TUGAS AKHIR
SILABUS
STUDI SISTEM MANAJEMEN MUTU
oleh
:
JANUARI
CHRISTI
BAMBANG
RAHINO
F A
R I D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2013
No
|
Pertemuan
|
Pokok
Bahasan
|
Sub
Pokok Bahasan
|
1.
|
1,
|
sistem
manajemen mutu
|
A. Pengertian sistem manajemen mutu
B. Tahapan penerapan sistem
manajemen mutu
C. Ruang
lingkup sistem manajemen mutu
D. Hambatan dalam pengembangan sistem manajemen mutu
|
2.
|
2
|
ISO
dan QA
|
A. Pengenalan
ISO
B. Jaminan
mutu (quality assurance)
|
3.
|
3
4
|
Delapan
prinsip manajemen mutu
|
A. Fokus
pada pelanggan
B. Kepemimpinan
C. Pelibatan
anggota
D. Pendekatan
proses
E. Pendekatan
sistem pada manajemen
F. Perbaikan berkesinambungan
G. Pendekatan
fakta pada pengambilan keputusan
H. Hubungan
yang saling menguntungkan dengan pemasok
|
4.
|
5,
6
|
Alat
dan teknik pengendali mutu
|
B. Konsep
total quality management
C. Pengendalian
kualitas secara statistika
D. Konsep-konsep dasar
pengendalian mutu
E. Permasalahan
dalam pelaksanaan pengendalian mutu
F. Indikator
keberhasilan pengendalian mutu
G. Kunci
keberhasilan pengendali mutu
H. Esesnsi
gugus kendali mutu
I. Dimensi
kualitas
|
5.
|
UJIAN
TENGAH SEMESTER
|
||
6.
|
7,
8
|
Perananan
manajemen dalam implementasi tqm
|
A. Perananan
manajemen dalam implementasi tqm
B. Malcolm
baldrige national criteria for performance excellence
|
7.
|
9,
10,
11,
12
|
Penerapan
sistem manajemen mutu
|
A. Tanggung
jawab manajemen
B. Sistem
mutu
C. Tinjauan
kontrak
D. Pengendalian
desain
E. Pengendalian
dokumen
F. Pembelian
G. Bahan
baku yang dipasok oleh pembeli
H. Identifikasi
dan penelusuran produk
I. Pengendalian
proses
J. Inspeksi
dan pengujian
K. Peralatan
inspeksi, pengukuran, dan pengujian
L. Status
inspeksi dan pengujian
M. Pengendalian
produk cacat
N. Tindakan
perbaikan
O. Penanganan,
penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman
P. Catatan
mutu
Q. Audit
mutu internal
R. Pelatihan
S. Service
|
8.
|
13,
14
|
Audit
dan sertifikasi sistem
manajemen
|
A. Peranan
audit sistem
manajemen mutu
B. Jenis
audit sistem manajemen
mutu
C. Jenis-jenis
audit berdasarkan kedalaman audit
D. Tujuan
audit sistem
manajemen mutu
E. Perbedaan
audit iso 9000:1994 dengan iso 9000:2000
F. Mengelola
program audit
G. Mengaudit
sistem
manajemen mutu
H. Evaluasi
kerja audit
I. Proses
sertifikasi
|
9.
|
UJIAN AKHIR
SEMESTER
|
||
10.
|
DAFTAR PUSTAKA
|
SEMANGAT SELALU
DEMI KEMAJUAN DIRI SENDIRI, KELUARGA DAN NEGARA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Mutu merupakan suatu
faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu produk
untuk menembus pasarnya, disamping faktor utama
yang lain seperti:harga dan pelayanan. Dalam situasi perdagangan
terbuka, setiap perusahaan harusmampu menghasilkan produk yang dapat memenuhi
persyaratan mutu minimalyang ditetapkan, yang bisanya menggunakan standar
nasional sebagai acuannya. Berdirinya perusahaan-perusahaan yang berkembang dan
pendidikan- pendidikan yang semakin maju merupakan suatu hasil dari
beberapa faktor. Salah satu dari faktor yang membuat perkembangan kemajuan
perusahaan atau pendidikan adalah sistem manajemen yang baik.
Mutu atau mutu dari suatu
perusahaan, selalu yang paling utama untuk dilihat oleh pelanggan
(konsumen).Oleh karena itu, perusahaan maupun lembaga pendidikan harus memahami
apayang dimaksud dengan sistem manajemen mutu yang baik.Untuk memimpin dan
mengoprasikan sebuah organisasi dengan berhasil, perlu untuk
mengarahkannya dan mengendalikannya dengan cara sistematis dan transparan.
Keberhasilan dapat
tercapai dari implemementasi dan pemeliharaan system manajemen yang didesain
untuk selalu memperbaiki kinerja sambil menanggapi kebutuhan semua pihak yang
berkepentingan. Perkembangan perumusan standar yang mencakup system
jaminan mutu begitu pesat kemajuannya, sebagai akibat dari perubahan yang cepat
dalam mengelola kegiatan jaminan jaminan mutu dunia. Dalam hal ini indonesia
tidak boleh tertinggal lagi, seperti pada masa lalu yang ditertbitkannya
ISO 9000. Cukup lama Indonesia mempersiapkan standar sejenis. Untuk itu Indonesia melalui Badan Standarisasi Nasional (BSN) segera mempersiapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai sistem
manajemen mutu.
1.2
Pengertian Sistem Manajemen Mutu
Menurut Gaspersz (2001), Sistem manajemen Mutu (QMS) merupakan
sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen
sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang
dan atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau
persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan
dan organisasi.
Sistem manajemen Mutu mendefinisikan
bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen Mutu secara konsisten
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Terdapat
beberapa
karakteristik umum dari sistem manajemen Mutu, antara lain sebagai berikut
(Gaspersz, 2001, pp.10-11) :
Sistem manajemen Mutu mencakup suatu lingkup yang luas dari
aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Mutu dapat didefinisikan melalui
lima pendekatan utama, antara lain sebagai berikut: transcendent quality yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan; product based quality yaitu suatu
atribut produk yang memenuhi Mutu; user
based quality yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk; manufacturing based quality yaitu
kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar; value based quality yaitu derajat keunggulan pada tingkat harga
yang kompetitif.
Sistem manajemen Mutu berfokus pada konsistensi dari proses
kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap
standar-standar kerja.
Sistem manajemen Mutu berlandaskan pada pencegahan kesalahan
sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif.
Patut diakui pula bahwa banyak sistem manajemen Mutu tidak akan efektif
sepenuhnya pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen Mutu juga harus
berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan.
Dalam kaitan dengan hal ini, sistem manajemen Mutu merupakan suatu closed loop
system yang mencakup deteksi, umpan balik, dan korelasi. Proporsi terbesar
harus diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap awal.
Sistem manajemen Mutu mencakup
elemen-elemen: tujuan (objectives), pelanggan (customer), hasil-hasil
(outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan (inputs), pemasok
(suppliers), dan pengukuran untuk umpan balik dan umpan maju (measurement for
feedback and feedforward).
1.3
Tahapan Penerapan Sistem
manajemen Mutu
Terdapat
beberapa tahapan dalam menerapkan suatu sistem manajemen Mutu, antara lain
sebagai berikut (Gaspersz, 2001, pp. 11-17):
1.
Memutuskan untuk mengadopsi
suatu standar sistem manajemen mutu yang akan diterapkan.
2.
Menetapkan suatu komitmen pada
tingkat pemimpin senior dari organisasi
3.
Menetapkan suatu kelompok kerja
atau komite pengaruh yang terdiri dari manajer-manajer senior.
4.
Menugaskan wakil manajemen
(management representative).
5.
Menetapkan tujuan-tujuan Mutu
dan implementasi system
6.
Meninjau ulang sistem manajemen
Mutu yang sekarang.
7.
Mendefinisikan struktur
organisasi dan tanggung jawab.
8.
Menciptakan kesadaran Mutu
(quality awareness) pada semua tingkat dalam organisasi.
9.
Mengembangkan peninjauan ulang
dari sistem manajemen Mutu dalam manual Mutu (buku panduan).
10.
Menyepakati bahwa fungsi-fungsi
dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur-prosedur.
11.
Mendokumentasikan aktivitas
terperinci dalam prosedur operasional atau prosedur terperinci.
12.
Memperkenalkan dokumentasi.
13.
Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam
sistem.
14.
Meninjau ulang dan melakukan
audit sistem manajemen Mutu.
1.4
Ruang
Lingkup Sistem Manajemen Mutu
a.
Organisasi
yang menginginkan keunggulan melalui implementasisuatu sistem
manajemen mutu.
b.
Organisasi
yang menginginkan keyakinan dari pemasoknya bahwa persyaratan produk
mereka akan dipenuhi.
c.
Pemakai produk.
d.
Mereka
yang berkepentingan dengan saling pengertian dari istilahyang dipakai
dalam manajemen mutu.
e.
Mereka
yang didalam atau diluar organisasi yang mengakses system manajemen mutu atau mengauditnya
untuk kesesuaian pada persyaratan.
f.
Mereka
yang didalam atau diluar organisasi yang memberi saran atau pelatihan tentang
system manajemen mutu yang sesuai bagiorganisasi itu.
g.
Pengembang standar terkait.
Komitmen Manajemen
Manajemen Puncak harus menyediakan bukti dari komitmennyaterhadap pengembangan dan penerapan SMM dan memperbaikiefektivitasnya
secara terus menerus dengan:
a)
Mengkomunikasikan
kepada organisasi tentang pentingnya persesuaian dengan permintaan pelanggan
sebagai kewajiban.
b)
Menetapkan kebijakan mutu
c)
Memastikan bahwa sasaran-sasaran mutu telah ditetapkan
d)
Mengadakan tinjauan-tinjauan manajemen, dan.
e)
Memastikan
ketersediaan sumberdaya.
Kebijakan Mutu
Manajemen Puncak harus
memastikan bahwa kebijakan mutu:
a)
Sesuai
dengan tujuan organisasi.
b)
Mencakup
komitmen untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dan secara berkesinambungan meningkatkan
efektivitas SMM.
c)
Menyediakan
kerangka kerja untuk menetapkan dan mereview sasaran-sasaran mutu.
d)
Dikomunikasikan
dan dipahami dalam keseluruhan organisasi.
e)
Ditinjau ulang untuk kelanjutan kecocokannya.
Perencanaan
a.
Sasaran-sasaran
Mutu
Manajemen Puncak harus
memastikan bahwa sasaran-sasaran mutu, termasuk apa yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan produk, ditetapkan pada fungsi-fungsi dan
tingkat-tingkat yang relevandalam organisasi. Sasaran-sasaran mutu
harus terukur dan konsistendengan kebijakan mutu.
b.
Perencanaan SMM
Manajemen Puncak harus
memastikan bahwa:
-
Perencanaan
dari SMM diselenggarakan untuk persesuaiandengan persyaratan-persyaratan sebagaimana
sasaran-sasaran mutu,
-
Integritas
dalam SMM dipelihara ketika perubahan- perubahan SMM direncanakan dan diimplementasikan.
Tanggung Jawab,
Wewenang, dan Komunikasi
a.
Tanggung
Jawab dan Wewenang
Manajemen Puncak harus memastikan bahwa tanggung jawab,wewenang
dinyatakan dan dikomunikasikan didalam organisasi.
b.
Wakil
Manajemen
Manajemen Puncak harus
menunjuk seorang anggota manajemen, yang mana tetap memperhitungkan tanggung jawab-tanggung jawab yang
lain, yang harus memiliki tanggung jawab dan wewenang yangmencakup:
a)
Memastikan
bahwa proses-proses yang dibutuhkan untuk SMM ditetapkan, diterapkan, dan
dipelihara.
b)
Melaporkan
pada Manajemen Puncak atas kinerja SMM dan hal-hal yang perlu ditingkatkan,
c)
Memastikan peningkatan perhatian atas kepentingan persyaratan-persyaratan
pelanggan ke seluruh organisasi.
Catatan
: Tanggung jawab seorang Wakil Manajemen dapat mencakup hubungan
dengan pihak eksternal yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Mutu.
c.
Komunikasi
Internal
Manajemen Puncak harus
memastikan bahwa proses komunikasi
yanglayak telah ditetapkan dalam organisasi dan bahwa komunikasiditempatkan
untuk efektivitas SMM.
Tinjauan Manajemen
a.
Umum
Manajemen Puncak harus meninjau
SMM organisasi, pada interval-interval terencana, untuk memastikan kecocokan,
kelayakan, dan efektivitasnya. Tinjauan ini harus termasuk penilaian kesempatan
perbaikan dan perubahan yang dibutuhkan terhadap perubahan SMM,termasuk
Kebijakan Mutu dan Sasaran-sasaran Mutu. Rekaman-rekamandari Tinjauan Manajemen
harus dipelihara.
b.
Tinjauan
Input
nput kepada Tinjauan
Manajemen harus mencakup informasi atas :
-
Hasil-hasil audit
-
Feedback pelanggan
-
Kinerja
proses dan kesesuaian produk
-
Status tindakan preventif
dan korektif.
-
Follow Up Tinjauan Manajemen yang lalu
-
Perubahan rencana
yang dapat mempengaruhi SMM,
-
Rekomendasi-rekomendasi
untuk perbaikan
c.
Tinjauan
Output
Output dari Tinjauan
Manajemen harus mencakup keputusan-keputusandan tindakan-tindakan yang
berhubungan dengan:
-
Peningkatan efektivitas SMM dan proses -prosesnya.
-
Peningkatan dari produk yang berhubungan dengan persyaratan-persyaratan
pelanggan.
-
Sumber daya yang dibutuhkan
1.5 Hambatan Dalam Pengembangan Sistem Manajemen Mutu
Kebanyakan program perbaikan Mutu gagal
karena satu dari dua alasan berikut : program – program itu memiliki sistem
manajemen Mutu tetapi tiada keinginan besar dari manajemn puncak untuk
menerapkannya, atau manajemen puncak memiliki keinginan untuk menerapkannya
tetapi tiada sistem manajemen Mutu pada organisasi tersebut.
Berdasarkan studi dari berbagai pustaka
manajemen Mutu, Masters (1996) mengemukakan hambatan pengembangan sistem
manajemen Mutusebagai berikut:
1.
Ketiadaan komitmen dari manajemen.
2.
Ketiadaan pengetahuan atau kekurangpahaman tentang manajemen Mutu.
3.
Ketidakmampuan mengubah kultur perusahaan
4.
Ketidaktepatan perencanaan Mutu.
5.
Ketiadaan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
6.
Ketidakmampuan membangun suatu learning organization yang
memberikan perbaikan terus – menerus.
7.
Ketidakcocokan struktur organisasi serta departemen dan individu
yang terisolasi.
8.
Ketidakcukupan sumber daya.
9.
Ketidaktepatan sistem penghargaan dan balas jasa bagi karyawan.
Ketatnya persaingan di jaman globalisasi
menyebabkan suatu perusahaan saling berlomba untuk mendapatkan konsumen
sebanyak mungkin dengan berbagai macam sumber daya yang dimiliki, pada sisi
lain tidak dapat dipungkiri bahwa konsumen semakin selektif dalam memilih sebuah produk barang/jasa yang diminati. Tidak hanya cukup dengan memberikan Mutu
pelayanan terbaik dalam mencapai apa yang disebut dengan customer satisfaction akan tetapi Mutu
barang/jasa yang ditawarkan juga harus mampu memberikan jaminan mutu, sehingga mau tidak mau agar mampu
memenuhi tuntukan konsumen tersebut penerapan Sistem Manajemen Mutu
rupa-rupanya tidak dapat dihindari lagi.
Menurut beberapa ahli, definisi Mutu adalah:
1.
Philip B. Crosby
Mutu adalah kesesuaian
terhadap persyaratan (conformance to requirement of spesification), seperti jam
yang tahan air atau sepatu yang tahan lama. Pendekatan Crosby adalah proses
top-down. Memperkenalkan empat dimensi manajemen mutu :
·
Mutu
: kesesuaian dengan kebutuhan.
·
System
pencapaian mutu : pendekatan rasional untuk mencegah cacatatau kesalahan.
·
Standar
performansi : standar performansi perusahaan atau organisasiyang mempunyai
orientasi mutu adalah tidak ada keslahan (zerodepect)
·
Pengukuran
: pengukuran performansi yang digunkaan adalah biayamutu (biaya pemuangan dan
pekerjaan ulang produk cacat, biayapersediaan, biaya inspeksi dan pengujian)
Selain memperkenalkan 14
langkah perbaikan mutu :
-
Komitmen
manajemen
-
Tim
perbaikan mutu
-
Pengukuran
mutu
-
Biaya
evaluasi mutu
-
Kesadaran
mutu
-
Tindakan
koreksi
-
Dewan
insidentil untuk program pencegahan cacat (zero depect)
-
Pelatihan
bagi supervise.
-
Hari-hari
yang bebas cacat (zero depect day)
-
Menyusun
sasaran atau tujuan
-
Kesalahan
mengebabkan adanya perubahan.
-
Pengenalan
-
Dewan
mutu
-
Kerjakan
semua itu secara berulang
2.
W. Edwards Deming
Mutu adalah pemecahan masalah untuk mencapai
penyempurnaan terus-menerus. Pendekatan Deming adalah bottom-up. Filosofi Deming’s 14 Points :
a)
Rumuskan
dan umumkan kepada semua karyawan, maksud dan tujuan organisasi
b)
Mempelajari
dan melaksanakan filosofi baru, baik oleh manajer maupun karyawan.
c)
Memahami
tujuan inspeksi yaitu untuk memperbaiki proses danmengurangi biaya.
d)
Mengakhiri
praktik bisnis yang menggunakan perngahargaan berdasarkan angka atau uang saja.
e)
Memperbaiki
secara konstan dan continue, kapanpun system produksidan pelayanan.
f)
Membudayakan
dan melembagakan pendidikan dan pelatihan.
g)
Mengajarkan dan
melembagkan kepemimpinan.
h)
Menjauhkan
rasa ketakutan, ciptakan kepercayaan, ciptakan iklim yang mendukung inovasi.
i) Mengoptimalkan tujuan
perusahaan,tim,atau kelompok.
j)
Menghilangkan
desakan atau tekanan-tekanan yang menghambatperkembangan karyawan.
k)
Menghilangkan
kuota berdasarkan angka-angka, tetapi secara terus-menerus melembagakan metode
perbaikan. Menghilangkan manajemen berdasarkan sasaran
(management by objective),tetapi mempelajari kemampuan proses dan
bagaimana memperbaikinya.
l)
Menghilangkan
hambatan yang membuat karyawan tidak merasabangga akan pekerjaan atau tugasnya.
m)
Mendukung
pendidikan dan perbaikan atau peningkatan prestasisetiap orang.
n)
Melaksanakan
tindakan atau kegiatan untuk mencapai semua tujuanatau sasaran itu.
3.
Joseph M. Juran
Mutu adalah kesesuaian dengan penggunaan
(fitness for use), seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga. Pendekatan
Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan. Memperkenalkan tiga proses mutu yang
meliputi :
a)
perencanaan
mutu Quality planning) :
·
identifikasi
pelanggan.
·
Menentukan
kebutuhan pelanggan.
·
Mengembangkan
karakteristik produk
·
Menyusun
sasaran mutu
·
Mengembangkan
proses mewnghasil produk sesuai karakteristik.
b)
pengendalian
mutu (Quality control) :
·
memilih
subjek atau dasar pengendalian.
·
Memilih
unit pengukuran
·
Menyusun
pengukuran
·
Menyusun
standar performansi
·
Mengukur
performansi yang sesungguhnya.
·
Menginterretasikan
perbedaan antara standar dengan data nyat
·
Mengambil
tindakan atas perbedaan tersebut.
c)
Perbaikan
atau peningkatan mutu (Quality Improvement) :
·
peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan
·
mengidentifikasikan
proyek-proyek perbaikan khusus
·
mengorganisisr
proyek
·
mengorganisisr
untuk mengdiagnosi penyebab kesalahan
·
menemukan
penyebab kesalahan
·
mengadakan
perbaikan-perbaikan.
·
Peruses
yang telah dieprbaiki ada dalam kondisi operasional yangefektif
·
Menyediakan
pengedalian untuk mempertahankan perbaikan ataupeningkatan yang telah dicapai.
4.
Westinghouse
Mutu adalah performa kerja yang dapat
memenuhi keinginan customer secara cepat dan tepat.
5.
David
A Garvin
8 perspektif mutu menurut
David A Garvin :
1) Performance : kesesuaian produk dengan
fungsi utama produk itusendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
2) Feature : cirri khas produk yang
membedakan dari produk lain yangmerupakan karkateristik pelengkap dan mampu
menimbulkan kesanbaik bagi pelanggan.
3) Reliability : kepercayaan pelanggan
terhadap produk karenakehandalannya atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
4) Conformance : keseuaian produk dengan
syarat atau ukuran tertentuatau sejauhmana karakteristik desain dan operasi
memmenuhi standaryang telah ditetapkan.
5) Durability : tingkat keawetan produk
atau lama umur produk.
6) Serviceability : kemudahan produk itu
bila akan diperbaiki ataukemudhaan memperoleh komponen produk tersebut.
7) Aesthetic : keindahan atau daya tarik
produk tersebut.
8) Perception : fanatisme konsumen akan
merek suatu
BAB
II
ISO
dan QA
2.1
Pengenalan
ISO
ISO 9001 adalah sebuah aturan tertulis yang
mensyaratkan agar sebuah organisasi (perusahaan). Menerapkan aturan-aturan baku yang standard untuk
memenuhi kepuasan pelanggan Yang menjadi fokus dalam Sistem
Manajemen Mutu-Quality Management Sistem ISO 9001 adalah system manajemen atau pengelolaan mutu, yg harus mengacu kepada standard internasional ISO 9001 yang
dikeluarkan oleh badan standarisasi internasional atau International Organization for Standardization. ISO sendiri bukan singkatan dari International Standardization Organization.
ISO berasal dari bahasa Yunani
"Isos" yang berarti
sama atau seragam.
SEJARAH
Pada tahun 1987 Committee of the
International Organization for Standardization (IOS) yang berkantor pusat di
Jenewa, Swiss, mengeluarkan Standard Mutu International. Standard ini adalah
ISO 9000 series yang termasuk di dalamnya adalah ISO 9001, 9002, 9003 dan 9004.
Standard
ini kemudian direvisi pada tahun 1994 dan setelah 6 tahun direvisi kembali
menjadi IS0 9001 versi 2008 ISO 9001:2008 adalah Standard Sistem Manajemen Mutu
yang telah mendapat pengakuan dari banyak negara di dunia seperti: semua negara
Uni Eropa, Amerika, Jepang, Australia, ASEAN, dan di lebih 100 negara.
PENGERTIAN ISO 9001:2008
ISO 9001:2008 adalah Sistem Manajemen Mutu,
yaitu : Sistem Manajemen untuk mengarahkan dan mengontrol organisasi berkaitan
dengan mutu .
DEFINISI MUTU MENURUT ISO 9000:2008
Mutu (Quality) adalah : Derajat yang dicapai
oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan (Degree to which a
set of inherent characteristics fulfils requirements). Jadi dapat dikatakan
bahwa mutu itu bukan hanya berhubungan dengan mutu produk saja, tetapi juga
dengan persyaratan lain seperti: Ketepatan pengiriman , biaya yang rendah, pelayanan
yang memuaskan pelanggan dan bisa dipenuhinya peraturan pemerintah yang berhubungan
dengan produk yang dipasarkan.
MANFAAT PENERAPAN ISO 9000
1.
Menghadapi era perdagangan bebas (AFTA) 2003, perusahaan
sebaiknya sudah menerapkan System Manajemen Mutu agar membantu perusahaan dalam
meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui penyediaan jaminan mutu
yang lebih baik.
2.
Nilai kompetisi dan image perusahaan semakin meningkat dengan
sertifikasi ISO 9001:2008
3.
Penerapan ISO 9001:2008 akan meningkatkan produktivitas,
efisiensi, efektifitas operasional dan mengurangi biaya yang ditimbulkan barang
cacat (reject) atau barang bermutu rendah dan limbah.
4.
Membuat sistem kerja dalam suatu perusahaan menjadi standar
kerja yang terdokumentasi dan mempunyai aturan kerja yang baik sehingga memudahkan
dalam pengendalian.
5.
Dapat berfungsi sebagai standar kerja untuk melatih karyawan
yang baru
6.
Menjamin bahwa proses yang dilaksanakan sesuai dengan sistem
manajemen mutu yang ditetapkan
7.
Akan memudahkan Top Management dalam pencapaian target karena
sudah dipersiapkannya target yang terukur dan rencana pencapaiannya
8.
Meningkatkan semangat dan moral karyawan karena adanya adanya
kejelasan tugas dan wewenang (Job Description) dan hubungan antar bagian yang
terkait sehingga karyawan dapat bekerja dengan efisien dan efektif.
9.
Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan Mutu dalam memenuhi
permintaan pelanggan, baik internal maupun eksternal.
DELAPAN PRINSIP MANAJEMEN MUTU
Sebagai dasar untuk menerapkan ISO
9001:2008 agar efektif dan efisien, sebaiknya perusahaan mengikuti 8 Prinsip
Manajemen Mutu. Prinsip ini bukan harus diterapkan sekaligus, tetapi secara
bertahap selagi perusahaan masih eksis dalam menjalankan bisnisnya. Delapan
Prinsip ini merupakan aturan-aturan dasar untuk memimpin dan melaksanakan suatu
organisasi. (Fundamental rules for
leading and operating an organization)
1.
Customer Focus (Fokus kepada pelanggan)
2.
Leadership (Kepemimpinan)
3.
Involvement of People (Keterlibatan orang-orang / karyawan)
4.
Process Approach (Pendekatan proses)
5.
System Approach to Management (Pendekatan sistem untuk
manajemen)
6.
Continual Improvement (Perbaikan terus menerus)
7.
Factual approach to decision making (Pendekatan faktual untuk
pembuatan keputusan)
8.
Mutually beneficial supplier relationships (Hubungan dengan
pemasok saling menguntungkan)
Sebagai sebuah system manajemen formal / baku, ISO 9001 mengatur system dokumentasi organisasi terkait manajemen
mutunya. Dokumen dalam system
management mutu ISO 9001 biasanya berisi kebijakan mutu (Quality
Policy), sasaran mutu (Quality Objectives), danpedoman mutu (Quality Manual). Sedangkan
system manajemen mutu itu
sendiri mencakup antara lain:
1.
Customer contracts
2.
Rekrutmen dan pelatihan karyawan
3.
Design dan pengembangan produk dan jasa
4.
Produksi dan pengiriman produk.
5.
Pemilihan pemasok (Suppliers)
6.
Tanggung jawab Manajemen.
7.
Internal audit mutu.
8.
Pengukuran dan pemantauan
9.
Perbaikan berkesinambungan
10.
Tindakan perbaikan dan pencegahan
Mutu, dalam Sistem
Manajemen Mutu -
Quality Management Sistem ISO 9001, bisa mencakup Mutu
produk (Q), biaya atau Cost (C), pengiriman atau Delivey (D), keamanan / keselamatan
atau safety (S) dan morale (M) atau biasa disingkat dengan QCDSM.
SIstem Manajemen Mutu - Quality Management SIstem
ISO 9001 menggunakan
pendekatan proses (Process Approach),
pendekatan system (system approach) dan
juga menggunakan pola Plan-Do-Check-Action
(PDCA) - Continual Improvement. Karakteristik Standar ISO Diantaranya
:
1.
Fleksible (bisa dipilih prosesyang
mana yang lebih dahulu dikaji)
2.
Tidak terbatas padamanufakturer
(services, software)
3.
Meliputi
organisasi yangmenjamin Mutu produk dan jasa
4.
Memusatkan
diri pada proses Internasional (Deming pada TQC, Malcolm Baldridge NQ Award
pada TQM)
5.
Sistem
industry sejak supplier s/d after sales service
Jenis-Jenis Standar
Diantaranya :
1.
ISO 9000
ISO 9000 mencakup
standar-standar di bawah ini:
a.
ISO 9000:2005
- Quality Management Sistems – Fundamentals and Vocabulary: mencakup dasar-dasar sistem manajemen Mutu dandaftar
bahasa dan istilah dalam kumpulan ISO 9000.
b.
ISO 9001:2000 -
Quality Management Sistems – Requirements: ditujukan untuk
digunakan di organisasi manapun yang merancang, membangun, memproduksi,
c.
memasang dan/atau melayani produk apapun
atau memberikan bentuk jasa apapun. Standar ini memberikandaftar persyaratan
yang harus dipenuhi oleh sebuah organisasi apabilamereka hendak memperoleh
kepuasan pelanggan sebagai hasil dari barang dan jasa yang secara konsisten memenuhi
permintaan pelanggan tersebut. Implementasi standar ini adalah satu-satunya
yang bisa diberikan sertifikasi oleh pihak ketiga.
d.
ISO 9004:2000 – Quality
Management Sistems – Guidelines for Performance Improvements: mencakup
perihal perbaikan sistem yangterus-menerus. Bagian ini memberikan masukan
tentang apa yang bisadilakukan untuk mengembangkan sistem yang telah
terbentuk lama.
2.
ISO 9001
Sistem
mutu yaitu: model jaminan mutu dalam desain/ pengembangan, produksi,
pemasangan dan pelayanan. Top standar mencakup aktifitas desain, produksi,
distribusi hingga pelayanan purna jual.
Elemen khusus: contract review
dan design control. Dalam contract review yaitu audit supller dan dalam design control
yaitu seluruh perubahan, modifikasi dan verifikasi harus disertai
bukti objektif.Elemen lain: purchusing, product identification, insfection dan testing,
calibration.
3.
ISO 9002
Sistem mutu: Model jaminan
mutu dalam produksi dan pemasangan.
Digunakan: Operasi
manufaktur dengan desain yang “mapan”.
Sasaran: meyakinkan pelanggan bahwa industri terkait dapatmenghasilkan
produk yang bermutu secara kontinuIsi : hampir sama dengan ISO 9001 tetapi
tanpa Desaign control dan After salesservice.
4.
ISO 9003
Sistem mutu : model
jaminan mutu dalam insfeksi dan tes akhir Diperlukan dalam suatu ikatan perjanjian
disyaratkan bahwa pemasok harus dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk melaksanakan
inspeksi dan pengujian pada barang/jasa yang dibuat. Yaitu sistem dokumentasi,
identifikasi produk, inspeksi dantesting, pengendalian barang tidak sesuai
spesifikasi, dan lain-lain.
Persyaratan Sistem Mutu
ISO Seri-9002
a.
Tanggung
jawab manajemen
b.
Sistem mutu
c.
Tinjauan kontrak
d.
Pengendalian dokumen
e.
Pembelian
f.
Barang yang
dipasok milik pembeli
g.
Identifikasi
dan mampu telusuri produk
h.
Pengendalian proses9.Inspeksi
dan Pengetasan
i.
Peralatan
insfeksi, pengukuran dan tes
j.
Status
infeksi dan tes
k.
Pengendalian
atas produk yang tidak sesuai
l.
Tindakan
koreksi
m. Penanganan, penyimpanan, pengemasan
dan penyerahan
n.
Catatan
mutu
o.
Audit mutu internal
p.
Pelatihan
q.
Teknik
statistik
2.2
Jaminan
Mutu ( Quality Assurance)
Seluruh perencanaan dan kegiatan
sistematik yang diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa
suatu barang atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu. Agar efektif jaminan mutu
biasannya memerlukan evaluasi berkesinambungan terhadap faktor-faktor yangmempengaruhi
kesempurnaan desain atau spesifikasi.
Latar
Belakang Quality Assurance:
Karena adanya hubungan Customer-supplier.
Maksud utama dari jaminan mutu adalah untuk menjamin kepuasan kepada customer dengandiberikannya
barang atau jasa supplier. Adapun hubungan customer-supplier tersebut
digambarkan sebagai berikut:
DESIGN
|
![]() |
PROCUREMENT
|
![]() |
MANUFACTURE
|
![]() |
DELIVERY OR INSTALLATION
|
![]() |
![]() ![]() |
![]() |
||||
SALES & MARKETING,
ADMINISTRATION, ACCOUNTS PUBLIC RELATION,PERSONNEL, TRAINNING
|
BAB
III
DELAPAN
PRINSIP MANAJEMEN MUTU
3.1 Fokus pada pelanggan
Organisasi bergantung pada pelanggan, oleh karenanya
organisasi harus memahami kebutuhan masa kini dan masa mendatang dari
pelanggannnya, serta harus memenuhi dan berusaha melampaui harapan pelanggan.
Kemamapuan menarik perhatian, melayani dan memelihara pelanggan adalah tujuan
tertinggi dari perusahaan, tanpa fokus dan keterlibatan pelanggan, tujuan
manajemen mutu tidak berarti. Organisi yang berfokus pada orientasi pelayanan
sebagai perangakat pertama dalam melaksanakan misinya.
3.2
Kepemimpinan
menetapkan kesatuan tujuan dan arah
organisasi. Pemimpin puncak perlu menyusun visi perusahaan dengan jelas
dan dilengkapi dengansasaran dan tujuan yang konsisten dan didukung pula dengan
perencanaantaktis dan strategis.
3.3
Pelibatan
anggota
Anggota pada semua
tingkatan merupakan inti suatu organisasi, dan pelibatan penuh mereka memungkinkan kemampuannya dipakai untuk
manfaat organisasi. Para karyawan harus dilibatkan pada setiap proses
untuk menyusun arah dan tujuan serta peralatan yang dibutuhkan untuk
mencapaitujuan mutu, sehingga setiap individu akan terlibat dan punya
tanggung jawab untuk mencari perbaikan yang terus menerus terhadap proses
yang berada pada lingkup tugasnya. Memperbaiki proses kerja hanya akan berhasil
jika semua pihak, dari atas sampai kebawah dan juga persilanganantar fungsi,
terlibat dalam perubahan.
3.4
Pendekatan
proses
Pendekatan proses ialah suatau
pendekatan untuk perencanaan, pengendalian, dan peningkatan proses-proses utama
dalam perusahaan (trilogy proses mutu) dengan menekankan pada keinginan pelanggandaripada
keinginan fungsional. Orientasi proses ini memerlukan perubahanyang cukup signifikan,
karena banyak manajemen yang lebih berorientasi pada produk daripada
proses.
3.5
Pendekatan
sistem pada manajemen
Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai bagian/komponen
yang satu sama lain saling berhubungan dan saling tergantung untuk menuju tujuan.
Pendekatan system memandang suatu organisasi secara keseluruhan daripada bagian-bagian,
yang diekspresikan sebagai holistic.
3.6
Perbaikan berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan
atas kinerja organisasi secara menyeluruh hendaknya dijadikan sebagai sasaran tetap
dari organisasi. Proses berkesinambungan adalah prinsip dasar dimana mutu menjadi pusatnya.proses
ini merupakan pelengkap dan yang menghidupkan prinsiporientasi proses dan
prinsip fokus pada pelanggan.
3.7
Pendekatan
fakta pada pengambilan keputusan
Keputusan yang efektif
didasarkan pada analisis data dan informasi. Pengambilan keputusan yang dilakukan
berdasarkan pendapat atau informasi lisan sering kali menimbulkan bias. Manajemen
hendaknya membangun kebiasaan menggunakan fakta dan hasil analisis sebelum melakukan
pengambilan keputusan. Fakta dapat diperoleh denganwawancara,
kuisioner, jajak pendapat, pengujian, analisis statistic, dan lain-lain yang
memberikan hasil yang obyektif.
3.8
Hubungan
yang saling menguntungkan dengan pemasok
Hubungan antara perusahaan
dan pemasoknya yang saling bergantung dan saling menguntungkan akan
meningkatkan kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai. Organisasi manajemen mutu yang sukses menjalinhubungan
yang kuat dengan para pemasok dan pelanggan untuk menjaminterjadinya perbaikan
mutu secara berkesinambungan dalam menghasilkan barang dan jasa.
BAB
IV
ALAT
DAN TEKNIK PENGENDALI MUTU
Standar-standar Mutu
didunia diantaranya adalah : Standar Industri, Jepang Standar, ISO 9000 Eropa,
Standar AS, ISO 14000, SNI
QFD pertama kali
diterapkan di Mitsubishi, suatu perusahaan industri berat di Kota Kobe,
Japan pada tahun 1972. Di Amerika QFD dikembangkan oleh DR. Clausing dan
diaplikasikan di industri manufaktur maupun jasa danmenjadi standar di
banyak organisasi. Beberapa contoh perusahaan yang menerapkan QFD antara lain
DEC, Hawlett Packard, AT&T, Ford, generalMotor, dsb.QFD merupakan alat
perencanaan yang digunakan untuk memenuhiharapan-harapan konsumen.
Pendekatan disiplin QFD terletak pada desainproduk, rekayasa,
produktivitas serta memberikan evaluasi yang mendalamterhadap suatu produk.
Suatu organisasi yang
mengimplementasikan QFDsecara tepat dapat meningkatkan pengetahuan rekayasa,
produktivitas dankualitas, mengurangi biaya, mengurangi waktu pengembangan
produk sertaperubahan-perubahan rekayasa seiring dengan kemajuan jaman
danpermintaan konsumen. Tujuan QFD adalah memenuhi sebanyak mungkin
harapan konsumen, dan berusaha melampaui harapan tersebut dengan merancang
produk baru agar dapat berkompetisi dengan produk dari kompetitor untuk
kepuasan konsumen. QFD berguna untuk memastikan bahwa suatu perusahaan
memusatkan perhatiannya terhadap kebutuhan konsumen sebelum setiap pekerjaan
perancangan dilakukan. Sedangkan manfaat-manfaat QFD adalah sebagai berikut:
1.
Memusatkan
perancangan produk dan jasa pada kebutuhan dankepuasan konsumen.
2.
Menganalisa
kinerja produk perusahaan untuk memenuhi kepuasankonsumen.
3.
Mengurangi
banyaknya perubahan desain.
Implementasi QFD secara
garis besar dibagi dalam 3 (tiga) tahap, tetapi sebelum memasuki ketiga tahap
tersebut selalu ada Tahap Perencanaandan Persiapan. Adapun ketiga tahap
tersebut adalah:
1.
Tahap
pengumpulan Voice of Customer
2.
Tahap
penyusunan Home of Quality
3.
Tahap
analisa dan interpretasi
1.
Tahap
Perencanaan dan Persiapan
Tahap ini merupakan
persiapan dalam melakukan danmengimplementasikan QFD. Adapun topik
kuncinya meliputi:
a) Menetapkan dukungan dari seluruh organisasi:
Dukungan ini haruslahberasal dari pihak manajemen, fungsional, serta
anggota team QFD yang terdiri dari berbagai skill.
b) Menentukan keuntungan yang mungkin
didapat: beberapa keuntunganyang dapat diperoleh oleh tim QFDantara lain untuk:
1) mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, 2) mengembangkan visi
anggotatim secara umum dari suatu produk, mendokumentasikan seluruhkeputusan
dan asumsi-asumsi selama interpretasi secara ringkas dalam bentuk home of
quality, 3) meminimalkan resiko pengulangan ditengah proyek, dan 4) mempercepat
perancangan produk.
c) Memutuskan siapa konsumennya: Disini
didefinisikan secara jelas siapa konsumennya, mengidentifikasi semua konsumen
yangpotensial, serta mengidentifikasi konsumen
kunci. Untukmengidentifikasi konsumen kunci ada beberapa cara: 1). Setiap
orang langsung setuju, 2). Metode matrik prioritas, 3). Metode AHP
d) Menetapkan horizon waktu: Horison
waktu perlu didefinisikan secara jelas dalam proses QFD untuk membantu
menjaga perencanaan yangrealistis.
e) Memutuskan cakupan produk: Cakupan ini
berguna untukmendefinisikan apa-apa saja yang ada di dalam dan apa saja
yangtidak ada dalam pembahasan QFD. Dengan adanya cakupan ini akanmembantu
anggota team untuk mengabaikan data yang tidak relevandan memperhatikan
semua ide-ide dan data yang relevan.
f)
Memutuskan
team dan hubungannya dengan organisasi: Team QFDyang ideal seharusnya mencakup
semua perwakilan dari semua fungsiyang ada dalam perusahaan yang meliputi
sales&marketing, product design, supplier /purchasing,
Manufacturing engineering, manufacturing production, order processing
dan service. Hal ini penting untuk kesuksesan dalam perancangan produk karena
semuafungsi terlibat didalamnya.
g) Membuat jadwal pelatihan QFD
h) Melengkapi fasilitas dan materialnya:
Selama melakukan proses QFDdiperlukan beberapa fasilitas dan material yang akan
mendukungnyayang meliputi: Lokasi, ruangan, bantuan komputer, dan
materialpendukung yang lain.
2.
Tahap
pengumpulan Voice of customer
Pada
tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelangganyang tentu
membutuhkan waktu dan ketrampilan untuk mendengarkan.Proses QFD membutuhkan
data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribut dari suatu produk atau jasa.
Tiap atributmempunyai data numerikyang berkaitan dengan kepentingan relatif
atribut bagi konsumen dantingkat performansi kepuasan konsumen dari produk yang
dibuatberdasarkan atribut tadi.Data dari konsumen dapat menunjukkan variasi
pola hubungan yangmungkin tergantung bagaimana performansi kepuasan atribut
dikumpulkan.Interpretasi data ini harus memperhitungkan apakah pelanggan yang
di survey menggunakan satu atau beberapa produk dan apakah sampelpelanggan
terdiri atas seluruh pelanggan dari berbagai tipe atau
segmen.Langkah-langkah pada tahap ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Mengklasifikasi
kebutuhan pelanggan: Model klien menggunakan revealed importance dan stated
importance tiap atribut untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi 4
katagori:
-
Kebutuhan
yang diharapkan (expected needs): High stated importance dan Low revealed
importance.
-
Kebutuhan
impact rendah (low-impat needs): Low stated importance dan Low revealed
importance.
-
Kebutuhan
impact tinggi (high-impact needs): High stated importance dan High
revealed importance.
-
Kebutuhan
yang tersembunyi (hidden needs): Low stated importance dan High revealed
importance.
a.
Mengumpulkan
data-data kualitatif Untuk membuat keputusan perancangan yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen maka produsen harus mengerti kebutuhan
sesungguhnya dari konsumen. Produsen harus bisa membedakan kebutuhan konsumen
sesungguhnya dengan solusi teknisnya. Untuk megumpulkan data
kualitatif bisa dilakukan dengan: 1) Wawancarasatu persatu, 2)
Contexual Inquiry, dan 3) Wawancara focus grup.
b.
Analisa
data pelangganProses analisa data pelanggan ini akan menghasilkan diagram
afinitas,dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
-
Identifikasi
frase yang mewakili kebutuhan konsumen denganmenggunakan pernyataan dari
pengalaman konkrit. Pada prosespembuatan diagram afinitas pernyataan konkrit inidikembangkan
menjadi atribut konsumen pada tingkat yanglebih tinggi.
-
Pilih
tingkatan untuk mewakili keinginan atau kebutuhankonsumen dalam rumah kualitas
(house of quality).
-
Buat
diagram Afinitas. Diagram afinitas merupakan alat yangdigunakan untuk mengidentifikasi
informasi yang bersifatkualitatif dan terstruktur secara hierarkis (bottom up).
-
Mengurutkan
frase-frase menjadi kebutuhan konsumensesungguhnya (true customer need)
menggunakan voice of customer table. Selama proses ini dikembangkan
pertanyaan-pertanyaan, hal-hal yang harus dipecahkan dan ide-ide konsepproduk.
B. Kuantifikasi
dataSetelah diagram afinitas terbentuk maka langkah selanjutnya
adalahmengkuantifikasi data. Data yang dibutuhkan untuk proses QFD adalah:
-
Kepentingan
relatif dari kebutuhan-kebutuhan tersebut
-
Tingkat
performansi kepuasan konsumen untuk masing-masingkebutuhan/keinginan
Afinity
diagram
Dalam proses QFD,
kebutuhan/keinginan konsumen diatur dalam diagram afinitas. Diagram afinitas
digunakan untuk mengumpulkan dan mengorganisir fakta-fakta, opini dan ide-ide.
Disamping itu juga memacukreativitas yang mendorong ekspresi batas dari fakta
dan opini serta kondisiperusahaan, mengelompokkan elemen-elemen informasi
tersebut sesuai dengan kesamaan dan pertaliannya. Konstruksi diagram afinitas
membutuhkan bentuk brainstorming dengan hasil sebuah grafik. Langkah-langkah
yang biasanya dilakukan dalam pembuatan diagram afinitas adalah:
a)
Memilih
tema/tujuan yang mungkin ditekankan sebagai masalah
b) Mengumpulkan ide-ide (true customer
needs) danmemasukkannya kedalam kartu-kartu dan disosialisasikankepada seluruh
anggota tim.
c) Mengelompokkan kartu-kartu ke suatu
kotak berdasarkankesesuaian ide. Pada langkah ini mungkin saja suatu ide
tidakhanya masuk kedalam suatu kotak, tetapi juga masuk ke kotak-kotak lainnya
tergantung tingkat kesesuaian terhadappengelompokkan ide.
d) Proses sorting, dimana melakukan
sorting pada langkah ketigasehingga ide-ide benar-benar masuk pada
kelompok yangsesuai.
e) Membuat nama bagi pengelompokkan ide
yang telah didapat yang mewakili elemen-elemen pada suatu kelompok.
f)
Melakukan
leveling terhadap setiap kelompok sehinggadiperoleh level mulai dari yang
tertinggi sampai yang terendah.
3.
Tahap
penyusunan home of quality
Menurut Cohen (1992)
tahap-tahap dalam menyusun rumah kualitas adalahsebagai berikut:
a) Tahap I Matrik Kebutuhan Pelanggan,
tahap ini meliputi: 1) Memutuskan siapa pelanggan, 2) Mengumpulkan data
kualitatif berupa keinginan dan kebutuhan konsumen, 3) Menyusunkeinginan
dan kebutuhan tersebut, dan 4) Pembuatan diagram afinitas
b) Tahap II Matrik Perencanaan, tahap ini
bertujuan untukmengukur kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan menetapkantujuan-tujuan
performansi kepuasan.
c) Tahap III Respon Teknis, pada tahap
ini dilakukan transformasidari kebutuhan-kebutuhan konsumen yang
bersifat non teknismenjadi data yang besifat teknis guna memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
d) Tahap IV Menentukan Hubungan
Respon Teknis denganKebutuhan Konsumen. Tahap ini menentukan seberapa
kuathubungan antara respon teknis (tahap 3) dengan kebutuhan-kebutuhan
pelanggan (tahap 1).
e) Tahap V Korelasi Teknis,
tahap ini memetakan hubungan dankepentingan antara karakterisitik kualitas
pengganti atau responteknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu
respon teknis yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis
lainnyadalam proses produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi
bottleneck.
f)
Tahap
VI Benchmarking dan Penetapan Target, pada tahap iniperusahaan perlu menentukan
respon teknis mana yang ingindikonsentrasikan dan bagaimana jika
dibandingkan oleh produk sejenis.
4.
Tahap
analisa dan interpretasi
Tahap analisa dan
interpretasi merupakan tahap teknis dan implementasi quality function
deployment. Disini dilakukan analisis dan interpretasiterhadap rumah kualitas
yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Danbila dilanjutkan pada pembuatan
suatu produk/jasa, maka akan dapatdihasilkan produk/jasa yang mempunyai karakteristik
yang kuat dalammemenuhi keinginan konsumen
Rekayasa Kualitas
Rekayasa kualitas dapat
diartikan sebagai proses pengukuran yang dilakukan selamaperancangan
produk/proses. Rekayasa kualitas mencakup seluruh aktivitas pengendalian
kualitas dalam setiap fase dari penelitian dan pengembangan produk, perancangan
prosesproduksi, dan kepuasan konsumen.Rekayasa kualitas dibedakan menjadi dua
bagian :
1.
Rekayasa
Kualitas secara Off-Line.Pada bagian ini perancangan eksperimen merupakan
peralatan yang sangatfundamental, dimana teknik ini mengidentifikasi sumber
dari variasi dan menentukanperancangan dan proses yang optimal.
Pengendalian kualitas secara off-line quality control adalah
usaha-usaha yang bertujuan mengoptimalkan disain proses danproduk, sebagai
pendukung usaha on-line quality control. Usaha ini dilakukan baiksebelum maupun
setelah proses.
2.
Rekayasa
Kualitas secara On-Line.Rekayasa kualitas secara on-line merupakan suatu
aktivitas untuk mengamati danmengendalikan kualitas pada setiap proses
produksi secara langsung. Aktivitas inisangat penting dalam menjaga agar biaya
produksi menjadi rendah dan secaralangsung pula dapat meningkatkan kualitas
produk. Rekayasa kualitas secara on-lineini juga dapat mengontrol
mesin-mesin produksi sehingga dapat mencegahterjadinya kerusakan pada
mesin-mesin produksi tersebut. Usaha-usaha yang tercakup dalam on-line quality
control adalah pengdiagnosaan dan penyesuaianproses, pengontrolan proses, dan
inspeksi hasil proses. Usaha-usaha ini adalahpengendalian kualitas yang berlangsung
saat proses produksi sedang berjalan.
Beberapa metode yang dapat
digunakan dalam pengendalian kualitas secara online dan offline. Rekayasa
kualitas secara offline dibagi menjadi tiga tahap:
A.
Tahap I Perancangan Konsep:
Tahap ini berhubungan
denganpemunculkan ide dalam kegiatan perancangan dan pengembanganproduk, dimana
ide tersebut dari keinginan konsumen. Model ataumetode yang digunakan pada
tahap ini antara lain:
1)
Quality
Function Deployment: menterjemahkan keinginankonsumen ke dalam istilah teknis.
2)
Pugh
Concept Selection Process: Mengumpulkan dan menyajikaninformasi dari suatu
system expert, dengan membandingkan beberapa keunggulan dan kualitas dari
berbagai konsep untukdikembangkan sehingga didapat konsep yang superior.
3)
Dinamic
Signal-to-Noise Optimization: teknik untukmengoptimalkan engineering
function, resulting in robust, dantunable technology.
4)
Theory
of Inventive Problem Solving: Suatu koleksi tool yangdidapat dari analisa
literature yang berguna untukmembangkitkan pemecahan masalah teknis yang
inovatif.
5)
Design
of Experiments: Eksperimen faktorial penuh dan faktorialparsial untuk dapat
mengetahui efek dari beberapa parameterserentak.
6)
Competitive
Technology Assesment: melakukan benchmark terhadap sifat robustnees dari
teknologi pengembangan internaldan eksternal.
B. Tahap II Perancangan
Parameter:
Tahap ini berfungsi
untukmengoptimalisasi level dari faktor pengendali terhadap efek
yangditimbulkan oleh faktor lain sehingga produk yang ditimbulkan dapattangguh
terhadap noise. Karena itu perancangan parameter seringdisebut sebagai
Robust Design. Model atau metode yang digunakandalam tahap ini antara lain:
1)
Engineering
Analysis: Menggunakan pelatihan, pengalaman, danpercobaan untuk menemukan
variabilitas dan respon yangefektif.
2)
Crossed
Array Experiment : Sebuah perancangan ekperimenkhusus dengan cara
memanfaatkan interaksi antara faktor kendali dan faktor derau sehingga membuat
sistem lebih tangguh.
3)
Dynamic
and Static Signal-to-Noise Optimization : Mengoptimalkan suatu perancangan
parameter untukmengurangi variabilitas dengan menggunakan perhitungan rasio
signal-to-noise.
4)
Suatu
model yang tangguh untuk menggambarkan danmenggolongkan berbagai parameter yang
mempengaruhi outputsistem.
C. Tahap III Perancangan
Toleransi:
Merupakan tahap terakhir dimanadibuat
matrik orthogonal, loss function, dan ANOVA untuk menyeimbangkan biaya dan
kualitas dari suatu produk. Model ataumetode yang digunakan pada tahap ini
antara lain:
1. Quality
Loss Function: Persamaan yang menghubungkan variasidari performansi biaya
produk dengan level deviasi dari target.
2. Analysis of Variance (ANOVA): Suatu
teknis statistik yang secarakuantitatif menentukan kontribusi variasi total,
yang dibentukdari setiap faktor derau dan faktor kendali.
3.
Design
of Experiments : Eksperimen faktorial penuh dan faktorialparsial untuk dapat
mengetahui efek dari beberapa parameterseara serentak.
Sedangkan untuk online
quality control, dikenal beberapa metode sebagaiberikut:
1.
Statistical
Process Control: Melakukan pengamatan, pengendalian, danpengujian pada tiap
tahap proses produksi agar tidak dapat terjadipenyimpangan yang cukup besar.
2.
Static
Signal-to-Noise Ratio: Mereduksi variasi dengan menggunakanaplikasi dari robust
design untuk memecahkan permasalahan dalamproses produksi.
3.
Compensation
: Berbagai rencana pengendalian untuk menjaga agarproses yang terjadi sesuai
dengan target.
4.
Loss
Function-Based Process Control : Pengurangan terhadap seluruhbiaya produksi
termasuk biaya per unit, biaya inspeksi, dan biaya set-up yang diperlukan dalam
pengendalian proses serta quality loss yang diakibatkan oleh sisa variasi
pada output.
Dengan adanya pengendalian
kualitas secara online dan offline, diharapkan produk yang dihasilkan sesuai
dengan keinginan dan harapan konsumen serta memenuhi spesifikasi kualitas yang
ditetapkan oleh perusahaan.
4.2
Konsep
Total Quality Management
Tujuan utama : terjadi
perubahan culture baru perusahaan antara lain :
1.
Dari
kerahasiaan menjadi komunikasi terbuka antar seluruhanggota organisasi.
2.
Dari
pengendaliaan menjadi pemberdayaan
3.
Dari
inspeksi menjadi pencegahan
4.
Dari
focus internal menajdi focus eksternal
5.
Dari
biaya dan penjadwalan menjadi keseusian terhadap mutu
6.
Dari
stabilitas menjadi perubahan dan perbaikan secara terusmnerus.
7.
Dari
hubungan yang tadinya sifatnya persiangan menjadihubungan kerjasama.
8.
Dari
pengalokasian dan melemparkan hal-hal yang tidak diketahuimenjadi penyelesian
sampai keakar-akarnya.
ELEMEN
KRITIS TQM :
1.
Kepemimpinanan
dan komitmen (leadership & comitment)
2.
Keterlibatan
seluruh karyawan (full employee involvement)
3.
Perencanaan
yang baik (good planing)
4.
Strategi
pelaksanaan (implementation startegy)
5.
Pengukuran
dan evaluasi (measurement & evaluation)
6.
Pengendalian
dan perbaikan (control & improvement)
7.
Mencapai
dan mempertahankan standar kesempurnaan. (achieving & maintaining standard
of excellence)
HAMBATAN
DALAM PENERAPAN TQM
1.
Bila
filosofi dipandang sebagai suatu kegiatan yangmembutuhkan waktu.
2.
Bila
filosofi TQM diterapkan dalam suatu lingkungan yangbirokratis
3.
Bila
filosofi TQM dipandang sebagai suatu program yangdilaksanakan secara
formal.
4.
Bila
filosofi TQM dilaksanakan secara kaku
5.
Bila
filosofi TQM dipandang tidak berhubungan dengan orangatau personil
6.
Bila
filosofi TQM dipandang sebagi hanya dilakukan untuk sekelompokorang ahli
atau spesialis.
TQM pada industri jasa
Konsep dasar TQM :
1)
Memfokuskan
pada produk dan pelanggan.
2)
Kepemimpinan
dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaanfilosofi TQM.
3)
Budaya
organisasi
4)
Komunikasi
yang efektif antar seluruh personil dalam organisasimaupun antara para personil
organisasi dengan pelanggan.
5)
Pengetahuan
dan keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
6)
Tanggungjwab para karyawan
7)
Manajemen berdasarkan pada
data dan fakta8.Sudut pnadangan jangka panjang.
Teknik-teknik
dalam TQM :
1)
Pengendalian
proses secara statistic
2)
Penyelesaian maslah
secara struktur
3)
Perbaikan
secara terus menerus dan berkesinambungan
4)
Manajemen
mutu5.Perencanaan mutu
Langkah-langkah
untuk melaksanakan TQM :
1)
Mengadakan
penilaian dan perencanaan mengenai kemungkinan penerapan filosofi TQM.
2)
Penerpan
dan pengorganisasian filosofi TQM dalam orgnaisiasi jasa
3)
Perubahan
budyaa (dari yang berorientasi standar menjadiberorientasi mutu)
4)
Sistem
pemberian upah dan pernghargaan.
5)
Pengembangan
kepemimpinan
6)
Membangun
tim
7)
Melaksankan
system penyewaan maupun promosi untuk meningkatkan performan organisasi
8)
Kesiapan
manajemen
9)
Teknik
analisis
10)
Pendidikan dan
latihan.
4.3
Pengendalian
Mutu secara statistika
Tujuan pengendalian secara
statistika diantaranya:
1.
Untuk
menentukan standar Mutu produk
2.
Untuk menilai
tindakan, apabila terjadi ketidaksesuaian
3.
Untuk
merencanakan perbaikan, baik itu terhadap pelaksanaan maupun standar itu
sendiri
4.3
Konsep-Konsep Dasar
Pengendalian Mutu
Tujuan Pengendalian Mutu :
1.
Pengembangan partisipasi karyawan,
dengan memecahkanmasalah sendiri oleh karyawan yang bersangkutan
2.
Peningkatan kemampuan perorangan
3.
Peningkatan produktifitas
melalui kerjasama antar orang
4.
Pemecahan masalah sehari-hari
Konsep Mutu
1.
Quality of product
2.
Quality of cost
3.
Quality of delivery time
4.
Quality of morale
5.
Quality of of safety
Pengendalian Mutu Harus
Berdasarkan Fakta (Speak With Fact), Hal yang perlu diperhatikan adalah :
1.
Hindari manipulasi fakta
2.
Hindarkan opini
3.
Hindarkan misinterpretation
4.
Buat keputusan dengan teliti
4.4
Permasalahan
Dalam Pelaksanaan Pengendalian Mutu
a)
Kurang pelatihan
b)
Kegagalan
program
c)
Kontradiksi dengan
program
d)
Kurang
dukungan pimpinan puncak
e)
Kurang
kerjasama middle management
f)
Kurang
publikasi
g)
Persoalan
terlalu rumit/kurang relevan
h)
Munculnya
harapan berlebihan
i)
Tanggapan lamban
4.5
Indikator
Keberhasilan Pengendalian Mutu
a)
Perbaikan
mutu
b)
Partisipasi
meningkat
c)
Biaya turun
d)
Efisiensi
peralatan naik
e)
Kesehatan kerja meningkat
f)
Produktifitas meningkat
g)
Komunikasi
lebih tinggi
h)
Sikap
lebih positif
i)
Product
performance naik
j)
Kepuasan
pelanggan meningkat
k)
Absensi
turun
l)
Gosip menurun
4.6
Kunci
Keberhasilan Pengendali Mutu
a)
Terbentuknya iklim
kerja yang sesuai
b)
Komitmen dari
top manajemen
c)
Pemilihan yang tepat dari tujuan dan prioritas setiap tahap pengembangan
d)
Kecukupan
atau ketersediaan informasi
e)
Kesukarelaan
f)
Program
pelatihan mencukupi/menyeluruh
g)
Keterbukaan
dan sikap positif manajemen
4.7
Esesnsi
Gugus Kendali Mutu
a)
Dinamika kelompok
b)
Kepuasan
kerja akibat pengakuan perusahaan
c)
Pada individu
d)
Penggunaan
statistika dasar/sederhana
4.8
Dimensi
Mutu
1.
Operasi
Kebanyakan konsumen
memandang kinerja atau operasi suatu produk sebagai dimensi utama.
Misalnya: apakah akselerasi sebuah mobil dan system remnya dapat bekerja secara
cepat? Bagaimanakah daya jangkau system penyejuk
ruangan dapat dengan segera membuat ruangan sejuk.
2.
Reability and durability
Dimensi ini menggambarkan
kemungkinan seberapa besar sebuah produk dapat tetap bertahan dalam kondisi
yang prima, misalnya : berapa lamakah masa pakai bola lampu mobil?
3.
Confermance
Mutu kesesuaian berkaitan
dengan derajat atau seberapa besar produk tersebut dapat memenuhi spesifikasi
yang telah dipersyaratkan, sebelum produk yang bersangkutan dibuat?
4.
Serviceability
Dimensi ini berkaitan
dengan keramahan, kecepatan, dan ketepatan reparsi sebuah produk.
5.
Appearance
Penampilan merupakan
dimensi yang bersifat subjektif, yaitu menggambarkan perasaan pribadi dari si
konsumen termasuk didalamnya atribut-atribut seperti: tampilan, sentuhan,
suara, selera, dan wewangian.
6.
Perceived
Mutu yang dirasakan juga
merupakan dimensi yang bersifat subjektif., dimana kebanyakan produk
dipertimbangkan untuk dibeli.
BAB
V
PERANANAN
MANAJEMEN DALAM IMPLEMENTASI TQM
5.1
Perananan manajemen dalam implementasi
tqm
Setiap organisasi harus memiliki
seorang pemimpin. Ada yang mendefinisikan pemimpin sebagai orang yang memberi
komando atau panduankepada suatu kelompok atau aktivitas. Akan tetapi
pengertian itu sendiri kurang bisa memberikan penjelasan yang mendalam.
Dalam manajemen sendiri masih terjadi perdebatan mengenai siapa yang disebut
sebagai pemimpin.
Tujuan dari kepemimpinan dalam
suatu perusahaan adalah untuk memperbaiki kinerja sumber daya
manusia dan mesin, memperbaiki Mutu,untuk meningkatkan output, dan
secara simultan memberikan kebanggaan atas kecakapan kerja karyawan. Dengan demikian bila seseorang menguasi atau
mengepalai suatu kelompok, orang tersebut pasti memimpin. Dari sudut pandan gini,
maka setiap penyelia, manajer, direktur, wakil presiden,
presiden, dan CEO mesti seorang pemimpin.
Tidak semua pemimpin
tersebut merupakan pemimpin yang efektif bahkan sering kali malah bukan pemimpin
yang baik. Ada beberapa hal yang membedakan antara pemimpin yang baik dan
pemimpin yang tidak baik, yaitu:
1.
Pemimpin
lebih banyak menggunakan pendekatan pull (menarik) dari pada push (mendorong).
Seorang pemimpin akan terlibat secara nyata dalam usahanya melaksanakan kepemimpinan.
2.
Pemimpin tahu arah tujuannya.
Pemimpin
menentukan visi organisaasi dan cara-cara untuk mencapai visitersebut. Mereka
juga memberikan pedoman dan tujuan yang jelas untuk mencapai kesuksesan
dalam jangka panjang
3.
Pemimpin
harus berani dan dapat dipercaya
Pemimpin harus berani mengambil resiko dalam menghadapi danmengatasi seala macam rintangan dan hambatan yang timbul. Bahkankadang
kala tujuan jangka pendek harus berani dikorbankan, bila memang menghambat
tercapainya visi organisasi. Selain itu pemimpin juga harus dipercaya oleh
bawahannya, karena bila tidak, ia tidak akan dapat menjadi pemimpin yang
baik
4.
Peranan terpenting dari seorang pemimpin
setelah membentuk visi dan cara percapainya adalah membantu para
bawahan untuk melakukan pekerjaan merakan dengan rasa bangga. Peranan seorang
pemimpin bukanlah mendekte bawahan. Tetapi memberikan kemudahan kepada mereka.
Mereka diberikan pelatihan agar terdapat terlibat dalam proses organisasi
dengan kemampuan maksimal yamg mereka meliki.
Dari berbagai pengalaman
perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan TQM, diketahui bahwa level
manajemen madya paling banyak menimbulkan hambatan bagi kesuksesan TQM. Ada beberapa
penyebab mengapa TQM lebih sukar diterima atau didukung oleh manajer madya
dari pada oleh manajer puncak maupun karyawan langsung (operasional).
Diantaranya adalah:
1.
Banyak
diantara manajer madya yang cukup senior (waktu kerjanya cukuplama) terasa
bahwa karirnya sudah mentok dan tidak dapat berkembang lagi. Mereka memandang perubahan yang ditimbulkan TQM sebagaiancaman
terhadap upaya mempertahankan status quo.
2.
Banyak
manajer madya yang menduduki posisi saat ini setelah melaluimasa kerja yang
cukup lama dilevel operasional. Mereka merasa lebih menguasai pekerjaan bawahannya daripada bawahannya itu sendiri.
Padahal situasi yang dihadapi saat ini sudah sangat berlainan dengan masalalu.
Salah satu dasar TQM yaitu bahwa ahli dalam suatu pekerjaan adalahorang yang
melakukannya sehari-hari, bukan orang yang melakukannya beberapa tahun
yang lalu.
3.
Kebanyakan manajer madya berkeyakinan bahwa dengan ,
maka karir dan promosi mereka akan berjalan lancar.
4.
Manajer madya sebagai suatu kelompok, cenderung belajarnya lebihsedikit dibadingkan para manajer puncak. Sering kali ketinggalan
informasi setiap perubahan yang ada dalam dunia industri.
5.2 Malcolm Baldrige National Criteria For
Performance Excellence
Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence atau
Kritreia Malcolm Baldrige untuk Keungulan Kinerja pada dasarnya adalah sejumlah
pertanyaan tentang aspek-aspek fundamental pengelolaan organisasi/perusahaan
dalam konteks pencapaian kinerja unggul. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dikelompokkan kedalam 7 Kategori dan Profil Organisasi. Ketujuh Kategori
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan
2.
Perencanaan
Stratgeis
3.
Fokus
Pada Pelanggan
4.
Pengukuran,
Analisis, dan Manajemen Pengetahuan
5.
Fokus
pada Tenaga Kerja
6.
Fokus
pada Operasi
7.
Hasil-hasil
Pertanyaan-pertanyaan pada Kategori 1 sampai dengan
Kategori 6 menanyakan tentang kesisteman perusahaan/organisasi, sedangkan
pertanyaan-pertanyaan pada Kategori 7 bertanya tentang outputdari implementasi
kesisteman tersebut. Sementara itu, Pertanyaan-pertanyaan pada Profil
Organisasi bertanya tentang informasi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan/organisasi.Kriteria tersebut dapat digunakan untuk organisasi yang
berorientasi laba (Perusahaan/Bisnis),maupun organisasi nirlaba (Non
Commersial). Nama Malcolm Baldrige disandingkan dengan Criteria for Performance
Excellence semata-mata untuk memberikan penghargaan kepada Mr. Malcolm
Baldrige, karena beliaulah yang pertama kali memperkanalkan gagasan Criteria for
Performance Excellence di Amerika. Adalah sudah menjadi budaya di Amerika bahwa
siapapun pengusul pertama suatu konsep/gagasan kebijakan negara, maka nama sang
pengusul akan disandingkan dengan kebijakan negara tersebut ketika Kebijakan
tersebut disyahkan pemerintah atau parlemen Amerika.
Kriteria pada Kategori Kepemimpinan
Pertanyaan-pertanyaan pada Kategori Kepemimpinan pada
dasarnya bertanya tentang bagaimana tindakan-tindakan pimpinan senior
perusahaan/organisasi memandu dan memelihara perusahaan/organisasinya,
menentukan visi, tata nilai / budaya, dan sasaran kinerja
perusahaan/organisasi. Secara spesifik juga ditanyakan tentang bagaimana
pimpinan senior berkomunikasi dengan tenaga kerjanya, bagaimana meningkatkan
keterampilan kepemimpinan mereka, bagaimana mereka pimpinan senior
berpartisipasi dalam pembelajaran organisasi dan mengembangkan pimpinan masa
depan perusahaan/organisasi, bagaimana pimpinan senior menciptakan fokus pada
tindakan, serta membangun lingkungan kerja yang mendorong perilaku etisdan
berkinerja tinggi. Pada Kategori ini juga ditanyakan tentang sistem tata
kelolaperusahaan/organisasi, dan bagaimana perusahaan/organisasi memenuhi
tanggung jawabnya dalamaspek hukum, etika, dan kemasyarakatan, serta bagaimana
perusahaan/organisasi tersebutmendukung komunitas utamanya.
Kriteria pada Kategori Perencanaan Strategis
Kriteria pada Kategori Perencanaan Strategis menanyakan
tentang bagaimana perusahaan menyusun perencanaan strategis termasuk rencana
tindakannya (action plan), serta tentang bagaimana implementasi dari
perencanaan yang telah ditetapkan perusahaan/organisasi tersebut.Kriteria juga
menanyakan tentang bagaimana perusahaan/organisasi memastikan ketersediaan
sumberdaya untuk menjalankan rencana tersebut, bagaimana mengukur dan mengevaluasipencapaian
kinerjanya, dan bagaimana rencana tersebut disesuaikan ketika lingkungan
perusahaan/organisasi mengalami perubahan ditengah jalan. Ditanyakan pula
bagaimana perusahaan menentukan kompetensi intinya dan bagaimana menjaga
sustainabilitas perusahaandalam jangka panjang.
Kriteria pada Kategori Fokus Pada Pelanggan
Kriteria pada Kategori Fokus pada Pelanggan menanyakan
tentang bagaimana perusahaan/organisasi meng-engage pelanggannya, dengan fokus
pada mendengarkan pelanggan dan memberikan dukungan pelanggan,mengukur tingkat
kepuasan pelanggan, menawarkan produk yang tepat bagi pelanggan, serta
membangunhubungan dengan pelanggan yang berdampak pada loyalitas pelanggan
melalui investasi pelanggan pada brand dan penawaran produk perusahaan/organisasi.
Yang dimaksud pelanggan pada Kriteria baldrige adalahpelanggan aktual maupun
calon pelanggan termasuk pengguna akhir dari produk perusahaan/organisasimaupun
pembeli atau pengguna langsung seperti distributor, agen, ataupun
perusahaan/organisasi lainnyayang menggunakan produk yang dibelinya sebagai
salah satu komponen dari produk perusahaan/organisasipembeli/pengguna.
Kriteria pada Kategori Pengukuran, Analisis, dan
Manajemen Pengetahuan
Kategori Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Pengetahuan
adalah aspek utama dalam kriteria Baladrige menyangkut seluruh informasi utama
tentang pengukuran anaslisis, dan peningkatan kinerja yang efektif serta
pengelolaan pengetahuan organisasi untuk mendorong improvement dandaya saing
perusahaan/organisasi. Kriteria pada Kategori ini menanyakan tentang
bagaimanaperusahaan/organisasi memilih dan menggunakan data dan informasi untuk
pengukuran, analisisi,dan pembahasan kinerja dalam mendukung perencanaan
perusahaan/organisasi serta peningkatankinerjanya. Kriteria pada Kategori ini
juga menanyakan tentang bagaimana perusahaan/organisasi memastikan Mutu dan
ketersediaan data, informasi, software maupun hardware untuk tenagakerja,
pemasok, mitra, pelanggan baik dalam situasi normal maupun dalam keadaan
darurat.Disamping itu, Kritreria juga menanyakan tentang bagaimana
perusahaan/organisasi mengelola asset pengetahuannya.
BAB
VI
PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN MUTU
6.1
Tanggung
Jawab Manajemen
1.
Kebijakan
mutu harus didefinisikan, didokumentasikan, dimengerti, dan dilaksanakan.
2.
Bagan struktur organisasi harus ada dan personnel untuk aktivitasverifikasi
yang tercantum dalam elemen standar ini
3.
Seorang
wakil dari manajemen harus ditunjuk dan diberikan wewenangdan
tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua persyaratan dalam standar mutu
sudah dilaksanakan.
Catatan :
a.
Kebijakan mutu harus dicetuskan oleh pimpinan tertinggi dalam perusahaan
b.
Bagan
struktur organisasi menjelaskan wewenang dan tanggung jawabsetiap
posisi-Sarana, misalnya peralatan pengukuran atau pengujian
c.
Biasanya
yang ditunjuk sebagai wakil dari manajemen dalam hal iniadalah Quality control
manager.
6.2
Sistem
Mutu
Fungsi Manual Mutu :
a)
Sebagai
alat komunikasi sasaran dan kebijakan mutu perusahaan darimanajemen puncak
kepada staff, customer, dan sub-kontrakor.
b)
Memberikan image
perusahaan yang baik untuk meyakinkan pembeliatau untuk memenuhi persyaratan
dalam kontrak.
c)
Memberikan
kesan kepada para sub-kontraktor bahwa kita berkomitmen untuk mutu.
d)
Menjelaskan sruktur dan tanggung jawab dalam organisasi untuk bagian/departemen
yang kegiatannya dapat mempengaruhi mutu.
e)
Sebagai
referensi dalam pelaksanaan sistim mutu.
f)
Memastikan proses
produksi berlangsung sesuai dengan rencana.
g)
Sebagai
bahan pendidikan bagi karyawan mengenai mutu.
h)
Sebagai
dasar untuk audit mutu
Catatan
:
a.
Manual
mutu harus disiapkan dengan masukan dari para personil yangterlibat dalam
kegiatan yang dapat mempengaruhi mutu.
b.
Manual
mutu tidak boleh disusun berdasarkan contoh dari perusahaan
lain.
c.
Konsultan tidak seharusnya menulis/menyusun manual mutu untuk klienny
d.
Manual mutu
yang baik tidak perlu panjang dan kompleks.
Wawasan
Manual Mutu :
1.
Pengendalian
proses produksi Sasaran dan kebijakan mutu
2.
Organisasi
3.
R & D
4.
Pembelian
5.
Pengen
6.
Audit
Mutu dan Review
7.
Pelatihan
6.3
Tinjauan
Kontrak
Sebelum menyetujui suatu
kontrak pemesanan produk standar maupun khusus, perlu diperhatikan :
a)
Jelaskan spesifikasi teknis dan aspek lainya dari produk kepadaCustomer.
Jika perlu, berikan contoh produk. Untuk produk khusus,dapatkan
spesifikasi produk yang lengkap dari Customer.
b)
Diskusikan delivery time yang diajukan customer dengan Bagian
Produksi.
c)
Untuk
produk khusus, kemampuan untuk memenuhi permintaan customer perlu ditinjau.
d)
Periksa apakah kontrak
sudah mencamtumkan detail menganai spesifikasi produk.
e)
Periksa apakah
kontrak sudah mencantumkan syarat-syarat yang
telahdisetujui kedua belah pihak seperti: cara pengepakan,pengiriman,asuransi,
pembayaran, dan sebagainya.
f)
Jika inspeksi
produk dibutuhkan, cantumkan dimana (sebelum dikirim atau setelah diterima),
parameter dan metode pengujian, besarnyasample yang
dibutuhkan, dan kriteria produk yang dapat diterima.
g)
Cukupan
dan batasan garansi produk.
h)
Untuk
produk khusus, perlu diadakan jalur komunikasi antara pemasok dan customer
untuk membahas desain dan mutu produk.
i)
Periksa
apakah kontrak sudah mencantumkan prosedur untuk mengatasimasalah yang mungkin
akan timbul di kemudian hari.
6.4
Pengendalian
desain
Prosedur pengendalian dan
verifikasi desain produk harus ada untuk memastikan persyaratan yang
diminta sudah terpenuhi.
1.
Rencana
desain
a.
Personnel
yang ditugaskan harus memiliki kualifikasi yang cukup.
b.
Komunikasi
dan informasi antar gugus tugas harus diidentifikasi dan dikokumentasikan.
2.
Masukan
desain
a.
Bahan/persyaratan
untuk masukan desain harus diidentifikasi,ditinjau,dan didokumentasikan.
b.
Metode
untuk menyelesaikan persyaratan yang lengkap atau
membingungkan harus ada.
3.
Hasil
Desain :
a.
Harus
memenuhi persyaratan masukan desain.
b.
Harus masuk dalam criteria dapat diterima.
c.
Harus
sesuai dengan persyaratan undang-undang/peraturan yang ada
d.
Harus
memiliki dokumentasi mengenai cirri-ciri produk yangmenjamin keselamatan
pemakai.
Verifikasi design harus dilaksanakan
oleh personnel yang kompeten, dan didokumentasikan. Prosedur mengenai perubahan desain
(identifikasi, dokumentasi, tinjauan ulang, dan perstujuan perubahan
desain)harus ada.
6.5
Pengendalian
dokumen
Tujuan
1.
Prosedur
untuk mengendalikan seluruh dokumen dalam sistim manajemen mutu tersedia
2.
Para
karyawan mengetahui dan menggunakan dokumen-dokumen yang relevan dengan tugas
mereka.
3.
Dokumen
tersedia di tempat-tempat yang memerlukanya.
Pengendalian
Dokumen yang efektif meliputi :
1.
Penyusunan,
persetujuan dan perubahan dokumen.
2.
Identifikasi dokumen.
3.
Distribusi dokumen.
4.
Daftar
Induk Dokumen.
5.
Pengendalian formulir.
Dokumen
yang perlu dikendalikan :
1.
Kebijakan perusahaan, Manual
mutu, Prosedur, dan Instruksi kerja.
2.
Dokumen
pembelian
3.
Gambar dan spesifikasi
6.6
Pembelian
Tujuan
Memastikan bahwa bahan baku/jasa
yang dibeli memenuhi persyaratan mutu produsen maupun customer.
Meliputi
1.
Pemilihan Sub-kontraktor:
a.
Prestasi
(berdasarkan catatan mutu pembelian) dalammemenuhi persyaratan mutu
dan delivery time.
b.
Kemampuan teknik dan kondisi perusahaan/keuangan sub-kontraktor.
c.
Sistem
Quality Assurance yang diterapkan diperusahaansub-kontraktor.
2.
Data
pembelian:
a.
Identifikasi yang
jelas dan tepat mengenai bahan baku yang akan dibeli.
b.
Instruksi pemeriksaan barang yang diperlukan.
c.
Standard mutu yang relevan.
3.
Pemeriksaan bahan baku:
a.
Metode yang akan digunakan harus
dinyatakan dengan jelas dalam order pembelian dan disetujui kedua belah
pihak.
b.
Sub-kontraktor tetap bertanggung jawab atas produk yang
dijualnya, walaupun pembeli telah memeriksa produk tersebut.
4.
Catatan mutu pembelian:
a.
Pengendalian pembelian.
b.
Persentasi sub-kontraktor
c.
Tinjauan
spesifikasi dan metode pemeriksaan untuk digunakan dalam
pembelian mendatang.
6.7
Bahan
Baku Yang Dipasok Oleh Pembeli
Jika customer memasok
sebagian/seluruh bahan baku, maka bahan baku tersebut harus memenuhi persyaratan spesifikasi produk yang
dipesannya; hal ini harus diuraikan dalam kontrak.
Tanggung jawab pemasok
(produsen) adalah memastikan jumlah yang dipasok, cara penyimpanan dan penggunaannya sesuai dengan yangtercantum
dalam kontrak.
6.8
Identifikasi
Dan Penelusuran Produk
a)
Menghindari
tercampurnya produk dalam proses
b)
Menghindari
pemakaian bahan baku yang cacat.
c)
Memudahkan analisa
proses dan tindakan perbaikan.
d)
Memudahkan penarikan
produk cacat dari proses produksi.
e)
Memudahkan
pelaksanaan FIFO.
6.9
Pengendalian
Proses
a)
Instruksi
kerja secara tertulis untuk proses yang dapat mempengaruhi mutu.
b)
Penggunaan peralatan produksi dan kondisi lingkungan kerja yang memadai.
c)
Personnel yang terlibat
memiliki kualifikasi yang cukup.
6.10
Inspeksi
dan pengujian
1.
Inspeksi
bahan baku
a.
Tingkat
inspeksi yang dibutuhkan tergantung dari kenyakinan atas system mutu yang diterapkan oleh sub-kontraktor dalam proses produksinya.
b.
Jika diperlukan,
inspeksi dapat dilakukan ditempat sub-kontraktor.
2.
Inspeksi
in-proses:
“Quality
Plan” dibuat agar titik-titik penting dalam proses produksi dapat diketahui
sehingga inspeksi dapat dilakukan.
3.
Inspeksi
akhir:
“Bukti obyekktif bahwa kegiatan Quality Assurance telahdilaksanakan
pada titik-titik penting dalam “Quality Plan” dan produk jadi telah
memenuhi spesifikasi”.
6.11
Peralatan
Inspeksi, Pengukuran, dan Pengujian
Meliputi:
1.
Identifikasi
dan pemilihan peralatan
2.
Pertimbangan
dalam pembelian alat baru
3.
Kalibrasi-Status
kalibrasi
4.
Catatan
kalibrasi
5.
Pengaruh
lingkungan atas hasil pengukuran dan kalibrasi
6.
Tindakan
jika kalibrasi atas peralatan tidak tepat
6.12
Status
Inspeksi dan Pengujian
Meliputi:
1.
Produk belum
menjalani inspeksi/pengujian
2.
Produk
telah diuji dan lulus inspeksi
3.
Produk telah diuji dan ditolak
4.
Produk
telah diuji dan perlu modifikasi
6.13
Pengendalian
Produk Cacat
Meliputi:
1.
Identifikasi:
Pemasangan label supaya tidak mudah lepas/terhapus
2.
Tindakan:
Apakah proses perlu dihentikan jika prodk cacat dimasukkan
3.
Pemisahan:
Perlu control atas produk cacat yang dipisahkan
4.
Evaluasi: Diterima tanpa modifikasi, diproses ulang, turun grade,dibuang
5.
Disposisi:
Prosedur mengenai proses ulang atau perbaikan produk dancara inspeksinya
harus tersedia-Notifikasi: Pemberitahuan kepada departemen-departemen yang
terlibatmengenai cacat produk dan disposisinya
6.
Dokumentasi
6.14
Tindakan
perbaikan
1.
Menentukan
sebab produk cacat dengan
menganalisa seluruh proses produksi, catatan mutu, laporan
service, atau keluhan customer
2.
Merumuskan
tindakan perbaikan untuk menghindari kejadian serupa
3.
Merumuskan tindakan preventif
4.
Mengendalikan
tindakan perbaiakan agar dilaksanakan dan memastikan bahwa tindakan
perbaikan tersebut efektif
5.
Merubah
prosedur atau instruksi kerja (bila perlu) agar sesuai
dengantindakan perbaikan yang diambil
6.15
Penanganan,
Penyimpanan, Pengemasan, dan Pengiriman
Penanganan :
1.
Berat dan ukuran
2.
Guncangan
keras dan perubahan suhu
3.
Tercampurnya bahan
baku, produk dalam proses, produk jadi
4.
Bahan
berbahaya seperti bahan beracun atau mudah terbakar
Penyimpanan:
1.
Instruksi penyimpanan dan personil yang berwenang
2.
Ventilasi, penerangan, kontaminasi
3.
Kemudahan bongkar
muat barang
Pengemasan:
1. Bahan
pengemasan tidak boleh mempengaruhi mutu produk
2. Jenis
transport yang digunakan, lamanya produk disimpan
3. Tanda
(misalnya cara penanganan dan tanggal kadarluarsa)
Pengiriman:
1. Lama perjalanan
2. Cara pengiriman yang sesuai dengan
produk dan jenis pengepakan
6.16
Catatan
Mutu
Catatan
mutu produk:
1.
Spesifikasi produk
2.
Gambar
peralatan
3.
Laporan
hasil pengujian bahan baku
Catatan
Pelaksanaan sistem mutu:
1. Laporan audit
mutu internal
2. Catatan
kalibrasi atas peralatan pengujian
3. Catatan
pelatihan dan kualifikasi karyawan
4. Catatan
penilaian atas sub-kontraktor
6.17
Audit
mutu internal
Audit mutu internal harus dilaksanakan secara teratur sedikitnya sekalisetahun
dengan rencana dan prosedur yang jelas, ini meliputi:
1.
Penentuan
urutan bagian yang akan diaudit
2.
Cara menyampaikan hasil audit
3.
Cara
memantau tindakan follow-up
6.18
Pelatihan
1.
Pelatihan
untuk Eksekuif : Seminar mengenai ISO 9000, Audit Mutu.
2.
Pelatihan untuk Manajer Madya
: Pelatihan relevan dengan profesi, system mutu.
3.
Pelatihan untuk Penyedia dan pekerja
: Pelatihan sesuai keahlian,dokumentasi mutu.
6.19
Service
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam service:
1.
Pelatihan
personil service
2.
Buku manual service
3.
Peralatan
service yang lengkap
4.
Penanganan efisien atas keluhan
customer
Kesamaan
proses service dengan proses produksi :
1.
Prosedur mengenai pelaksanaan service
2.
Validasi dan
kalibrasi peralatan service
3.
Persediaan
spare parts
4.
Audit mutu
internal juga terlihat dalam proses service
BAB
VII
AUDIT
DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN
7.1
Peranan
Audit Sistem Manajemen Mutu
Audit yang objektif akan memberikan jaminan bahwa sistemmanajemen mutu diterapkan dan dipelihara sesuai dengan kebijakan.Sasaran, dan rencana yang ditetapkan. Nantinya, hasil audit ini akandijadikan
alat/ bahan dalam melakukan tindakan koreksi/ pencegahan yang mengarah pada
peningkatan. Audit sistem manajemen mutu memberikan beberapa keuntungan
antara lain:
1.
Membantu mengembangkan sistem manajemen mutu terpadu yangefektif
2.
Menyempurnakan proses
pengambilan keputusan manajemen
3.
Membantu
pembagian sumber daya optimal
4.
Membantu
untuk mencegah timbulnya masalah yang dapat menggangu
5.
Memungkinkan
tindakan koreksi tepat waktu
6.
Mengurangi
biaya-biaya umum tambhan
7.
Meningkatkan
produktivitas
8.
Meningkatkan
kepuasan konsumen dan pemasaran
7.2
Jenis
Audit Sistem Manajemen Mutu
Audit system mutu biasanya
dilakukan untuk menentukan tingkat kesesuaian aktivitas perusahaan terhadap
standar sistem mutu yang telah ditentukan serta effektivitas dari penerapan
sistem tersebut.Jenis-jenis pembagian audit mutu berdasarkan pihak yang melaksanakan
adalah:
1.
Audit
pihak pertama (audit mutu internal)
Merupakan audit mutu yang
dilakukan dalam suatu perusahaan untuk menentukan efektivitas dari penerapan
system mutu yang mereka gunakan, tujuannya adalah untuk memantau keefektifan penerapan
system mutu dan merupakan alat manajemen untuk melakukan perbaikan.
Sasarannya:
a.
Memenuhi
persyaratan standar sistem mutu yang diterapkan
b.
Memonitor
perkembangan dan penerapan sistem mutu (pada tahap permulaan)
c.
Mengetahui
secara dini ketidaksesuaian dan melakukan tindakan koreksi
dalam rangka persiapan audit eksternal (vendor)
d.
memonitor pemeliharaan dan effektivitas sistem mutu (setelah penerapan)
e.
mengumpulkan
dan memecahkan persoalan mutu.
2.
Audit
pihak kedua (audit eksternal)
Merupakan
audit yang dilakukan oleh suatu perusahaan (atau yang mewakilinya) terhadap pemasok, tujuanya yaitu melakukan penilaian
terhadap vendor/ pemasok baru.
Sasarannya:
a.
Menetukan
kualifikasi pemasok
b.
Merangsang vendor agar
meningkatkan sistem mutu tersebut
c.
Memenuhi persyaratan
pelanggan untuk melakukan audit terhadap perubahan vendor
d.
Menjadi
mediator untuk pemecahan mutu yang berkaitan dengan vendor
3.
Audit
pihak ketiga (Audit eksternal dan independen)
Yaitu
audit yang dilakukan oleh badan sertifikasi yang independen
dan atau badan registrasi. Tujuannya untuk kesesuaian sistem perusahaandengan
standar sistem yang dipersyaratkan pelanggan.
Sasarannya:
a.
Mengurangi
audit yang berulang (penggantu audit oleh pihak
kedua)-Meregistrasi/sertifikasi sistem mutu
b.
Mengetahui
kesiapan untuk audit sertifikasi
c.
Memilih jenis audit berdasarkan kedalaman audit
7.3 Jenis-Jenis Audit berdasarkan
Kedalaman Audit
1.
Audit
system
Bertujuan
untuk menentukan apakah perusahaan telah memilikisistem dalam melakukan
operasinya.Fungsi manajemen yang diaudit adalah:
a.
Audit system
b.
Audit kesesuaian
c.
Audit produk
d.
Rencana
e.
Prosedur
f.
Komitmen
2.
Audit
kesesuaian
Jenis
audit
ini lebih dalam dari audit sistem. Audit dilakukan
untuk melihat apakah prosedur, instruksi kerja, dan rencana
diimplementasikan. Jenis audit inilah yang banyak digunakan
dalam pelaksanaan audit mutu internal. Audit ini bukan hanya melihat
apakah prosedur diimplementasikan secara effektif.
3.
Audit
produk
Jenis
audit ini dilakukan untuk melakukan apakah produk sesuai dengan spesifikasi.
Dengan kata lain audit ini menentukan derajat pencapaian
kepuasan pelanggan.
7.4
Tujuan
Audit Sistem Manajemen Mutu
Untuk
Internal
1.
Melihat
kekurangan sistem manajemen mutu
2.
Mengevaluasi kekurangan untuk kemudian melakukan tindakankoreksi
3.
Menilai
kesiapan untuk audit eksternal (pihak kedua atau ketiga)
4.
Mendorong
pemeliharaan dan perbaikan dari pelaksanaan system mutu
Untuk Eksternal
1. Memenuhi persyaratan standar
sistem manajemen mutu
2. Memenuhi persyaratan pelanggan
(khusus dalam kontrak)
3. Memenuhi undang-undang/badan pemerintahan (misalnya reaktor nuklir)
7.5
Perbedaan
Audit ISO 9000:1994 dengan ISO 9000:2000 Edisi 1994
1.
Auditornya
hanya membandingkan checklist dengan prosedur-prosedur mutu untuk semua
aktivitas yang termasuk dalam lingkup sisten
Edisi 2000
2.
Organisasi
tidak dipersyaratkan untuk memiliki prosedur terdokumentasi untuk menetapkan
aktivitas bisnis inti.
7.6
Mengelola
Program Audit
Dalam mengelola program
audit ini, pada umumnya mencakup:
1. Sasaran dan harapan
program audit
2. Tanggung jawab, sumber daya, dan
prosedur
3. Pemastian program audit yang
diterapkan
4. Pemantauan dan peninjauan
program audit
5. Pemastian dokumen audit yang sesuai
dipelihara
Penerapan program audit
berdasarkan PDCA dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Penanggung jawab Program
|
|||||
![]() |
|||||
![]() ![]() |
|||||
![]() ![]() ![]() |
|||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Bagan
pengelolaan program Audit
1.
Pelaksanaan
Audit
Secara
umum, pelaksanaan audit dapat mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
a.
Rapat
pembukaan yaitu pertemuan yang dilakukan sebelum audit dilaksanakan.
Tujuan pertemuan ini adalah memberikan penjelasan tentang tujuan dari
pelaksanaan audit, memberikan penjelasantentang metode yang digunakan
b.
Ilead
auditor yang bertindak sebagai pemimpin pertemuan memberikan penjelasan tentang
tim audit dan tanggung jawab setiapanggota tim, tujuan dari pertemuan, ruang
lingkup audit, dan lain-lain
c.
Penggunaaan
daftar periksa
d.
Daftar
yang telah disediakan oleh tim audit harus dapat digunakansecara efektif
2.
Teknik
Audit Mengidetifikasi Proses
a.
Berdasarkan standar nasional, organisasi diharuskan untuk menyediakan
suatu manual mutu yang berisikan penjelasan interaksidari proses-proses yang
ada dari sistem manajemen mutu.
b.
Sistem
manajemen mutu harus mencakup rencana strategi yang berisikan kebijakan
mutu dan pembuatan sasaran mutu yang terukur
c.
Dari sini
akan mengalir proses kritis yang harus diidentifikasi-Fokus dari audit adalah
menggabungkan elemen-elemen pendekatan proses dan delapan prinsip
manajemen yang dianggap penting untuk mencapai sasaran.
d.
Auditor harus bekerja sesuai langkah-langkah berikut untuk memahami proses-proses dalam organisasi dan juga memahami
klausal-klausal standar tersebut.
7.7
Mengaudit
Sistem Manajemen Mutu
Dalam
melaksanakan audit, auditor harus :
1.
Meninjau kebijakan mutu
2.
Mengevaluasi
sasaran mutu pada setiap fungsi dan level
3.
Fokus
terhadap rencana pencapaian sasaran
4.
Mengnalisis proses kritis
5.
Mengidentifikasi
proses-proses pendukung yang dianggap perlu
6.
Memfokuskan
proses audit terhadap organisasi
7.
Mempertimbngkan keefektifan
dan efisiensi proses tersebut
Untuk
hal-hal tersebut auditor harus :
1.
Memahami masalah-masalah pokok dalam organisasi
2.
Memfokuskan pada proses-proses
kritis
3.
Mengaudit
peningkatan bisnis
Proses kritis yang
dianggap vital dalam menuju sasaran mutu ini harus diidentifikasi terlebih
dahulu.Hal tersebut bisa digambarkan dengan :
1.
Memetakan proses
2.
Mengembangkan flowchart
3.
Checklist yang
didasari pada persyaratan iso 9000:2000
4.
Mengembangkan checklist yang didasari pada dokumen atau prosedur
7.8
Evaluasi
Kerja Audit
Evaluasi dilakukan secara
periodik terhadap :
1.
Kinerja
Auditor
a.
Melakukan
pengkajian terhadap dokumen kerja dan laporan audit. Dokumen kerja
dan laporan audit dapat digunakan untuk menilai kemampuan auditor dalam
memelihara sikap yang objektif, menentukan ketidaksesuaian mengenai kinerjanya
dan perbaikanyang diperlukan.
b.
masalah
dengan auditee, beberapa auditor mungkin mempunyai masalah dengan auditee.
Apabila hal ini terjadi, auditor memerlukan pelatihan ataupun konseling.
2.
Evaluasi
Program Audit
a.
Pengembalian Modal.
Hasil yang nyata dapat diukur dengan adanya penurunan
biaya karena adanya tindakan perbaikan terhadap temuan audit
b.
Kecenderungan Operasional.
Dari hasil audit dapat dihitung persentase ketidaksesuaian terhadap
elemen system prosedur, jika ada kecenderungan menaik, maka diperlukan
perbaikan sistem operasi.
3.
Evaluasi
Prosedur Audit
Dilakukan
dengan memeriksa dokumentasi dan melihat kesesuaiannya pada pelaksanaan
dilapangan.
7.9
Proses
Sertifikasi
Sertifikasi merupakan
bentuk pengakuan dari pihak yang independen terhadap suatu perusahaan yang sudah
menerapkan sistem manajemen mutu yang dipersyaratkan. Pihak yang memberikan
sertifikasi ini adalah badan sertifikasi yang telah mendapatkan akreditasi bahwa
ia layak memberikan sertifikat. Oleh karena banyaknya badan
sertifikasi terhadapsistemnya, perusahaan perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a.
Pengalaman
badan sertifikasi yang bersangkutan. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan dan pengetahuan badan sertifikasi tersebut, apakah ia pernah
mengaudit perushaan sejenis? Selain itu, perlu juga mempelajari asesornya.
b.
Pangsa
pasar. Pilihan badan sertifikasi yang mempunyai kredibilitas dan pengakuan
yang luas, baik nasional maupun internasional.
c.
Bentuk prosedur dan proses yang dianut lembaga sertifikasi yang bersangkutan
d.
Biaya. Setiap badan sertifikasi memiliki biaya yang beragam. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perbandingan biaya dengan badan sertifikasilainnya.

Goetsch DL, dan SB Davis, 1997. Introduction to Total quality: Quality
Management for Production, Processing, and Services. Second Edition, Prentice-Hall
international
Hradesky, John L., 1995, Quality
Management Handbook, New York: McGraw-Hill.
Juran, Joseph. 1974, Quality
Control Handbook, 3rd Edition, New York: McGraw-Hill.
Baldrige National Quality Program.
2005. Criteria for Performance Escellence,
National Institute of Standards and Technology, USA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar