada saat produk terjual, tetapi
masih perlu memberikan pelayanan sesudah penjualan kepada pembeli akhir.
2.
Produsen
harus menyatakan bahwa masalah yang dihadapi penyalur merupakan masalah bagi
produsen dan tidak dapat diabaikan jika ingin mempertahankan posisi pasarnya.
3.
Produsen
harus memberi ganti kepada penyalur atas garansi dan servis lain yang
diberikannya kepada para pembeli.
4.
Produsen
harus dapat memberikan semangat kepada penyalur dengan memberi sejumlah
insentif. Beberapa teknik pemberian insentif yang dapat digunakan
antara lain :
· Konsesi
harga
· Bantuan
keuangan
· Proteksi
3.11 Teknik
yang dipakai untuk membina kerjasama penyalur
Untuk membina
kerjasama yang baik dengan penyalur maka perusahaan dapat menggunakan beberapa
teknik berikut ini :
A.
KONSESI HARGA :
1.
Struktur Potongan
· Potongan
dagang
· Potongan
kuantitas
· Potongan
tunai
· Potongan
musiman
· Pembebasan
ongkos angkut
· Pengurangan
ongkos angkut
· Penghargaan
promosional
2.
Pengganti Potongan
· Alat-alat
peraga
· Program
latihan
· Program
pengawasan persediaan
· Bantuan
teknis
· Pemberian
catalog
· Jasa
konsultasi manajemen
B.
BANTUAN KEUANGAN :
1. Pinjaman
Berjangka
2. Pembelian
kredit
C.
PROTEKSI
:
1. Proteksi
harga
2. Proteksi
persediaan
3. Proteksi territorial (distribusi selektif dan eksklusif)
4.
BAB IV
STRATEGI
PENENTUAN HARGA
4.1
Pengertian Harga
Harga, nilai dan faedah (utility) merupakan konsep-konsep
yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut suatu produk
yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk
dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam perekonomian kita sekarang
ini untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu produk kita
menggunakan uang, bukan sistem barter. Jumlah uang yang digunakan didalam
pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari suatu barang.
“Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk
dan pelayanannya.”
4.2 Tujuan
Penetapan Harga
Dalam strategi penentuan harga, manajer harus menetapkan
dulu tujuan penetapannya. Tujuan ini berasal dari perusahaan itu sendiri yang selalu
berusaha menetapkan harga barang dan jasa setepat mungkin. Banyak perusahaan
yang mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang
hendak dicapainya.
Keputusan untuk menetapkan harga sering melibatkan
kepentingan pimpinan (top manager) terutama untuk produk baru. Penentuan
tingkat harga tersebut biasanya dilakukan dengan mengadakan beberapa perubahan
untuk menguji pasarnya, apakah menerima atau menolak ?. Jika pasar menerima
penawaran tersebut maka harga itu sudah sesuai. Tetapi jika mereka menolak maka
harga tersebut perlu diubah secepatnya. Jadi ada kemungkinan keliru tentang
keputusan harga yang diambil oleh manajer.
Sehingga kita perlu meninjau apakah yang menjadi tujuan
bagi penjual dalam menetapkan harga produknya. Tujuan-tujuan tersebut
adalah :
1.
Meningkatkan
penjualan
2.
Mempertahankan
dan memperbaiki market share
3.
Stabilitas
harga
4.
Mencapai
target pengembalian investasi
5.
Mencapai
laba maksimum
4.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga
Dalam kenyataannya, tingkat harga yang terjadi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1.
Keadaan
Perekonomian
Keadaan
perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku dipasaran. Misalnya
pada periode Resesi, yang merupakan suatu periode dimana ada keputusan
Pemerintah 15 November 1978 yang menentukan nilai tukar $ 1,- (satu dolar)
Amerika dari Rp. 415,- menjadi Rp. 625,-. Sehingga terjadilah reaksi-reaksi
dari kalangan masyarakat bisnis. Reaksi spontan terhadap keputusan tersebut
adalah adanya kenaikan harga-harga barang, khususnya kenaikan harga
barang-barang mewah, barang impor dan barang-barang yang dibuat dengan bahan
atau komponen dari luar negeri.
2.
Penawaran
dan Permintaan
Permintaan adalah
sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu. Pada umumnya
tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih
besar. Hubungan antara harga dengan permintaan dapat digambarkan dalam bentuk
kurve, disebut kurve permintaan.
Penawaran merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah
yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu. Pada umumnya
harga yang lebih tinggi mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar. Hubungan
antara harga dengan jumlah yang ditawarkan dapat digambarkan dalam bentuk
kurve, disebut kurve penawaran.
Elastisitas Permintaan
Faktor
lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. Selain mempengaruhi penentuan harga, sifat
permintaan pasar ini juga mempengaruhi volume yang dapat dijual. Untuk beberapa
jenis barang, harga dan volume penjualan ini berbanding terbalik, artinya jika
terjadi kenaikan harga maka penjualan akan menurun dan sebaliknya.
·
Inelastis
Jika
permintaan itu bersifat inelastis, maka perubahan harga akan mengakibatkan
perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya.
·
Elastis
Apabila
permintaan itu bersifat elastis, maka perubahan harga akan menyebabkan
terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar.
·
Unitary
Elasticity
Apabila
permintaan itu bersifat unitary elasticity, maka perubahan harga akan
menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama. Dengan kata
lain, penurunan harga sebesar 10% akan mengakibatkan naiknya volume penjualan
sebesar 10%.
3.
Persaingan
Harga jual beberapa barang sering dipengaruhi oleh keadaan
persaingan yang ada. Barang-barang dari hasil pertanian dijual dalam keadaan persaingan
murni (pure competition). Dalam persaingan ini penjual yang berjumlah
banyak aktif menghadapi pembeli yang berjumlah banyak pula. Sehingga dengan
banyaknya jumlah penjual dan pembeli menyulitkan penjual perorangan untuk
menjual dengan harga lebih tinggi. Macam persaingan yang lain :
·
Persaingan
tidak sempurna
Untuk
barang-barang yang dihasilkan dari pabrik (barang-barang manufaktur) dengan
merk tertentu kadang-kadang mengalami kesulitan dalam pemasarannya. Hal ini
dapat disebabkan karena harganya lebih tinggi dari barang sejenis dengan merk
lain. Keadaan pasar seperti mi disebut persaingan tidak sempurna (imperfect competition), di mana barang
tersebut telah dibedakan dengan memberikan merk.
·
Oligopoli
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi daripada kalau dalam persaingan sempurna
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi daripada kalau dalam persaingan sempurna
·
Monopo!i
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
- permintaan
barang bersangkutan
- harga barang-barang substitusi/pengganti
- peraturan harga dan pemerintah
- harga barang-barang substitusi/pengganti
- peraturan harga dan pemerintah
5. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu
tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
sebaliknya, apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya
produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi, akan rnenghasilkan
keuntungan.
6. Tujuan Perusahaan
Penetapan harga suatu
barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan
yang
akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selaiu mempunyai tujuan yang
sama dengan perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut
antara lain :
Laba maksimum
Volume penjualan tertentu
Penguasaan pasar
Kembalinya modal yang tertanam dalain jangka waktu
tertentu.
7. Pengawasan Pemerintah
Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga.
Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk : penentuan harga
maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang
mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli.
4.4 Keputusan Tentang Harga
Ada beberapa keputusan menyangkut
penentuan harga, temasuk harga tertentu yang dibebankan kepada masing-masing
produk atau jasa yang dipasarkan. Tetapi harga itu juga dapat ditentukan oleh
pembeli yang membeli produk atau jasa perusahaan.
Perusahaan juga harus mengambil
keputusan tentang perlu/tidaknya memberikan potongan untuk pembayaran yang
lebih awal. Jika perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk mernberikan potongan
tunai, maka perlu ditentukan kapan seorang pembeli akan menerima potongan tunai
dan berapa besar jumlah potongannya. Dan apakah potongan tersebut diperuntukkan
bagi penyalur juga.
Semua keputusan dan masalah tersebut
sebenarnya cukup sulit ditentukan apalagi bagi perusahaan yang menjual berbagai
macam produk. Hal ini disebabkan karena setiap jenis produk memerlukan
penetapan harga yang berbeda-beda.
Pada masa lampau,
keputusan-keputusan seperti itu cenderung bersifat pasif di mana perusahaan
menggunakan praktek penetapan harga dari pesaing. Sekarang, dalam kondisi
persaingan yang semakin ketat, perusahaan-perusahaan berubah meningkatkan efisiensi cara produksinya dan menekan biaya. Semua ini ditujukan
untuk menekan harga supaya mendapatkan posisi yang baik dalam persaingan.
4.5 Prosedur
Penetapan Harga
Jika tujuan penetapan harga sudah
ditentukan, maka manajemen dapat mengalihkan perhatian pada prosedur penentuan
harga barang atau jasa yang ditawarkan. Prosedur penentuan harga yang dipakai
melputi enam tahap, yaitu:
1. Mengestimasikan Permintaan
untuk Barang Tersebut
Dalam tahap pertama ini,
penjual membuat estimasi permintaan barangnya secara total. Hal ini lebih mudah
dilakukan terhadap permintaan barang yang ada dibandingkan dengan permintaan
barang baru. Pengestimasian perrnintaan tersebut dapat dilakukan dengan :
a. Menentukan harga yang diharapkan (expected
price), yaitu harga yang diharapkan dapat diterima oleh konsumen,
b. Mengestimasikan volume penjualan pada berbagai tingkat
harga. Hal ini menyangkut pula
pertimbangan tentang masalah elastisitas permintaan suatu barang.
Mengestimasikan volume penjualan pada berbagai tingkat harga yang berbeda
adalah penting juga dalam hubungannya dengan penentuan break-even point.
2. Mengetahui Lebih Dulu Reaksi dalam Persaingan
Kondisi persaingan sangat mempengaruhi kebijaksanaan
penentuan harga bagi perusahaan atau penjual. Oleh karena itu penjual perlu
mengetahui reaksi persaingan yang terjadi dipasar mengetahui reaksi persaingan
yang terjadi di pasar serta sumber-sumber penyebabnya. Adapun
sumber-sumber persaingan yang ada dapat berasal dari :
- Barang sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
- Barang
pengganti atau substitusi.
- Barang-barang
lain yang dibuat oleh perusahaan lain yang sama-sama menginginkan uang
konsumen.
3. Menentukan
Market Share yang Dapat Diharapkan
Perusahaan yang agresif selalu menginginkan market share
yang lebih besar. Kadang-kadang,
perluasan market share harus dilakukan dengan mengadakan periklanan dan bentuk
lain dan persaingan bukan harga. Market share yang diharapkan rersebut akan
dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang ada, biaya ekspansi, dan mudahnya
memasuki persaingan.
4. Memilih Strategi Harga
untuk Mencapai Target Pasar
Dalam hal ini penjual dapat memilih di
antara dua macam strategi harga yang dianggap paling ekstrim, yaitu : skim-the-cream-pricing
dan penetration pricing
5. Mempertimbangkan Politik
Pemasaran Perusahaan
Tahap selanjutnya dalam prosedur
penentuan harga adalah mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan dengan
melihat pada barang, sistem distribusi, dan program promosinya. Perusahaan
tidak dapat menentukan harga suatu barang tanpa mempertimbangkan barang lain
yang dijualnya. Demikian pula dalam saluran distribusinya, harus diperhatikan
ada atau tidaknya penyalur yang juga menerima sebagian dari harga jual.
4.6 Penentuan Harga Dasar dan Laba yang Diharapkan
Dalam kaitannya dengan prosedur
penetapan harga maka perlulah ditentukan berbagai alternatif harga untuk
mengetahui seberapa besar laba yang bisa diharapkan. Alternatif-alternatif
tersebut akan tergantung pada pemilihan perusahaan dan elastisitas yang ada.
Dengan semakin luas jarak masing-masing alternatif harga dan semakin besar
elastisitas permintaannya, maka semakin banyak pula alternatif harga yang harus
dipertimbangkan.
Titik break-even ini sangat penting
karena dapat menunjukkan tingkatan operasi yang menguntungkan. Adanya
peningkatan dalam permintaan atau penurunan dalam biaya total akan memperluas
tingkat operasi yang menguntungkan dan meningkatkan laba.
4.7 Penetapan
Harga Dasar dalam Kondisi yang Tidak Pasti
Dalam pembahasan tentang penentuan harga dasar, kita telah
melihat bahwa hal ini penting bagi perencanaan pemasaran untuk mengestimasi
volume penjualan pada masing-masing alternatif harga, dan ini semakin sulit
dengan semakin tidak pastinya keadaan.
Sebuah pendekatan untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan teori keputusan. Teknik tersebut
mengharuskan manajer pemasaran untuk menentukan tingkatan harga yang layak.
Sebuah contoh tentang penerapan teknik tersebut dapat dilihat berikut ini.
Dianggap bahwa pada setiap tingkatan harga akan menghasilkan tiga tingkatan
permintaan, yaitü :
• Qo = Permintaan yang optimis
• Qm = Permintaan yang paling rnungkin.
• Qp = Permintaan yang pesimis.
• Qm = Permintaan yang paling rnungkin.
• Qp = Permintaan yang pesimis.
4.8 Metode
Praktis
Penetapan harga barang dan jasa yang efisien sering
merupakan masalah yang sulit bagi sebuah perusahaan. Penetapan ini didasarkan
pada biaya, persaingan, permintaan dan laba, tetapi kombinasi optimal dari
faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produknya, pasarnya, dan
tujuan perusahaan.Teknik yang sering
dipakai dalam penetapan harga adalah :
1.
Penetapan Harga Mark-up (Mark up Pricing)
Mark
up
merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan
pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual.
Jadi mark-up tersebut dipakai untuk
menutup biaya overhead dan laba bagi perusahaan. Biasanya mark-up ini
ditentukan dengan persentase dari biaya produk atau harga jualnya. Biasanya para pedagang besar dan pengecer lebih banyak
menentukan mark-up nya berdasarkan harga jual, sedangkan produsen menentukan
mark-up nya berdasarkan biaya.
Harga Jual = Biaya Produk + Mark Up
Harga Jual = Biaya Produk + (% x
Biaya Produk)
Harga Jual = Biaya

Kotler
menyatakan bahwa salah satu alasan menggunakan mark up pricing adalah
karena kurangnya ketidak pastian pada biaya daripada permintaan. Dengan
mendasarkan pada biayanya, penetapan harga ini menjadi lebih sederhana dan
penjual tidak perlu membuat penyesuaian harga terhadap permintaan.
2.
Penetapan Harga Break Even (Break Even
Pricing)
Dalam Break-Even Pricing dapat diketahui
tentang bagaimana satu satuan produk itu dijual pada harga tertentu untuk
mengembalikan dana yang tertanam dalam produk tersebut.


dan,
dimana :
TBE
= titik break even
BTT
= biaya tetap total
BV = biaya variabel
P = penjualan
H
= harga jual per unit
BVR = biaya variabel rata-rata
Untuk meninjau
break-even pricing secara lebih mendalam kita bisa mengadakan analisa tabuler. Volume break-even
diperoleh dari pembagian antara biaya tetap total dengan marjin yang ada pada
setiap tingkat harga.
Kemungkinan
masalah yang paling serius dalam penetapan harga break-even ini adalah masalah
kurangnya permintaan. Penentuan harga yang optimal sangat dipengaruhi oleh
hubungan antara harga jual eceran dengan jumlah produk X yang akan dibeli oleh
konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ini antara lain:
•
Faktor saingan
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.

3. Penetapan
Harga Rate of Return (Rate of Return Pricing)
Kebijaksanaan penetapan harga untuk mencapai tingkatan
pengembalian investasi (rate of return on
investment) merupakan kebijaksanaan yang banyak dipakai oleh
perusahaan-perusahaan besar. Faktor utama untuk dapat dilaksanakannya prosedur
tersebut adalah :
· Estimasi
permintaan
· Penggunaan
fasilitas
Tingkat pengembalian pada Investasi (return on investment) dapat dicari
dengan rumus :
ROI
= Laba x
100 %

Adapun masalah-masalah yang dihadapi dalam rate of return pricing, adalah :
· Pengestimasian
penjualan yang dipakai untuk menentukan harga meskipun jumlah unit yang terjual
itu sendiri merupakan fungsi harga.
· Rate of return pricing ini
dapat menimbulkan fluktuasi dalam keuntungan karena jumlah penghasilan yang
diterima langsung dipengaruhi oleh estimasi penjualan.
4. Penetapan
Harga Biaya Variabel (Variabel Cost Pricing)
Penetapan harga biaya variabel ini
didasarkan pada suatu ide bahwa biaya total tidak selalu harus ditutup untuk
menjalankan kegiatan bisnis yang menguntungkan. Sistem penetapan harga biaya
variabel ini dapat dipakai untuk menentukan harga minimum yang dapat dikuasai.
Penetapan harga biaya variabel ini
sering dijumpai dalam situasi dimana
tetap merupakan bagian yang besar dalam biaya total. Perusahaan angkutan
kereta api dan perusahaan penerbangan adalah dua contoh industri yang
memerlukan biaya tetap tinggi dan sering memakai penetapan harga biaya variable
untuk meningkatkan volumenya. Sebagai
contoh, mereka sering memberikan reduksi kepada anak-anak sekolah atau
rombongan tertentu.
5. Penetapan Harga Beban Puncak
(Peak Load Pricing)
Peak-load pricing ini dapat dipakai bila
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan sangat terbatas, dan
permintaan pembeli cenderung berubah di kemudian hari. Sebagai contoh
perusahaan telepon telah menggunakan kapasitas untuk melayani 97 % langganannya
selama periode ramai meskipun pada akhir pecan dan malam hari sering
menganggur.
BAB V
MANAJEMEN
PERIKLANAN
5.1.
Kesempatan untuk Periklanan
Kegiatan periklanan
(sebagai bagian dan marketing mix)
yang dilakukan oleh sebuah perusahaan tergantung pada beberapa faktor, seperti :
1.
Jenis
produk
2.
Sifat pasarnya
3.
Keadaan persaingan
4.
dan sebagainya.
Dengan adanya berbagai faktor
tersebut di mana setiap perusahaan mempunyai perbedaan, kegiatan periklanan
yang dilakukan juga berbeda. Hal ini dapat secara lebih jelas dilihat pada
biaya periklanan masing-masing.
Periklanan merupakan salah satu aspek dari komunikasi
pemasaran perusahaan. Keputusan-keputusan yang menyangkut periklanan selalu
berkaitan dengan aspek komunikasi pemasaran lainnya, seperti personal selling, promosi penjualan, publisitas, dan hubungan masyarakat. Rangkaian keputusan tersebut tidak terlepas
dari pengembangan komunikasi pemasaran di samping tahap-tahap pengumpulan
datanya.
Sebelum menentukan anggaran dan
perencanaan periklanan yang lain. manajer harus menentukan lebih dulu apakah
periklanan perlu dilakukan. Penaksiran kesempatan untuk periklanannya dimulai
dengan memperkirakan potensi permintaan primer dan permntaan selektif.
Manajer harus mengetahui keadaan-keadaan yang merupakan akibat terhadap
periklanan.
5.2 Akibat Periklanan pada
Permintaan Primer dan Selektif
Periklanan dapat mendorong baik
permintaan primer maupun permintaan selektif atau kedua-duanya. Pada permintaan primer terdapat
kenaikan permintaan untuk kategori produk melalui peningkatan konsumsi per
kapita atau melalui penambahan beberapa pembeli baru. Sedangkan pada permintaan
selektif terdapat kenaikan permintaan untuk suatu merk tertentu dalam
kategori produk.
Ada suatu anggapan bahwa sejauh ini
kurve permintaan yang dijumpai perusahaan adalah tetap. Jika harga diturunkan
maka kurve permintaannya akan
mempunyai arah menurun dan penjualan meningkat. Tingkat
penjualan baru tersebut cenderung menghasilkan laba lebih besar seperti yang
terlihat pada sebuah fungsi dan bentuk kurve permintaan dan tingkah-Iaku biaya
variabel.
Peningkatan biaya periklanan dapat merubah kurve
permintaan ke kanan dan dapat pula merubah bentuknya. Misalnya, jumlah
penjualan dalam unit produk “X” (Q) merupakan fungsi harga (P) :

Fungsi permintaan ini menganggap
bahwa peniklanannya sama dengan nol. Fungsi untuk biaya periklanan (A) sebanyak Rp 10.000,- adalah :

Q (10.000) = 4.800 — 40
P
Perubahan ini dapat kita lihat pada
gambar 11.1. Di sini, perusahaan dapat rnencapai penjualan lebih besar pada
tingkat harga yang sama. Pada harga Rp 60,- perusahaan berharap dapat menjual
2.400 unit produk X, tidak lagi 1.600 unit. Dalam diagram tersebut, hal
ini ditunjukkan dengan perubahan dan titik P1 ke titik P2. Pada alternatif lain perusahaan
dapat menetapkan harga lebih tinggi dengan volume yang ada. Dengan meningkatkan
periklanan perusahaan dapat menaikkan harga produknya dari Rp 60,- menjadi Rp
80,- dan masih menjual 1.600 unit. Hal ini dapat kita lihat sebagai perubahan
dari titik P1 ke titik P3.
Beberapa asumsi yang lain adalah
bahwa kurve permintaan tersebut linier, dan pcningkatan biaya periklanan dapat rnengurangi sensitivitas
pembeli terhadap harga.

Gambar 5.1. Fungsi permintaan produk X
5.3 Kriteria untuk Periklanan yang Efektif
Kenaikan yang terjadi pada permintaan primer
dan permintaan selektif adalah
berbeda-beda dari segi kategori produk dan merk-nya. Untuk merubah kesempatan
periklanannya, manajer harus mengetahui faktor-faktor mana yang dapat
memperkuat pengubahan tersebut. Dalam hal ini ada empat faktor yang paling
penting, yaitu :
1. Trend permintaan
primernya menguntungkan.
2. Pembedaan produk (product
differentiation) telah dilakukan.
3. Kualitas produk adalah penting bagi konsumen.
Faktor-faktor sosial dan Iingkungan
yang mendukung trend dalam permintaan produk sering lebih penting daripada
jumlah biaya periklanannya. Di samping itu periklanan
dapat menyelaraskan permintaan yang terjadi tanpa periklanan. Pada saat
permintaan bertambah sering terdapat kesempatan untuk daya tarik periklanan
yang selektif.
5.4 Tujuan
Periklanan
Pada umumnya, tujuan utama
perusahaan adalah mencari laba.. Konsekuensinya,
manajer harus memilih alternatif periklanan yang dapat menciptakan ni/al
sekarang (present value) tertinggi untuk laba jangka panjangnya. Sedangkan
organisasi non laba lebih mementingkan manfaat daripada laba.
Tujuan periklanan bagi suatu barang
akan tergantung pada tahap yang ada di dalam siklus kehidupan produk (product life cycle). Semua itu ditujukan
untuk mempertahankan posisi pasar produk tersebut. Biasanya, periklanan
produk baru dilakukan untuk :
1.
Memberikan
kesadaran pada pembeli tentang adanya produk baru tersebut.
• Mendorong distribusi merk baru.
• Menunjukkan kepada pembeli dengan suatu
alasan bagi pembelian produk tersebut.
Tugas periklanan juga merupakan suatu fungsi dan kategori produk. Untuk
barang-barang yang berharga lebih mahal seperti mobil, proses keputusannya
(oleh pernbeli) dilakukan dengan lebih hati-hati dan waktunya lama. Dalam hal
ini, pembeli mudah sekali membedakan
rnerk-merk yang ada. Tetapi untuk barang-barang yang secara fisik hampir
sama, seperti sabun mandi, kurang begitu diperhatikan oleh pembeli.
Adapun
tujuan pokok dari periklanan adalah untuk meningkatkan permintaan bagi
produk. Permintaan dapat ditingkatkan dengan cara :
• Menaikkan jumlah pembeli.
2.
Menaikkan
tingkat penggunaan barang di antara pembeli yang ada
Pembeli baru mungkin
berasal dan pembeli merk saingan. Sedangkan tingkat penggunaan yang semakin
besar dapat terjadi bilarnana perusahaan selalu mengingatkan pembeli untuk
menggunakan merknya, atau dapat pula mengatakan pada pembeli tentang penggunaan
baru dan produknya. Sering pula perikianan ditujukan pada perantara dalam
saluran distribusi. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong para penyalur (pedagang
besar dan pengecer) untuk bersedia menjualkan atau mempromosikan merk produsen
tersebut.
5.5 Jenis
Periklanan
Berdasarkan tujuannya, apakah
ditujukan kepada pembeli akhir atau ditujukan kepada penyalur, periklanan dapat
dibedakan ke dalam dua golongan. Jenis periklanan tersebut adalah :
1.
Pull
Demand Advertising
Pull demand advertising adalah periklanan yang ditujukan kepada pembeli akhir
agar permintaan produk bersangkutan meningkat. Biasanya produsen menyarankan
kepada para konsumen untuk membeli produknya ke penjual terdekat. Pull
demand advertising juga disebut consumer advertising.
2. Push Demand Advertising
Push demand advertising adalah periklanan
yang ditujukan kepada para penyalur. Maksudnya agar para penyalur bersedia
meningkatkan permintaan produk bersangkutan dengan menjualkan
sebanyak-banyaknya ke pembeli/pengecer. Barang yang diiklankan biasanya berupa barang industri. Push demand
advertising juga disebut trade advertising.
5.6 Mendefinisikan Tujuan Periklanan
Pihak pemasang iklan perlu
menentukan tujuan periklanannya dan mengukur hasil yang dicapai dari periklanan
tersebut. Pengukuran hasil yang dimaksud adalah pengukuran secara kuantitatif. Pengukuran tersebut dapat
ditinjau pada segi penjualannya karena mempunyai hubungan erat dengan
laba yang diperoleh. Ada dua situasi dalam mana penjualan tidak dapat
digunakan. Situasi tersebut adalah :
• Pada waktu pengaruh periklanan tidak dapat dipisahkan dan
pengaruh elemen lain dalam marketing
mix.
3.
Pada
saat pengaruh periklanan yang sedang dilakukan tidak dapat dipisahkan dan
pengaruh periklanan yang lalu.
Jadi, apabila tujuan periklanan
tidak dapat dinyatakan dalam istilah penjualan, maka harus didefinisikan dalam
istilah variabel-variabel campuran yang menghubungkan perikianan dengan
penjualan. Pendekatan antara periklanan dan penjualan adalah :
1.
Hirarki Pengaruh
Hirarki tentang hipotesa pengaruh menyatakan bahwa
periklanan memberikan petunjuk kepada konsumen melalui suatu rangkaian tahap
yang mencapai puncaknya dalam pembelian. Dalam hal ini, konsumen dapat
digolongkan ke dalam tujuh kelompok, yaitu :
a.
Kelompok pertama terdiri atas pembeli-pembeli potensial yang tidak menyadari tentang adanya produk tersebut.
b.
Kelompok kedua terdiri atas konsumen yang menyadari adanya produk tersebut.
c.
Kelompok ketiga terdiri atas konsumen yang mempunyai pengetahuan tentang produk
tersebut beserta manfaatnya.
d. Kelompok keempat terdiri atas konsumen yang menyukai produk tersebut.
e.
Kelompok kelima merupakan kelornpok konsumen yang mempunyai pilihan terhadap
produk tersebut melebihi semua kemungkinan
lainnya.
f.
Kelompok keenam terdiri atas konsumen yang mempunyai keyakinan bahwa mereka
harus
membeli produk tersebut.
g.
Kelompok terakhir terdiri atas konsumen yang mernbeli produk tersebut.
Kegiatan periklanan untuk mengalihkan
konsumen dari kelompok pertama ke kelompok yang lain akan cenderung
berbeda-beda. Dengan suatu survey dapat diperoleh data yang diperlukan untuk
menaksir nilai ekonomi tentang sebab-sebab perubahan kelompok tersebut.
2.
Kualifikasi
Beberapa usaha telah dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hirarki hipotesa pengaruh. Misalnya, suatu studi telah menjumpai adanya hubungan yang kuat antara kesadaran konsumen dengan market share. Dapat terjadi bahwa tingkat kegiatan periklanan yang lebih tinggi tidak berhasil memperkuat hubungan antara kesadaran dengan pembelian. Dalam beberapa kasus, periklanan dapat berpengaruh terhadap kesadaran yang kemudian dinyatakan dalam perilaku melalui sikap.
Beberapa usaha telah dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hirarki hipotesa pengaruh. Misalnya, suatu studi telah menjumpai adanya hubungan yang kuat antara kesadaran konsumen dengan market share. Dapat terjadi bahwa tingkat kegiatan periklanan yang lebih tinggi tidak berhasil memperkuat hubungan antara kesadaran dengan pembelian. Dalam beberapa kasus, periklanan dapat berpengaruh terhadap kesadaran yang kemudian dinyatakan dalam perilaku melalui sikap.
5.7 Proses Penentuan Tujuan Periklanan
Sekarang kita akan membahas tentang proses
penentuan tujuan periklanan dalam sebuah perusahaan dengan investasi modal
sebesar Rp 100.000.000,-.
Direktur perusahaan tersebut telah rnenetapkan tujuan perusahaan, yaitu untuk
mendapatkan 10% pada modal yang
diinvestasikan. ini berarti laba yang
harus diperoleh adalah 10% x (Rp
100.000.000,-) = Rp
10.000.000,-. Tujuan laba tersebut harus diterapkan ke dalam tujuan
pemasaran.
Ada suatu anggapan bahwa tujuan laba
di dalam pemasaran itu dapat dicapai apabila penjualan perusahaan sebesar Rp
40.000.000,-. Sekali tingkat penjualan telah ditemukan, maka dana yang
disediakan untuk periklanan dapat diperoleh dengan mengurangi :
1.
Biaya produksi
2.
Biaya overhead
3.
Laba
dan pendapatan potensial
Apabila
jumlah biaya selain biaya periklanan adalah Rp 25.000.000,- maka
Rp 5.000.000,00 tersedia untuk periklanan. Proses penentuan tujuan ini
melibatkan suatu hirarki dan kemampuan mendapatkan laba (profitability),
penjualan, dan komunikasi. Dalam contoh ini, manajer periklanan merasa bahwa
pengeluaran untuk periklanan sebesar Rp
5.000.000,- diperlukan untuk mencapai tujuan penjualan; sedangkan
manajer pemasaran merasa bahwa tujuan penjualan yang ada dapat dicapai dengan
menyediakan Rp .5.000.000,- untuk
periklanan. Dapat terjadi bahwa dana yang tersedia kurang dari jumlah yang
diinginkan. Dalam hal ini tujuannya perlu diperbaiki atau disesuaikan, serta
meninjau tujuan perusahaan akan memaksimumkan laba.
Dapat dikatakan bahwa tujuan
pokoknya adalah mencari laba Rp
10.000.000,- tetapi apakah tujuan tersebut optimal? Dengan menguji hubungan antara penjualan dan biaya, maka
hubungan antara biaya dan laba dapat diperoleh. Pada kenyataannya pengaruh
periklanan terhadap laba atau penjualan itu sangat relatif.
5.8 Anggaran
Periklanan
Manajer pemasaran memerlukan suatu metode untuk
menetapkan anggaran periklanan. Teknik-teknik yang dapat
dipakai antara lain :
· Pendekatan
subyektif
· Pendekatan
pedoman tetap
· Pendekatan
tugas
· Pendekatan
normatif
Pemilihan metode-metode ini
tergantung pada besarnya pengembalian atau manfaat dari periklanan.
1.
Pendekatan Subyektif
Pendekatan ini dapat dipakai untuk
menyusun anggaran berdasarkan pendapat dan pengalaman dari seorang manajer.
Umumnya manajer mempunyai tugas mengalokasikan anggaran tetap (fixed budget)
diantara biaya periklanan dan biaya pemasaran lainnya. Bila perusahaan
menghendaki biaya yang lebih rendah, maka biasanya periklanan akan dikurangi.
2.
Pendekatan Pedoman Tetap
Pendekatan ini menyangkut penentuan anggaran periklanan
dalam bentuk persentase dari penjualan, jumlah tetap per unit, atau seperti
yang ditentukan oleh perusahaan saingan. Beberapa perusahaan telah menentukan
anggaran mereka sebagai persentase dari volume penjualan yang diramalkan untuk
periode dimana anggaran periklanan itu akan digunakan. Anggaran periklanannya
ditentukan untuk setiap unitnya. Hal ini dianggap lebih fleksibel karena
tinggal mengalihkan antara volume penjualan (dlm unit) yang diperkirakan dengan
jumlah rupiah per unitnya (rupiah untuk periklanan)
3.
Pendekatan Tugas
Pendekatan ini menyangkut penentuan
tujuan, kemudian menentukan pelaksanaan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pendekatan ini dipakai oleh perusahaan mulai dengan menentukan tujuan untuk
periklanannya. Misalnya, sebelum periklanan dimulai Perusahaan ‘‘X” telah
memiliki market share kira-kira 5%. Dalam
jangka pendek periklanan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran konsumen
tlentang produknya sebesar 10% (dalam satu tahun). Kampanye periklanan yang
dilakukan dipusatkan pada suatu kenyataan bahwa produk dari perusahaan “X”
lebih baik dari pesaingnya. Sebelum
dan sesudah diadakan penelitian diperoleh data sebagai berikut :
1.
Terdapat kenaikan dan 15,3% menjadi 35,1% dari jumlah responden yang menyatakan
bahwa produk dari perusahaan X adalah
bersih dan warnanya bagus.
2.
Terdapat kenaikan dan 3,6% menjadi 16,3% dari jumlah responden yang beranggapan
bahwa produk X Iebih menarik.
3.
Terdapat kenaikan dan 9,4% menjadi 24,3% dari jumlah responden yang menyatakan
bahwa produk perusahaan X lebih kuat.
Hasil tersebut jelas menunjukkan bahwa
kampanye periklanan itu telah mencapai sasaran yang ditentukan.
4. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif ini menyangkut
penentuan anggaran periklanan yang optimal
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan ini menggunakan
dasar penjualan karena
penjualan ini dapat memaksimumkan laba. Pemilihan pendekatan normatif mi
tergantung pada ada atau tidak adanya faktor pengaruh. Jika tidak ada faktor yang mempengaruhinya, maka kita
hanya perlu memaksimumkan laba jangka pendek.
Pengaruh tersebut dapat terjadi
apabila biaya pemasaran mempengaruhi penjualan dalam periode yang akan datang.
Dalam hal ini, prosedur tertentu untuk mendapatkan anggaran yang optimal juga
tergantung pada tersedianya data historis yang diperlukan. Bagi produk baru,
metode yang dipakai untuk menyusun anggaran yang optimal adalah :
1. Metode Bayesian
Sebuah perusahaan sedang
mempertimbangkan untuk memproduksi produk baru “Z”. Jika produk baru “Z”
tersebut dibuat maka diperkirakan perusahaan akan menambah biaya tetap sebesar
Rp 300.000,- dan biaya variabel Rp 60,- per unit selama tahun 1999. Harga yang
akan ditetapkan adalah Rp 200,- dan perusahaan mempunyai daftar pengiriman
sebanyak 10.000 calon konsumen. Jika perusahaan memutuskan untuk tidak
memproduksi produk “Z”, maka labanya akan meningkat sebesar Rp 20.000,- dalam
tahun 1999 dengan menggunakan peralatan yang ada.
Jika peralatan yang ada juga dipakai untuk membuat produk “Z” maka perusahaan hanya akan mengadakan promosi dengan direct mail (pengiriman langsung). Untuk mendukung keputusan tersebut, manajer pemasaran ingin mengetes hasil dan tiga macam responsi terhadap direct mail tersebut :
Jika peralatan yang ada juga dipakai untuk membuat produk “Z” maka perusahaan hanya akan mengadakan promosi dengan direct mail (pengiriman langsung). Untuk mendukung keputusan tersebut, manajer pemasaran ingin mengetes hasil dan tiga macam responsi terhadap direct mail tersebut :
N1 = 20% dan
daftar calon pembeli bersedia membeli
N2 = 30% bersedia
membeli
N3 = 40% bersedia
membeli
Berdasarkan pada
pengalaman dan usaha direct mail yang lampau, manajer telah memperkirakan
probabilitas terjadinya masing-masing tingkatan sebesar 0,5 ; 0,3 dan 0,2 untuk
20%, 30%, dan 40% tingkat pengembalian secara berturut-turut.
Pertanyaan :
Jika tidak tersedia informasi tambahan, keputusan apakah yang harus diambil ?
Ada suatu anggapan
bahwa kriteria pemilihannya adalah nilai yang diharapkan dan kenaikan laba tahunan.
Jawaban
Bila persamaan biaya
total adalah TC = 300.000 + 60 Q, maka dapat disusun tabel penghasilan
dan biaya :
Tabel 5.1. Penghasilan
dan Biaya

TC = Biaya total
Q = Jumlah penjualan dalam unit
TR = Pendapatan
total
p =
Kenaikan pendapatan dalam tahun 1999
EV (p) =
Nilai yang diharapkan dari kenaikan laba
Dapat dilihat bahwa strategi “untuk memproduksi produk baru”
akan memberikan kenaikan laba yang diharapkan sebesar Rp 78.000,-. Jika produk baru tersebut tidak diperkenalkan, maka laba yang diharapkan hanya meningkat
sebesar Rp 20.000,-. Jadi, strategi perusahaan untuk membuat
produk Z adalah optimal.
Dalam Bayesian,
pemecahan di muka disebut prior
analysis. Ada suatu anggapan di sini, bahwa :
• Manajer dapat menyusun
rangkaian strategi yang menyeluruh.
· Manajer dapat memperkirakan profitabilitas masing-masing strategi atau kombinasinya.
· Manajer dapat mengkuantifikasikan masing-masing strategi.
Kemudian ia memilih tindakan yang dapat
memberikan profitabilitas optimal.
Manajemen dihadapkan pada dua strategi, yaitu :
S1 :
memperkenalkan produk baru (strategi 1)
S2 :
tidak memperkenalkan produk baru (strategi 2)
Metode Bayesian ini merupakan satu cara penyusunan anggaran yang
dapat dipakai bila tidak terdapat cukup data historis. Oleh karena itu masih
ada status strategi lagi, yaitu :
S3 :
menunda keputusan sampai data tambahan dapat dikumpulkan atau dianalisa (strategi 3)
Jadi, strategi ketiga ini dimaksudkan untuk memperbaiki strategi
sebelumnya. Proses pengumpulan informasi tambahan sebelum memilih
strategi terdahulu disebut prosedur analisa
posterior.
4.
Model
Matematis
Data
historis dapat dipakai untuk mengestimasi parameter yang tidak diketahui dan
suatu model matematis tentang fungsi responsi periklanan. Jka estimasi tersebut
benar, maka posisi optimal dapat dicapai dengan menyelesaikan model matematis
tersebut. Contoh :
Jumlah produk X yang diminta merupakan
fungsi harga dan periklanan. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan sebuah
persamaan :
Q = 4.000 + 0,14 A - 0,000006 A2 - 40P
. Persamaan mi menganggap bahwa responsi
penjualan terhadap periklanan sama halnya dengan responsi penjualan terhadap
harga. Persamaan ini juga menggambarkan adanya hasil yang menurun dalam
periklanan. Setiap tambahan rupiah untuk periklanan menghasilkan tambahan
penjualan yang lebih kecil.
Fungsi pendapatan
total (R), hiaya
total (C), dan persamaan laba dapat ditunjukkan dengan istilah fungsi
responsi penjualan. Sesuai dengan persamaannya, laba akan rnencapai
rnaksimum Rp 75.000,- pada harga Rp 70,-
per unit dan biaya periklanan Rp 10.000,-. Jika perusahaan tidak memasang
iklan, maka labanya akan berkurang Rp 26.000,- (atau Rp 75.000 - Rp 49.000).
Dengan periklanan tersehut perusahaan dapat mengenakan harga Rp 10,- lebih
besar dan juga dapat menjual 400 unit
produk X lebih banvak.
Perhitungannya adalah
sebagai berikut :
• A = biaya periklanan
(Rp 10.000,-)
• P = harga jual per unit (Rp 70,-)
• Q = 4.000 + 0,14 A - 0,000006 A2 40 P
= 4.000 + (0,14
x 10.000) - (0,000006 x 10.0002) (40 x 7)
= 4.000 + 1.400
- 600 - 2.800
= 2.000
unit.
· R =
pendapatan total (total revenue)
= Q x P
= 2.000 x 70
= Rp
140.000,-
· O =
biaya total (total cost)
= 15.000 + 20
Q (lihat persamaan bab 10)
= 15.000 + (20 x 2.000)
= 15.000 + 40.000
= Rp. 55.000,- (tanpa biaya periklanan)
• C
dengan biaya periklanan = Rp 55.000,- + Rp 10.000,-
= Rp
65.000,-
· Laba = R - C
= Rp 140.000 - Rp 65.000
= Rp 75.000,-
Jika
produk X tidak diiklankan, harga yang
bisa dicapai hanya Rp 60,- per unit dengan jumlah penjualan sebanyak 1.600 unit
.
· Q =
4.000 - 40 P
= 4.000 - (40 x 60)
= 4.000 - 2.400
= 1.600 unit
‘• R
= P.Q
= 60 (1.600)
= Rp 96.000,-
· C = 15.000 + 20 Q
= 15.000 + (20 x 1.600)
= 15.000 + 32.000
= Rp 47.000,-
· Laba
= R - C
= Rp 96.000 - Rp
47 .000
=
Rp 49.000,-
Kesimpulannya
:
Dengan mengeluarkan biaya periklanan
sebesar Rp 10.000,- maka :
·
Keuntungan
meningkat dan Rp 49.000,- menjadi Rp 75.000,-.
· Jumlah
permintaan meningkat dan 1.600 unit menjadi 2.000 unit.
· Harga
jual naik dan Rp 60,- per unit menjadi Rp 70,- per unit
5.9
Pemilihan Media
Tujuan didalam perencanaan media adalah untuk memilih
apakah dengan menggunakan :
·
Televisi
·
Radio
·
Majalah
·
Surat kabar
·
Atau media lain
Tentu
saja media yang dipilih adalah media yang akan memaksimumkan laba dengan
anggaran yang ada. Dalam hal ini kita dapat menggunakan metode kuantitatif seperti
Operation
research.
Media
merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan periklanan.
Media bukanlah suatu alat penyampaian berita yang pasif, bahkan sering media itu dapat mempengaruhi efektivitas beritanya. Adapun factor-faktor yang perlu dperhatikan di dalam pemilihan media ini adalah :
Media bukanlah suatu alat penyampaian berita yang pasif, bahkan sering media itu dapat mempengaruhi efektivitas beritanya. Adapun factor-faktor yang perlu dperhatikan di dalam pemilihan media ini adalah :
1. Produk yang diiklankan
2. Sistem distribusi produknya
3. Editorial
4. Kemampuan teknis media
5. Strategi periklanan saingan
6. Sasaran yang dapat dicapai
7. Karakteristik media
8. Biaya
Setiap media yang ada rnemiliki kesan dan kepribadian
sendiri-sendiri. Ada yang lebih menonjol sebagai “prestise” seperti majalah Tempo dan Eksekutif. Ada
pula yang lebih menonjol dalam “keahlian “ seperti majalah Management dan
Usahawan Indonesia.
BAB VI
MANAJEMEN
PENJUALAN
6.1 Pengertian
Manajemen Penjualan
Istilah manajemen penjualan telah mengalami
perubahan-perubahan selama beberapa tahun. Pada mulanya, para pengusaha
menggunakan istilah tersebut untuk rnenunjukkan pengarahan tenaga penjualan,
atau disebut juga manajemen personal
selling. Kemudian, istilah tersebut diartikan secara lebih luas lagi dengan
manajemen dari seluruh kegiatan pemasaran, distribusi fisik, penetapan harga,
dan perencanaan produk tetapi sekarang, kedua istilah itu sudah dibedakan
dengan menunjukkan bahwa manajemen pemasaran mempunyai pengertian yang
lebih luas daripada manajemen penjualan.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan manajemen penjualan ?
Berikut ini adalah definisi yang dikemukakan oleh Komite Definisi dari Asosiasi
Pemasaran Amerika (The Definition
Jommittec of the American Marketing Association).
Manajemen penjualan adalah perencanaan, pengarahan, dan pengawasan personal
selling, termasuk penarikan, pemilihan, perlengkapan, penentuan rute,
supervisi, pembayaran, dan motivasi sebagai tugas diberikan pada para tenaga
penjualan.
Dari definisi tentang manajemen penjualan tersebut dapat
diketahui bahwa tugas manajer penjualan cukup luas. Dapat dikatakan pula bahwa
tugas manajer penjualan itu adalah sebagai administrator dalam kegiatan
personal selling, sehingga tugas utamanya banyak berkaitan dengan personalia
penjualan.
Bagian lain dari tugas manajer penjualan adalah berkaitan
dengan pengorganisasian kegiatan penjualan baik di dalam maupun di luar
perusahaan. Di dalam perusahaan, ia harus menyusun struktur organisasi yang
dapat menciptakan komunikasi secara efektif tidak hanya di dalam departemen
penjualan itu sendiri, tetapi juga dengan departemen-departemen lainnya. Ia
juga merupakan penghubung yang paling penting antara perusahaan dengan pembeli
dan masyarakat lain, serta bertanggung-jawab untuk menciptakan dan
mempertahankan jaringan distribusi yang efektif.
Selain tugas-tugas tersebut, manajer
penjualan masih mernpunyai tugas yang
lain, yaitu menggunakan dan berpartisipasi dalam mempersiapkan informasi
untuk mengambil keputusan pemasaran, seperti penentuan anggaran, kuota, dan
daerah penjualan. Juga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
produk, saluran pemasaran dan politik distribusi, promosi, serta penetapan
harga.
Jadi, dapat dikatakan bahwa manajer penjualan itu selain sebagai
administrator kegiatan personal selling, juga sebagai anggota kelompok manajer
yang ikut mengambil keputusan pernasaran.
6.2 Tujuan
Manajemen Penjualan
Sukses bisa dicapai bilamana
seseorang itu memiliki suatu tujuan atau cita-cita. demikian pula halnya dengan
para pengusaha atau penjual. Tujuan tersebut akan menjadi kenyaraan apabila
dilaksanakan dengar kernauan dan kemampuan yang memadai. Selain
itu, harus diperhatikan pula -faktor lain seperti :
1.
Modal yang diperlukan,
2.
Kemampuan merencanakan dan membuat produk,
3.
Kemampuan menentukan tingkat harga yang
tepat,
4.
Kemampuan memilih penyalur yang tepat.
5.
Kemampuan
menggunakan cara-cara promosi yang tepat,
6.
Unsur penunjang lainnya.
Pada
umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan rnendapatkan laba tertentu dan mempertahankan atau bahkan berusaha
meningkatkannya untuk
jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisir apabila penjualan dapat
dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang atau jasa yang terjual selalu
akan menghasilkan laba. Di sinilah faktor-faktor di atas harus mendapatkan
perhatian sepenuhnya.
Bagi
perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya, yaitu :
1. Mencapai volume penjualan tertentu
2. Mendapatkan
laba tertentu
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan
Dalam mencapai ketiga tujuan di
muka, pimpinan dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada para
fungsionaris di bawahnya, misalnya Kepala Bagian Pemasaran. Dan untuk
tugas-tugas penjualan, Kepala Bagian Pemasaran dapat mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada Sub. Bagian Penjualan. Proses seperti ini jarang
dijumpai pada perusahaan-perusahaan kecil, karena biasanya kegiatan pemasaran
dan penjualan langsung dipegang oleh pimpinan yang juga merangkap sebagai
pemilik. Jadi, dialah yang harus menentukan estimasi tentang potensi pasarnya,
kemampuan tenaga-tenaga penjualnya, dan sebagainya.
Untuk kegiatan selanjutnya, Bagian
Penjualan mernpunyai peranan. yang sangat penting. Hal ini mendorong pimpinan
untuk lebih seksama dalam mengambil keputusan di bidang pemasaran, penjualan,
serta keuntungan yang realistis. Untuk tujuan perencanaan dan operasinya,
pimpinan dapat berpegang pada dua rumus berikut :
Penjualan - Harga Pokok
= Laba Kotor
Laba Kotor – Biaya lain
= Laba Bersih
Secara periodis, formula itu dipakai pada laporan operasi
perusahaan dan digunakan oleh pengusaha serta pemilik untuk mengadakan
penilaian terhadap hasil kerja perusahaan, termasuk efektivitas penjualan dan
pemasarannya. Faktor harga pokok tidak dapat ditentukan secara langsung oleh Bagian Penjualan karena pembuatan
produknya ditangani oleh Bagian Produksi
dalam perusahaan, atau ditangani oleh produsen lain. Sedangkan volume penjualan
diharapkan dapat menutup semua biaya.. Volume penjualan, laba kotor, dan
biaya-biaya lain seperti biaya operasi secara langsung dipengaruhi oleh hasil
kerja dari Bagian Pemasaran termasuk
Sub. Bagian Penjualan, dan semua ini
merupakan faktor penentu untuk rnernperoleh laba bersih.
6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan
Dalarn praktek, kegiatan penjualan
itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :
I. Kondisi dan Kemampuan Penjual
Transaksi jual-beli atau pemindahan
hak milik secara komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan
dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua.
Di sini, penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil
rnencapai sasaran penjualan yang diharapkan.
Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting
yang sangat berkaitan, yaitu :
• Jenis
dan karakteristik barang yang ditawarkan.
• Harga
produk.
• Syarat penjualan,
seperti pembayaran, penghantaran, pelayanan sesudah penjualan, garansi,
dan sebagainya.
Masalah-masalah tersebut biasanya
menjadi pusat perhatian pembeli sebelum melakukan pembelian. Selain itu,
manajer perlu memperhatikan jumlah
serta sifat-sifat tenaga penjualan yang akan dipakai. Dengan tenaga
penjualan yang baik dapatlah dihindari timbulnya kemungkinan rasa kecewa pada
para pembeli .
Adapun sifat-sifat yarfg perlu dimiliki oleh
seorang penjual yang baik antara lain : sopan, pandai bergaul, pandai berbicara,
mempunyai kepribadian yang menarik, sehal jasmani, jujur, mengetahui cara-cara
penjualan, dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar
Pasar, sebagai kelompok pembeli atau
pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan
penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu
diperhatikan adalah :
·
Jenis
pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar
pemerintah, ataukah pasar internasional.
·
Kelompok
pembeli atau segmen pasarnya.
· Daya
belinya.
· Frekuensi
pembeliannya.
· Keinginan
dan kebutuhannya.
3. Modal
Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya
apabila barang yang dijual tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau
apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini,
penjual harus memperkenalkan dulu membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk
melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti :
alat transport, tempat peragaan baik di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan
apabila penjual memiliki sejumlah modal
yang diperlukan untuk itu.
4. Kondisi Organisasi
Perusahaan
Pada perusahaan
besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri
(Bagian Penjualan) yang dipegang orang-orang yang ahli di bidang penjualan.
Lain halnya dengan perusahaan kecil di
mana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi
lain. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem
organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi, serta sarana yang
dimilikinya juga tidak sekompleks perusahaan besar. Biasanya, masalah penjualan
ini ditangani sendiri oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain.
6.4 Fungsi-fungsi
Salesman
Salah
satu fungsi salesman adalah melakukan penjualan dengan bertemu muka (face-to-face
selling), di mana seorang penjual dan sebuah perusahaan langsung menemui
konsumen untuk menawarkan produknya. Penjualan dengan bertemu muka ini hanya merupakan satu dari beberapa fungsi
penting lainnya. Fungsi-fungsi yang lain tersebut adalah :
1.
Mengadakan Analisa Pasar
Dalam analisa pasar, termasuk juga
mengadakan peramalan tentang penjualan yang akan datang, mengetahui dan
mengawasi para pesaing dan memperhatikan lingkungan, terutama lingkungan sosial
dan perekonomian. Sebenarnya, tugas penjualan ini tidak mudah. Apa yang
dilakukan oleh penjual tersebut dapat berakibat pada dirinya sendiri. Seorarig
tenaga penjualan yang baik harus memahami dan menyadari tentang apa yang terjadi
di beberapa daerah selain di sekitar perusahaan.
2.
Menentukan Calon Konsumen
Termasuk dalam fungsi ini antara lain mencari pembeli
potensial, menciptakan pesanan baru dan Iangganan yang ada, dan mengetahui
keinginan pasar.
3. Mengadakan Komunikasi
Komunikasi
ini merupakan fungsi yang menjiwai fungsi-fungsi tenaga penjualan yang ada.
Fungsi ini tidaklah menitik-beratkan untuk membujuk atau mempengaruhi, tetapi
untuk memulai dan melangsungkan pernbicaraan secara ramah dengan langganan atau
calon pembeli. Komunikasi yang bersifat membujuk hanya merupakan satu elemen
saja dari fungsi komunikasi.
4. Memberikan Pelayanan
Pelayanan
yang diberikan kepada langganan dapat diwujudkan dalam bentuk konsultasi
menyangkut keinginan dan masalah-masalah yang dihadapi langganan, memberikan
jasa teknis, rnemberikan bantuan keuangan/kredit, melakukan penghantaran barang
ke rumah, dan sebagainya.
5. Memajukan Langganan
Dalam
memajukan langganan, tenaga penjualan bertanggung-jawab atas semua tugas yang
langsung berhubungan dengan langganan. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan
tugas-tugasnya agar dapat meningkatkan laba. Dalam fungsi ini, termasuk juga
pemberian saran secara pribadi seperti saran tentang masalah pengawasan
persediaan, promosi. pengembangan barang, dan kebijaksanaan harga.
6. Mempertahankan Langganan
Mempertahankan
langganan atau penjualan merupakan salah satu fungsi yang semata-mata ditujukan
untuk menciptakan goodwill serta mempertahankan hubungan baik dengan langganan.
7. Mendefinisikan Masalah
Pendefinisian
masalah dilakukan dengan memperhatikan dan
mengikuti permintaan konsumen. Ini berarti penjual harus mengadakan
analisa tentang usaha-usaha konsumen sebagai sumber masalah. Selain itu, juga
harus menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan barang, jasa, harga, dan
sistem penyampaiannya.
8. Mengatasi Masalah
Mengatasi atau menyelesaikan masalah
merupakan fungsi menyeluruh yang pada dasarnya menyangkut fleksibilitas,
penemuan, dan tanggapan. Jika suatu masalah memerlukan sumber-sumber dari
beberapa perusahaan, tenaga penjualan dapat membentuk untuk memperolehnya.
Jadi, tenaga penjualan tersebut semata-mata bertindak sebagai konsultan umum.
9. Mengatur Waktu
Pengaturan waktu merupakan satu
masalah paling penting yang dihadapi oleh penjual. Sering terjadi adanya banyak
waktu yang terbuang dalam perjalanan, atau untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak
produktif atau terbuang untuk menunggu saja. Untuk menghernat waktu, rnereka
banyak latihan serta mengambil pengalaman dan orang lain.
10. Mengalokasikan Sumber-sumber
Pengalokasian sumber-sumber sering
diperlukan dan dilakukan dengan memberikan bahan bagi keputusan manajemen untuk
membuka transaksi baru, menutup transaksi yang tidak menguntungkan, dan
mengalokasikan usaha-usaha ke berbagai transaksi.
11. Meningkatkan Kemampuan Diri
Meliputi latihan-latihan dan
usaha-usaha pribadi untuk mencapai kemampuan fisik dan mental yang tinggi.
Tentu saja tidak terlepas dari masalah motivasi dan kondisi atau kesehatan dari
tenaga penjualan itu sendiri. Latihan yang lain dapat dilakukan dengan
mempelajari konsumen beserta keinginannya, para pesaing beserta kegiatannya;
produk yang dijual, kebijaksanaan dan program dari perusahaannya.
6.5 Proses Penjualan
Salah satu aspek yang ada dalam penjualan
adalah penjualan dengan bertemu muka (face-to-face selling) di mana seorang
penjual langsung berhadapan muka dengan calon pembelinya. Masalah tersebut
menjadi titik-berat dalam pembahasan tentang proses penjualan berikut. Adapun
tahap-tahapnya adalah :
1.
Persiapan Sebelum Penjualan
Disini kegiatan yang dilakukan adalah
mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang
dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.
Selain itu, mereka juga lebih dulu harus mengetahui kemungkinan tentang
motivasi dan perilaku dalam segmen pasar yang dituju.
2.
Penentuan Lokasi
Pembeli Potensial
Dengan menggunakan data pembeli yang
lalu maupun sekarang, penjual dapat menentukan karakteristiknya, misalnya
lokasi. Oleh karena itu, pada tahap kedua ini ditentukan lokasi dari segmen
pasar yang menjadi sasarannya. Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar
tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli
potesial dari produk yang ditawarkan. Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan konsumen manakah yang sudah
menggunakan produk-produk saingan.
3. Pendekatan Pendahuluan
Sebelum
melakukan penjualan, penjual harus mernpelajari
semua rnasalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai
pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang produk atau merk apa yang
sedang mereka gunakan dan bagaimana reaksinya. Berbagai macam informasi perlu
dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya
tentang kebiasaan membeli, kesukaan dan sebagainya. Semua kegiatan ini
dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.
4. Melakukan Penjualan
Penjualan
yang dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon konsumen,
kemudian diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual
melakukan penjualan produknya kepada pembeli.
5. Pelayanan Sesudah Penjualan
Sebenarnya
kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan dari pembeli telah
dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan memberikan pelayanan atau
servis kepada mereka. Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk penjualan
barang-barang industri seperti instalasi, atau barang konsumsi tahan lama
seperti almari es, televisi, dan sebagainya. Beberapa pelayanan yang diberikan
oleh penjual sesudah penjualan dilakukan
antara lain berupa :
• Pemberian garansi
• Pemberian jasa reparasi
• Latihan tenaga-tenaga operasi dan cara penggunaannya
• Penghantaran barang ke rumah.
Dalam
tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau
tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan lain yang juga perlu
diberikan sesudah penjualan adalah memberikan jaminan kepada pembeli bahwa
keputusanyang diambilnya tepat, barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat,
dan hasil kerja produk tersebut memuaskan.
6.6
Motivasi dan Kompensasi Salesman
Penentuan rencana kompensasi/penggajjan bagi salesman
lebih merupakan suatu seni karena apabila produk dan pembelinya berbeda, maka
rencana kompensasinya juga berbeda. Lagi pula, rencana kompensasi ini harus
selalu diperbaiki untuk menyesuaikan perubahan-perubahan dalam lingkungan
persaingan yang ada, dan hal ini sulit dibandingkan efisiensinya diantara
perusahaan-perusahaan. Biasanya, tingkat kompensasi itu lebih banyak ditentukan
oleh hasil kerja penjualannya. Namun
demikian, kita akan membahas beberapa rnetode yang lebih populer untuk memotivasj salesman. Pada pokoknva ada dua metode, yaitu :
demikian, kita akan membahas beberapa rnetode yang lebih populer untuk memotivasj salesman. Pada pokoknva ada dua metode, yaitu :
1.
Insentif
Tunai
Insentif
tunai ini merupakan metode pemberian
kompensasi yang paling banyak dipakai, yaitu dengan memberikan sejumlah uang
tunai kepada salesman sebagai insentifnya. Rencana kompensasi secara tunai ini
dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu :
1. Straight Commission
Straight
Commission atau sering disebut insentif 100 persen ini merupakan suatu rencana kompensasi yang
rnenggambarkan sejumlah komisi sebagai penghasilan minimum bagi salesman sesuai
dengan variasi volume penjualannya. Biasanya, jumlah komisi ini ditentukan
berdasarkan suatu persentase dari harga jual (berkisar antara 5% sampai 10% dari harga jual atau
lebih tergantung pada jenis produk dan industrinya). Semakjn banyak salesman
itu dapat rnenjual barang, semakin banyak pula jumlah komisinya. Namun,
biasanya telah ditentukan bahwa seorang salesman harus dapat rnenjual produk
dalam sejumlah minimum tertentu sebagai penghasilan minimumnya. Tetapi hal ini
tidak mengikat, artinya kalau jumlah penjualannya kurang dan minimum, maka
jumlah komisinya juga berkurang.
Adapun keuntungan utama bagi perusahaan dalam metode straight
commission ini adalah bahwa biaya penjualan merupakan biaya variabel dan
perusahaan hanya membayar menurut jumlah produk yang terjual saja. Sedangkan keburukannya adalah
sulit diawasi dan kurang sesuai untuk penjualan herbagai macam produk dengan
karakteristik yang sangat berbeda secara sekaligus.
2. Straight Salary
Straight
salary ini merupakan sistem
pembayaran gaji yang paling sederhana, dan umumnya diwujudkan dalam bentuk
sejumlah uang yang dibayarkan secara tetap untuk suatu periode (harian,
mingguan, atau bulanan). Dalam hal ini, tugas manajer dalam pengendalian
salesman lebih ringan karena hanya mengawasi berapa lama waktu yang dipakai
oleh salesman. Biasanya, metode ini dipakai bilamana perusahaan ingin memasuki
segmen pasar baru (tugas salesman ini disebut missionary selling).
3. Gaji Plus Komisi
Dalam
metode ini, salesman akan memperoleh gaji tetap untuk suatu periode ditambah
sejumlah komisi sesuai dengan volume yang terjual. Semakin banyak produk yang
terjual, semakin banyak pula jumlah komisinya (misalnya 2% dari penjualan).
Tingkat komisi ini dapat pula bervariasi. Kalau salesman dapat menjual lebih
besar dari jumlah yang ditentukan, maka tingkat komisinya menjadi semakin
besar, misalnya 3%.
4. Gaji Plus Bonus Plus Komisi
Metode ini rnerupakan kombinasi antara
metode ketiga dan pemberian bonus. Jadi, selain gaji dan komisi, salesman masih
dapat memperoleh bonus. Misalnya, ditentukan bahwa salesman dapat menerima
bonus 3% jika penjualan per bulannya melebihi 4.250 unit.
2.
Insentif
Tidak Tunai
Pemberian
insentif tidak tunai ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan
sebagai pelengkap dan insentif tunai. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong
salesman agar mau bekerja lebih keras. Insentif tidak tunai ini dapat
diwujudkan dalam bentuk selain uang tunai, seperti :
• Mobil, baik
untuk perjalanan dinas maupun untuk keperluan pribadi.
• Rumah untuk
tempat tinggal salesman beserta keluarganya.
• Wisata.
• Produk yang dihasilkan.
Dan produk/barang lain yang cukup menarik bagi salesman.
6.8 Evaluasi Hasil Kerja Penjualan
Evaluasi hasil kerja penjualan ini
merupakan tugas yang cukup kompleks karena salesman dan daerah penjualannya
berbeda-beda. Lagi pula banyak waktu yang diperlukan untuk tugas-tugas
salesman. Selain itu masih dikaitkan pula dengan motivasi masing-masing
salesman terhadap rencana kompensasi yang ditetapkan oleh perusahaan.
Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam evaluasi hasil kerja penjualan ini
adalah :
• Membuat standard kerja.
• Mencatat hasil kerja riil.
• Mengadakan evaluasi, atau pembandingan hasil
kerja dengan standardnya.
·
Mengambil tindakan yang diperlukan.

Burton Marcus. (1980). Modern Marketing Management, Edisi Kedua, Random House, New York.
Corl McDaniel Jr. (1979). Marketing, An Integrated Approach. Horper & Row. Publishers,
Inc, New York.
Philip Kotler, (1997). Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Kontrol. Edisi Revisi. Edisi bahasa Indonesia. Prentice Hall
Philip Kotler, Gary Armstrong. (1996). Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 2.Edisi
Bahasa Indonesia. Prentice Hall
Swastha Basu Drs,
Irawan Drs, (1983). Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua, Liberty , Yogyakarta
William J.Stanton, (1978). Fundamentals of Marketing, Edisi kelima, Kogakhusa, Mc.Graw-Hill,
Tokyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar