TUGAS
AKHIR
SILABUS
STUDI PEMASARAN JASA
oleh :
JANUARI
CHRISTI
BAMBANG
RAHINO
F
A R I D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2013
SILABUS STUDI
PEMASARAN JASA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
PERTEMUAN
|
POKOK BAHASAN
|
SUB POKOK BAHASAN
|
1,2
|
BAB I : KONSEP PEMASARAN
|
- Pengertian
Pemasaran
- Pengertian
Konsep Pemasaran
- Unsur Unsur Konsep Pemasaran
- Konsep Dalam Pemasaran
- Tujuan Pemasaran
- Kelebihan dan Kekurangan
Konsep Pemasaran
- Fondasi Dalam pemasaran
|
3
|
BABII: PERILAKU
KONSUMEN
|
- Perilku
Konsumen
- Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen
- Metode–Metode Penelitian Perilaku Konsumen
- Teori Perilaku Konsumen
|
4
|
BAB III: PRODUK JASA
|
- Pengertian Jasa
- Karaktenstik Jasa
- Macam-macam
jasa
- Tugas
kelompok
|
5
|
BAB IV: SISTEM
PENYAMPAIN JASA
|
- Sistem
Penyampaian Jasa
- Desain Sistem Penyampain Jasa
(SERVICE DELIVERY)
- Unsur- unsur Desain Jasa
- Tipe Operasi jasa
- Pendekatan Desain Sistem Jasa
- Tata Letak Fasilitas Jasa
|
6
|
BAB V : PENETAPAN
HARGA JASA
|
- Penetapan
Harga
- Konsep
Harga
- Dimensi
Strategis Harga
- Peranan
Harga
- Isu-Isu
Sentral Dalam Penetapan Harga Jasa
- Strategi
Pemasaran Dan Tujuan Penetapan Harga Jasa
- Strategi
Penetapan Harga Jasa
|
UJIAN
|
TENGAH
|
SEMESTER
|
7,8,9
|
BAB VI : PROMOSI
DAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERINTEGRASI
|
- Promosi Dihubungkan
pada Pasar Sasaran
- Metode-metode
Pemasaran Umum
- Seseorang Harus
Merencanakan, Mengintegrasikan dan Mengatur Kombinasi Promosi
- Metode Yang Akan
Dipergunakan Tergantung pada Tujuan Promosi
- Promosi Memerlukan
Komunikasi Efektif
- Bagaimana
Perencanaan Promosi Tertentu Dikombinasikan dan Diintegrasikan
- Proses Adopsi dapat
Mengarahkan Perencanaan Promosi
- Pengaturan Anggaran
Promosi
|
10,11
|
BAB VII : KUALITAS
LAYANAN JASA DAN KEPUASAN PELANGGAN
|
- Kualitas
layanan jasa
- Nilai
Kepuasan Pelanggan
- Definisi Kepuasan Pelanggan
- Membangun Kepuasa Pelanggan Melalui Kualitas
Layanan Dan Nialai Kepuasan Pelanggan
|
12,13
|
BAB VIII : STRATEGI SDM DALAM PEMASARAN
JASA
|
- Peran
Penting sumber Daya Manusia dalam Perusahaan
- Pengelolaan SDM Perusahaan Jasa
- Membangun Customer
Service
- Proses manajemen SDM Dalam Operasi Jasa
- Contoh Kasus : Praktik Strategi SDM Jasa Dan
Customer service
- Bagaimana Menangani Keluhan Konsumen
|
14
|
BAB IX : PEMASARAN
JASA INTERNASIONAL
|
- Pemasaran
jasa internasional
- Faktor Pemicu Internasionalisasi Jasa
- Tantangan Pemasaran Jasa Internasional
- Mode Of Entry Jasa Internasional
- Pemasaran Jasa Internasional Dalam Marketspace
|
15
|
TUGAS
KELOMPOK DAN INDIVIDU
|
- TUGAS KELOMPOK
- TUGAS INDIVIDU
|
UJIAN
|
AKHIR
|
SEMESTER
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA :
|
SELALU
BERSEMANGAT DEMI KEMAJUAN DIRI SENDIRI, KELUARGA, DAN NEGARA
BAB
I
KONSEP
PEMASARAN
1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan
bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan
mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai
pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Pemasaran adalah kegiatan pemasar untuk
menjalankan bisnis guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa,
menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses
pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya
adalah :
1. Philip
Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
2.
Menurut
Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan
managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan
nilai dengan orang lain.
3. Pemasaran
adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang
yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan
perusahaan.
4. Menurut
W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun
pembeli potensial.
1.2 Pengertian Konsep Pemasaran
1. Menurut
Swastha Konsep pemasaran adalah sebuah
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
2. Menurut
Kotler Konsep Pemasaran adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing
dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran.
1.3 Unsur Unsur Konsep Pemasaran
Ada tiga unsur pokok konsep pemasaran (Swastha dan
Handoko, 2007)
1.
Orientasi pada konsumen.
Perusahaan yang benar-benar ingin memperlihatkan
konsumen harus :
a. Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari
pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
b. Menentukan
kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.
c. Menentukan produk dan program pemasarannya.
d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur,
menilai dan menafsirkan keinginan, sikap dan perilaku mereka.Menentukan dan
melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang
tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.
2.
Penyusunan
kegiatan secara integral (integral marketing).
Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa
setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu
jasa yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan
perusahaan dapat terealisasi.
3. Kepuasan
konsumen (customer satisfaction)
Faktor yang menentukan apakah perusahaan dalam jangka
panjang akan mendapatkan laba adalah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang
dapat dipenuhi. Ini tidak berarti bahwa perusahaan harus memaksimalkan kepuasan
konsumen, tetapi perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara memberikan
kepuasan kepada konsumen.
1.4 Konsep Dalam Pemasaran
Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang
merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu : konsep
produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran
sosial, dan konsep pemasaran global.
1.
Konsep produksi
Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang
tersedia dimana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi
dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan
distribusi yang luas.
2.
Konsep produk
Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan
mutu, performansi dan ciri-ciri yang terbaik
3. Konsep penjualan
Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan begitu
saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta
memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan para pesaing.
5. Konsep pemasaran sosial
Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah
menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan
kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripada
para pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen
dan masyarakat.
6. Konsep Pemasaran
Global
Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya memahami
semua faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran melalui manajemen
strategis yang mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi keinginan
dan memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
1.5 Tujuan
Pemasaran
Tujuan pemasaran atau marketing objective, adalah apa
yang akan dicapai oleh perusahaan melalui bagian pemasaran. Apabila kepuasan
konsumen tersebut terpenuhi, maka hasil penjualan produknya akan meningkat, dan
akhirnya tujuan pemasaran dapat tercapai, yaitu perolehan laba. Sebaliknya,
apabila perusahaan melalaikan kebutuhan konsumen dan hanya berfikir dari sudut
pandang produsen saja, kemungkinan hasil penjualan produknya akan menurun,
sehingga laba yang diperoleh minim, bahkan dapat terjadi adanya kerugian.
Kepuasan konsumen adalah segalanya bagi perusahaan yang berorientasi kepada pemasaran/marketing.
1.6 Kelebihan dan Kekurangan
Konsep Pemasaran
1.
Kelebihan Konsep Pemasaran
Dengan menerapkan konsep Pemasaran, kita meberikan apa
yang dibutuhkan masyarakat dan meyakinkan bahwa masyarakat akan puas terhadap
apa yang diberikan kita dengan konsep seperti ini pelanggan akan kembali untuk
membeli kepada kita. atau kata lainnya “Berlangganan”. Sangat mudah dalam
memikat hati pelanggan, karena dengan konsep Pemasaran kita menyediakan apa
yang dibutuhkan pelanggan. Tidak hanya asal menawarkan saja tetapi juga
mengambil hati pelanggan. Pemasaran yang terkoordinir, maksudnya kita tidak
akan memiliki stok berlebih lagi, karena kita meyediakan sesuatu yang
dibutuhkan oleh pelanggan. Dalam hal modal, tidak diperlukan modal yang besar
seperti pada konsep penjualan, karena kita sudah memiliki pasar sasaran
(target) kita. dengan target yang sudah ada, kita tinggal menyediakan apa yang
dibutuhkan oleh pelanggan dan memuaskan hati pelanggan. Image di
mata masyarakat akan berbeda dibandingkan menggunakan konsep penjualan, karena
dengan konsep pemasaran ini pelanggan tidak akan merasa dibohongi, ataupun
ditipu oleh kita karena kita memberikan kepuasan pada pelanggan.
2. Kelemahan Konsep Pemasaran
Penyebarannya sangat minim, karena dengan konsep ini
kita tidak melakukan promosi, jadi kita hanya dikenal di daerah tertentu saja,
dan sulit untuk mengembangkannya untuk ke kawasan yang lebih luas. Persaingan
kuat, dalam satu Pasar sasaran bisa banyak penganut konsep pemasaran ini, dan
mereka akan berlomba-lomba untuk menyediakan kebutuhan pelanggan. Susah untuk
ber Inovasi, karena kita hanya menyediakan apa yang diperlukan oleh pelanggan
saja, dan kita tidak bisa seenak kita mengeluarkan produk kita sendiri yang
nantinya tidak ada kepastian bahwa produk yang kita munculkan pasti laku di
Pasar Sasaran.
Perlu banyak relasi / koneksi dengan badan-badan
tertentu atau masyarakat sekitar Pasar Sasaran, karena dengan banyaknya koneksi
dan relasi kita dapat dengan mudah mengambil hati pelanggan dan memeperkecil
kemungkinan pelanggan beralih dari kita.
1.7
Fondasi Dalam pemasaran
Dalam keberadaannya konsep
pemasaran berdiri tegak ditopang tiga fondasi antara lain sebagai berikut :
1. Fondasi pertama, pilihan kebutuhan dan keinginan pasar
yang hendak dipenuhi
2. Fondasi kedua, komitmen kuat semua komponen perusahaan
terhadap kepuasan secara sinergis
3. Fondasi terakhir tidak lain kemampuan perusahaan untuk
memberikan kepuasan dan mendapatkan keunggulan bersaing.
Alasan Perusahaan Menggunakan Konsep Pemasaran
a. Pertumbuhan
lamban
b. Penurunan penjualan
c. Pola beli yang
berubah-ubah
d. Meningkatkan persaingan
e. Meningkatnya
pengeluaran untuk pemasaran
f. Perubahan
situasi ekonomi dan lingkungan lainnya
Kesimpulan
ketaranga barusan ialah: perusahan yang menjalankan aktivitasnya yang bergerak dibidang barang maupun
jasa semua bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan.Tolak ukur
keberhasilan perusahan adalah terhadap kepuasaan para konsumen atas barang dan
jasa yang di hasilkan yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang
dapat memberikan pengaruh untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam
memasarkan produknya.
BAB II
PERILAKU
KONSUMEN
2.1
Perilku Konsumen
Menurut John
C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi
tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi berbagai produk,jasa dan pengalaman serta
ide-ide.
Menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel menyatakan bahwa
perilaku konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan untuk
membeli, menggunakan serta mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli,
juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan
penggunaan produk.(Rangkuti,2002:91)
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard, menyatakan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Perilaku konsumen dapat disarikan dari semua definisi
diatas sebagai studi tentang proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam
memilih, membeli,memakai serta memanfaatkan produk,jasa,gagasan, atau
pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat konsumen.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi perilaku
konsumen, yaitu :
1. Konsumen
adalah raja
Ia memiliki kemampuan penuh untuk menyaring semua
upaya untuk mempengaruhi, dengan hasil bahwa semua yang dilakukan oleh
perusahaan harus disesuaikan dengan motivasi dan perilaku konsumen.
2. Motivasi
dan perilaku konsumen dapat dipahami melalui penelitian
Hal-hal yang berkaitan dengan motivasi dan perilaku
dapat diketahui melalui penelitian, sehingga penelitian ini dipakai sebagai
acuan dalam membuat program pemasaran, perencanaan periklanan, perencanaan
promosi sehingga hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang dapat
diprediksi.
Perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu
pemasaran sangat berguna karena salah satu alasan mengenai pentingnya pemasaran
adalah perusahaan tidak hanya memproduksi produk lalu menjualnya untuk
mendapatkan laba yang besar, tetapi perusahaan juga ingin agar konsumen menjadi
loyal kepada perusahaan.
Dalam mewujudkan tujuan pemasaran dalam
meningkatkan loyalitas pelanggan atau konsumen terhadap barang atau jasa yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka kita perlu memahami perilaku
konsumen.
“Pemasaran
adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.”
Perilaku konsumen sangatlah berkaitan dengan
pemasaran. Kaitan antara perilaku konsumen dengan pemasaran adalah perilaku
konsumen sangat mempengaruhi kelancaran proses pemasaran. Pemasar harus bisa
memahami perilaku atau sikap dari masing-masing individu yang menjadi
sasarannya dalam memasarkan produk dan jasa.
Perilaku setiap individu berbeda-beda.
Perbedaan itu juga terdapat ketika mereka mengkonsumsi barang dan jasa.
Konsumen dengan pendapatan yang tinggi dan kelas sosial atas, pasti
mengkonsumsi barang yang berbeda dengan konsumen dengan pendapatan rendah dan
kelas sosial bawah. Dalam hal ini, pemasar harus menerapkan strategi pemasaran yang berbeda
antara konsumen kelas sosial atas dengan konsumen kelas sosial bawah.
Dengan menerapkan strategi yang berbeda, maka
pemasar dapat memasarkan barang dan jasanya kepada kedua jenis konsumen
tersebut dan apabila didukung oleh produk dan pelayanan yang memuaskan
konsumen, maka konsumen akan menjadi loyal terhadap produk dan jasa tersebut.
Apabila konsumen bersikap loyal terhadap suatu produk dan jasa, maka pemasaran
dari suatu produk maupun jasa akan menjadi lancar dan hal tersebut akan
meningkatkan profit atau laba dari perusahaan tersebut.
Semakin loyal seorang konsumen terhadap suatu
barang dan jasa, maka produksi suatu barang dan jasa dalam perusahaan akan
meningkat karena permintaan terhadap barang dan jasa meningkat. Dengan naiknya
permintaan, maka produsen atau pemasar dapat meningkatkan produktivitas barang
dan jasa dan akan meningkatkan pemasukan perusahaan.
”Studi
perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran yang terpisah dimulai ketika
para pemasar menyadari bahwa para konsumen tidak selalu bertindak atau memberikan
reaksi seperti yang dikemukakan oleh teori pemasaran.” Maksud dari hal ini
adalah konsumen terkadang lebih menyukai produk yang mencerminkan diri mereka
berbeda dengan yang lainnya, dan menyukai produk yang mencerminkan kepribadian
dan gaya hidup mereka sendiri.
Dalam hal ini, pemasar harus memperhatikan
sifat-sifat masing-masing individu dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Pemasar
harus mengetahui karakteristik dan gaya hidup para konsumennya. Misalnya, toko
Anellia yang merupakan toko ritel yang menjual pakaian mempunyai dua pelanggan
setia, yang bernama Mikayla dan Stefita. Kedua-duanya merupakan pelanggan setia
yang loyal untuk berbelanja di toko Anellia, namun selera mereka dalam
mengkonsumsi barang di toko Anellia sangat berbeda. Mikayla menyukai pakaian
model tank top karena ia merasa dirinya cocok dengan model pakaian seperti tank
top, sedangkan Stefita menyukai pakaian model baby doll karena ia menyukai
model baby doll yang menurutnya membuat dirinya semakin cantik dengan model
itu.
Kedua wanita itu sama-sama senang berbelanja
di toko Anellia, tetapi mereka mengkonsumsi barang yang berbeda dari toko
Anellia. Hal itulah yang harus diperhatikan oleh pemilik toko Anellia dalam
memberikan pelayanan kepada kedua konsumennya. Kepada Mikayla, pemilik toko
harus menawarkan pakaian-pakaian model tank top setiap kali Mikayla berbelanja
di toko Anellia, dan setia memberikan informasi mengenai pakaian model tank top
terbaru yang dijual di toko Anellia. Sedangkan kepada Stefita, pemilik toko
Anellia harus menawarkan pakaian model baby doll, dan juga memberikan informasi
mengenai pakaian model baby doll terbaru yang dijual di toko Anellia.
Dalam
hal ini, pemilik toko Anellia sebaiknya jangan memprioritaskan penawaran
pakaian model tank top kepada Mikayla atau menawarkan pakaian model baby doll
kepada Stefita mengingat toko sebaiknya mengikuti pola kebiasaan berbelanja dan
gaya hidup dari kedua konsumen yang berbeda seperti Mikayla dan Stefita.
Pemasar harus berpegang pada konsep
pemasaran, yang menentukan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang
lebih baik daripada yang diberikan oleh pesaing. Untuk membuat konsumen menjadi
loyal kepada produk yang dihasilkan, pihak pemasar harus mengetahui
masing-masing kebutuhan tiap-tiap konsumen dan memberikan pelayanan yang baik
kepada konsumen.
Perlu kita ketahui bahwa kelas sosial juga
berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Seperti yang dikatakan bahwa perusahaan
harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pasar tertentu, hal
itu berarti perusahaan harus memasarkan produknya sesuai dengan kebutuhan
konsumen di tiap segmentasi pasar yang berbeda. Kebutuhan konsumen di daerah
Pondok Indah pastilah berbeda dengan kebutuhan konsumen di daerah Melati Mas.
Konsumen di daerah Pondok Indah mungkin lebih menyukai barang yang mewah dan
asli dengan kualitas terbaik daripada konsumen di daerah Melati Mas yang
mungkin tidak perlu mengkonsumsi barang yang terlalu mewah daripada konsumen di
daerah Pondok Indah yang merupakan kawasan perumahan elit.
Hal itu merupakan bukti bahwa kelas sosial
sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang dan
jasa. Perusahaan juga harus memberikan kepuasan kepada pelanggan, baik dari
segi produk maupun pelayanan. Hal tersebut dapat meningkatkan loyalitas
pelanggan kepada perusahaan.
Dalam mempelajari perilaku konsumen,
perusahaan harus juga memperhatikan kualitas barang dan jasanya. ”Karena
kualitas mengakibatkan terjadinya banyak hal baik lainnya, maka kualitas
merupakan awal yang baik.” Kualitas sangat penting karena kualitas barang dan
jasa yang baik sangat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang
dan jasa, karena konsumen pasti mengutamakan barang dan jasa yang berkualitas
tinggi pada saat melakukan pembelian.
Konsumen dalam membeli suatu produk pastilah
membeli produk yang memiliki kualitas terbaik dan nomor satu. Perusahaan harus
menciptakan produk sebaik mungkin agar menarik perhatian konsumen dan tidak
menimbulkan kekecewaan konsumen. Jika perlu, sebaiknya perusahaan menciptakan
produk yang zero defect, yaitu tidak ada kecacatan sama sekali. Hal itu akan
menimbulkan kepercayaan bagi konsumen bahwa produk yang dihasilkan oleh
perusahaan itu memang merupakan produk yang terbaik dan dengan keyakinan akan
produk tersebut, maka konsumen akan menjadi loyal terhadap produk tersebut.
Ada banyak cara untuk memasarkan produk dan
jasa. Namun perlu diingat, bahwa dalam memasarkan produk dan jasa perlu
diperhatikan sifat dan kepribadian konsumen yang merupakan sasaran pemasar
dalam memasarkan produk dan jasanya. Contohnya, untuk konsumen tingkat bawah
biasanya mereka lebih senang berbelanja di pasar tradisional, sedangkan untuk
konsumen tingkat atas biasanya mereka lebih senang berbelanja di supermarket
atau bahkan berbelanja melalui katalog dan internet.
”Internet adalah sebuah perkembangan
revolusioner untuk mengelola operasi perusahaan.” Internet juga dapat digunakan
untuk memasarkan suatu produk bagi konsumen kelas menengah dan kelas atas atau
kelompok highly adopters of technology.
Internet
dapat menyajikan barang-barang secara lengkap dan jelas serta juga langsung
mencantumkan harganya sehingga konsumen dapat langsung mengambil keputusan
untuk membeli produk yang ditampikan di internet.
Internet
memang ditujukan untuk konsumen kelas menengah dan kelas atas yang dianggap
lebih mampu dalam melakukan pembelian dengan harga yang relatif lebih mahal,
karena biasanya barang-barang yang diperlihatkan di internet merupakan
barang-barang kelas atas dengan harga yang mahal dan biasanya pembeliannya
jarang dilakukan secara tunai, melainkan dengan menggunakan kartu kredit atau
transfer payment melalui e-channels.Konsumen yang memiliki kartu kredit
biasanya adalah konsumen kelas atas dan kelas menengah.
Sikap konsumen dalam mengkonsumsi barang dan
jasa juga termasuk dalam hal yang harus diperhatikan menyangkut dengan perilaku
konsumen. Produsen dapat membuat konsumen senantiasa mengingat produknya dengan
cara mengiklankan produknya secara terus menerus, sehingga produk tersebut akan
selalu diingat oleh konsumen ketika konsumen tersebut ingin melakukan suatu
pembelian.
Pengulangan yang terus menerus dapat
menimbulkan ingatan dalam benak konsumen. Namun perlu diperhatikan juga apabila
pengulangan yang terus menerus dilakukan, hal itu dapat menimbulkan kebosanan
konsumen, karena itu penting juga untuk melakukan variasi dalam suatu iklan
agar produk tersebut tetap melekat dalam benak konsumen tanpa menimbulkan
kebosan
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen
Ada dua dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
consume, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan psokologis. Kekuatan sosial
budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan (small
reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan pisokologis terdieri dari pengalaman
belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, gambaran diri.
1. Kekuatan Sosial
Budaya
a. Faktor budaya
Budaya dafat di deviniskan sebagai hasil kreativiras
manusia dari satu generasi ke generasi lainnya yang sangat menentukan bentuk perilaku
dalam kehidupan sebgai anggota masyarakat.
Implikasi umum dari perubahan budaya untuk ahli
permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Pisikologis untuk cenderung bebas dari
ketidak amanan ekonomis. Konsumen menunjukan :
a. Kecenderungan kearah meningkatkan
kekuatan fisik
b. Kecenderungan kearah personalisasi
2. Kecenderungan pada paham antifungisonal
a. Kecenderungan kearah aliran
romantis baru
b. Kecenderungan ke arah suatu yang
baru dan suatu perubahan
3. Kecenderungan rekasi melawan komplekasi
Konsumen menunjukan :
a. Kecenderungan ke arah hidup sederhana
b. Kecenderungan
kembali kepada alam
b. Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial didefiniskan sebagai suatu kelompok yang
terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam
masyarakat.
c. Faktor kelompok anutan
(small refrence group)
Didefinisikan sebagai sutau kelompok orag yang
mempengaruhi sikap, pendafat, norma dan perilaku kinsmen. Kelompok ini
merupakan kumpulan keluarga, kelompok atau organisasi tersebut.
d. Faktor keluarga
Sutau unit masyarakat kecil yang perilaku sangat
mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli.
2. Kekutan Faktor
Pisikologis
a. Faktor pengalaman kerja
Belajar adalah satu perubahan perilaku akibat
penalaman sebelumnya.
Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat
dipengaruhi oleh pengalam belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan
menentukan tindakan keputisan membeli.
b. Faktor Kepribadian
Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor
internal dirinya. Pelayanan yang di tampilkan pramuniaga toko sangat pila
dipengaruhinya.
c. Faktor sikaf dan keyakinan
Sikaf dan keyakinan sangat berpengruh dalam
menenentukan siatu produk, merk dan pelayanan. Keyakinan komsumen terhadap sutu
merk dapat di ubah mealaui kominikasi persuasife.
d. Konsep diri atau self concept
Perlu menciptakan sesuatu yang sesuai dengan yang di
harapkan oleh konsumen.
2.3 Metode–Metode
Penelitian Perilaku Konsumen
1. Macam-macam
penelitian konsumen
Ada dua macam penelitian konsumen, yaitu penelitian
yang bersifat eksplorasi dan penelitian tentang kesimpulan konsumen
Ada dua pendekatan penelitian, yaitu pendekatan
penelitian cross-soctional dan longitudinal.
a. Pendekatan penelitian cross-sectional
Pendekatan ini di maksud untuk meneliti aspek-aspek
perilaku konsumen yang menggunakan waktu secara relative singkat misalnya
meneliti perubahan perilaku konsumen pada watu tertentu mempelajari nilai dan
sikap kosumen terhadaf suatu produk dalm momen waktu tertentu.
b. Pendektan penelitian logitudinal
Pendekatan ini dimaksud untuk meneliti-aspek perilaku
konsumen yang terjadi dalam beberapa periode waktu tertentu,
Misalnya : mengadakan penelitian mengenai pendekatan
masyarakat tentang suatu produk dapat bertahan selama beberapa waktu.
Pendekatan penelitian longitudinal dilakukan pada
periode waktu yang relative lama, sedangkan pendekatan penelitian
cross-sctional menggnakan waktu yang relative singkat atau sesaata.
Penelitian ekplorasi
Metode yang digunakan dalam penelitian ekplorasi
konsumen adalah metode mempengaruhi dan metode memfokuskan kelompok.
1. Metode mempengaruhi
konsumen
Melalui pemberian sugerti kepada konsumen secara
sepontan
2. Metode memusatkan
atau mempokuskan kelompok konsumen. Kelompok konsumen tersebut mengasosiasi
kanya secara bebas terhadap masalah-masalah yang ada dalam pasal.
b. Pendekatan penelitian
konsumen
Penelitian eksplorasi tidak di rencanakan untuk menyimpulkan
jawaban dalam meneliti pertanyaan yang diberikan konsumen. Oleh karena itu,
peneliti megenai kesimpulan konsumen terhadap sutu produk, mereka dan pelayanan
itu penting peneliti kesimpulan konsumen dapat juga digunakan menentukan apa
yang mempengaruhi konsumen
2. Pendekatan penelitian
konsumen
Ada dua pendekatan penelitian, yaitu pendekatan
penelitian cross-soctional dan longitudinal.
a. Pendekatan penelitian cross-sectional
Pendekatan ini di maksud untuk meneliti aspek-aspek
perilaku konsumen yang menggunakan waktu secara relative singkat misalnya
meneliti perubahan perilaku konsumen pada watu tertentu mempelajari nilai dan
sikap kosumen terhadaf suatu produk dalm momen waktu tertentu.
b. Pendektan penelitian logitudinal
Pendekatan ini dimaksud untuk meneliti-aspek perilaku
konsumen yang terjadi dalam beberapa periode waktu tertentu,
Misalnya : mengadakan penelitian mengenai pendekatan
masyarakat tentang suatu produk dapat bertahan selama beberapa waktu.
Pendekatan penelitian longitudinal dilakukan pada
periode waktu yang relative lama, sedangkan pendekatan penelitian
cross-sctional menggnakan waktu yang relative singkat atau sesaat.
3. Metode-metode
penhumpulan informasi konsumen
Ada tiga metode pengumpulan informasi kosumen, yaitu
metode observasi, ekspresimen dan survai.
a. Metode
observasi
Salah satu mempelajair konsumen adalah dengan cara
mengobservasi perilakunya yang tampak, misalnya mengamati kebiasaan konsumen
member produk merk tertentu, sikap dan penilaiyan konsumen terhadap suatu
produk atau merk, jenis-jenis yang paling disukai oleh konsumen .
b. Metode
ekspesimen metode ini
merupakan metode pengumpulan dengan cara mengadakan ekspresimen atau percobaan
terhadap situasi.
Misalnya: mengukur pengaruh situasi khusus terhadap
sikap dan prilaku membeli.
Metode ekspresimen terdiri dari eksperimen
laboratorium, dan eksperimen lapangan.
1. Eksperimen Laboratorium
Percobaan yang dilakukan dilaboratorium adalah untuk
mengontrol variabel-variabel dari luar.
Misanya : mengadakan percobaan terhadap kesukaan
konsumen.
2. Eksperimen Lapangan
Perconaan ini dilakukan untuk mengetahui respon
konsumen terhadap sutu produk, merek baru yang di perkenalkan atau dipasarkan.
Dapat juga untuk mengetahui pengaruh harga, iklan terhadap pemasaran produk,
atau merek baru.
c. Metode
Survai
Metode pengumpukan data atau informasi konsumen
melakukan partisipsi secara aktif.
Ada tiga teknik dalam metode survai, yaitu wawancara
pribadi (personal interview), survai melalui telepon (teleponsuveys), dan
survai melalui surat (mail surveys)
1. Wawcara pribadi
Teknik pengumpulan informasi yang di lakikan dengan
infrmasi secara langsung berhadap-hadapan antara pewawancara (interviewer)
dengan konsumen.
2. Survei melalui telepon
Teknik pengumpulan informasi konsumen melalui
telepon dimaksud untuk mengetahui pendapat konsumen terhadap penggunaan barang
yang telah di belinya.
3. Survai melalui surat
Teknik pengumpulan melalui surat dimaksud untuk
menyebar luaskan kuisioner kapada konsumen melalui metode pos.
Tujuan survei melalui surat antara lain adalah untuk
medapat informasi mengenai tanggapan dan perilain konsumen terhadap suatu
produk.
3.4 Teori
Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua
macam pendekatan : pendekatan nilai guna (utiliti) dan pendekatan nilai guna
ordinal.
Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat
atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantintatif. Berdasarkan kepada pemisalan ini, dan dengan anggapan bahwa
konsumen akan memaksimalkan kepuasan yang dapat dicapainya, diterangkan
bagaimana seseorang akan menentukan kosumennya keatas berbagai jenis barang
yang terdapat dipasar. Dalam pendekatan nilai guna ordinal,manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh dari masyarakat yang dikonsumsi barang-barang tidak
dikuantifikasi.
Tingkah laku seorang konsumen untuk memiliki
barang-barang yang akan memaksimalkan kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva
kepuasan sama, yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan
memberikan nilai guna (kepuasan yang sama).
BAB
III
PRODUK
JASA
3.1 Pengertian
Jasa
Menurut Lupiyoadi (2001:5)pengertian
jasa adalah: “A service is an activity or
series of activities of more or less intangible nature that normally, hut not
necessarile, take place in interactions between the customer and service
employees and/or physical resources or good ard/or system of the service
provider, which are provided as solutions to customer problems.”(Gronroos, 1 990)
Tidak jauh berbeda dengan definisi diatas, Kotler(1991: 260)mendefinisikan
jasa sebagai: “Setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan suatu pihak kepada
yang lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun.”
Menurut Kotler (2000:428) “Jasa ialah setiap
tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain
yang secara prinsip tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan
apapun. Produksinya bisa dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk.”
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati
(2005:28) ”Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output
selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat
bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud
(intangible) bagi pembeli pertamanya.”
Sementara itu, produksi jasa mungkin
berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Jadi pada dasarnya jasa merupakan
semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik
atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang
dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan,
kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.
3.2 Karaktenstik Jasa
Berdasarkan pengertian jasa di atas, Tjiptono
(2004:18) mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli
pertamanya.
1.
Intangibility (tidak berwujud) Jasa
bebeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda; maka
jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
(performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa,
dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para
pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena
terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi
pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana
yang akan diteriman konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan
dikonsumsi.
2.
Inseparability (tidak dapat
dipisahkan) Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3.
Variability / Heterogeneity
(berubah-ubah) Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output,
artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa,
kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan
unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa
diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya.
4.
Perishability (tidak tahan lama)
Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong,
kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak
dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.
5.
Lack of Ownership Lack of ownership
merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen
memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka
bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian
jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk
jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbagan san
pendidikan).
Beberapa karakteristik utama dari
jasa, menurut Kotler(1 993:230), adalah sebagai berikut:
1. Intangibility
(Tidak berwujud)
Jasa
mempunyai sifat tidak berwujud karma tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima
indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum
terjadi proses transaksi pembelian.
2. Inseparability
(Tidak dapat dipisahkan)
Jasa
tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun
mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang
berwujud tetap ada.
3. Variability
(Berubah-ubah)
Jasa
dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan,
kapan, dan dimana disajikan.
4. Perishability
(Daya tahan)
Jasa
tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya than yang lama karena sifatnya
tergantung dari fluktuasi pennintaan.
3.3 Macam-macam jasa
Menurut
Converse (1992:233), macam-macam jasa seperti yang telah disebutkan diatas,
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
I. Personalized services
Personal
services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan
perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, laundry, foto.
Sementara itu, yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa antara lain
adalah, lokasi yang baik, menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik, serta
nama baik yang bersangkutan. Dalam marketing personal services diusahakan
supaya timbul semacam patronage motive yaitu keinginan untuk menjadi langganan
tetap. Contohnya patronage ini bisa timbul di dalam usaha laundries, karena
kebersihan, layanan yang ramah tamah serta baik, dan sebagainya.
2. Financial
services
Financial
services terdiri dari:
a)
Banking services (Bank).
b)
Insurance services (Asuransi).
c)
Investment securities (Lembaga penanaman modal).
d) Public
utility and Transportation services.
Perusahaan
public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan listrik,
air minum. Para pemakainya terdiri dari: Domestic consumer (konsumen lokal),
Commercial and office (perkantoran dan perdagangan), Municipalities (kota
praja, pemda).
Sedangkan
dalam transportation services, meliputi: angkutan kereta api, kendaraan umum,
pesawat udara, dsb. Pelayanan disini ditujukan untuk angkutan penumpang dan
angkutan barang.
3. Entertainment
Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga, bioskop,
gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode marketing
yang dipakai adalah sistem penyaluran langsung dimana karcis dijual di
loket-loket.
4. Hotel
services
Hotel
merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Dalam hal ini hotel
perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan,
travel biro, dan sebagainya.
BAB
IV
SISTEM
PENYAMPAIN JASA
4.1 Sistem Penyampaian Jasa
Menurut Yazid (1999:16) sistem penyampaian jasa mencakup
kapan, dimana, dan bagaimana jasa disajikan pada konsumen, mencakup
elemen-elemen yang dapat dilihat dari sistem operasi (peralatan pendukung dan
personel), juga mencakup display kepada konsumen lain. Secara tradisional,
interaksi antara personel jasa dan konsumen berlangsung secara tertutup. Tetapi
untuk kepentingan efisiensi dan kenyamanan konsumen, maka interaksi antar
konsumen dan personel mulai terbuka. Adapun sistem penyampaian jasa yang telah
diuraikan diatas, dapat disajikan dalam gambar (Gambar 2.1).
Gambar 2.1
Sistem Penyampaian Jasa
Sistem operasi jasa
Tidak terlihat oleh Tampak oleh konsumen
Konsumen
|
Keterangan:
Interaksi langsung
Interaksi sekunder
Sumber:
C. H. Lovelock, Service Marketing, Second Edition. Prectic Hall. 1991,14.
Setelah elemen-elemen jasa diproses dan dibuat dalam
operasi jasa, maka elemen-elemen jasa tersebut dirakit/ dibentuk dalam
penyampaian jasa menjadi elemen jasa yang utuh dan siap ditawarkan pada konsumen.
Penyampaian jasa difokuskan pada dimana, kapan, dan bagaimana elemen-elemen
jasa tersebut dalam hal ini elemen-elemen jasa yang direspon langsung oleh
konsumen, yaitu elemen-elemen bauran pemasaran jasa disampaikan pada konsumen.
Sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 di atas, selain operasi jasa
yang memproses dan membuat elemen-elemen jasa terutama fasilitas dan petugas
pelayanan (service personnel), juga kedua elemen tersebut merupakan ujung
tombak dalam penyampaian jasa untuk menawarkan jasa tersebut pada konsumen.
Lovelock & Wright (2002 ; 30 & 49) menyatakan
bahwa service as a process and system, jasa tidak dapat dilepaskan dari suatu
proses dan sistem. Jasa sebagai suatu proses mencakup empat pendekatan proses,
yaitu people processing, mental stimuli processing, possession processing, dan
information processing. Proses ini merupakan bagian dari sistem penyampaian
jasa, yaitu untuk menjawab pertanyaan “bagaimana jasa disampaikan”. Sedangkan
jasa sebagai sistem adalah merupakan urutan produk jasa yang ditawarkan kepada
konsumen yang meliputi service operation system, service delivery system, dan
service marketing system. Berdasarkan pernyataan tersebut jelas bahwa bauran
pemasaran jasa dapat dirasakan konsumen dengan melalui tahap operasi dan
penyampaian jasa. Bahkan Parasuraman dan Berry (1991) serta Gronroos (2001 ;
150-152) menyatakan bahwa permasalahan kualitas jasa yang ada pada internal
perusahaan adalah terjadinya kesenjangan antara standar kualitas yang dibuat
oleh perusahaan berdasarkan analisis kebutuhan dan keinginan konsumen pada sistem
operasi jasanya dengan penyampaian jasa (GAP 3) dan kesenjangan antara sistem
penyampaian jasa dengan komunikasi pemasaran (GAP 4). Kesenjangan-kesenjangan
tersebut terjadi karena terdapat ketidak konsistenan antara sistem operasi dan
penyampaian jasa dengan bauran pemasaran jasa yang ditawarkan pada konsumen.
Dalam sistem bisnis jasa, ketiga sistem pembentuk jasa
tersebut adalah sistem operasi jasa, sistem penyampaian jasa, dan sistem
pemasaran jasa akan overlap menjadi satu kesatuan atau terpisah tergantung dari
jenis jasanya. Untuk jenis jasa yang memiliki kontak tinggi dengan konsumen (a
high-contact service), maka ketiga sub sistem dari sistem jasa tersebut akan
bergerak overlap/ bersamaan untuk melayani konsumen.
Sedangkan untuk jenis jasa yang memiliki kontak rendah
dengan konsumen, maka ketiga sub sistem dari sistem jasa tersebut cenderung
berurutan dalam membentuk jasa, mulai dari sistem operasi jasa kemudian sistem
penyamaian jasa dan sistem pemasaran jasa. Lovelock & Wrigh (2002 ; 68)
menyatakan jasa transportasi termasuk jenis jasa yang memiliki kontak tinggi
dengan konsumen (high-contact service), sehingga untuk jasa transportasi ketiga
sub sistem dari sistem jasa tersebut bergerak secara bersamaan/ overlap untuk
menawarkan jasa pada konsumen.
Di samping itu Lovelock & Wright (2002 ; 315)
memberikan gambaran bahwa evaluasi kinerja perusahaan (performance evaluation)
baik untuk pegawai, manajer, dan konsumen yang memberikan keputusan untuk
menggunakan jasa/ produk tertentu dipengaruhi oleh proses penyampaian jasa yang
dibentuk dari hasil konsep pemasaran jasa dan konsep operasi jasa, sebagaimana
Gambar 2.6 di bawah. Pada gambar tersebut terlihat elemen-elemen dari
penyampaian jasa, yaitu sequencing of service delivery step, extent of
delegation, nature of contact between customer and provider, nature of process,
protocol for allocating limited capacity.
The Dimensions of Service Delivery Strategy are :
1.
Sequencing
of service delivery process
2.
Extent of delegation
3.
Nature of
contact between customers and provider
4.
Nature of
process
5.
Protocol for
allocationg limited capacity
4.2 Desain Sistem Penyampain Jasa (SERVICE
DELIVERY)
Proses desain atau perancanngan sistem penyampaian
jasa merupakan suatu proses kreatif yang diawali dengan menyusun tujuan jasa. Dari
tujuan itu baru diidentifikasikan dan dianalisis semua alternatif yang dapat
digunakan mewujudkannya. Kemudian dilakukan seleksi dan pemilihan alternatif
yang paling sesuai. Umumnya desain sistem penyampaian jasa mencakup aspek
lokasi fasilitas, tata letak fasilitas, desain pekerjaan, keterlibatan
pelanggan, pemilihan peralatan dan kapasitas jasa. Pada prinsipnya proses
desain jasa merupakan suatu proses yang
berlangsung terus menerus. Apabila sudah diimplementasikan, maka segala macam
modifikasi dapat saja dilakukan dalam rangka menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan perubahan yang terjadi.
4.3 Unsur-
unsur Desain Jasa
1. Kontak
pelanggan
a. seberapa sering pelanggan akanb mengalami kontak
dengan jasa perusahaan ?
b. Bagaimana
sifat kontak tersebut ?
2. Baurn
jasa (mix service)
Jenis jasa apa yang disediakan dalam segi keluasan
(width) dan panjang (length) ?
3. Lokasi
komsumsi jasa
Apakah pelanggan datang kelokasi fasilitas jasa
(seperti salon, sekolah) atau jasa perusahaa yang mendatangi pelanggan
(katering, jasa pertamanan) ?
4. Desain
fasilitas dan aksesori jasa
a. Bagaimana keadaan aspek-aspek fasilitas jasa, seperti tata letak, warna,
perabot dan sebagainya ?
b. Apa saja yang harus dilakukan berkaitan dengan karyawan (seragamnya),
kendaraan (warna dan logo), dan komunikasi nonpersonal (kop surat, brosur, dan
sebagainya) ?
5. Teknologi
Bagaimana keseimbangan antara teknologi dan sumberdaya
manusia dalam pelaksanaan pekerjaan karyawan dan pemanfaatan jasa oleh
pelanggan ?
6. Karyawan
a. Berapa
jumlah karyawan yang dibutuhkan ?
b. Berapa rasio
antara karyawan tetap dan paruh waktu ?
c. Berapa rasio
antara karyawan backoffice dan frontoffice?
d. Berapa jumlah penyedia yang dibutuhkan untuk mengawasi
para karyawan front office ?
e Keterampilan
apa saja yang dibutuhkan dan bagaimana cara memperolehnya ?
f. Seberapa
jauh para karyawan perlu bersikap fleksibel ?
7. Struktur
organisasi
a. Berapa lapis/jenjang manajemen yang dibutuhkan ?
b. Bagaimana mengorganisasikan fungsi-fungsi keuangan,
operasi, sumberdaya manusia, dan pemasaran ?
8. Informasi
9. Manajemen
permintaan dan penawaran
10. Prosedur
11. Pengendalian
4.4 Tipe
Operasi jasa
Dalam sistem jasa tedapat empat tipe operasi yang
banyak dijumpai, yaitu :
1.
Proyek.
Dalam tipe ini, ada sejumlah aktifitas yang saling
terkait dan didefinisikan dengan jelas, serta diselesaikan dalam tahap-tahap
tertentu. Umumnya aktifitas-aktifitas tersebut dikerjakan dalam jangka waktu
relatif lama dan volumenya kecil/sedikit. Apabila semua aktifitas tersebut telah selesai, maka dengan
sendirinya proyek yang bersangkutan juga rampung. Beberapa jasa profesional
yang menangani banyak proyek lain arsitek, konsultan, pengacara, akuntan,
dokter
2 . Batch
Dalam proses job shop, jasa disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu faktor terpenting dalam
tipe ini adalah kemampuan untuk melaksanakan berbagai kombinasi dan
tahapan/rangkaian aktifitas yang berbeda bagi setiap konsumen. Dengan kata
lain, fleksibilitas merupakan faktor yang dominan. Contohnya jasa katering,
perawatan medis dan bengkel.
3. Lini
(flow shop)
Tipe ini berhubungan dengan penyampaian jasa yang
telah distabdarisasi, sehingga rangkaian operasi yang dilakukan relatif sama
(seperti aliran perakitan/assembling). Aliran proses yang dilakukan mirip
dengan suatu garis, karena itu sering disebut tipe lini/garis. Contoh jasa yang
termasuk dalam kategori ini antara lain pencucian sepeda motor dan mobil,
registrasi atau pendaftaran ulang diberbagai perguruan tinggi, pemeriksaan
kesehatan, dan perpanjangan stnk/sim.
4. Proses
berkesinambungan (ongoing process).
Kepolisian dan Barisan Pencegah Kebakaan merupakan
contoh jasa yang termasuk dalam tipe proses berkesinambungan (beroperasi 24
jam). Selain menyediakan jasa seperti mencegah dan menangani kriminalitas serta
bahaya kebakaran, kedua contoh tersebut juga memberikan suatu jasa melalui
keberadaannya (availability). Kebanyakan orang akan merasa lebih aman apabila
mereka yakin bahwa polisi dan petugas pemadam kebakaran segera akan datang
manakala dibutuhkan bantuannya.
4.5 Pendekatan
Desain Sistem Jasa
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam
rangka mendesain suatu sistem jasa :
1.
Jasa
personal
Pendekatan ini didasari keyakinan bahwa jasa merupakan
sesuatu yang sifatnya personal, artinya dilakukan oleh individu tertentu dan
ditujukan kepada individu lainnya. Oleh sebab itu setiap pelanggan harus
dilayani secara personal sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Setiap
karyawan diberi wewenang dan keleluasaan dalam bertindak guna melayani setiap
pelanggan.
2. Pendekatan
lini produksi
Melalui pendekatan ini, jasa rutin disediakan dalam
lingkungan yang terkendali untuk menjamin konsistensi kualitas dan efisiensi
operasi. Pada dasarnya pendekatan ini berusaha mengadaptasi konsep manufaktur
kedalam sektor jasa.
Beberapa karakteristik yang menunjang keberhasilan
pendekatan ini, dianataranya :
a. Adanya keterbatasan karyawan dalam hal
kebebasan bertindak, pembatasan keleluasaan bertindak ini dimaksudkan untuk
mencapai keseragaman dan konsistensi dalam kualitas, sebagai contoh jasa
penyemprotan DDT untuk mencegah mewabahnya penyakit demam berdarah. Jasa ini
perlu memiliki konsistensi dalam kualitas, sehingga setiap pelanggan berharap
akan jasa yang identik dimanapun ia berada dan siapapun penyedia jasanya.
b. Adanya
pembagian kerja
Pendekatan lini produksi
menyarankan agar keseluruhan pekerjaan dipecah atau dibagi-bagi menjadi
berbagai kelompok tugas. Masing-masing kelompok tugas membutuhkan spesialisasi
keterampilan karyawan. Dengan demikian setiap karyawan hanya perlu memenuhi
syarat keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tertentu.
c. Menggantikan sumberdaya manusia dengan
teknologi tertentu. Adanya kemajuana teknologi dan komputerisasi memungkinkan
dilakukannya substitusi secara sistematis, dimana mesin atau peralatan tertentu
akan menggantikan sumberdaya manusia. Hal ini sudah mulai banyak diterapkan,
misalnya dalam industri perbankan yang menggunakan ATM.
d. Standarisasi Jasa.
Menu yang terbatas pada suatu restoan memungkinkan
pelayanan dan ketersediaan hidangan secara cepat dan efisien. Adanya pembatasan
pilihan jasa memungkinkan usaha perencanaan dan prediksi lebih awal atas
pelayanan dan permintaan pelanggan. Jasa akan menjadi proses rutin yang
dilengkapi dengan tugas yang jelas dan aliran pelanggan yang teratur. Selain
itu standarisasi juga bermanfaat dalam menciptakan keseragaman kualitas jasa,
karena itu proses jasa menjadi lebih mudah dikendalikan.
LOKASI FASILITAS JASA
Lokasi
fasilitas seringkali menetukan kesuksesan suatu jasa, karena lokasi erat
kaitannya dengan pasar potemsial suatu perusahaan. Misalnya rumah sakit umumnya
menempati daerah yang cukup luas dan berlokasi dekat daerah yang padat
penduduknya, karena rumah sakit bertujuan untuk melayani masyarakat umum secara
luas. Sedangkan restoran fastfood bisa berlokasi dimana saja, bahkan didaerah
yang jarang penduduknya sekalipun. Disamping itu, lokasi juga berpengaruh
terhadap dimensi-dimensi strategik seperti fleksibiltas, competitive
positioning, manajemen permintaan, dan fokus.
Pemilihan
tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor
berikut :
1. Akses, misalnya
lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.
2. Visibiltas, misalnya
lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
3. Lalu lintas
(traffic), dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
Ø Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan
peluang besar terjadinya impulse buying
Ø Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi
hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran atau
ambulans
4.
Tempat
parkir yng luas dan aman.
5.
Ekspansi,
yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha kemudian hari.
6.
Lingkungan,
yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. Misalnya warung makan
yang berdekatan dengan daerah kost, asrama mahasiswa, atau perkantoran.
7.
Persaingan,
yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menetukan lokasi wartel (warung
telekomunikasi), perlu dipertimbangankan apakah dijalan atau daerah yang sama
banyak pula terdapat wartel lainnya.
8.
Peraturan
Pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi (bengkel)
kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk.
DESAIN DAN
TATA LETAK FASILITAS JASA.
Desain dan tata letak fasilitas jasa erat kaitannya
dengan pembentukan persepsi pelanggan. Pada banyak jenis jasa, persepsi yang
diperoleh dari interaksi pelanggan dengan fasilitas jasa berpengaruh terhadap
kualitas jasa tersebut dimata pelanggan. Pelanggan yang ingin mencari
kenyamanan suasana dalam menikmati hidangan restoran akan lebih menyukai desain
restoran yang desainnya menarik. Misalnya pencahayaan tertata apik, dindingnya
dihiasi lukisan-lukisan menarik, mebel yang berkualitas, dan lain-lain.
DESAIN
FASILITAS JASA.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam desain fasilitas
jasa meliputi :
1.
Sifat dan
tujuan organisasi jasa
Sifat suatu jasa seringkali menentukan berbagai
persaratan desainnya. Misalnya desain rumah sakit perlu mempertimbangkan
ventilasi yang memadai, ruang peralatan medis yang representatif, ruang tunggu
pasien yang nyaman, kamar pasien yang nyaman, ruang dokter dan kamar praktek
yang bisa menjamin privacy (misalnya kedap suara, tidak rembus pandang) dan
lain-lain. Desain fasilitas yang baik dapat memberikan beberapa manfaat,
misalnya perusahaan mudah dikenali, desain eksterior bisa menjadi tanda atau
petunjuk mengenai sifat jasa didalamnya. Banyak organisasi jasa yang memperoleh
manfaat langsung dari desain khusus yang disesuaikan dengan sifat dan
tujuannya. Misalnya restooran masakan jepang yang mendesain ruangan makannya
dengan arsitektur jepang, akan menciptakan suasana restoran seolah-olah seperti
di Jepang.
2. Ketersediaan
tanah dan kebutuhan akan ruang/tempat.
Setiap perusahaan jasa yang membutuhkan tanah untuk
untuk mendirikan lokasi fasilitasnya perlu mempertimbangkan kemampuan
finansialnya, pperaturan pemerintah berkaitan dengan kepemilikan tanah dan
pembebasan tanah, dan lain-lain. Dimasa kini ketersediaan tanah sangat terbatas
dan kalaupun ada, harganya selangit.
3. Fleksibilitas.
Fleksibilitas desain sangat dibutuhkan apabila volume
permintaan sering berubah dan apabila spesifikasi jasa cepat berkembang
sehingga resiko keuangan menjadi besar. Kedua kondisi ini menyebabkan fasilitas
jasa harus dapat disesuaikan dengan mudah dan memperhitungkan pula
kemungkinanperkembangan dimasa datang.
4. Faktor
estetis.
Fasilitas jasa yang tertata secara rapi, menarik, dan
estetis akan dapat meningkakan sikap positif pelanggan terhadap suatu jasa.
Selain itu sikap karyawan terhadap pekerjaannya juga dapat meningkat.
Aspek-aspek yang perlu ditata misalnya tinggi langit-langit bangunan, lokasi
jendela dan pintu,bentuk pintu yang beraneka ragam dan dekor interior.
5. Masyarakat
dan lingkungan sekitar.
Masyarakat (terutama pemerhati masalah sosial dan
lingkungan hidup) dan lingkungan disekitar fasilitas jasa memainkan peranan
penting dan berpengaruh besar terhadap perusahaan. Apabila perusahaan tidak
mempertimbangakn faktor ini maka kelangsungan hidup perusahaan bisa terancam.
Misalnya gelanggang olahraga (untuk pertandingan olahraga dan pertunjukan
musik) perlu memperhatikan beberapa faktor seperti fasilitas parkir yang cukup
luas, jumlah pintu keluar dan masuk yang memadai, dan lain-lain.
6. Biaya
konstruksi dan operasi.
Kedua jenis biaya ini dipengaruhi desain fasilitas.
Biaya konstruksi dipengaruhi oleh jumlah dan jenis bahan bangunan yang
digunakan. Biaya operasi dipengaruhi oleh kebutuhan energi ruangan, yang
berkaitan dengan perubahan suhu.
4.6 Tata
Letak Fasilitas Jasa
Keadaan (setting) dan lingkungan tempat penyampaian
jasa merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dan tidak boleh dilupakan
dalam desain jasa. Persepsi pelanggan terhadap suatu jasa dapat dipengaruhi
oleh atmosfir (suasana) yang dibentuk oleh eksterior dan interior fasilitas
tersebut
Bila kita memasuki salah satu hotel atau bank,
seringkali secara sadar atau tidak sadar kita memikirkan beberapa hal berikut :
1.
Apa yang dapat digambarkan bentuk luar
(eksterior) hotel atau bank tersebut tentang penawaran yang ada didalamnya ?
2.
Apakah itu
semua dapat mengkomunikasikan secara jelas mengenai sifat jasanya ?
3.
Bagaimana
interiornya mencerminkan suasana yang ada ?
4.
Perasaan apa
yang muncul ?
5.
bagaiman
kita harus bersikap ?
Adapun unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam
tata letak fasilitas jasa meliputi (Mudie dan Cottam, 1993) :
1.
Pertimbangan/perencanaan
spasial
Aspek-aspek seperti simetri, proporsi, tekstur, warna
dan lain-lain dipertimbangkan, dikombinasikan, dan dikembangkan untuk memancing
respon intelektual maupun emosional dari pemakai orang yang melihatnya. Respon
inilah yang dipersepsikan sebagai kualitas visual. Kualitas ini dapat
dimanupalasi atau dikendalikan perancang untuk menciptakanlingkungan tertentu
yang mampu mendorong terbentuknya respon yang diinginkan dari pelanggan.
2. Perencanaan
ruangan.
Unsur ini mencakup perancangan interior dan
arsitektur, seperti penempatan perabotan dan perlengkapannya dalam ruangan,
desain, aliran sirkulasi, dan lain-lain.
3. Perlengkapan
(perabotan).
Perlengkapan/perabotan memiliki berbagai fungsi,
diantaranya sebagai sarana pelindung barang-barang berharga berukuran kecil,
sebagai barang pajangan, sebagai tanda penyambutan bagi para pelanggan, dan
sebagai sesuatu yang menunjukan status pemilik atau penggunaannya.
4. Tata
Cahaya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain
tata cahaya adalah cahaya disiang hari, warna, jenis dan sifat aktifitas yang
dilakukan didalam ruangan, persepsi penyedia jasa akan tugasnya, tingkat
ketajaman penglihatan, dan suasana yang diinginkan (tenang, damai, segar,
riang, gempita, dan lain-lain)
5. Warna
banyak orang yang menyatakan bahwa warna memiliki
bahasanya sendiri, dimana warna dapat mengerakkan perasaan dan emosi. Sebagai
contoh, warna bendera setiap negara memiliki maknanya sendiri-sendiri. Merah
pada bendera Indonesia berarti berani dan putih artinya suci. Di dalam suatu
warna terkandung tiga unsur :
a. Hue (corak warna), yaitu nama dari warna, seperti
merahh, biru, hijau.
b. Value ( nilai warna), yaitu terang atau gelapnya suatu
warna.
c. Chroma, yakni intensitas kekuatan atau kemurnian warna
Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun yang
hasilnya dibukukan dalam the Colour Eye, Cumming dan Porter (dalam Mudie dan
Cottam, 1993) memberikan wawasan mengenai psikologi warna. Beberapa contohnya :
1.
Merah merupakan warna api dan gairah. Warna
ini menggambarkan aktifitas, energi dan kegembiraan. Merah digunakan para
perancangn interior untuk tujuan menambah tingkat kenyamanan ruangan yang tidak
dipanasi (unheated rooms) dan juga untuk desain restoran, khususnya restoran
fast food.
2.
Oranye
merupakan warna yang bisa menambah semarak perilaku sosial, membangkitkan
semangat, dan mengurangi rasa permusuhan dan kemarahan. Namun sayangnya warna
ini jarang digunakan para perancang profesional.
3.
Kuning
dipandang sebagai warna yang menimbulkan dua dampak bertentangan. Disatu sisi,
warna kuning dianggap bisa memberikan dampak stimulatif saat orang membutuhkan
konsentrasi. Namun jika warna ini
digunakan terlalu banyak, ada kemungkinan orang bisa menjadi stress.
4.
Biru
melambangkan wibawa dan secara tidak langsung mengungkapkan kebenaran,
kebijaksanaan, dan kearifan. Warna ini sangat ideal bagi dunia perbankan.
5.
Ungu
dianggap sebagai warna yang menggangu dan secara psikologis sukar. Dalam suatu
penelitian di Swedia, ungu merupakan warna yang paling tidak disukai untuk
digunakan dalam desain tata lingkungan.
BAB V
PENETAPAN
HARGA JASA
5.1 Penetapan
Harga
Penetapan harga merupakan keputusan kritis yang
menunjang keberhasilan operasi organisasi profit maupun non profit. Harga
merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapatan bagi
organisasi. Namun, keputusan mengenai harga (terutama dalam konteks pemasaran
jasa) tidak mudah dilakukan. Di satu sisi, harga yang terlalu mahal bisa
meningkatkan laba jangka pendek, tetapi di sisi lain akan sulit dijangkau
konsumen dan sukar bersaing dengan kompetitor. Dalam kasus tertentu, harga yang
terlampau mahal bisa diprotes lembaga konsumen dan bahkan mengundang campur
tangan pemerintah untuk menurunkannya. Selain itu, margin laba yang besar
cenderung menarik para pesaing untuk masuk ke industri yang sama. Sedangkan
bila harga terlalu murah, pangsa pasar bisa melonjak, namun margin kontribusi
dan laba bersih yang diperoleh akan berkurang. Selain itu, sebagian konsumen
bisa saja mempersepsikan kualitasnya jelek. Semua organisasi yang berorientasi
laba dan banyak organisasi nirlaba menetapkan harga atas produk atau jasa
mereka.
Harga disebut dengan berbagai nama. Harga merupakan
elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel (harga dapat diubah dengan cepat,
tidak seperti ciri khas produk dan perjanjian distribusi). Pada saat yang sama,
penetapan dan persaingan harga juga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi
perusahaan. Namun, banyak perusahaan yang tidak menangani penetapan harga
dengan baik. Kesalahan yang paling umum yang pertama adalah penetapan harga
yang terlalu berorientasi biaya. Kedua, harga kurang sering direvisi untuk
mengambil keuntungan dari perubahan pasar. Ketiga, harga ditetapkan secara
independen dari bauran pemasaran lainnya dan bukannya sebagai unsur intrinsik
dari strategi penentuan posisi pasar. Keempat, harga kurang cukup bervariasi
untuk berbagai macam produk, segmen pasar, dan saat pembelian. Perusahaan
menangani penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan-perusahaan
kecil, harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak dan bukan oleh bagian
pemasaran atau penjualan. Pada perusahaan-perusahaan besar, penetapan harga
biasanya ditangani oleh manajer divisi dan lini produk. Pihak lain yang
mempengaruhi penetapan harga antara lain manajer penjualan, manajer produksi,
manajer keuangan,dan.akuntan.
5.2 Konsep
Harga
Dalam konteks pemasaran jasa, secara sederhana istilah
harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan / atau aspek
lain nonmoneter yang mengandung utilitas / kegunaan tertentu yang diperlukan
untuk mendapatkan suatu jasa. Istilah yang digunakan untuk mengacu pada harga
bisa beraneka-ragam. Ini menunjukkan bahwa penetapan harga sangat tergantung
kepada jenis produk spesifik yang dijual. Biasanya para pemasar menetapkan
harga untuk kombinasi antara lain: Barang atau jasa spesifik yang menjadi objek
transaksi. Sejumlah layanan pelengkap (seperti pengiriman, instalasi,
pelatihan, reparasi, pemeliharaan, dan garansi). Manfaat pemuasan kebutuhan
yang diberikan oleh produk bersangkutan. Istilah Harga Manfaat yang
dibeli/dibayar
Tuition(uang kuliah) Jasa pendidikan Interest
(bunga)Peminjaman, penyimpanan atau pemakaian uang Rent (uang sewa) Penggunaan
tempat atau peralatan untuk periode waktu tertentu Fare (ongkos/ harga karcis
atau tiket) Jasa transportasi Fee Jasa pengacara atau dokter Retainer Jasa
konsultan atau pengacara selama periode waktu tertentu Toll Penggunaan jalan
tol atau telepon interlokal Salary (gaji) Jasa seorang eksekutif atau
white-collar workers lainnya Wage (upah) Jasa blue-collar workers Comission
(komisi) Jasa wiraniaga, jasa makelar Dues (iuran) Keanggotaan dalam sebuah
klub atau organisasi
5.3 Dimensi
Strategis Harga
Sebagai salah satu elemen bauran pemasaran, harga
membutuhkan pertimbangan cermat, sehubungan dengan sejumlah dimensi strategis
harga berikut ini:
1.
Harga
merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value).Nilai
adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. Istilah nilai dari suatu
produk mencerminkan produk tertentu yang memiliki tipe dan jumlah manfaat
potensial (seperti kualitas, citra, dan kenyamanan berbelanja) yang diharapkan
konsumen pada tingkat harga tertentu.
2.
Harga
merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli.
Bagi konsumen yang tidak terlalu paham hal-hal teknis
pada pembelian jasa riset pasar, pengacara, notaris, atau konsultan pajak,
seringkali harga menjadi satu-satunya faktor yang bisa mereka pahami. Tidak
jarang pula harga dijadikan semacam indikator kualitas jasa.
3. Harga
adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan, besar
kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli konsumen. Semakin
mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas produk bersangkutan dan
sebaliknya. Meskipun demikian, itu tidak selalu berlaku pada semua situasi.
Sebagai contoh, dokter spesialis ternama yang tarifnya mahal bisa saja memiliki
banyak pasien reguler yang selalu mengantre di tempat praktiknya.
4. Harga
berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satu-satunya unsur
bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan, yang pada
gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang
diperoleh.
5. Harga
bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat.Dari empat unsur
bauran pemasarn tradisional, harga dalah elemen yang paling mudah diubah dan
diadaptasikan dengan dinamika pasar. Kendati demikian, fleksibilitas harga
tergantung pada empat faktor utama, yakni struktur biaya, permintaan pelanggan,
kompetisi, dana aspek legal/ etika
6. Harga
mempengaruhi citra dan strategi positioning. Dalam pemasaran jasa, prestisius
yang mengutamakan citra kualitas dan eksklusivitas, harga menjadi unsur
penting. Konsumen cenderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas jasa.
Harga yang mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas ynag tinggi dan
sebaliknya.
7. Harga
merupakan masalah nomor satu yang dihadapi para manajer.Setidaknya, ini
ditunjukkan oleh adanya empat level konflik potensial menyangkut aspek harga.
Konflik Internal Perusahaan. Ada tiga jenis
kemungkinan konflik menyangkut penetapan harga dalam perusahaan. Pertama, pada
banyak perusahaan seringkali terjadi ketidaksepakatan mengenai fungsi utama
strategi penetapan harga apakah mendorong pertumbuhan volume penjualan atau
menghasilkan laba. Kedua, melibatkan individu-individu dalam perusahaan yang
mengutamakan rate of return, payback, atau aliran kas dan harga ditetapkan
tinggi karena pertimbangan biaya. Ketiga, melibatkan para staf yang
mengutamakan pangsa pasar dan peningkatan volume penjualan, mereka cenderung
menekan harga murah demi tercapainya skala ekonomis. Konflik dalam Saluran
Distribusi. Anggota saluran distribusi bisa berperan ganda, yakni sebagai
pembeli dan sekaligus resellers. Peran ganda ini bisa menimbulkan
ketidaksepakatan dengan kebijakan penetapan harga pemanufakturan maupun
franchisor jasa. Saat bertindak sebagai pembeli, anggota saluran distribusi
hampir selalu menginginkan harga yang murah. Sedangkan saat bertindak sebagai
resellers, mereka seringkali ingin memaksimumkan aliran pendapatan, yang
mengarah pada keinginan akan harga yang mahal. Konflik dengan Pesaing. Tipe
konflik ini mungkin merupakan konflik yang paling tamapk jelas dan serius.
Dalam pasar oligopoli, misalnya tingkat harga produk sebuah perusahaan bisa mempengaruhi
volume penjualan para pesaingnya. Dalam pasar yang lebih kompetitif dengan
diferensiasi produk yang kurang signifikan, startegi penetapan harga bisa jadi
merupakan kunci keunggulan bersaing. Konflik dengan Lembaga Pemerintah dan
Kebijakan Publik. Strategi penetapan harga yang diterapkan oleh sebuah
perusahaan, bisa saja menimbulkan konflik dengan lembaga pemerintah atau
kebijakn publik. Salah satunya yang pailng sering menimbulkan masalah adalah
kebijakan menaikkan harga. Kebijakan ini sering mengundang reaksi keras dari
publik, terutama bila produknya menyangkut kepentingan masyarakat umum seperti
jasa pendidikan dan jasa kesehatan
5.4 Peranan
Harga
Harga berperan penting secara makro (bagi perekonomian
secara umum) dan secara mikro (bagi konsumen dan perusahaan).
1. Bagi
perekonomian. Harga produk mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba.
Harga meruapakan regulator dasar dalam sistem perekonomian karena harga
berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi. Sebagai alokator sumber daya,
harga menentukan apa yang akan diproduksi (penawaran) dan siapa yang akan
membeli barang dan jasa yang dihasilkan (permintaan).
2. Bagi
konsumen. Mayoritas konsumen agak sensitif terhadap harga, namun juga
mempertimbangkan faktor lain (seperti citra merek, lokasi toko, layanan, nilai,
fitur produk, dan kualitas). Selain itu, persepsi konsumen terhadap kualitas
produk seringkali dipengaruhi oleh harga. Dalam beberapa kasus, harga yang
mahal dianggap mencerminkan kualitas tinggi, terutama dalam kategori specialty
products.
3. Bagi
perusahaan. Dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya yang membutuhkan
pengeluaran dana dalam jumlah besar, harga merupakan stu-satunya elemen bauran
pemasaran yang mendatangkan pendapatan. Harga produk adalah determinan utama
bagi permintaan pasar atas produk bersangkutan. Harga mempengaruhi posisi
bersaing dan pangsa pasar perusahaan. Dampaknya, harga berpengaruh pada
pendapatan dan laba bersih perusahaan.
5.5
Isu-Isu Sentral Dalam Penetapan Harga Jasa
Sejalan dengan keunikan karakteristik jasa, penetapan
harga jasa berbeda dengan penetapan harga barang dalam beberapa aspek berikut:
1. Jasa
tidak menghasilkan transfer kepemilikan fisik. Tidak mudah bagi pemasar jasa
untu menghitung biaya finansial berkaitan dengan proses penciptaan kinerja
intangible bagi pelanggan. Jauh lebih mudah menghitung biaya tenaga kerja,
biaya bahan baku, biaya waktu pemakaian mesin, biaya penyimpanan, dan biaya
pengiriman dalam memproduksi barang fisik yang kepemilikannya ditransfer kepada
pelanggan seiring dengan terjadinya transaksi penjualan.
2.
Variabilitas input dan output. Unit konsumsi jasa tidak mudah diidentifikasi.
Ini memunculkan persoalan dalam hal menentukan basis penetapan harga jasa.
Selain itu, unit konsumsi jasa yang serupa belum tentu membutuhkan biaya yang
persis sama dalam proses produksinya dan nilainya juga belum tentu sama bagi
para pelanggan.
3.
Heterogenitas jasa membatasi pengetahuan konsumen tentang harga jasa. Pemasar
jasa memiliki fleksibilitas yang sangat besar dalam merancang konfigurasi jasa
yang ditawarkan. Perusahaan-perusahaan jasa bisa menawarkan variasi kombinasi
dan permutasi layanan yang relatif tidak terhingga sehingga struktur penetapan
harga menjadi sangat kompleks.
4.
Penyedia jasa tidak bersedia dan / atau tidak mampu mengestimasi harga. Situasi
seperti ini seringkali dijumpai dalam jasa medis dan konsultasi hukum. Penyedia
jasa sulit memperkirakan harga akhir sebelum melakukan pemeriksaan atas pasien
atau situasi kasus yang dihadapi klien.
5.
Keinginan pelanggan individual sangat beraneka ragam. Faktor lain yang juga
berkontribusi pada sulitnya mendapatkan harga referensi yang akurat, yakni
perbedaan keinginan pelanggan individual.
6. Banyak
jasa yang sulit dievaluasi. Intangibilitas kinerja jasa dan invisibility
fasilitas pendukung dan tenaga kerja yang menfasilitasinya seringkali membuat
konsumen lebih sukar mengevaluasi jasa dibandingkan barang fisik.
6.
Pentngnya faktor waktu. Penjadwalan dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
merampungkan sebuah jasa bisa mempengaruhi persepsi konsumen terhadap nilai
jasa bersangkutan.
7. Ketersediaan
saluran distribusi elektronik dan fisik. Pemanfaatan berbagai saluran
distribusi berbeda untuk menyampaikan jasa yang sama dapat meninmbulkan
persepsi yang berbeda dari setiap pelanggan terhadap transaksi jasa yang
disampaikan melalui saluran distribusi tertentu. Walaupun keputusan utama dalam
penetapan harga jasa menyangkut besarnya harga yang ditetapkan, sejumlah
keputusan spesifik lainnya juga perlu mendapat perhatian serius.
Pada prinsipnya, terdapat tujuh isu sentral dalam
penetapan harga yang sering dihadapi organisasi jasa (Lovelock, 2001; Lovelock,
Patterson, Walker, 2001).
1. Berapa
harga jasa yang harus ditetapkan? Secara lebih spesifik, isu mengenai besarnya
harga yang ditetapkan berkaitan dengan aspek-aspek berikut:
a.Berapa biaya yang ingin ditutup perusahaan?
(sebagian atau seluruh biaya)
b.Apakah perusahaan berusaha mencapai margin laba atau
ROI tertentu?
c.Seberapa sensitif pelanggan terhadap berbagai
tingkat harga yang berbeda?
d.Berapa harga yang ditetapkan pesaing?
e.Berapa harga diskon yang harus diberikan?
f.Apakah harga psikologis biasa digunakan?
2. Apakah
yang menjadi dasar penetapan harga?
Keputusan mengenai basis penentuan harga harus
didasarkan pada identifikasi unit konsumsi jasa/ layanan. Dalam konteks yang
lebih spesifik, meliputi hal-hal berikut:
a. Haruskah harga didasarkan pada hal-hal berikut?
Pelaksanaan tugas spesifik, seperti salon kecantikan, reparasi mobil. Admisi
terhadap fasilitas jasa, seperti jasa pendidikan, bioskop.Unit waktu, seperti
hotel, persewaan mobil. Persentase komisi atas nilai transaksi, seperti
asuransi. Sumber daya fisik yang dikonsumsi, seperti restoran, PDAM, PLN. Jarak
geografis yang ditempu, seperti jasa transportasi. Berat atau ukuran objek yang
dilayani, seperti jasa pos, jasa titpan kilat.
b. Haruskah setiap unsur layanan dikenakan biaya
tersendiri?
c. Haruskah harga tunggal dibebankan pada paket
bundel?
3. Siapa
yang harus menagih atau mengumpulkan pembayaran?
Konsumen mengharapkan prosedur pembayaran yang mudah
dan nyaman. Dalam hal ini, terdapat dua hal yang perlu dipertimbangkan.
a. Apakah perusahaan sendiri yang menagih pembayaran
ataukah menggunakan jasa perantara spesialis (seperti travel agents, bank, dll)
?
b. Bagaimana mengompensasikan perantara untuk tugas
ini? (Berdasarkan persentase komisi atau flat fee tertentu)?
4. Di
mana pembayaran dilakukan?
Alternatif tempat pembayaran meliputi hal-hal berikut:
a.Lokasi perusahaan atau tempat penyampaian jasa.
b.Gerai ritel tertentu atau perantara keuangan
(seperti bank).
c.Tempat tinggal pembeli (melalui pos, telepon,
internet).
5. Kapan
pembayaran harus dilakukan?
Dua alternatif utama saat pembayaran adalah dibayarkan
di muka (sebelum jasa diberikan, contohnya tiket pesawat, tiket konser, uang
sekolah, asuransi, dan perangko) dan dibayarkan setelah jasa dirampungkan
(contohnya, jasa reparasi mobil, reparasi peralatan elektronik, dan jasa
dokter).
6. Bagaimana
pembayaran dilakukan?
Cara pembayaran bisa bermacam-macam, misalnya kas,
cheques, electronic funds transfer, change card, vouchers, pembayaran pihak
ketiga (seperti perusahaan asuransi).
7. Bagaimana
mengomunikasikan harga kepada pasar sasaran?
Keputusan ini menyangkut dua pertimbangan pokok
berikut:
a.Apa isi pesan yang ingin disampaikan?
b.Medium komunikasi apa yang digunakan? (iklan,
wiraniaga, staf layanan pelanggan, electronic display).
5.6 Strategi
Pemasaran Dan Tujuan Penetapan Harga Jasa
Keputusan penetapan harga jasa merupakan pemilihan
yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat harga umum yang berlaku untuk jasa
tertentu yang bersifat relatif terhadap tingkat harga para pesaing. Keputusan harga
memiliki peran strategis yang krusial dalam menunjang implementasi strategi
pemasaran. Secara garis besar, strategi pemasaran bisa dikelompokkan menjadi
dua kategori, yakni strategi permintaan primer (primary demand strategies) dan
startegi permintaan selektif (selective demand strategies).
Strategi Permintaan Primer
Strategi permintaan primer dirancang untuk menaikkan
tingkat permintaan terhadap bentuk produk atau kelas produk. Pada prinsipnya,
ada dua sumber permintaan baru untuk bentuk atau kelas produk, yaitu bukan
pengguna (non-users) dan pengguna yang berpotensi memperbesar tingkat
penggunaannya. Oleh karena itu, strategi permintaan primer dapat dikelompokkan
menjadi dua macam berdasarkan sasaran tipe konsumennya.
1.
Strategi
Menarik Pengguna Baru (Bukan Pengguna)
Dalam strategi ini, perusahaan harus mampu
meningkatkan kesediaan (willingness) atau kemampuan (ability) konsumen untuk
membeli produk. Melalui cara tersebut, jumlah pengguna bisa meningkat.
a.Meningkatkan Kesediaan untuk Membeli
Kesediaan konsumen untuk membeli produk dapat
dipengaruhi melalui salah satu dari tiga cara berikut: (1) Mendemonstrasikan
manfaat yang telah ditawarkan oleh bentuk produk. (2) Mengembangkan produk baru
dengan manfaat-manfaat yang akan lebih menarik untuk segmen pasar tertentu. (3)
Mendemonstrasikan atau mempromosikan manfaat baru dari produk yang sudah ada.
b.Meningkatkan Kemampuan untuk Membeli
Kemampuan konsumen untuk membeli produk atau jasa
berkaitan erat dengan dua hal, yakni daya beli dan akses terhadap produk atau
produsen.
2.
Strategi
Menaikkan Tingkat Pembelian Dari Pengguna Saat Ini.
Dalam rangka menaikkan tingkat pembelian, perusahaan
harus mengarahkan strategi pemasarnnya, yaitu pada kesediaan konsumen untuk
membeli lebih sering, atau dalam volume pembelian yang lebih banyak.
a.Menambah Situasi Penggunaan Pembeli mungkin akan
meningkatkan pemakaiannya jika ragam penggunaan produk atau situasi penggunaan
produk diperluas.
b.Menaikkan Tingkat Konsumsi Produk Volume konsumsi
rata-rata dan frekuensi konsumsi bisa ditingkatkan melalui harga yang lebih
murah. Selain itu, tingkat konsumsi dapat diperbesar jika persepsi konsumen
terhadap manfaat suatu jasa bisa diubah.
c.Mendorong Penggantian Produk Penggantian produk
dapat dilakukan dengan cara merancang ulang produk.
Strategi Permintaan Selektif
Strategi permintaan selektif bisa berupa tiga
alternatif utama, yaitu memperluas pasar yang dilayani, merebut pelanggan dari
pesaing, dan mempertahankan atau meningkatkan permintaan dari basis pelanggan
saat ini.
1.
Strategi Memperluas
Pasar yang Dilayani
Perusahaan merumuskan pasar relevan berdasarkan bentuk
atau kelas produk di mana mereka berkompetisi.
a.Memperluas Distribusi
Cara yang banyak ditempuh penyedia jasa adalah dengan
menerapkan sistem lisensi dan waralaba untuk memasuki pasar geografis baru.
b.Perluasan Lini Produk
Perusahaan dapat memperluas lini produk yang
ditawarkan di pasar melalui program pengembangan produk dengan dua alternatif
utama yaitu (1) perluasan lini produk secara vertikal yaitu menmbahkan produk baru
tertentu pada tingkatan harga yang berbeda untuk melayani segmen pasar yang
berbeda. (2) perluasan lini produk secara horizontal yaitu menambah produk baru
tertentu dengan karakteristik berbeda, namun pada tingkat harga relatif sama.
2.
Strategi
Merebut Pelanggan dari Pesaing
Berdasarkan perspektif manajerial, ada dua pilihan
posisi, yaitu:
a.Head to Head Positioning
Strategi ini meliputi keunggulan dalam kualitas
(kualitas superior) dan strategi kepemimpinan harga-biaya.
b.Differentiated Positioning
Dalam strategi ini, perusahaan berusaha membedakan
diri dengan cara menawarkan atribut atau manfaat tertentu yang unik (attribute
positioning) atau dengan jalan berfokus hanya melayani jenis konsumen tertentu
(customer-oriented positioning).
3.
Strategi
Mempertahankan atau Meningkatkan Permintaan dari Basis Pelanggan Saat Ini.
Berikut ini ada tiga alternatif strategi yang bisa
dipilih sebagai berikut:
a.Mempertahankan Tingkat Kepuasan Pelanggan yang
Tinggi
Kepuasan pelanggan merupakan penyebab utama loyalitas.
b.Relationship Marketing
Relationship Marketing dirancang untuk meningkatkan
kemungkinan terjadinya bisnis ulangan melalui pengembangan hubungan yang
sifatnya formal-interpersonal dengan pelanggan. Upaya menjalin relasi jangka
panjang dengan pelanggan bias diimplementasikan melalui tiga pendekatan sebagai
berikut: (1) Menambah manfaat finansial, seperti memberikan reward kepada
pelanggan yang sering membeli produk jasa. (2) Menambah manfaat sosial, dengan
cara melakukan personalisasi dan individualisasi kepada pelanggan. (3) Menambah
ikatan-ikatan struktural, seperti menyediakan fasilitas tambahan.
c.Produk Komplementer
Ada dua bentuk strategi produk komplementer yaitu (1)
Bundling, di mana perusahaan menawarkan kombinasi spesifik dari berbagai produk
yang dijual secara bersama, dengan hrga yang lebih murah daripada bila produk
dijual secara terpisah. (2) System Selling, yaitu merancang produk-produk yang
saling kompatibel satu sama lain, sehingga kinerjanya bsa lebih bagus jika
digunakan bersama.
5.7
Strategi Penetapan Harga Jasa
Berry & Yadav (1996) menawarkan value strategies
untuk penetapan harga jasa. Prinsip utamanya adalah mengaitkan secara jelas
antara harga yang dibayarkan pelanggan dengan nilai yang mereka terima dari
konsumsi jasa perusahaan. Strategi-startegi ini terdiri antara lain
diantaranya:
1.
Satisfaction-BasedPricing
Tujuan utama strategi ini adalah untuk mengurangi
persepsi pelanggan terhadap ketidakpastian yang karena karakteristik
intangibilitas. Penyedia jasa bisa mengupayakan hal ini melalui beberapa cara
berikut:
a.Garansi Jasa (service guarantees)
Garansi jasa secara eksplisit bisa berperan sebagai
jaminan yang sangat positif bagi pelanggan. Sekalipun pada akhirnya pelanggan
tidak puas terhadap jasa yang dibelinya, keberadaan garansi bisa memberikan
semacam kompensasi (biasanya berupa pengurangan harga atau pengembalian uang)
atas kekecewaan yang dirasakan. Apabila diterapkan secara benar, maka garansi
jasa bisa merefleksikan komitmen perusahaan terhadap kepuasan pelanggan dan keyakinannya
pada tingkat kualitas jasa yang ditawarkan. Bagi karyawan, garansi jasa juga
membantu mereka dalam memahami standar kualitas dan ekspektasi pelanggan.
b.Benefit-Driven Pricing
Strategi ini didasarkan pada bagaimana jasa digunakan
dan bagaimana jasa memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Dalam strategi ini,
perusahaan menetapkan harga secara eksplisit atas aspek jasa yang secara
langsung memberikan manfaat bagi pelanggan. Hasil yang diharapkan adalah
pelanggan akan merasa puas karena berkurangnya persepsi mereka terhadap
ketidakpastian bahwa harga jasa yang dibayarkan tidak berkaitan dengan harga
jasa yang diterima.
c.Flate-Rate Pricing.
Flate-rate pricing bisa mengurangi ketidakpastian
pelanggan melalui kesepakatan atas harga yang dilakukan di awal transaksi.
Dalam hal ini, penyedia jasa menanggung risiko atas segala kemungkinan biaya
tambahan yang terjadi.
2.
Relationship
Pricing
Pada prinsipnya, strategi ini merupakan upaya menarik,
mempertahankan, dan meningkatkan relasi dengan para pelanggan. Strategi ini
bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pelanggan. Bagi perusahaan,
mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan meraih pelanggan baru.
Bagi pelanggan, juga diuntungkan karena menjalin hubungan dengan penyedia jasa
yang kompeten dan terpercaya. Pendekatan yang bisa digunakan antara lain: (a)
Long Term Contracts, di mana pemasar bisa menggunakan kontrak jangka panjang
yang memberikan insentif harga dan nonharga kepada pelanggan agar mereka
bersedia mengikat diri pada relasi jangka panjang yang saling menguntungkan.
(b) Price Bundling, yaitu perusahaan menjual dua atau lebih jasa dalam satu
paket, di mana harga paket lebih murah daripada harga total masing-masing item
jika dijual terpisah.
3.
Efficiency
Pricing
Aspek utama dalam strategi ini adalah pemahaman,
pengelolaan dan penekanan biaya. Sebagian atau seluruh pneghematan biaya akan
diteruskan kepada para pelanggan dalam bentuk harga yang lebih murah. Agar
dapat efektif, struktur biaya yang rendah harus sulit ditiru oleh pesaing,
minimal dalam jangka pendek. Selain itu, penghematan biaya yang diteruskan
kepada konsumen harus dapat meningkatkan persepsi positif konsumen terhadap
nilai produk.
Sementara itu, Zeithaml & Britner (2003)
menguraikan sejumlah persoalan khusus yang berkaitan dengan aplikasi tiga
metode penetapan harga konvesional ke dalam sektorjasa,yakni:
1.
Cost-Based
Pricing
Metode ini menetapkan harga berdasarkan biaya-biaya
finansial. Dalam metode ini, harga diperoleh dengan jalan menghitung biaya
penuh untuk menghasilkan dan memasarkan sebuah jasa dan menambahkan imbuhan
harga (mark-up).
2.
Competition-Based
Pricing
Metode ini berfokus pada harga yang ditetapkan oleh
perusahaan-perusahaan lain dalam pasar yang sama. Metode ini tidak selalu
berarti menetapkan harga yang persis sama dengan pesaing, namun bisa pula
menggunakan harga pesaing sebagai patokan atau pembanding untuk penetapan harga
jasa perusahaan.
3.
Demand-Based
Pricing (Value-Based Pricing)
Metode ini diorientasikan pada perspektif pelanggan.
Metode ini memiliki keunggulan dibandingkan metode-metode lainnya karena
memperhitungkan tiga hal, yakni (a) pelanggan mengalami kesulitan dalam
mendapatkan harga referensi; (b) pelanggan bisa sensitif terhadap harga-harga
nonmoneter; (c) pelanggan menilai kualitas berdasrkan harga. Metode ini
menetapkan harga konsisten dengan persepsi pelangganterhadapnilai.
Strategi penetapan harga jasa bisa didasarkan pada
persepsi pelanggan terhadap nilai. Secara lebih rinci, alternatif strategi yang
tersedia meliputi beberapa hal berikut ini:
1.
Nilai adalah
harga murah.
Beberapa strategi penetapan harga yang sesuai untuk
definisi nilai adalah sebagai berikut; Discounting, yaitu menawarkan diskon
atau potongan harga untuk mengomunikasikan kepada para pembeli yang sensitif
terhadap harga bahwa mereka mendapatkan nilai yang diharapakan. Odd Pricing,
yaitu menetapkan harga jasa sedemikian rupa sehingga membuat konsumen
mempersepsikan bahwa mereka mendapatkan harga lebih murah. Caranya adalah
dengan menggunakan satuan ganjil tertentu seperti Rp.9750,00 (mendekati Rp.10.000,00).
Synchro-Pricing, yaitu menggunakan harga untuk mengelola permintaan akan jasa
melalui pemahaman atas sensitivitas pelanggan terhadap harga. Penetration
Pricing, yaitu menetapkan harga yang murah untuk jasa baru dengan tujuan
mendorong pencobaan produk dan pemakaian lebih luas.
2.
Nilai adalah
segala sesuatu yang saya inginkan dari sebuah jasa.
Strategi penetapan harga jasa yang cocok untuk
perspektif ini sebagai berikut: Prestige Pricing, yaitu menetapkan harga mahal
untuk jasa prestisius yang berkualitas tinggi. Skimming Pricing, yaitu
menetapkan harga mahal untuk jasa-jasa baru yang didukung dana besar untuk
promosi.
3.
Nilai adalah
kualitas yang saya dapatkan dari harga yang saya bayarkan.
Strategi-strategi spesifik berdasarkan definisi ini meliputi
beberapa hal berikut: Value Pricing, yaitu penetapan harga jasa yang didasarkan
pada konsep ‘’giving more for less”, di mana sejumlah jasa dikemas dalam satu
paket yang memiliki daya tarik bagi berbagai kelompok pelanggan. Market
Segmentation Pricing, yaitu menetapkan harga berbeda bagi berbagai segmen
pelanggan yang berbeda atas dasar perbedaan persepsi terhadap tingkat
kualitasjasa.
4.
Nilai adalah
semua yang saya dapatkan dari semua yang saya berikan.
Price Framing, yaitu mengorganisasikan informasi harga
bagi pelanggan dalam rangka memberikan harga referensi yang akurat atas jasa
perusahaan. Dalam hal ini, pemasar berusaha memberikan harga pembanding yang
relevan dengan jasa-jasa lain yang familiar bagi pelanggan. Price Bundling,
yaitu menetapkan harga dan menjual berbagai jasa dalam satu paket.
Complementary Pricing, yaitu menetapkan harga untuk produk-produk yang sifatnya
saling terkait atau komplementer. Strategi ini terdiri atas tiga bentuk.
Pertama, captive pricing, yaitu menetapkan harga murah untuk produk atau jasa
pokok yang ditawarkan dan kemudian mengompensasinya pada jasa peripheral yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan konsumsi jasa bersangkutan. Kedua, two-part
pricing, yaitu merinci harga jasa ke dalam dua bentuk, fixed fee dan variable usage
fees. Ketiga, Loss Leadership Pricing, yaitu menurunkan harga jasa yang sangat
familiar bagi pelanggan secara signifikan. Tujuannya untuk menarik pelanggan
agar datang ke outlet penyedia jasa, kemudian menawarkan pula jasa-jasa lainnya
dengan harga yang lebih mahal. Result-Based Pricing, yaitu menetapkan harga
berdasarkan hasil jasa, terutama untuk jasa-jasa yang hasilnya sangat penting
bagi pelanggan namun tingkat ketidakpastiannya tinggi.
BAB
VI
PROMOSI
DAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERINTEGRASI
6.1 Promosi Dihubungkan pada
Pasar Sasaran
Promosi adalah menghubungkan informasi antara penjual
dan pembeli potensial atau pihak lain dalam saluran pemasaran untuk
mempengaruhi sikap dan perilakunya. Promosi merupakan bagian dari bauran
pemasaran yang berfungsi memberitahu pelanggan bahwa produk yang tepat telah
tersedia pada tempat yang tepat dengan harga yang sesuai.
Manager pemasaran dapat memilih dari jenis promosi
yang ada: Penjualan perseorangan, Penjualan massa dan promosi penjualan. Kerena
metode yang berbeda ini mempunyai kekuatan dan keterbatasan yang berbeda,
seorang manajer pemasaran senantiasa mengkombinasikan metode tersebut untuk
mencapai tujuan tertentu.
6.2 Metode-metode Pemasaran Umum
Penjualan perseorangan merupakan komunikasi langsung
antara penjual dengan pembeli potensial. Penjual mendapatkan umpan balik secara
langsung yang membantu mereka untuk beradaptasi. Meskipun penjualan
perseorangan termasuk dalam bauran pemasaran, namun hal tersebut kadang kala
memerlukan biaya yang sangat mahal. Sehingga, seringkali digunakan kombinasi
antara penjualan perseorangan dengan Penjualan massal dan promosi penjualan.
Penjualam massal merupakan komunikasi dengan pembeli
potensial dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu yang bersamaan. Hal ini
kurang fleksibel jika dibandingkan dengan penjualan perseorangan. Namun jika
pasar sasaran besar dan beragam, penjualan massal memerlukan biaya yang lebih
sedikit.
Iklan merupakan bentuk utama dari penjualan massal.
Iklan merupakan bentuk pembayaran dari non-personal presentasi dari ide, barang
atau jasa oleh sponsor yang dikenal. Termasuk diantaranya majalah, koran,
radio, TV, rambu-rambu dan surat elektronik. Jika iklan memerlukan pembayaran,
bentuk lain dari penjualan massal –yaitu publikasi- adalah “gratis”.
Publikasi merupakan bentuk presentasi non-personal
yang tidak memerlukan biaya. Tentu saja orang yang mempublikasikan produk
tersebut dibayar. Namun mereka menarik perhatian perusahaan dengan menawarkan
promosi tanpa harus membayar biaya media.
Jika perusahaan mempunyai pesan baru yang benar-benar
ada, publikasi bisa jdai lebih efektif dibandingkan dengan iklan. Karyawan
perusahaan menulis inti dari publikasi yang akan dilakukan dan meminta
editorial majalah untuk mencetaknya. Konsumen dapat dengan teliti membaca
cerita dalam majalah namun mengabaikan iklan dengan informasi yang sama.
Satu hal yang menjadi masalah dalam publikasi adalah
bahwa media publikasi tidak selalu menyampaikan apa yang diinginkan oleh
perusahaan.
Promosi penjualan merupakan aktivitas promosi yang menstimulasi
ketertarikan, keinginan mencoba serta pembelian dari konsumen final atau pihak
lain dari saluran distribusi. Promosi penjualan dapat mempengaruhi konsumen,
perantara atau pekerja pada perusahaan. Dibandingkan dengan metode promosi yang
lain, promosi penjualan dapat diimplementasikan dengan sangat cepat dan
memperoleh hasil dengan segera.
Banyak orang berfikir salah bahwa biaya promosi paling
besar dihabiskan dalam iklan. Banyak iklan yang kita lihat di internet,
majalah, TV atau koran sangat menarik dan mahal. Namun semua promosi penjualan
–kupon, pertunjukan dan sejenisnya– membutuhkan biaya yang jauh lebih besar.
Sama halnya dengan penjualan langsung dalam saluran distribusi. Jika
dijumlahkan, perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dalam iklan
dibandingkan dengan penjualan langsung atau promosi penjualan.
6.3 Seseorang Harus Merencanakan,
Mengintegrasikan dan Mengatur Kombinasi Promosi
Setiap metode promosi mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Dengan mengkombinasikannya, akan melengkapi satu sama lain. Setiap
metode juga memiliki aktivitas yang berbeda dan memerlukan orang-orang
periklanan yang berbeda pula. Sebagai hasilnya, biasanya merupakan tanggung
jawab spesialis –seperti manajer penjualan, manajer periklanan dan manajer
promosi– Untuk mengembangkan dan mengimplementasikan rencana detail berbagai
bagian dari kombinasi promosi secara keseluruhan.
Manajer penjualan berkonsentrasi dalam mengatur
penjualan langsung. Seringkali manajer penjualan bertanggungjawab untuk
membangun saluran distribusi yang baik dan mengimplementasikan kebijakan
tempat.
Manajer periklanan mengatur usaha penjualan massal
perusahaan. Tugas mereka menentukan media yang tepat dan mengembangkan iklan.
Departemen periklanan dalam perusahaan dapat membantu melaksanakan tugas ini
atau mereka dapat menggunakan agen periklanan dari luar perusahaan. Manajer
periklanan juga dapat menangani publikasi. Atau hal ini dapat ditangani oleh
agen atau pihak-pihak yang menangani hubungan publik.
Manajer promosi penjualan mengatur usaha promosi
penjualan perusahaan. Di beberapa perusahaan, seorang manajer promosi penjualan
mempunyai status yang independen dan bertanggung jawab langsung pada manajer
pemasaran. Jika promosi penjualan perusahaan membutuhkan biaya yang sangat
besar, maka perusahaan membutuhkan manajer promosi penjualan yang spesifik.
Meskipun banyak spesialis yang terlibat dalam
perencanaan dan implementasi metode promosi yang spesifik, penentuan kombinasi
dari metode promosi merupakan keputusan strategis dan merupakan tanggung jawab
manajer pemasaran.
Spesialis promosi yang beragam hanya fokus pada apa
yang mereka tahu terbaik sesuai dengan keahliannya. Manajer pemasaran harus
mempertimbangkan baik burk dari beragam metode promosi kemudian menentukan
kombinasi promosi yang efektif. Kemudian manajer periklanan, penjualan dan
promosi penjualan harus mengembangkan apa yang ingin dicapai oleh manajer
pemasaran.
Kombinasi yang efektif dari promosi perusahaan harus
menghasilkan komunikasi pemasaran yang
terintegrasi –koordinasi yang intens dari setiap komunikasi
perusahaan dengan konsumen sasaran untuk menghasilkan pesan yang konsisten dan
lengkap. Untuk mendapatkan koordinasi yang efektif, setiap orang yang terlibat
dalam bidang promosi harus mengetahui dengan jelas rencana keseluruhan dari
strategi pemasaran. Mereka semua harus mengerti bagaimana setiap metode promosi
akan berperan dalam mencapai tujuan promosi yang spesifik.
6.4 Metode Yang Akan Dipergunakan Tergantung pada Tujuan Promosi
Metode promosi yang bereda merupakan bentuk komunikasi
yang berbeda pula. Hal ini harus membantu konsumen untuk memilih produk yang
spesifik. Oleh karena itu, promosi harus:
1. Memperkuat
sikap yang telah ada yang dapat memimpin pada sikap yang dapat diterima, atau
2. Merubah
sikap dan perilaku pasar sasaran perusahaan.
Tujuan pemasaran harus ditentukan dengan jelas. Hal
ini sangat membantu pola pikir tiga tujuan dasar promosi: Memberitahu, Mengajak
dan Memberitahu pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.
Selain itu, hal ini dapat membantu juga menentukan
tujuan promosi yang spesifik yang tentang siapa yang akan diberitahu, diajak
atau diingatkan serta mengapa.
Konsumen potensial harus mengetahui sesuatu tentang
sebuah produk jika mereka hendak membeli hal tersebut. Perusahaan yang memiliki
suatu produk yang benar-benar baru tidak memiliki pilihan lain kecuali
memberitahu konsumen dan menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi kebutuhan
konsumen lebih baik dari produk lain.
Jika pesaing menawarkan produk yang sama, perusahaan
tidak hanya harus memberitahu konsumen bahwa produk telah tersedia namun harus
mengajak mereka untuk membelinya. Tujuan dari suatu ajakan adalah bahwa
perusahaan mengembangkan suatu sikap konsumen sehingga konsumen akan membeli
dan tetap membeli produk tersebut.
Apabila pelanggan sasaran telah mempunyai sikap
positif mengenai bauran pemasaran perusahaan, tujuan mengingatkan sangat
berguna. Konsumen yang telah membeli produk tersebut masih merupakan sasaran
bagi pesaing. Mengingatkan mereka tentang kepuasan yang telah mereka dapat
sebelumnya dapat menghalangi mereka beralih pada perusahaan lain.
Tujuan dasar promosi dan proses adaptasinya sangat
mirip dengan model lain yang disebut AIDA. Model AIDA terdiri dari empat
pekerjaan promosi:
1.
Memperoleh
perhatian (Attention);
2.
Mempertahankan
Ketertarikan (Interest);
3.
Menimbulkanb
Hasrat (Desire);
4.
Menghasilkan
tindakan (Aida).
6.5 Promosi Memerlukan Komunikasi Efektif
Promosi menjadi sia-sia jika tidak dikomunikasikan
secara efektif. Banyak alasan kenapa pesan promosi dapat disalah artikan atau
tidak sampai sama sekali. Untuk memahami hal ini, perlu dipahami terlebih
dahulu proses komunikasi keseluruhan.
Komunikasi dimulai dari Sumber –pihak yang
menyampaikan pesan – mencoba menyampaikan suatu pesan terhadap penerima –dalam
hal ini konsumen-. Dengan cara mengkodefikasi –encoding- pesan melalui saluran
pesan dan penerima menerjemahkan pesan tersebut –decoding- pesan tersebut untuk
dapat memahami pesan dimaksud.
Kesulitan yang paling mendasar dari proses komunikasi
adalah pada proses encoding dan decoding. Proses ini menjadi sangat rumit.
Makna dari berbagai kalimat dan simbol bisa berbeda tergantung sikap dan
pengalaman masing-masing pihak.
Begitu pula dengan penerima pesan yang berbeda, dapat
menginterpretasikan pesan dengan berbeda pula. Perbedaan ini biasa terjadi
dalam pemasaran internasional ketika perbedaan translasi atau kebudayaan
menjadi penghalangnya.
Proses komunikasi ini sangat rumit, apalagi pesan ini
disampaikan melalui saluran pesan. Sumber pesan dapat menggunakan banyak
saluran pesan untuk menyampaikan pesannya.
Promosi merupakan salah satu area pemasaran yang
paling sering dikritik. Banyak kritikus fokus pada komunikasi apakah komunikasi
tersebut jujur dan adil. Pemasar harus membuat penilaian etika dalam
mempertimbangkan konsekuensi dan perencanaan promosi tersebut.
Kritik yang paling umum dari promosi berhubungan pada
klaim yang berlebihan. Jika iklan atau penjual menyatakan bahwa produk yang
dimiliki merupakan produk terbaik yang ada, apakah pernyataan tersebut hanya
merupakan pendapat pribadi atau harus didukung dengan bukti nyata.
6.6 Promosi Terintegrasi yang Memiliki Respons
Langsung Merupakan Yang Paling Dicari
Tantangan dari pengembangan promosi yang akan mencapai
pelanggan sasaran yang spesifik telah membuat banyak perusahaan beralih pada
pemasaran secara langsung. Komunikasi pemasaran langsung didesain untuk
mendapatkan umpan balik segera dari pelanggan. Oleh karena itu komunikasi ini
seringkali disebut promosi berumpanbalik langsung.
Promosi yang memiliki umpan balik langsung biasanya
bersandar pada database Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM-Customer Relationship
Management) pada prospek yang spesifik.
Promosi yang memiliki umpan balik langsung dan database
CRM telah menjadi bagian penting dari banyak bauran pemasaran. Namun kritik
mengenai banyaknya pohon yang dikonsumsi setiap minggu untuk membuat kertas
yang digunakan untuk promosi dengan respons langsung tidak diinginkan oleh
konsumen.
Pemikiran tradisional tentang promosi didasarkan pada
ide bahwa penjual yang memulai komunikasi. Dimasa lalu, pemasar selalu melihat
bahwa pembeli merupakan penerima pesan yang pasif. Hal itulah yang menjadi
alasan pentingnya targeting.
Bagaimanapun juga, hal ini telah berubah. Pembeli saat
ini dapat dengan mudah mendapat informasi dan memesan suatu produk tanpa campur
tangan penjual. Teknologi yang interaktif memungkinkan perubahan dalam berbagai
bentuk.
Setiap kali topik dipilih, pesan tentang topik
tersebut muncul. Pendekatan interaktif ini membuat konsumen merasa lebih mudah
mendapat informasi untuk menentukan produk yang akan dibelinya.
Tindakan yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian
melalui media interaktif biasanya cepat dan mudah. Pada saat yang bersaman,
pendekatan interaktif ini memperbolehkan pemasar untuk merubah komunikasi
sesuai dengan kebutuhan dan respons dari konsumen.
5.7 Bagaimana Perencanaan Promosi Tertentu
Dikombinasikan dan Diintegrasikan
Tidak ada satu pun kombinasi promosi yang cocok untuk
semua situasi. Setiap kombinasi harus dikembangkan sebagai bagian dari sebuah
bauran pemasaran dan harus didesain untuk mencapai tujuan promosi perusahaan
dalam strategi pemasaran keseluruhan.
Jika saluran distribusi melibatkan perantara,
kerjasama mereka sangat penting dalam kesuksesan strategi pemasaran secara
keseluruhan. Menekan –Pushing–
berarti menggunakan promosi normal untuk membantu menjual bauran pemasaran pada
setiap anggota saluran distribusi.
Produsen biasanya bertanggung jawab penuh terhadap
usaha promosi pada saluran distribusi. Bagaimanapun juga, grosir seringkali
menangani paling tidak promosi terhadap pengecer. Begitu juga pengecer
menangani promosi pada pasar lokal. Usaha keseluruhan dalam promosi menjadi
efektif ketika semua pesan individual terintegrasi secara teliti.
Beberapa perusahaan mengembangkan promosi pada
karyawannya sendiri. Jenis pemasaran internal ini pada dasarnya merupakan
variasi dari pendekatan pushing.
Banyak produsen fokus pada promosi dengan jumlah yang
signifikan yang fokus pada konsumen sebagai tujuan akhir saluran distribusi.
Hal ini membantu menstimulasi membatasi produk pada saluran distribusi. Pulling
berarti membuat konsumen bertanya pada perantara tentang produk.
Pulling dan Pushing biasanya
digunakan dalam kombinasi. Jika perantara menolak bekerja sama dengan produsen,
seorang produsen dapat mencoba pendekatan pulling secara personal.
Jumlah konsumen yang besar, hampir pasti memaksa
produsen produk konsumsi untuk memperbesar periklanan dan promosi penjualan.
Penjualan massal yang efektif dapat membangun merek yang familiar bagi
konsumen, sehingga penjualan perseorangan dapat dikurangi.
Mengetahui jenis promosi yang tepat untuk dikembangkan
pada setiap sasaran yang berbeda, sangat berguna dalam merencanakan kombinasi
promosi. Namun setiap pasar yang unik memerlukan bauran pemasaran yang terpisah
dan kombinasi promosi yang berbeda.
5.8 Proses Adopsi dapat Mengarahkan Perencanaan Promosi
Proses adopsi dapat dilihat pada individu. Penekanan
pada individual membantu perusahaan memahami bagaimana promosi mempengaruhi
jalan perilaku masyarakat.
Penelitian bagaimana pasar menerima ide baru telah
menghasilkan model kurva adopsi. Kurva adopsi menunjukkan kelompok yang berbeda
menerima ide-ide tersebut. Hal ini menekankan hubungan antar kelompok dan
menunjukkan bahwa individu dalam grup bertindak sebagai pemimpin dalam menerima
ide baru.
Inovator merupakan pihak pertama yang mengadopsi.
Mereka sangat menginginkan untuk mencoba ide baru dan bersedia menanggung
risiko. Inovator cenderung masih muda dan berpendidikan tinggi. Mereka sangat mobile
dan mempunyai banyak relasi diluar kelompok sosial dan komunitas mereka.
Pengadaptasi awal merupakan pihak yang dihormati oleh
rekannya dan seringkali merupakan pemimpin dalam memberikan pendapat. Mereka
cenderung masih muda, lebih mobile dan lebih kreatif dari pengadaptasi
selanjutnya. Namun tidak seperti inovator, mereka mempunyai relasi yang lebih
sedikit diluar komunitas mereka.
Perusahaan cepat dewasa mengabaikan risiko dan
menunggu untuk mempertimbangkan bahwa ide baru tersebut telah banyak dicoba
oleh pihak lain – dan banyak yang suka –.
Perusahaan telat dewasa waspada terhadap ide baru.
Seringkali mereka lebih tua dan telah terbiasa dalam cara mereka masing-masing.
Jadi mereka sangat jarang mengikuti pengadopsi awal.
Perusahaan yang terlambat atau Tidak beradaptasi lebih
suka melakukan sesuatu yang telah biasa mereka lakukan di masa lalu dan sangat
curiga terhadap ide baru. Mereka cenderung tua dan kurang berpendidikan.
6.9 Pengaturan Anggaran Promosi
Terdapat skala ekonomis dalam promosi. Sebuah iklan
dalam TV nasional membebankan biaya per orang yang lebih kecil daripada TV
lokal. Namun secara keseluruhan beberapa media massa dapat menyulitkan
perusahaan kecil.
Metode paling umum dalam menganggarkan biaya promosi
adalah dengan menghitung persentase penjualan periode lalu atau perkiraan
penjualan di masa yang akan datang. Sedangkan metode umum lainnya adalah:
1.
Menyandingkan
pengeluaran dengan pesaing;
2.
Menyesuaikan
anggaran dengan harga jual per unit dari produk.
3.
Mendasarkan
anggaram dari pendapatan lain-lain.
4.
Mendasarkan
anggaran berdasarkan pekerjaan yang harus dilakukan.).
BAB
VII
KUALITAS
LAYANAN JASA DAN KEPUASAN PELANGGAN
7.1 Kualitas layanan jasa
Salah satu studi mengenai dimensi dari kualitas
pelayanan adalah hasil kajian dari Gronroos seorang pakar dari Swedia.
Menurutnya, paling ada 3 dimensi dari kualitas pelayanan. Pertama adalah technical
quality, yaitu yang berhubungan dengan outcome suatu pelayanan. Kedua
adalah functional quality yang lebih banyak berhubungan dengan proses
delivery atau bagaimana pelayanan diberikan kepada pelanggan. Ketiga
adalah image atau reputasi dari produsen yang menyediakan jasa.
Dimensi pertama adalah kualitas pelayanan menurut
konsep servqual ini adalah tangible. Karena suatu service
tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium dan tidak bisa diraba, maka aspek
tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan. Pelanggan akan
menggunakan indra penglihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan. Misalnya,
pelanggan akan mempunyai persepsi bahwa hotel mempunyai pelayanan yang baik
apabila lobby-nya terlihat mewah dengan keramik dan lampu kristalnya. Selain
gedung dan peralatan, pelanggan akan menilai seragam dan penampilan fisik dari
karyawan. Singapore Airline, sudah lama menampilkan pramugari dalam
iklan-iklannya. Seragam dari pramugarinya yang khas, telah memberikan kekuatan
yang besar dalam mempengaruhi persepsi para pelanggannya bahwa mereka mempunyai
kualitas pelayanan yang baik.
Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan
oleh dimensi reliability, yaitu dimensi yang mengukur
kehandalan dari perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pealanggannya.
Dibandingkan dengnan 4 dimensi kualitas pelayanan lainnya, yaitu
responsiveness, assurance, empathy, dan tangible, dimensi ini sering dipersepsi
paling penting bagi pelanggan dari berbagai industri jasa.Ada 2 aspek dari
dimensi ini.
1.
Pertama
adalah kemampuan pengusaha untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan.
2.
Kedua adalah
seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat atau
tidak ada error.
Ada 3 hal besar yang dapat dilakukan perusahaan dalam upaya
meningkatkan tingkat reliability:
1.
adalah
pembentukan budaya kerja “error free” atau “no mistake”. Top management perlu
menyakinkan kepada semua bawahannya bahwa mereka perlu melakukan sesuatu benar
100%. Kesalahan 1% bisa menurunkan tingkat profitabilitas hingga 5-20%.
2.
perusahaan
perlu mempersiapkan infrastruktur yang memungkinkan perusahaan memberikan
pelayanan “no mistake”. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
pelatihan secara terus-menerus dan menekankan kerja teamwork. Dengan kerja
teamwork, korrdinasi antar bagiaan menjadi lebih baik.
3.
diperlukan
test sebelum suatu layanan diluncurkan benar-benar diluncurkan. Misalnya,
sebelum bank meluncurkan fitur ATM yang baru, maka diperlukan kesabaran untuk
melakukan tes seberapa jauh tingkat reliability dari layanan ini. Apabila belum
100%, dapat dicoba dan dikomunikasikan bahwa hal ini merupakan layanan baru
yang sedang dicoba.
Responsiveness adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling
dinamis. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan
akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Pelayanan yang
responsif atau yang tanggap, juga sangat dipengaruhi oleh sikap front-line
staf. Salah satunya adalah kesigapan dan ketulusan dalam menjawab
pertanyaan atau permintaan pelanggan.Kepuasan pelanggan dalam hal
responsiveness ini juga seringkali ditentukan melalui pelayanan melalui
telepon.Berdasarkan banyak studi yang dilakukan, ada satu hal yang sangat
sering membuat pelanggan kecewa, yaitu pelanggan sering di ping-pong saat
menelepon. Dari operator dioper ke staf yang lain dan kemudian ke staf lain,
setelah itu, pelanggan akhirnya mendapat jawaban “saya kembalikan ke operator
lagi ya,pak?”. Sungguh pelayanan yang tidak tanggap dan pastilah pelanggan
tidak puas.
Dimensi keempat dari 5 dimensi kualitas pelayanan yang
menentukan kepuasan pelanggan adalah assurance, yaitu dimensi
kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku front-line
staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya.Ada 4
aspek dari dimensi ini, yaitu :
1.
Keramahan
adalah salah satu aspek kualitas pelayanan yang paling mudah diukur. Ramah
berarti banyak senyum dan bersikap sopan. Akan tetapi, sungguhkah membuat
karyawan senyum adalah program yang murah? Budaya senyum dan ramah haruslah
dimulai dari proses rekruitmen. Keramahan adalah bagian dari talenta. Ada
sebagian orang yang memang mempunyai pembawaan yang ramah.
2.
Aspek kedua
adalah kompetensi. Apabila petugas customer service melayani nasabah dengan
ramah, ini adalah kesan pertama yang baik. Setelah itu, apabila nasabah
mengajukan beberapa pertanyaan dan kemudian tidak dapat memberikan jawaban yang
baik, nasabah mulai kehilangan kepercayaannya. Hal ini akan dapat mempengaruhi
tingkat kepercayaan terhadap kualitas pelayanan. Nasabah sulit percaya bahwa
kualitas pelayanan akan dapat tercipta dari front-line staf yang tidak kompeten
atau terlihat bodoh. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk terus memberikan
training kepada karyawan gugus depan mengenai pengetahuan produk dan hal-hal
lain yang sering menjadi pertanyaan pelanggan.
3.
Aspek ketiga
dari dimensi assurance ini adalah reputasi. Apa yang dijual oleh
perusahaan asuransi? Secarik kertas yang diberi nama polis. Dengan polis ini,
pelanggan diyakinkan bahwa mereka akan dapat melakukan klaim apabila suatu saat
mobilnya mendapatkan kecelakaan. Keyakinan pelanggan terhadap polis akan banyak
dipengaruhi oleh kredibilitas atau reputasi dari perusahaan asuransi tersebut.
4.
Aspek
keempat dari dimensi ini adalah security. Pelanggan mempunyai rasa aman dalam
melakukan transaksi. Aman karena perusahaan jujur dalam
bertransaksi. Mereka akanmencatat, mengirim barang dan melakukan penagihan
sesuai dengan yang diminta dan dijanjikan.
Dimensi empathi adalah dimensi
kelima dari kualitas pelayanan. Secara umum, dimensi ini memang dipersepsi
kurang penting dibandingkan dimensi reliability dan responsiveness di mata
kebanyakan pelanggan. Akan tetapi, untuk kelompok pelanggan “the haves” dimensi
ini bisa menjadi dimensi yang paling penting. Setelah kebutuhan fisik, keamanan
dan sosial terpenuhi, maka dua kebutuhan lagi akan dikejar oleh manusia yaitu
kebutuhan ego dan aktualisasi.
7.2
Nilai Kepuasan Pelanggan
Nilai konsumen (customer value) ditentukan oleh 2 hal
yaitu biaya (cost) dan manfaat (benefit). Biaya mencakup biaya uang, waktu,
energi, dan psikologi.Manfaat mencakup manfaat produk, jasa, pribadi, dan
image.
Manfaat yang dirasakan oleh setiap konsumen
berbeda-beda.Satu manfaat bisa menjadi lebih penting dibanding manfaat lainnya.
Berbeda dengan manfaat, biaya bersifat mutlak dan merupakan akumulasi dari
seluruh biaya yang ada; hanya saja terkadang konsumen tidak menyadari biaya
lain selain biaya uang.
Jika manfaat > biaya, maka akan tercipta nilai
konsumen yang tinggi (superior customervalue)
Jika manfaat < biaya, maka akan tercipta nilai konsumen yang rendah
(inferior customer value)
Untuk mencapai kepuasan konsumen, maka perusahaan
perlu memberikan nilai konsumen (red : superior) yang lebih baik daripada
pesaingnya.
Contoh: Apakah yang anda harapkan dari sepiring nasi
goreng dengan harga Rp.7000? Bagaimana jika harganya Rp.20.000?Harapan anda
terhadap nasi goreng dengan harga Rp.20.000 tentu saja lebih tinggi dibanding
nasi goreng dengan harga Rp.7.000. Mungkin anda berharap porsinya lebih banyak,
rasanya lebih enak, pelayanannya lebih baik. Harapan yang anda ciptakan ketika
anda membeli nasi goreng akan dibandingkan dengan penilaian anda setelah anda
makan nasi goreng tersebut. Jika ternyata nasi goreng yang anda makan tidak memenuhi
harapan anda, maka anda merasa kecewa.Jika ternyata nasi goreng yang anda makan
lebih dari harapan anda, maka anda merasa puas.
7.3
Definisi
Kepuasan Pelanggan
Kotler (2002), secara umum ia menyatakan bahwa
“Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu
produk dan harapan-harapannya”. Kepuasan konsumen(consumer satisfaction)
terjadi ketika perusahaan dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan dari
konsumennya.
Kotler mengajarkan kepuasan konsumen dari sisi harapan
(expectancy) dan kinerja (performance).
Jika harapan > kinerja, maka konsumen tidak puas.
Jika harapan < kinerja, maka konsumen puas.
Harapan dan kinerja ini berkaitan dengan barang/jasa
yang dikonsumsi oleh seorang konsumen. Sebelum konsumen mengkonsumsi
barang/jasa, mereka akan mempunyai harapan tentang kinerja barang/jasa
tersebut. Setelah mereka mengkonsumsi, barulah mereka mengetahui kinerja yang
sesungguhnya dari barang/jasa tersebut.Harapan dari konsumen dapat berubah
seiring waktu dan dipengaruhi banyak faktor.Oleh karena itu kinerja dari
barang/jasa pun harus berubah agar dapat mengikuti bahkan melebihi harapan
konsumen untuk dapat mencapai kepuasan konsumen.
Menurut Eangel (1990), kepuasan pelanggan merupakan
“Evaluasi purna beli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasan pelanggan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi
harapan pelanggan.
Menurut Rangkuti (2004) adalah mengukur sejauh mana
harapan pelanggan terhadap produk atau jasa yang diberikan dan telah sesuai
dengan aktual produk atau jasa yang ia rasakan.
(Tjiptono,1997), Kepuasan merupakan tingkat perasaan
konsumen yang diperoleh setelah konsumen melakukan/menikmati sesuatu.
Sedangkan Wilkie mendefinisikan kepuasan pelanggan
sebagai suatu tanggapan emosial pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi
suatu produk atau jasa.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa kepuasan
konsumen merupakan perbedaan antara yang diharapkan konsumen (nilai harapan)
dengan situasi yang diberikan perusahaan (perguruan tinggi) di dalam usaha
memenuhi harapan konsumen.
7.4 Membangun Kepuasa Pelanggan Melalui Kualitas Layanan
Dan Nialai Kepuasan Pelanggan
Perusahaan banyak menggunakan berbagai cara untuk
mempertahankan salah satunya adalah memastikan kualitas produk dan jasa
memenuhi harapan konsumen. Pemenuhan harapan akan menciptakan kepuasan bagi
konsumen.Konsumen yang terpuaskan akan menjadi pelanggan, mereka akan
(Kotler,1996) :
1.
Melakukan
pembelian ulang
2.
Mengatakan
hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain.
3.
Kurang
memperhatikan merek ataupun iklan produk pesaing
4.
Membeli
produk yang lain dari perusahaan yang sama
Setiap perusahaan atau organisasi yang menggunakan
strategi kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaingnya berusaha keras
merebut atau mempertahankan konsumen suatu perusahaan. Kepuasan konsumen akan
menyebabkan para pesaingnya berusaha keras merebut atau mempertahankan konsumen
suatu perusahaan. Kepuasan konsumen merupakan strategi jangka panjang yang
membutuhkan konsumen baik dari segi dana maupun sumber daya manusia
(Schnaars,1991). Beberapa strategi yang dipadukan untuk meraih dan meningkatkan
kepuasan pelanggan adalah :
1.
Relation
Marketing (Mc Kenna, 1991) yaitu
strategi dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual berkelanjutan,
tidak berakhir setelah penjualan selesai. Relationship Marketing berdasar pada:
ü Fokus customer retention
ü Orientasi manfaat produk
ü Orientasi jangka panjang
ü Layanan pelanggan yang sangat diperhatikan dan
ditekankan
ü Komitmen terhadap konsumen sangat tinggi
ü Kontak dengan pelanggan sangat tinggi
ü Kualitas yang merupakan perhatian sangat
tinggi
2.
Strategi
Superior Customer Service (Schnaars,1991).Strategi ini menawarkan strategi yang lebih baik
daripada pesaing. Perusahaan atau organisasi yang menggunakan strategi ini
harus memiliki dana yang cukup besar dan kemampuan SDM yang unggul, serta
memiliki usaha yang gigih agar tercipta suatu pelayanan yang menawarkancustomer
service yang lebih baik akan membebankan harga yang lebih tinggi daripada
produk atau jasa yang dihasilkan.
3.
Strategi
unconditional guarantees (Hart,1988) atau extra ordinary guarantees.
Strategi ini berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan konsumen yang
akhirnya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan
kinerja perusahaan.
4.
Strategi
penanganan keluhan yang efisien (Schnaars, 1991)Memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengubah
konsumen yang tidak puas (unsatisfied customer) menjadi konsumen yang puas
(satisfied customer) terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
5.
Strategi
peningkatan kinerja perusahaan. Suatu
strategi meliputi berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan pengukuran
kepuasan konsumen secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan
yang mencakup komunikasi dan public relation terhadap pihak manajemen dan
karyawan, memasukkan unsur kemampuan untuk memuaskan konsumen yang penilaiannya
bias didasarkan pada survei konsumen, dalam sistem penilaian prestasi karyawan
dan memberikan enpowerment yang lebih besar kepada karyawan dalam melaksanakan
tugasnya.
6.
Penerapan
Quality Function Deployment (QFD).Merupakan praktek dalam merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap
kebutuhan konsumen. Hal ini melibatkan konsumen dalam proses mengembangkan
produk/jasa sedini mungkin dengan demikian memungkinkan perusahaan untuk
memperioritaskan kebutuhan konsumen serta memperbaiki proses hingga tercapainya
efektivitas maksimum
Kepuasan
adalah perasaan senang atau kecewa sesorang yang berasal dari perbandingan
antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan
harapan-harapanya.Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan
harapan,pelanggan puas.Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau
senang.
Banyak perusahan berfokus pada kepuasaan tinggi karena
para pelanggan yang hanya merasa puas mudah untuk berubah pikiran bila mendapat
tawaran yang lebih baik.Mereka yang amat puas lebih sukar untuk mengubah
pilihannya.Kepuasan tinggi atau kesenangan menciptakan emosional terhadap
merk,bukan hanya preferensi rasional.Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang
tinggi.Dan ada juga hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur kepuasan
pelanggan.saat pelanggan menilai kerpuasasa meraka berdasarkan unsur kinerja
perusahaan, misalnya penyerahan perusahaan barang perusahaan perlu menyadari
bahwa para pelanggan beragam dalam cara mereka mendefinisikanpenyerahan barang
yang baik.
Hal itu dapat berarti penyeraha yang lebih awal,tepat
waktu,lengkap dan seterusnya.Tetapi jika perusahaan harus menyebutkan setiap
unsur dengan rinci, para pelanggan akan menghadapi daftar pertanyaan yang
banyak.perusahaan juga perlu menyadari bahwa dua pelanggan dapat melaporkan
“kepuasaan tinggi” dari sebab yang berbeda.Salah satu mungkin selalu mudah di
puaskan dan yang lainya mungkin sukar di senangkan tetapi merasa senang pada
saat ini.
Perusahaan-perusahaan juga harus memperhatikan bahwa
para manajer dan staf penjualan dapat memanipulasi tingkat kepuasan pelanggan
mereka.Mereka dapat menjadi amal ramah kepada para pelanggan hanya sebelum
diadakanya survey.Mereka juga dapat mencoba untuk mengeluarkan pelanggan yang
tidak puas dari survey.Bahaya lainya adalah bahwa jika pelanggan mengetahui
bahwa perusahaan akan berusaha keras untuk menyenangkan pelanggan,beberapa
pelanggan mungkin menunjukan ketidakpuasan yang tinggi (walaupun sebenarnya
mereka puas) agar memperoleh lebihbanyakkemudahan.
BAB
VIII
STRATEGI SDM DALAM PEMASARAN JASA
8.1 Peran Penting sumber Daya Manusia dalam
Perusahaan
Mengapa
SDM yang berkualitas itu penting? Robert J. Eaton, CEO Chrysler Corporation,
Amerika Serikat, pernah mengatakan: “The only we can beat the competition is
with people”. Pernyataan Eaton ini seakan-akan hendak menegaskan bahwa
ditengah-tengah pesatnya kecanggihan teknologi, ternyata peran SDM dalam
menentukan keberhasilan perusahaan tidak bisa diabaikan. Ibarat pepatah, SDM
merupakan sumber keunggulan daya saing yang tak lekang oleh panas, tak lapuk
oleh hujan. Hal ini berbeda dengan teknologi produk dan proses produksi yang
dinilai makin berkurang peran pentingnya sebagai sumber keunggulan daya saing.
Dalam pemasaran jasa, kesuksesannya juga sangat
bergantung pada SDM yang dimiliki. Apalagi dalam jasa, terjadi kontak antara
SDM dengan konsumen secara langsung. Perusahaan juga harus mengantisipasi
segala kemungkinan terjadinya permasalahan dalam pengelolaan SDM mulai dari
tahap seleksi hingga proses manajemen SDM yang lebih kompleks. Tingkat
perhatian dan penekanan pada peran SDM dalam jasa adalah sangat penting,
apalagi pada era globalisasi saat ini dimana tidak akan ada batas mobilitas sumber
daya termasuk SDM. Peran penting SDM dalam perusahaan jasa harus dibedakan
untuk pengelolaannya lebih lanjut (Payne, 1983), yang pada umumnya dapat
dikelompokkan atas:
1. Contactors, adalah SDM yang berhubungan erat dengan kosumen dan memilih aktifitas memasarkan
secara konvensional. Mereka memiliki posisi dalam hal menjual dan perannya
sebagai customer service. SDM yang terlibat dalam peran ini
membutuhkan pelatihan, persiapan dan motivasi yang tinggi untuk melayani konsumen
sehari-hari. Selain itu, dituntut memiliki kemampuan responsive dalam memenuhi kebutuhan konsumen (orang yang berperan
dalam penjualan dan layanan pelanggan).
2. Modifiers, yaitu SDM yang tidak terlibat secara langsung dalam aktifitas pemasaran. Kontak
dengan konsumen hanya dilakukan sesekali
saja. Peran ini sangat penting, oleh karena itu, mereka harus mempunyai
pandangan yang luas tentang strategi
pemasaran jasa perusahaan. Modifiers memerlukan keahlian untuk
dapat menjalin kerjasama yang erat dengan para konsumen. Manajemen harus
mengarahkan dan mengadakan pelatihan serta
pengembangan kerja secara
intensif (Receptionis, operator telepon).
3. Influencers, tugasnya
antara lain mencakup pengadaan riset dan
pengembangan, peran SDM ini
lebih terfokus pada implementasi dari strategi pemasaran perusahaan. Seorang influencers
harus memiliki potensi kemampuan untuk menarik konsumen melalui hasil yang diperolehnya. Keberhasilan
dicapai dengan standar keinginan konsumen. Influencers juga diberikan kesempatan untuk berhubungan dengan konsumen agar
hasilnya lebih baik (R&D, periset pasar)
4. Isolateds, SDM yang
berada pada peran ini tampaknya akan sulit berhasil apabila tidak mendapat
dukungan yang memadai dari manajemen, terutama untuk memotivasi mereka. SDM
harus diarahkan untuk mengetahui
perannya, serta strategi
pemasaran perusahaan sehingga mereka dapat berkontribusi lebih optimal bagi
perusahaan (staf pembukuan).
8.2 Pengelolaan
SDM Perusahaan Jasa
Dengan melihat berbagai peran penting SDM dalam
perusahaan tentunya diharapkan manajemen tidak lagi memandang sumber daya ini
hanya dengan sebelah mata.
Kelalaian dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan serta pengawasan
terhadap SDM yang dimiliki akan merugikan perusahaan. Peran penting dalam
pemasaran jasa dapat dijelaskan dalam aspek internal marketing dan customer
service. Menyadari bahwa manajemen SDM merupakan suatu kegiatan menyeluruh
dari perusahaan yang melibatkan hubungan antara organisasi dengan para karyawan
yang menjadi kekayaan utama dalam pemasaran jasa, maka diperlukan suatu komitmen yang tinggi dari
seluruh elemen yang terlibat di dalamnya.
Dewasa ini mulai berkembang suatu pandangan bahwa
untuk memasarkan jasa dengan baik kepada konsumen di luar perusahaan, usahakan
untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan
terlebih dahulu terutama untuk recruitment yang bermutu SDM perusahaan. Internal
marketing menciptakan suatu efektifitas kerja SDM sebelum mereka berhubungan dengan para konsumen. Terdapat 2 aspek
penting dalam konsep internal marketing ini, yaitu:
1. Karyawan
dari setiap departemen memiliki peran sebagai internal customer dan supplier.
Untuk dapat memberikan kualitas terbaik pada external marketing, maka
harus dipastikan setiap karyawan mendapatkan kepuasan kerja yang optimal.
2. Pandangan
yang sama terhadap misi, strategi dan tujuan perusahaan merupakan elemen yang
penting untuk menciptakan komitmen yang tinggi pada setiap karyawan yang pada
akhirnya memotivasi karyawan untuk bekerja optimal. Untuk dapat meraih
kesuksesan dalam internal marketing, perusahaan jasa perlu menekankan
pada pentingnya komunikasi, keterbukaan, tanggung jawab dan integritas yang
tinggi terhadap pencapaian tujuan. Internal marketing merupakan langkah
awal untuk menciptakan motivasi yang tinggi baik bagi karyawan maupun konsumen
sebagai pengguna jasa. Dalam menciptakan suatu kerjasama jangka panjang antara
manajemen, karyawan dan konsumen, konsep internal marketing ini
memberikan suatu pandangan bahwa internal market of employees akan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perusahaan maupun bagi kosumen
sehingga internal marketing penting untuk diperhatikan sebagai
upaya yang besifat jangka panjang. Proses manajemen yang penting dalam hal ini
menurut Gronroos (1990) adalah:
1. Attitude Management
Meliputi sikap dan motivasi karyawan dalam pelaksanaan
kegiatan perusahaan. Pihak manajemen perlu bersifat proaktif terutama dalam
perencanaan dan pengawasan kegiatan karyawannya.
2. Communication Management
Merupakan proses manajemen dalam menyampaikan setiap
informasi yang bertujuan untuk memberikan petunjuk kerja dan memberikan
kesempatan pula pada para karyawan untuk menyampaikan segala permasalahan yang
dihadapi sehingga dapat terjadi komunikasi dua arah dan terjalin suasana
keterbukaan. Pada kenyataannya, seringkali hal yang pertama lebih diutamakan
dan merupakan proses yang berkelanjutan sementara komunikasi hanya dilakukan sewaktu-waktu
saja. Untuk mencapai kesuksesan, sebaiknya kedua proses tersebut dilakukan
secara seimbang.
8.2 Membangun
Customer Service
Perbedaan utama antara perusahaan penghasil produk
berupa barang dengan perusahaan penghasil jasa adalah pada pemasarannya, dimana
jasa lebih dituntut memberikan kualitas yang optimal dari customer service.
Konsumen dapat memiliki penilaian yang sangat subyektif terhadap suatu jasa
karena mereka merasakan standar kualitas pelayanan yang diberikan berpengaruh
pada kepuasan yang hendak diraih. Bagi perusahaan jasa tentu cukup sulit untuk
mengadakan standar pelayanan yang sama dimata konsumen. Hal tersebut menuntut
kecermatan dalam pengelolaan SDM yang dimiliki agar kinerjanya optimum dan
memuaskan konsumen.
Ditengah kondisi persaingan di sektor jasa yang
semakin meningkat, perusahaan hendaknya terus meningkatkan customer service.Customer
service meliputi berbagai aktivitas di seluruh area bisnis yang berusaha
mengkombinasikan antara penjualan jasa untuk memenuhi kepuasan konsumen mulai
dari pemesanan, pemrosesan, hingga pemberian hasil jasa melalui komunikasi
untuk mempererat kerja sama dengan konsumen.
Tentu saja tujuannya adalah memperoleh keuntungan. customer
service bukan sekedar maksud melayani namun merupakan upaya untuk membangun
suatu kerja sama jangka pajang dengan prinsip saling menguntungkan. Proses ini
sudah dimulai sebelum terjadi transaksi hingga tahap evaluasi setelah
transaksi. Customer service yang baik adalah bagaimana mengerti
keinginan konsumen dan senantiasa memberikan nilai tambah di mata konsumen.
Untuk mencapai kinerja yang tinggi dalam customer
service, manajemen perusahaan jasa juga harus menyiapkan SDM melalui training
tentang bagaimana menghadapi permintaan konsumen, mengadakan komunikasi
personal yang memberikan kesempatan bekerja sama dengan kualitas lebih baik.
Tantangan bagi pihak manajemen jasa saat ini adalah bagaimana mengintegrasikan
seluruh elemen yang ada dalam customer service agar sesuai dengan
strategi dan operasi perusahaan yang telah ditetapkan. Seluruh komponen SDM
adalah customer service yang memiliki tanggung jawab terfokus pada tugas
menjalankan pemasaran bukan hanya di areanya saja.
Pada umumnya customer service hanya
terpusat pada satu bagian, yang sering menimbulkan ketidakpuasan konsumen
karena untuk mendapatkan pelayanan harus melalui birokrasi berbelitbelit.
Manajemen perusahaan hendaknya secara jelas mendelegasikan tugas ke seluruh
bagian dengan orientasi pada konsumen, baik untuk SDM yang terlibat pada front
office maupun back office (Lovelock, 1991). Pandangan integral
tentang customer service dari setiap SDM perusahaan hendaknya selalu
ditingkatkan. Kunci kesuksesannya adalah pada sistem pelayanan (reservation)
yang diberikan kepada konsumen serta memperhatikan perannya dalam customer
service.
Mendapatkan hasil kerja yang baik dalam pemberian
jasa, tentu harus diikuti dengan adanya desain dan strategi yang tepat dari
perusahaan jasa bersangkutan. Beberapa langkah penting dalam mendesain customer
service adalah:
1.
Identifying a service mission
Sebagai tahap awal tentu harus ditetapkan misi perusahaan
agar dapat menciptakan suatu komitmen dan falsafah kerja sama untuk mencapai
misi tersebut.
2.
Setting customer service objective
Tujuan pelayanan merupakan hal penting lainnya yang
harus ditetapkan perusahaan. Hal ini bermanfaat untuk menentukan elemen mana
yang diutamakan untuk mencapai hasil yang optimal. Tujuan pelayanan ini
mencakup aktivitas sebelum transaksi, saat berlangsung transaksi dan setelah
aktivitas transaksi. Selain itu perusahaan dapat memperhatikan value apa
yang diinginkan konsumen bagaimana memenuhinya dan membangun kapasitas kerja
yang bersaing dengan perusahaan jasa lainnya.
3.
Customer service strategy
Walaupun setiap konsumen tidak memiliki standar yang
sama terhadap suatu jasa, namun segmentasi dapat membantu perusahaan dalam menetapkan
standar pelayanan yang dapat diberikan kepada setiap segmen pasarnya. Strategi customer
service yang ditetapkan harus mencakup identifikasi dari segmen konsumen,
jasa dan konsumen yang paling penting serta bagaimana metode pemberian jasanya
agar dapat bersaing di pasaran sekaligus merupakan keunggulan tersendiri bagi
perusahaan.
4.
Implementation
Dalam implementasinya customer service merupakan
suatu kesatuan dengan marketing mix lainnya yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan jasa hendaknya senantiasa berusaha mengadaptasi setiap perubahan
lingkungan yang terjadi terutama yang berkaitan dengan perilaku konsumen. Hal
ini penting untuk menghasilkan desain customer service yang tepat dan
efektif. Kemampuan manajemen untuk mengkomunikasikan strategi kepada SDM
pelaksana akan sangat menentukan keberhasilan kualitas customer service yang
baik.
8.3 Proses
manajemen SDM Dalam Operasi Jasa
Hal penting lainnya yang perlu mendapat perhatian dari
operasi jasa adalah bagaimana pola dan proses manajemen yang digunakan
organisasi yang efektif manajemen hendaknya mengupayakan pemberdayaan SDM
melalui:
1.
Recruit the Right Employees
Melakukan rekruitmen pegawai sesuai dengan kualifikasi
perusahaan agar pemasaran jasa berlangsung baik. Kemampuan yang perlu dicermati
antara lain adalah keahlian teknik dan karakteristik personal yang dimiliki.
Penilaian ini tergantung pada tuntutan kerja yang ada.
2.
Train Employees Properly
Walaupun SDM yang ada adalah hasil seleksi bukan
berarti tidak memerlukan pelatihan. Pelatihan tetap diberikan sebagai bekal
untuk menghadapi segala situasi agar dalam operasinya setiap SDM memberikan
kontribusi terbaiknya.
3.
Educate the Customer
Selain pada karyawan perusahaan, operasi jasa akan
berjalan lancer apabila konsumennya memiliki informasi yang jelas dan lengkap
mengenai jasa yang ditawarkan perusahaan. Konsumen dan penyedia jasa akan dapat
berinteraksi sehingga tidak ada unsur ketertutupan dalam kerja sama.
4.
Educate All Employees
Internal marketing juga menjadi fokus dalam menciptakan manajemen perasi
yang baik. Apabila karyawan memiliki sikap dan kemampuan pelayanan yang baik
maka segala permasalahan akan dapat diatasi.
5.
Be Effective First, Nice Second
Pemberian jasa adalah pertama efisiensi baru kemudian
sikap ramah.
6.
Standardize Response Sistem
Manajemen perlu menyiapkan standar untuk menangani
kesulitan dan kritik yang disampaikan konsumen.
7.
Be Proactive
Perusahaan harus jeli melihat setiap peluang yang ada
dan menentukan strategi operasi yang tepat untuk mencapai sasaran.
8.
Evaluate Performance Regularly
Evaluasi kinerja secara rutin akan sangat berguna bagi
manajemen untuk mengetahui kinerja perusahaan dan memberikan masukan tentang
hal-hal mana yang perlu diperbaiki. Perusahaan perlu mengambil tindakan koreksi
untuk setiap operasi yang gagal atau kurang dari standar yang ditetapkan.
Tindakan koreksi yang mungkin diambil antara lain adalah melatih kembali SDM
yang dimiliki, mengadakan rotasi kerja untuk meningkatkan motivasi atau
mengganti SDM perusahaan yang sudah tidak memiliki kesesuaian dengan strategi
perusahaan. Implementasi dari seluruh aspek yang terkait dengan SDM perusahaan
jasa ini menuntut adanya suatu komitmen, cara pandang dan pelaksanaan peran
secara optimal oleh seluruh anggota perusahaan jasa agar dapat mencapai
ketepatan operasi dan keefektifan kinerja.
8.4 Contoh
Kasus : Praktik Strategi SDM Jasa Dan Customer service
Konsumen dalam mempersepsikan value dari
kualitas, sering ditentukan oleh customer value dari perusahaan. Bahkan customer
service telah menjadi senjata utama dalam memenangkan persaingan. Industri
asuransi, bank, perusahaan penerbangan, bahkan manufaktur kesulitan membedakan
output perusahaan mereka dengan pesaingnya kecuali melalui customer service.
Siapapun dapat meniru penawaran jasa yang disajikan.
Misalnya: bank menawarkan keamanan, kemudahan, tingkat bunga, yang menarik,
yang semua hampir dapat dipenuhi oleh semua bank. Perusahaan asuransi
menawarkan keamanan dan jaminan dan lainnya, yang bisa dipenuhi oleh setiap
perusahaan asuransi yang ada. Membuat customer service yang meningkatkan
net value itulah yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya? Kita akan
belajar bagaimana membuat customer service yang maksimal dan bahkan
menjadi alat positioning guna memenangkan persaingan.
8.5 Bagaimana
Menangani Keluhan Konsumen
Kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa konsumen lebih
banyak membicarakan dengan orang lain, tentang pengalaman buruknya dalam
konsumsi jasa daripada pengalaman konsumsi jasa yang menyenangkan (Anda juga?).
Dalam hal ini perusahaan harus benar-benar mendengarkan keluhan pelanggan dan berikutnya mengatasinya. Dan kunci dari semua itu adalah
bagaimana mendorong konsumen untuk mengutarakan ketidakpuasannya kepada
perusahaan. Berikut ini adalah cara perusahaan untuk menghindari dampak buruk
dari berbagai keluhan pelanggan:
1. Bila terjadi kesalahan pelayanan atau hal lainnya
yang menimbulkan ketidakpuasan bagi penumpang, pihak perusahaan harus
memberikan penjelasan mengenai penyebab dari permasalahan tersebut.
2. Membuka kesempatan seluasnya bagi pelanggan untuk
menyampaikan kritik dan saran secara lisan atau tulisan untuk peningkatan
kualitas.
3. Perusahaan bersedia menyiapkan dan mengeluarkan
dana tambahan bila memang terjadi kesalahan dari pihak perusahaan dan merugikan
pelanggan. (Misalnya: karena makan disajikan dengan sayur yang setengah matang,
restoran menggratiskan makan siang tersebut).
4. Mentargetkan tiap pelanggan harus keluar dengan
perusahaan puas.
5. Mentargetkan tiap pelanggan baru harus berhubungan
jangka panjang dengan mereka, atau “pelanggan harus kembali lagi karena puas”.
6. Memberi jaminan keamanan dan kenyamanan dalam
mengkonsumsi jasa dan menyampaikan keluhan, sehingga mereka tidak merasa
terancam/terganggu. Bila top manager (termasuk diantaranya vice
president, president) mau menerima dan menanggapi keluhan mereka, pelanggan
akan merasa terhormat dan memberikan value lebih.
1. Roy Mc.
Clelland, vice president bagian operasi Delta Airline, secara teratur
menghubungi konsumen-konsumen yang mengajukan keluhan-keluhan.
2. J.W.
Marriot Jr. bahkan bersedia meluangkan waktunya untuk membaca sendiri
surat-surat keluhan yang masuk perusahaan.
3. Ibu
Greco, Presiden Fidelity bank yang membawahi 124 cabang selalu ikut turun
langsung dalam menanggapi keluhan. Ini dimulai ketika Greco hanya menjadi
sekretaris 20 tahun lalu, mungkin dikarenakan ia wanita sehingga dianggap lebih
sensitif, maka banyak surat keluhan ditujukan ke kantornya.Maka langkah yang ia
ambil antaranya:
a. Dia mengerti bahwa konsumen juga harus dibimbing
agar mengerti bagaimana usaha perusahaan untuk mengatasi keluhan mereka.
b. Fidelity menugaskan 25 orang untuk mengunjungi,
American Exspress, L.L. Bean, dan perusahaan lain yang terkenal memiliki cara
penanganan konsumen terbaik untuk mempelajarinya.
c. Fidelity mengembangkan suatu sistem penanganan
keluhan konsumen untuk 14 segmen bisnis yang ada secara terpadu. Hal ini
memberikan kesempatan konsumen yang bermasalah dengan saving account, auto
loan, credit card, bisa menghubungi satu nomor telepon, atau melalui
surat.
Grecco masih berusaha membaca surat pada tiap bulannya
yang mencapai 120 pucuk. Dan saat ini 87% dari konsumennya merasa sangat puas
dibandingkan tahun 1986 yang hanya 57%.
4. AT&T
dan Coca Cola menyedian toll free telephone sistem untuk mendapat feed
back dari konsumen di mana konsumen yang menyampaikan keluhan menurun
seiring peningkatan kualitas, menjadi 1 diantara 50 telepon. Salah satu
pengalamannya adalah saat keluar produk baru, New Coke, dengan bertahap semakin
banyak konsumen menelepon menyampaikan lebih suka Coca Cola formula lama.
Tanggapan ini telah menimbulkan brand loyalty konsumen. Juga diperoleh,
pengalaman percakapan telepon dapat memberi pelayanan lebih cepat dan pribadi
untuk menjelaskan dari keadaan. Seiring waktu konsumen semakin cerdas, pandai
memilih, dan tuntutan lebih banyak, dan komplain lebih keras. Maka perusahaan
harus berhati-hati dalam melatih, memonitor, dan memotivasi karyawan yang
menangani para konsumen.
1. General Electric (GE) yang berpusat di Lousville
mengirim pegawainya untuk belajar ke Disney University (DU), sebab DU terkenal
tahu bagaimana membahagiakan orang.
2. Taylor, manager GE melakukan evaluasi tiga kali
setahun berdasarkan produktivitas, sikap, tingkah laku, kehadiran, dan kualitas
jasa dengan standar tingkat 80%. Jika sukses akan ditingkatkan dengan standari
85% dalam 5 tahun.
3. GE membuat database raksasa berisi 750.000
kemungkinan jawaban dari 8.500 model keluhan dari 120 macam produk. Dimana tiap
jawaban dengan probabilitas >95% akan memuaskan penelepon, dan menghasilkan return
2 kali.
BAB
IX
PEMASARAN
JASA INTERNASIONAL
9.1 Pemasaran jasa internasional
Globalisasi pasar dan kompetisi mengharuskan semua
manajer untuk memperhatikan lingkungan global. Pemasaran internasional
didefinisikan sebagai kinerja aktivitas bisnis termasuk keputusan-keputusan
penentuan harga, promosi, dan distribusi produk ( barang dan jasa) kepada
pelanggan/konsumen di lebih dari satu negara untuk mendapatkan keuntungan.
Sektor jasa memberikan kontribusi terbesar bagi Gross
Domestic Product (GDP) di negara-negara maju dan merupakan sumber lapangan
kerja utama, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Tipe aktivitas sektor jasa yang dominan di negara maju
dan negara berkembang cenderung berbeda. Di negara berkembang misalnya, sektor
jasa yang dominan cenderung berupa jasa-jasa yang membutuhkan ketrampilan
rendah, seperti dalam sektor perdagangan grosir dan eceran, restoran,
pariwisata, dan jasa personal. Sebaliknya, di negara maju selain jasa yang
membutuhkan ketrampilan dan teknologi rendah, sektor jasa juga didominasi oleh
sektor-sektor yang membutuhkan ketrampilan dan teknologi tinggi, seperti jasa
media, perangkat lunak, finansial, profesional, dan business services.
Sektor jasa juga berkontribusi lebih besar daripada
sektor manufaktur dalam hal pangsa investasi langsung luar negeri di sebagian
besar negara maju. Akan tetapi, baru pada tahun 1994 terjadi kesepakatan
multilateral pertama dalam hal perdagangan global di sektor jasa. Perdagangan
jasa internasional berperan signifikan dalam perekonomian di banyak negara,
terutama industrialized countries.
Faktor-faktor yang dinilai berkontribusi pada pesatnya
pertumbuhan ekspor jasa internasional dalam beberapa dekade terakhir meliputi :
1.
Suksesnya
negosiasi WTO.
2.
Semakin
terbukanya negara-negara yang semula bercirikan perekonomian yang tertutup.
3.
Semakin
meningkatnya permintaan jasa seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
4.
Kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi.
5.
Semakin menguatnya
perlindungan terhadap hak cipta dan karya intelektual.
6.
Terbentuknya
blok-blok ekonomi regional (NAFTA dan European Union)
7.
Berkembangnya
praktik service outsourcing.
9.2 Faktor
Pemicu Internasionalisasi Jasa
Pemasaran jasa internasional berbeda dengan pemasaran
jasa domestik dalam sejumlah hal. Perbedaan-perbedaan tersebut berkaitan dengan
jarak, sosiokultural, teknologikal, ekonomi, politik serta hukum antar pasar
domestik dan pasar luar negeri. Faktor pemicu internasionalisasi jasa bisa
dikelompokan menjadi dua kategori utama, yakni firm level drivers dan industry level drivers. Dalam setiap kategori terdapat pemicu
spesifik.
1.
Firm level drivers
Kategori ini meliputi sejumlah faktor berikut.
o
Mencari
pasar (market
seeking). Para eksportir mencari pasar baru dalam rangka memanfaatkan
potensi pertumbuhan di pasar tersebut.
o
Mengikuti
klien. Klien
menuntut pemasok menyediakan jasa yang sama di lokasi baru.
o
Tekanan
pasar domestik. Pasar
domestik yang ada sudah mulai jenuh.
o
Mengikuti
pesaing. Beberapa
perusahaan jasa mengamati para pesaingnya yang berekspansi ke luar negeri.
o
Membangun
keahlian. Beberapa
pasar dipandang sebagai lead countries, di mana inovasi dalam hal
teknologi dan strategi disana berlangsung lebih cepat daripada negara-negara
lainnya.
o
Melakukan preemptive strikes. Menjadi perusahaan pertama
yang memasuki sebuah pasar negara baru biasanya memberikan first-mover
advantage apabila market entry tersebut ditangani dengan baik.
o
Pesanan
tidak terduga (unsolicited
orders). Hal tersebut biasanya terjadi karena sebuah perusahaan jasa
memiliki reputasi internasional atau teknologi inovatif yang dibutuhkan untuk
menagani proyek tertentu diluar negeri.
2.
Industry
level drivers.
Kategori ini meliputi 5 faktor utama yakni sebagi
berikut.
·
Faktor
persaingan. Contohnya
kehadiran pesaing dari berbagai negara, tingkat ekspor dan impor yang tinggi.
·
Faktor pasar. Contohnya semakin berkembangnya transferable
marketing dan pelanggan global.
·
Faktor
teknologi. Contohnya
kemajuan telekomunikasi, komputerisasi dan peralatan elektronik, digitalisasi
suara dan video.
·
Faktor biaya.Contohnya ketersediaan dukungan logistik global dan
kebutuhan untuk menutupi biaya pengembangan produk yang mahal.
·
Faktor
pemerintah. Contohnya
adanya regulasi pemasaran dan kebijakan perdagangan yang kondusif.
Lovelock menegaskan bahwa pengaruh kelima faktor utama
tersebut berbeda-beda untuk setiap jenis jasa. Berikut ini adalah kategori jasa
menurut tipologi Lovelock&Yip.
1.
People-processing
services
Dalam tipe ini, pelanggan menjadi bagian utama dari
proses produksi jasa yang berlangsung secara simultan dengan konsumsi jasa
bersangkutan (hotel, jasa transportasi). Tipe ini bercirikan kontak langsung
antara penyedia jasa dan pelanggan. Dalam konteks pemasaran jasa internasional,
dibawah ini terdapat tiga opsi yang mungkin dilakukan.
§ Mengekspor konsep jasa. Penyedia jasa bisa bekerja
sama dengan pemasok lokal maupun beroperasi sendiri dalam mendirikan service
factory di negara lain, (contoh : restoran,bank).
§ Mengimpor pelanggan (importing customers).
Pelanggan dari negara lain dipikat dengan daya tarik atau kompetensi unik untuk
datang ke service factory di home country penyedia jasa, (contoh
: kesehatan, pariwisata).
§ Memindahkan pelanggan ke lokasi baru. Dalam jasa
transportasi penumpang, memasuki pasar internasional berarti membuka rute baru
ke tempat tujuan yang diharapkan.
2.
Possession-processing
services
Dalam tipe ini, penyedia jasa melakukan sesuatu atas
produk fisik milik pelanggan untuk meningkatkan nilai produk tersebut bagi
pelanggan, (contoh : jasa reparasi peralatan elektronik, cleaning services).
·
Information-based
services
Tipe jasa ini meliputi dua jenis, yaitu mental-processing
services (jasa yang ditujukan pada pikiran pelanggan, misal berita dan
hiburan) dan information-processing services (jasa yang ditujukan pada
aset intangible pelanggan, contohnya jasa akuntasi, perbankan). Information-based
services dapat didistribusikan secara internasional melalui salah satu dari
empat cara berikut.
·
Mengekspor
jasa kepada service factory lokal, (film produksi Hollywood ditayangkan
di bioskop negara luar Amerika).
·
Mengimpor
pelanggan, (universitas luar negeri menerima mahasiswa dari negara lain).
·
Mentransformasikan
jasa ke dalam barang fisik dan mengekspornya, (CD musik, DVD game).
·
Mengekspor
informasi via telekomunikasi dan mentranformasikannya secara lokal, (download
software (aplikasi) komputer).
Jasa internasional didefinisikan sebagai “perbuatan (deeds),
kinerja atau usaha yang dilakukan melewati batas-batas negara dalam kontak
kritikal dengan budaya asing”oleh Clark, Rajaratnam & Smith. Berbeda dengan
barang, jasa bisa berupa kinerja (seperti jasa hukum dan mini seri TV) atau
pengalaman yang berbasis peralatan (contohnya, telekomunikasi) maupun berbasis
orang (misalnya, konsultasi manajemen).
Beberapa contoh sektor jasa internasional : Perangkat
lunak komputer, Konstruksi, Konsultasi, Distribusi, Waralaba, Pendidikan,
Hiburan, Jasa Kesehatan, Asuransi, Jasa Hukum, Media, Restoran, Pariwisata,
Pengiriman Ekspres, Transportasi, dan lain sebagainya.
Erramili mengelompokkan jasa internasional menjadi dua jenis,
yaitu:
1.
Hard
services (seperti
desain arsitektur, pendidikan, asuransi jiwa, dan musik)
2.
Soft
services (contohnya
restoran, rumah sakit, laundry, dan hotel).
Hard services tidak terlalu membutuhkan kehadiran fisik eksportir
di pasar lokal dan konsumsinya bisa dilakukan secara terpisah dari proses
produksi. Sebaliknya, produksi dan konsumsi soft services secara garis
besar merupakan proses simultan, dan jasa-jasa semacam itu menuntut local
presence perusahaan jasa atau perwakilan yang bertindak atas nama
perusahaan tersebut.
Menurut Clark, Rajaratnam & Smith ada empat
macam jasa internasional yakni:
·
Contact-based
services,
·
Vehicle-based
services,
·
Asset-bassed
services,
·
Object-based
services.
Dalam tipe contact-based services, penyedia
jasa konsumen jasa berpindah dari satu negara ke negara lain dalam rangka
melakukan transaksi, contohnya jasa konsultasi. Dalam tipe vehicle-based
services, aliran komunikasi lintas negara dilakukan melalui radio, TV,
transmisi satelit, Internet, maupun “vehicles” fasilitator lainnya,
misal siaran MTV. Dalam tipe asset-bassed services, gagasan jasa
komersial berkaitan dengan investasi asing langsung memasuki sebuah negara
dalam rangka membangun platform operasi, contohnya bank. Dalam object-based
services, objek fisik yang berisi jasa dikirim ke negara lain, contohnya
perangkat lunak komputer dan DVD.
Patterson & Cicic mengemukakan tipologi perusahaan jasa yang berkiprah
dalam pemasaran global berdasarkan dua dimensi utama, yakni tingkat tangibility
dan tingkat face-to-face contact yang dibutuhkan untuk memproduksi menyampaikan
jasa. Dalam tipologi ini terdapat empat jenis perusahaan jasa sebagai berikut :
1. Location-Free
Profesional Services
Dalam tipe ini, penyedia jasa tidak harus ada di
negara lain secara permanen. Strategi market entry biasanya dijalankan
dengan cara mengirim personel kunci (misalnya, manajer proyek, environmental
scientist) ke negara tujuan pemasaran selama periode waktu yang relatif
singkat untuk merampungkan proyek dan kemudian kembali lagi ke negaranya.
2. Location-Bound
Cusomized Projects
Tipe ini lebih bersifat jangka panjang, membutuhkan
interaksi personal antara klien dan penyedia jasa, menuntut fleksibilitas dan adaptasi
situasional, serta memerlukan kehadiran permanen di negara tujuan pemasaran,
contohnya manajemen proyek.
3. Standardized
Services Packages
Tipe jasa ini terkait erat dengan produk fisik,
seperti perangkat lunak, compact disc, paket kursus pendidikan jarak
jauh terstandarisasi, atau kursus pelatihan teknis. Contoh waralaba.
4. Value-Added
Customized Projects
Perusahaan-perusahaan dalam tipe ini sangat
membutuhkan tingkat interaksi tinggi dengan kliennya dalam rangka memberikan
layanan sesuai dengan harapan klien. Contohnya on-site training dan
penyediaan jasa catering.
9.3 Tantangan
Pemasaran Jasa Internasional
Perusahaan yang berkecimpung dalam ekspor jasa
menghadapi masalah-masalah yang sama dengan eksportir barang. Akan tetapi, ada
sejumlah masalah tambahan yang mempengaruhi strategi pemasaran jasa
internasional, di antaranya sebagai berikut.
·
Isu-isu
penyampaian jasa.
·
Kebutuhan
infrastruktur. Ekspor jasa seringkali tergantung pada infrastruktur yang
tersedia.
·
Kebutuhan
akan kontak langsung.
·
Proteksi
yang lebih besar.
Dan berikut ini beberapa strategi dasar untuk
menghadapinya :
·
Embodying. Dalam strategi ini, perusahaan jasa memasukkan atau
mengemas jasa dalam produk fisik, contohnya Yves St. Laurent menciptakan “style”
dengan cara mengemas jasanya dalam busana yang dijual melalui outlet terkemuka
di seluruh dunia.
·
Pemanfaatan
teknologi. Contohnya pemasaran melalui e-commerce.
·
Customizing. Sejumlah pemasar jasa dapat melayani permintaan
sesuai dengan kreasi pribadi sang pelanggan. Contohnya jasa desainer Giogio
Armani.
·
Sistem
manajemen superior. Sistem manajemen superior memungkinkan organisasi jasa
menangani masalah heterogenitas jasa secara lebih efektif. Penyediaan jasa
kualitas tinggi dan konsisten akan mengarah pada terciptanya keunggulan bersaing.
Contohnya hotel Hyatt.
·
Kualitas
jasa superior. Melalui sistem manajemen berkualitas, penyedian jasa yang unik,
ataupun customization. Contohnya Domino Pizza sebagai pemerakarsa home
delivery.
·
Macromarketing. Menerapkan strategi-strategi yang dibahas oleh
pemerintah (kebijakan), baik di negara asal maupun di negara tujuan pemasaran.
9.4 Mode Of
Entry Jasa Internasional
Ada pakar yang berpandangan bahwa proses dasar
memasuki pasar luar negeri cenderung sama untuk perusahaan jasa dan manufaktur,
namun implementasi proses tersebut berbeda di antara kedua tipe perusahaan.
Gronroos mengidentifikasi tiga general entry modes
bagi perusahaan jasa yang memasuki pasar luar negeri, yakni :
1.
Client-following
mode,
2.
Market-seeking
mode, dan
3.
Electronic marketing
mode.
Lebih lanjutnya Gronroos mengemukakan lima strategi
untuk menginternasionalisa-sikan sebuah jasa sebagai berikut.
1.
Ekspor langsung. Ekspor langsung jasa biasanya
dilakukan oleh para pemasar industrial (Business-to-Business).
2.
System Export. System export merupakan usaha joint export
yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih yang solusinya saling melengkapi
satu sama lain.
3.
Direct Entry. Dalam strategi ini, perusahaan jasa
membentuk sendiri organisasi penghasil jasa di pasar luar negeri.
4.
Indirect Entry. Digunakan apabila perusahaan jasa
ingin menghindari keharusan mendirikan fasilitas operasi lokal yang dimiliki
sendiri (sebagian atau sepenuhnya), namun bermaksud memiliki operasi permanen
di negara tujuan pemasaran.
5.
Electronic Marketing. Pemanfaatan electronic marketing
sebagai strategi internasionalisasi mengandung makna bahwa perusahaan jasa
memperluas aksesibilitasnya melalui penggunaan teknologi elektronik canggih.
Internet misalnya.
Sementara itu Ekeledo & Sivakumar mengintegrasikan
perspektif-perspektif tersebut ke dalam model foreign market entry mode
khusus untuk perusahaan jasa. Model ini didasarkan pada klasifikasi produk ke
dalam tiga bentuk yakni barang (seperti laundry, peralatan elektronik), softservices
(seperti restoran, hotel, dan rumah sakit), dan hard services
(seperti asuransi jiwa, musik, pendidikan).
9.5 Pemasaran
Jasa Internasional Dalam Marketspace
Implementasi e-commerce menuntut pergeseran
paradigma secara fundamental, dari yang semula marketplace yang
menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli menjadi marketspace
yang mengandalkan transaksi elektronik. Pergeseran itu ditandai dengan
perubahan dari geographic business model (location-based)
menjadi global business model (virtual marketspace). Dalam
tradisional marketplace, lalu-lintas informasi, barang/jasa, dan
pembayaran bersifat fisik (location-based). Dalam dunia virtual
marketspace, aliran infomasi produk, proses komunikasi antara produsen dan
konsumen, distribusi barang/jasa dan transaksi berlangsung dalam dunia maya/virtual.
Setiap orang yang memiliki akses ke internet dapat mengambil bagian dalam model
bisnis mutakhir ini.
Riset yang dilakukan Parsons menyimpulkan bahwa
konsumen yang tertarik berbelanja secara online tidak saja dilandasi
motif utilitarian (seperti kemudahan akses, layanan, kenyamanan, biaya rendah,
dan jangkauan global), namun juga motif nonfungsional sebagai berikut:
1.
Role playing
dan role shift, yakni
belanja secara online memungkinkan orang keluar dari peran berbelanja
tradisional.
2.
Diversion
and escapism, yakni
berbelanja online memberikan cara praktis untuk mengakses beraneka macam
toko dan produk yang pada kondisi normal sulit didatangi.
3.
Self-gratification, yakni belanja online memungkinkan e-retail
therapy (belanja untuk memuaskan diri/menyenangkan diri sendiri).
4.
Mempelajari
tren baru ketika situs-situs e-commmerce dijadikan sumber informasi.
5.
Komunikasi
dengan pembeli lainnya.
6.
Peer
interaction, peer attraction dan word-of-mouse recommendations, yakni tempat e-commerce stores bisa direkomendasikan
oleh teman atau kenalan.
Pemanfaatan internet sebagai wahana pemasaran jasa
internasional berpotensi mengurangi masalah-masalah yang berkenaan dengan
karakterisik intangibility, inseparability, heterogeneity, dan
perishability.
Sementara itu untuk konteks online retailing atau
electronic etailing (e-tailing), Dann & Dann
mengindentifikasi delapan faktor kunci sukses yang disebut “8C” yang meliputi.
1.
Content (isi situs berkaitan dengan produk yang ditawarkan),
2.
Convenience (kemudahan),
3.
Customer
care (layanan
pelanggan),
4.
Comumunity (komunitas/tersedianya forum),
5.
Communication
(komunikasi pelanggan dengan
penjual),
6.
Connectivity
(koneksi dengan situs pendukung),
7.
Customization
(layanan selera pelanggan),
8.
Concern for
Costumers and customer concern (pemahaman terhadap pelanggan).
Lebih lanjut, pemanfaatan internet untuk memasarkan
jasa secara internasional berimplikasi strategis sebagai berikut :
1.
Layanan
pelanggan,
2.
Pengambilan
rantai nilai,
3.
Penciptaan
rantai nilai digital,
4.
Penciptaan customer
magnet.
DAFTAR
PUSTAKA
Kotler, Philip. Manajemen pemasaran
(terjemahan Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli AK) Edisi Revisi. Jakarta :
PT. Ikrar Mandiriabadi. 1997
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Pt Indeks Kelompok Gramedia. 2005
Stanton, William J, Prinsip
Pemasaran. (terjemahan Yohanes Lamarto). Jakarta : Erlangga. 1997
Sukirno, sadona.
2005. Mikro Ekonomi teori pengantar/sadono sukirno, edisi 1, -21. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Cateora, R.Philip dan
Graham, L. John. 2007. International
Marketing (jilid 1 edisi 13). Salemba Empat: Jakarta
Tjiptono, Fandy.
2006. Pemasaran Jasa.
Bayumedia: Malang
William J.
Stanton. Prinsip Pemasaran.1984.Jakarta;Erlangga
Richard F.
Gerson.Mengukur Kepuasan
Pelanggan.2002.Jakarta;Penerbit PPM
Philip Kotler
dan Gary Armstrong.Prinsip
Pemasaran.2001.Jakarta;Erlangga
galuh_triishafil.wordpress.com/Manajemen
Pemasaran/Kepuasan Pelanggan/03-10-2011/11:21:55
-